Dante melepaskan ciumannya ketika tidak mendapati respon apapun dari Shia. Dia menyerigai lebar ketika melihat Shia tertidur dipelukannya. Bukan tertidur, karena Dante menusukan sebuah suntikan pada lengan Shia.
Dante mengangkat tubuh Shia menuju kamar. Meletakan Shia dengan pelan pada ranjang. Tangannya meraih telpon, menekan beberapa tombol dan setelahnya suara seseorang terdengar diseberang sana.
“Kenapa?”
“Suruh dokter Geerk kemari” Ucap Dante tanpa menunggu jawaban Dante mematikan panggilan telponnya tanpa menunggu balasan lawan bicaranya.
Hampir 20 menit akhirnya suara bel apartemen menandakan kedatangan dokter Geerk.
“Siapa korbannya kali ini?” Tanya Dokter Geerk sambil melangkah memasuki apartemen minimalis milik Shia.
Dante membawa dokter Geerk menuju kamar Shia. Dokter Geerk yang melihat Shia tak sadarkan diri diranjang menggelengkan kepala pelan
“Parah sekali, kau membuat gadis muda
Los Angeles, US Sebuah pesawat pribadi sudah mendarat di landasan. Pesawat itu terbuka dua orang pria dengan wajah jelamaan dewa itu melangkah keluar dari pesawat itu. Mereka berjalan menuju sebuah bangunan putih yang sangat megah, seperti sebuah kerajaan eropa. Kerajaan tersembunyi yang terletak ditengah hutan. “DANTEE!!!” “Mom” Irena berlari menuju Dante, Dia mendekap putranya dengan erat tanpa bisa membendung air matanya lagi. “Beraninya kau mati sebelum memberikan mom cucu!!” marah Irena “cucu apanya.. Aku masih hidup, Mom” Ucap Dante. Pria itu tertawa dengan tangan yang juga memeluk ibunya namun hal itu tidak berlangsung lama karena tangannya langsung ditepis oleh Jason “Jangan peluk istriku! AKH! Kenapa memukulku?” Ucap Jason sambil memegang perutnya yang ditinju oleh Irena. “Putraku baru kembali, jangan mengganggunya!” Ketus Irena, Dante memadang Jason lalu tersenyum mengejek. “Jika tau begini lebih baik ku biarkan saja dia di Dallas” Ucap Jason “Jadi selama ini kamu d
Milan, Italia Shia berjalan di lobby kantor Robert, ia menuju meja resepsionis tanpa peduli dengan tatapan para pegawai yang seolah bertanya siapa dirinya. “Ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita yang berjaga ditempat itu “Arshia Clarikson, jam 1” Ucap Shia Shia bisa melihat wanita itu kaget sebelum tersenyum dan menuntunnya menuju lift khusus. “Mr. Clarikson ada di lantai 25, silahkan miss Clarikson” ucap wanita itu sambil tersenyum. “Don’t call me miss Clarikson just call me Shia” Ucap Shia pada resepsionis itu sebelum pintu lift tertutup. “Jadi apa lagi sekarang?” tanya Shia setelah mendudukan dirinya disofa ruang kerja Robert. Robert ikut mendudukkan dirinya didepan Shia sambil menyerahkan sebuah kartu akses VIP sebuah restoran bintang lima Shia tau sangat terkenal. “Apa maksudnya ini?” tanya Shia lagi “Menikahlah dengan pria pilihan Daddy!” “Huh?” Shia menatap Robert dengan kikuk. Tiba-tiba Robert memintanya untuk pulang karena ada hal penting yang ingin dibicarakan dan
Hari sudah gelap ketika Shia melangkah keluar dari restoran itu bersama dengan George. Shia melepaskan tangan George yang ada di pinggangnya. Sejujurnya sudah sejak tadi Shia merasa tidak nyaman dengan perilaku George yang cukup agresif terhadapnya tapi mengingat tujuan pertemuan ini membuat Shia harus menahan diri untuk tidak mematahkan lengan kekar yang selalu mencari kesempatan untuk menyentuhnya itu. “Kupikir ini saat yang tepat untuk mengucapkan sampai jumpa” Ucap Shia mengusir George secara halus, menandakan jika dia ingin mengakhiri pertemuannya dengan George sekarang. “Secepat ini? kalau begitu biarkan aku mengantarmu” Tawar George tanpa menyembunyikan senyum miringnya “Aku membawa mobil dan aku tidak tertarik membiarkan orang lain masuk dalam mobilku atau bahkan mengawalku dari belakang” Sanggah Shia menutup semua alasan yang mungkin akan George gunakan untuk mengantarnya. Entah itu mengantarnya menggunakan mobil Shia atau bahkan George yang mengikuti mobilnya dari belakang
Dante duduk dengan santainya di meja makan, menempati posisi kepala keluarga yang seharusnya ditempati oleh Huston Sergio, pria 50 tahun yang penuh dengan ambisi. Namun kali ini Huston justru menempati kursi disisi kiri bersama dengan istrinya, Madelin Sergio sedangkan di sisi kanan Dante terdapat kedua putri Huston yang tidak Dante pedulikan siapa namanya. Namun ketika salah seorang wanita yang terlihat seperti sang kakak mulai menggoda Dante dengan tubuhnya, Dante merespon dengan senyum tipis. “Cobalah pasta ini, kau pasti akan menyukainya” Paksa putri sulung Huston, kursi wanita itu bahkan kini berada disebelahnya. Wanita itu mengenakan gaun dengan atasan yang terbuka, memperlihatkan dada seorang wanita dewasa yang menonjol. “Dona jangan bertindak tidak sopan” Madeline mengingatkan putri sulungnya, namun hanya sebuah ucapan karena nyatanya wanita itu mendukung usaha Dona untuk menggoda Dante. Huston Sergio, kepala keluarga berdehem sejenak sebelum berbicara “Hmm.. Jadi kau pasti
Shia terbangun ketika matahari menyorot kelopak matanya, dia menatap sekitar dengan linglung, rasanya ada yang aneh seolah ia tertidur tanpa peka dengan sekitarnya, lengan kanannya terasa sakit dan keanehan itu juga ada pada tubuhnya bukan hanya lengan. Shia melirik jam di atas meja, dia mengeryitkan dahinya bingung. Shia adalah orang yang teliti dan seingatnya jam itu mengarah ke ranjangnya bukan ke depan, menyamping dari posisi ranjangnya. Tatapannya kembali menyorot di seluruh bagian kamar. Entah mengapa Shia merasa seperti ada yang mengawasinya. “This is insane” gumamnya pelan. Memilih mengabaikan hal tersebut, Shia bergerak kearah kamar mandi. Begitu kakinya menuruni ranjang, dia kembali merasakan pegal diseluruh tubuhnya, terlebih dipangkal pahanya. Shia mengabaikan hal itu, mungkin dia membentur sesuatu saat tidur atau memang sangat kelelahan. Cukup 20 menit Shia menyelesaikan acara mandinya, kini ia mendudukkan dirinya di depan meja rias, hanya menggunakan bath up berwarna
Jam 21.45 PM Shia masih berada di dalam mobilnya yang terparkir di basement rumah sakit. Dia hanya diam dengan tubuh bersandar pada kemudi. Otaknya sedang memikirkan pambalasan apa yang cocok untuk bajingan seperti Damien. Jujur saja, dari awal Shia tidak suka dengan pria itu. Damien terlihat angkuh dan pengatur, Menurut Shia Damien itu bossy. Bahkan hidup Teresa pun juga harus sesuai aturannya. Terlebih sifat obsesif pria itu benar-benar berbahaya Shia menghela napas, setidaknya sekarang sahabatnya itu sudah lepas dari pria bajingan itu. Ting. Sebuah notifikasi pesan masuk Dari Teresa ‘Jangan balas Damien, bagaimana pun aku juga bakal sedih kalau dia celaka!’ Shia mendengus, Teresa terlalu baik tidak bahkan sangat baik sehingga membiarkan bajingan seperti Damien masih hidup dengan tenang sedangkan Teresa terluka sendiri. Shia menyalakan sport car miliknya dan menjalankannya keluar dari kawasan rumah sakit setelahnya mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi. Tepat dipersimpangan
Shia terbangun lebih awal dari biasanya, matanya terasa sebam karena menangis. Ditambah dia merasa sakit pada lengannya. Mata biru Shia terbuka sempurna begitu tau jika rasa sakit itu berasal dari satu titik “Bekas suntikan” Shia bergumam, dia dengan cepat menuruni ranjang dan menuju meja rias, memperhatikan bayangan dirinya yang terpantul dicermin, mata birunya semakin membola ketika mendapati bercak merah pada lehernya. Setelah itu pergerakannya turun, menelusuri seluruh bagian tubuhnya. Jantung Shia memompa, gerakan tangannya berpindah pada bagian lain dan Shia mendapati kemerahan lain disertai dengan bekas gigitan pada mencapai paha bagian dalamnya. “HAH SIALAN!” Shia menghela napas gusar, ini tidak bisa dibiarkan. Shia yakin dia sudah mengunci semua akses masuk ke kamarnya. Mulai dari pintu depan, pintu kamar bahkan jendela kamarnya pun sudah terkunci dengan benar tapi kenapa Shia masih mengalami hal yang sama seperti hari pertama. Shia memijat pangkal hidungnya, dia harus ten
Shia melajukan mobilnya memutari sebuah lintasan drift. Berbagai teknik dilakukannya hingga kakinya menginjak rem dengan penuh, menyebabkan mobil putih itu berhenti. Shia menyenderkan kepalanya pada stir kemudi. Memejamkan matanya dan menghela napas kasar. “Maafkan aku Liam.. Aku akan memulai semuanya dari awal” gumam bergumam, jemarinya terulur menyentuh kalung dengan bandul kunci yang melingkari lehernya. Hampir saja Shia memejamkan matanya hingga telinganya mendengar deru mesin mobil. Pandangan Shia terangkat, melihat sebuah mobil sport hitam berada sekitar 2 meter didepan mobilnya. Mobil sport yang Shia tau berharga fantastis itu menyorotkan lampu kearahnya. Mata Shia menyipit, bahkan untuk melihat pun rasanya sangat silau. Mesin mobil itu mati bersamaan dengan lampu yang juga padam. Shia menatap mobil itu, sayangnya kaca mobil disana terlalu gelap, Shia tidak dapat melihat siapa yang berada di dalam. Shia bergeming. Mobil itu bergerak ke arahnya, mensejejerkan posisi mobil me
Namanya Zedante Algheri Kingston pria yang kini berusia 41 tahun dengan pesona yang mematikan. Namun, mari kita melangkah lebih jauh ke belakang, ke waktu di mana Dante dan Shia pertama kali bersentuhan dalam perjalanan hidup mereka.***20 tahun yang lalu…Suara pelan lonceng gereja memecah keheningan pagi. Dante turun dari mobil dan membuka pintu untuk ibunya dengan sedikit enggan.“Kau ini! Senyum sedikit, meskipun kau tampan tapi wajahmu yang datar itu menakutkan, jangan sampai teman-temanku takut denganmu” Decak Irena melihat ekspresi putranya yang nampak datar seperti para bodyguard mereka.“Mom yang memaksaku kesini” Ucap Dante dengan datar“Itu karena ayahmu diluar negeri” Ucap Irena, Dia merangkul tangan Dante lalu memasuki gerbang gereja tua yang megah.Namun belum sampai kedepan pintu, Irena melepaskan lengan Dante begitu saja dan meninggalkan Dante sendirian “Kau masuk duluan saja” Ucap Irena lalu melangkah menuju kursi taman gereja dan berbicara dengan seorang biarawati d
“Kau marah Love?” Tanya Dante.Shia melirik sekilas melalui cermin lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.“Sekarang aku yakin kau benar-benar marah” Ucap Dante seraya menghela napas panjang. Dante mendekat kearah Shia yang duduk di meja rias sambil memoleskan makeup“Love..” Panggil Dante dengan suara yang amat merduShia tidak merespon, dia hanya fokus memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun Navy-nya yang semula berganti menjadi dress satin berwarna hitam gelap dengan beberapa ornamen mengkilat yang menghiasi bagian pinggangnya.“Akh” Shia tersentak ketika Dante menggendongnya ala bridal lalu membawanya keluar kamar.“Masih menolak bicara, Love?” Ucap Dante dengan senyuman lebar.“Dasar pemaksa” gumam Shia tanpa melihat wajah Dante.Dante terkekeh “Kau manis sekali saat kesal seperti ini Love”Shia tetap diam, mengabaikan pandangan Dante. Dia merasa sulit untuk menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya meskipun hatinya berbisik untuk tetap marah.“Turunkan, aku bisa jalan sendiri”
“Shh… ahh” Shia meringis antara sakit dan nikmat disatu waktu bersamaan. Shia terduduk diatas meja kerja milik Dante dengan Dante yang berdirii dan terus memompa dirinya dibawah sana.“Dante- Stoph..Eum..” Belum selesai Shia berbicara Dante sudah lebih dulu membungkam bibir SHia dengan lumatan singkat lalu ia menarik diri setelah menyematkan mengecup pipi Shia beberapa kali kemudian lanjut menghentak Shia.Shia mengigit bibirnya, menahan desahan saat milik Dante masuk terlalu dalam di inti tubuhnya. Mata biru itu mentap gaun navy yang sudah tergeletak dan robek disana.“D-dante pestanya belum selesai” Ucap Shia saat Dante memperlambat gerakannya“Hmm.. mereka tidak akan menyadari kita menghilang Love” Ucap Dante dengan suara seraknya “Lihat Love, milikmu benar-benar dirancang sempurna untuk aku masuki” Tambahnya sambil menatap kelamin keduanya yang menyatu.Blush..“Dasar mesum” Shia berucap kesal namun wajah Shia memerah total, Shia mengalihkan pandangannya ke samping. Enggan menatap
Mobil putih itu bergerak dengan memutar di sisi lintasan yang menantang. Shia, dengan mahirnya, mengendalikan setiap gerakan mobilnya dengan presisi yang luar biasa. Asap ban dan deru mesin menciptakan suara yang menggetarkan hati para penonton di arena balap. Dante, yang berada di tepi lintasan, menyaksikan Shia dengan mata abu-abu yang menatap penuh kebanggaan. Meskipun awalnya khawatir, dia tidak bisa menahan kekagumannya melihat keahlian Shia dalam melakukan teknik drifting. Setiap belokan dan putaran roda menjadi sebuah tarian yang memukau. “Bukankah istriku luar biasa Alesio” Ucap Dante dengan bangga pada sang anak yang kini berusia 5 tahun. Alesio mendengus, meskipun masih kecil namun sikap Dante benar-benar menurun persis padanya “Dia mamaku” Dalam setiap belokan tajam dan drift spektakuler, Shia terus menunjukkan keterampilannya. Saingan-saingannya sulit mengejar karena mobil putihnya meluncur dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Suasana menjadi semakin tegang ketika bal
"Melalui proses pemungutan suara yang demokratis, para pemegang saham dengan bulat hati menyetujui penetapan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur, menggantikan almarhum Robert Clarikson sesuai dengan peraturan nomor 2 yang telah diusulkan.”Prok.. Prok.. Prokk..Suara tepuk tangan menggema merayakan keputusan yang baru saja diumumkan.Cahaya sorot lampu panggung memantulkan kilauan di wajah-wajah para pemegang saham yang merasa yakin bahwa pemilihan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur adalah langkah yang tepat.Ronnie Colins, dengan langkah mantap, berdiri di depan podium. Sorot mata yang tajam dan wibawa dalam setiap langkahnya mencerminkan kepercayaan diri yang dimilikinya.Ronnie mengarahkan pandangannya kesegala sisi hingga terhenti pada satu titik. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum miring "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Saya sangat bersyukur dan berkomitmen untuk membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang tela
Waktu pemulihan yang seolah begitu cepat terasa seperti mukjizat bagi Dante. Shia dan bayi mereka, Alesio, menjadi simbol keajaiban itu. Setelah melewati masa-masa sulit di ruang perawatan intensif neonatal, Alesio kini berada dalam gendongan hangat Shia. Bayi itu tidak lagi terikat pada tabung inkubator.Dante duduk di samping Shia, matanya penuh kekaguman melihat bayi mungil mereka yang sekarang begitu sehat. Alesio dengan rakus meminum ASI dari ibunya, menunjukkan semangat hidup yang mengagumkan."Dia benar-benar rakus, ya?" Dante berkata dengan senyum di bibirnya.Shia hanya mengangguk setuju, mata biru yang terus memperhatikan putranya yang kecil. Keceriaan dan kebahagiaan menyelinap ke wajahnya meskipun kelelahan masih terlihat di matanya."Hidungnya dan bentuk wajahnya mirip sepertimu, Dante" Shia berkata sambil tersenyum lembut, jari telunjuknya menyentuh lembut permukaan wajah Alesio. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dante merasa
Setelah menyelesaikan masalah Ilyana. Hari-hari berikutnya menjadi masa-masa yang sulit bagi Dante. Dia tidak pernah meninggalkan ruangan perawatan Shia, selalu berada di sampingnya setiap saat.“Apa kau tidak lelah tidur terus, Love?” Dante mulai bermonolog“Semua orang yang mengincarmu sudah musnah, kita bisa hidup dengan dalam sekarang” Sambung DanteMeskipun ruangan itu penuh dengan suara perangkat medis dan mesin yang memantau, satu-satunya suara yang Dante dengar adalah detak jantung Shia“Aku merindukanmu Love, dan putra kita membutuhkanmu… Dia sangat kecil hingga aku rasa tubuhnya bisa hancur jika kusentuh.”Ruang perawatan intensif neonatal menjadi tempat yang akrab bagi Dante. Bayi kecil yang ia nama Alessio, terhubung dengan berbagai alat bantu pernapasan dan monitor yang memantau setiap detak jantungnya.Meskipun setelah beberapa minggu, Alessio mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Detak jantungnya menjadi lebih stabil, dan dia mulai merespons rangsanga
Dante menatap Ilya yang terikat dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang dingin dan keras. Ruangan gelap itu dipenuhi dengan ketegangan, dan senyuman sinis Ilyana menciptakan aura yang semakin mencekam.“Dante.. Dante..” Ucap Ilyana dengan seringai lebarnya. “Biar kutebak apa Shia sekarat? Atau dia sudah mati?”Plak.Suara tamparan yang keras membuat ruangan itu terdiam sejenak. Dante, tanpa ekspresi wajah, memandang Ilyana dengan tajam. “Jangan sekali-kali menyentuh nama Shia dengan cara seperti itu” ucapnya dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.Ilyana hanya tertawa sinis. “Kau memang selalu terlalu sentimental. Apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?”Dante menghela nafas, berusaha menahan amarahnya. “Aku sudah memberikan peringatan, Ilyana. Jangan mencampuri Shia dalam permainan kotormu.”Namun, senyuman Ilyana tak kunjung hilang. "Kau tidak bisa menyelamatkannya. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rencanaku. Aku sudah mengat
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata