Teddy terlihat sedikit gelagapan dan berpikir sejenak, mencari alasan yang tepat agar Bella percaya pada penjelasannya. Dia ingin memberikan penjelasan yang dapat meyakinkan Bella.'Aduuh, kenapa aku bisa keceplosan.' batin Teddy. 'Aku harus cari alasan yang kuat.'Setelah berpikir sejenak, Teddy menemukan sebuah alasan yang pas. Dengan wajah yang sedikit gugup, Teddy menjawab bahwa dia tahu Bella hamil karena melihat perut Bella yang membuncit. Teddy mencoba menjelaskan bahwa perubahan pada perut Bella menjadi tanda yang jelas bagi dirinya."Aku tahu kamu hamil karena melihat perutmu yang membuncit, Bella. Perubahan pada perutmu menjadi tanda yang jelas bagi saya."Mendengar penjelasan Teddy, Bella menatap perutnya dengan tatapan campuran antara terkejut dan berpikir. Dia menyadari bahwa memang terlihat jelas bahwa perutnya sedikit membesar, terutama setelah dia memakai pakaian yang sedikit lebih ketat. Bella mulai mempercayai penjelasan Teddy."Iya juga sih," lirih Bella yang perca
Bella tiba di kota B tepat pada pukul 22.00 malam. Namun, dia merasa bingung tentang langkah selanjutnya. Pikiran Bella saat ini tertuju pada mencari tempat tinggal terlebih dahulu. Dia merasa kebingungan dan tidak tahu harus pergi ke mana."Aku harus kemana ini? Mana hari sudah malam pula," lirih Bella sambil mengelus perutnya.Dari kejauhan, Teddy melihat Bella yang terlihat bingung. Dia merasa simpati dan memutuskan untuk mendekati Bella. "Bella, kamu mau kemana lagi saat ini?" Teddy bertanya kepada Bella kemana dia akan pergi, namun Bella hanya menggelengkan kepala, mengindikasikan bahwa dia tidak tahu arah yang harus diambil.Melihat kebingungan Bella, Teddy memberikan saran kepada Bella untuk ikut bersamanya."Bagaimana jika kamu ikut denganku. Kebetulan, uwa ku punya kontrakan, gak mahal kok, dan ku rasa cukup untukmu." Teddy menjelaskan bahwa uwan-nya, yang juga tinggal di kota B, memiliki sebuah kontrakan kosong yang mungkin bisa menjadi tempat tinggal sementara bagi Bella.
Uwa Dono dan juga Teddy sedang berbicara serius, entah apa yang mereka bicarakan. Namun, melihat mimik wajah Uwa Dono yang kaget, seperti baru saja mendapatkan kabar mengejutkan."Apa kau, serius?" tanya Uwa Dono dengan tegas."Iya, Wa. Makanya aku titip dia ya. Kasihan Bella juga lagi hamil. Aku pamit pulang dulu." Andre mencium tangan uwa Dono dan berlalu pergi, namun sebelum pergi, Teddy melirik ke arah kontrakan Bella...Bella bangun dengan wajah yang segar di pagi yang cerah. Dia merasa semangat dan penuh harap-harap cemas dengan kehidupan barunya di kota B. Dengan hati yang berdebar, Bella menatap ke luar jendela dan melihat orang-orang sibuk dengan aktifitasnya.Dia menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, lalu bergumam pada dirinya sendiri, "Hari ini adalah awal dari petualangan baru dalam hidupku. Bersama calon bayiku, aku akan menjalani hari-hari yang penuh kebahagiaan dan tantangan di kota ini."Bella merasa terharu dengan keajaiban kehidupan yang sedang tumbu
Salma terlihat sangat kaget namun bahagia saat melihat Irfan, pacarnya, datang menjenguknya di kantor polisi. "Sayang, akhirnya kamu datang juga!" seru Salma bahagia.Hatinya berbunga-bunga melihat sosok yang sangat ia cintai hadir di sana. Salma tidak bisa menahan kegembiraannya dan langsung menghambur memeluk tubuh Irfan dengan erat, karena sangat bahagia melihatnya di saat-saat sulit ini."Aku sangat merindukanmu, sayang. Kenapa kau tak pernah menjenguk aku disini," manja Salma dengan wajah cemberut.Namun, di luar dugaan, Irfan malah melepaskan pelukan Salma, membuat alis Salma mengeryit heran. Sesuatu yang tidak biasa terjadi, karena biasanya Irfan tak pernah begitu. Salma merasa ada yang tidak beres dan bertanya dengan cemas."Kenapa kamu melepaskan pelukanku, Irfan? Apa yang terjadi?" tanya Salma dengan tatapan heran.'Aku datang ke sini hanya untuk mengatakan bahwa hubungan kita sudah berakhir, Salma." Irfan menjawab dengan nada yang terdengar dingin dan tak terduga. Dia men
Satu bulan telah berlalu sejak kepergian Bella dari rumah Felix. Hari-hari Felix terasa hambar dan kehilangan. Senyuman kebahagiaan telah menghilang, digantikan oleh wajah dingin dan datar yang dia tunjukkan setiap hari. Mama Sally, ibu Felix, merasa sedih melihat perubahan ini dalam putranya.Felix, Mama Sally, Tuan Johnson, dan Putri duduk bersama di meja makan. Suasana terasa hening dan tegang. Putri, bertanya kepada ayahnya tentang keberadaan Bella. "Papa, di mana Mama Bella? Mengapa dia belum pulang?"Namun, Felix hanya menggeleng lemah, mengatakan bahwa dia belum menemukan Bella hingga saat ini. Jawaban itu membuat Putri sangat sedih, terutama karena Bella tidak memberikan pamitan padanya sebelum pergi."Maafkan papa, Nak. Papa belum menemukan keberadaan mama Bella, sayang. Papa tidak tahu di mana dia berada," jawab Felix dengan wajah sendunya.Kabar bahwa Bella belum ditemukan membuat Putri semakin sedih. Dia merindukan ibunya dan merasa kehilangan tanpanya. Putri merasa sedih
"Kabar apa?" Felix rasanya sudah tak sabar.Betrand kemudian mengungkapkan kepada Felix bahwa anak buahnya baru saja memberikan kabar terbaru. "Pak Felix, anak buah saya memberikan kabar terbaru. Setelah kami memeriksa rekaman CCTV dan melacak taksi yang dinaiki Nona Bella satu bulan yang lalu, kami menemukan bahwa dia menuju ke sebuah terminal." tutur Betrand dengan wajah serius.Kabar tersebut membuat Felix terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Bella akan pergi ke sebuah terminal. Pikirannya langsung melayang ke berbagai kemungkinan dan alasan di balik keputusan Bella untuk pergi ke sana.Terminal? Mengapa Bella pergi ke sana? Apa yang bisa dia lakukan di sana? Jangan jangan, dia pindah ke kota lain?" tebak Felix, "Pantas aku tak bisa menemukannya. Cepat! Cari tahu kemana dia pergi!" titah Felix dengan rasa tak sabar."Kami masih belum tahu dengan pasti alasan di balik kepergian Nona Bella ke terminal. Namun, kami akan terus melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mencari tahu lebi
Sesampainya di pasar, Bella turun dari motor Teddy dengan hati yang penasaran. Meskipun Bella sudah turun, dia masih tertarik dengan ucapan Teddy sebelumnya. "Teddy, tadi kamu bilang akan terkena masalah jika aku terluka. Apa maksudmu?" selidik Bella.Teddy mencoba untuk bersikap tenang, tetapi sebenarnya dia sangat tegang dan gugup dengan pertanyaan Bella. Dia tahu bahwa menjelaskan situasi yang sebenarnya bisa menjadi rumit dan berpotensi menimbulkan masalah lebih lanjut."Eh, tidak apa-apa, Bella. Jangan terlalu khawatir. Itu hanya maksudku bahwa, kamu tahu, dalam keadaan hamil seperti sekarang, jika kamu terluka, pasti semua orang akan menyalahkanku," jawab Teddy sambil tersenyum tipis.Mendengar jawaban Teddy, Bella mengangguk setuju. Dia menyadari bahwa dalam situasi seperti ini, banyak orang akan menyalahkan Teddy jika terjadi sesuatu pada dirinya. Bella merasa perlu menjaga dirinya sendiri dan tidak menimbulkan masalah bagi Teddy."Aku mengerti, Teddy. Aku harus berhati-hati
Hari berlalu begitu cepat, kini kandungan Bella sudah menginjak bulan ke 7, namun wanita itu masih saja berjualan, sebab Bella harus mengumpulkan biaya untuk lahiran anaknya serta biaya sampai Bella belum berjualan kembali."Alhamdulillah, habis juga," kata Bella sambil mengusap perutnya. Namun, saat Bella sedang membereskan dagangannya, tiba tiba Teddy datang dan membantu dirinya. "Aku bantu ya." Bella hanya tersenyum melihat itu, dan setelah semua beres, Bella membuatkan teh untuk Teddy yang sedang duduk di ruang tamu. Bella duduk di samping Teddy di ruang tamu, sambil menyeruput teh hangat yang dia buatkan. Teddy tampak lelah setelah membantu Bella dengan dagangannya. Mereka berdua duduk dalam keheningan, menikmati momen kebersamaan mereka."Bella, aku senang bisa membantumu," ucap Teddy dengan senyuman lembut di wajahnya. "Kamu tahu, aku selalu ada untukmu, baik dalam suka maupun duka."Bella tersenyum, merasa terharu dengan kata-kata Teddy. Mereka telah bersahabat sejak Bella
Felix berjalan menuju pintu kamarnya yang sedang digedor dengan keras. Saat pintu itu terbuka, dia melihat Mama Selly, ibunya, berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan penuh kepanikan."Mas Felix, ada apa? Kenapa Mama Sally menggedor pintu dengan begitu keras?" tanya Bella yang berada di sampingnya, raut wajahnya penuh kekhawatiran.Felix menghela nafas dalam-dalam, merasakan kegelisahan yang sama. "Mama, ada apa? Kenapa wajahmu tampak begitu panik?" tanya Felix, mencoba menenangkan ibunya.Mama Sally menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk memberitahu mereka berita yang sangat mengejutkan. "Felix, Bella, beberapa menit yang lalu, pihak rumah sakit jiwa menelpon mama. Mereka mengatakan bahwa Salma mencoba untuk ... melakukan tindakan bunuh diri."Kata-kata itu jatuh seperti bom, membuat Felix dan Bella terdiam dalam kejutan. Bella merasa tubuhnya gemetar dan dia memegang lengan Felix dengan kuat, mencoba mencari dukungan."Mas Felix, apa ... apa ini be
Malam itu, setelah Bella selesai menyusui Galang, bayinya, dia berdiri di balkon kamar sambil menatap kegelapan malam. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran dan rasa bersalah terhadap Salma, istri pertama Felix yang saat ini sedang berada di rumah sakit jiwa.Tiba-tiba, Felix memeluknya dari belakang, kepalanya bersandar di bahu Bella. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Bella?" tanya Felix dengan suara lembut.Bella merasa air matanya menggenang. "Aku ... aku merasa bersalah, Mas Felix," jawab Bella dengan suara yang bergetar. "Aku merasa sedih melihat kondisi Mba Salma. Dia masih menyimpan kebencian yang begitu dalam terhadapku, dan aku merasa bahwa semua ini adalah salahku."Felix merasa hatinya bergetar mendengar pengakuan Bella. Dia mempererat pelukannya dan mencoba menenangkan Bella. "Bella, kamu tidak perlu merasa bersalah. Kondisi Salma bukan salahmu. Dia memiliki masalahnya sendiri yang harus dia hadapi. Kita semua memiliki beban dan tantangan dalam hidup kita, dan Salma juga demi
Pagi itu, Bella dan Felix melangkah keluar dari pintu rumah mereka dengan hati yang berdebar-debar. Mereka tahu bahwa hari ini adalah hari yang penting, mereka akan pergi ke rumah sakit jiwa untuk menemui Salma.Sementara Galang, sang anak kecil yang penuh keceriaan, mereka titipkan kepada mama Sally, yang dengan setia menjaga dan merawatnya.Mama Sally menatap Bella dengan cemas, mencoba mencari kepastian dalam matanya. "Apakah kamu yakin akan pergi ke rumah sakit jiwa, Bella? Kamu tahu betapa sulitnya melihat Salma dalam kondisi seperti ini," ucapnya dengan suara yang penuh kekhawatiran.Bella mengangguk mantap, walaupun di dalam hatinya ada keraguan yang menghantui. Dia ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keadaan Salma. Bella merasa bahwa hanya dengan melihatnya secara langsung, dia bisa merasakan apa yang Salma alami dan memberikan dukungan yang lebih dalam."Felix dan aku perlu melihatnya sendiri, Mama Sally. Kami ingin memberikan dukungan sebanyak mungkin untuk
"Iya, kamu benar, Nak. Papa memang mengetahui segalanya."Tuan Johnson duduk dengan tenang di sofa kulit berwarna gelap, lampu ruangan menerangi wajahnya yang berkerut, menunjukkan tanda-tanda usia dan kebijaksanaan. Dia mengambil napas dalam-dalam, menatap Felix yang tampak pucat dan terkejut."Felix," kata Tuan Johnson dengan suara yang lembut namun penuh otoritas. "Aku tahu ini mungkin sulit untukmu menerima kenyataan ini. Tapi aku melakukan ini demi Bella, demi kalian berdua."Felix merasa seperti ditampar oleh kata-kata ayahnya. Dia merasa seolah-olah tanah di bawahnya runtuh. "Kenapa, Pah?" Felix bertanya, suaranya bergetar. "Kenapa kau tidak memberitahuku?"Tuan Johnson menatap Felix, matanya penuh penyesalan. "Karena aku tahu betapa kerasnya kau mencintai Bella, Felix. Aku tahu betapa hancurnya hatimu saat dia pergi. Aku hanya ingin melindungi kalian. Terlebih, Bella masih belum siap bertemu denganmu."Felix merasa kepalanya berputar. Dia menatap ayahnya, mencoba mencerna seti
Felix melepaskan pelukannya dan menatap Bella dengan tatapan penuh cinta. "Bella, aku sangat merindukanmu. Aku bahagia kamu kembali. Aku mencintaimu," ucap Felix dengan suara bergetar. "Kemana kamu selama ini, sayang? Kenapa kau pergi meninggalkanku?"Bella menatap Felix dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dia tampaknya masih belum yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Namun, Felix tahu bahwa dia harus bersabar. Dia harus memberi Bella waktu untuk memahami dan menerima kenyataan bahwa mereka berdua kembali bersama."Sayang aku khawatir dengan keadaanmu dan ..." Ucapan Felix terhenti saat melihat perut Bella yang sudah kempes.Felix menatap Bella dengan penuh kasih saat matanya terfokus pada perut Bella yang sudah tidak buncit lagi. Dia tidak bisa menahan kebahagiaannya dan akhirnya bertanya apakah Bella telah melahirkan anak mereka. "Apa kamu sudah melahirkan, sayang?" Bella hanya bisa mengangguk tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.Melihat reaksi Bella, Felix merasa hatinya b
Felix melangkah masuk ke halaman rumahnya, hatinya dipenuhi rasa heran. Suasana rumah yang biasanya tenang dan damai kini berubah menjadi ramai, penuh dengan suara tawa dan percakapan yang riuh. Dia merasa ada yang berbeda, sesuatu yang tidak biasa. Kemudian, ia teringat bahwa hari ini ada tamu spesial yang akan datang, namun ia lupa siapa tamu tersebut.Saat pintu rumah dibuka, aroma masakan yang lezat langsung menyapa indra penciumannya. Di tengah kebingungan dan rasa penasaran, mama Selly, ibu dari sahabatnya, langsung menghampirinya."Mama, ada apa ini? Kenapa rumah ini begitu ramai?" tanya Felix dengan wajah bingung."Felix, kamu lupa ya? Hari ini ada tamu spesial yang datang. Kamu segera mandi dan ganti baju ya, tamu kita sedang menunggu di meja makan," jawab Mama Sally dengan senyum ramah."Tamu spesial? Siapa itu, Mama?" tanya Felix penasaran."Itu nanti kamu tahu sendiri setelah mandi dan berganti baju. Sekarang, cepatlah mandi dan berganti baju. Jangan sampai tamu kita menu
Sudah dua hari Felix tinggal di rumah, dan selama dua hari itu orang tuanya belum pulang dan tidak bisa dihubungi. Felix merasa cemas dan khawatir tentang keberadaan orang tuanya. Namun, pada saat yang sama, Betrand, asisten Felix, menelepon dan memberitahu bahwa mereka akan ada meeting dalam satu jam."Iya, aku akan segera turun ke bawah," jawab Felix dengan datar pada Betrand di seberang telepon.Dengan perasaan terpaksa, Felix turun ke lantai bawah di mana Betrand sedang menunggunya. Saat melangkah ke bawah tangga, Felix melihat semua pelayan sedang sibuk menghias sebuah kamar di lantai satu. Felix merasa bingung dan penasaran tentang apa yang sedang terjadi. Tanpa pikir panjang, Felix mendekati salah satu pelayan dan bertanya, "Maaf, apa yang sedang terjadi di sini? Mengapa semua pelayan sedang sibuk menghias kamar ini?"Pelayan itu menoleh ke arah Felix dan menjawab dengan sopan, "Tuan Felix, ada tamu spesial yang akan menginap dan tinggal di rumah ini atas perintah dari Tuan J
"Namanya adalah, Galang Perdana Harrison," jawab Bella sambil mengusap pipi bayinya dengan lembut.Mama Sally tersenyum lebar, matanya berbinar-binar melihat cucu pertamanya yang baru saja diberi nama. Dia mengulurkan tangannya dengan penuh kelembutan, mengelus pipi Galang dengan lembut. "Galang Perdana Harrison, nama yang begitu indah. Aku yakin kamu akan tumbuh menjadi anak yang hebat dan penuh keberanian, seperti namamu."Tuan Johnson mengangguk setuju, senyumnya tak bisa disembunyikan. Dia merasa bangga melihat Bella mengambil keputusan yang tepat untuk memberi nama kepada bayi mereka. "Galang, nama yang kuat dan memiliki makna yang mendalam. Kamu akan menjadi anak yang berani dan selalu berusaha mencapai tujuanmu, seperti namamu yang mengandung arti 'berani'."Bella melihat kedua orang yang begitu ia cintai dengan tatapan penuh kebahagiaan. Dia merasa lega karena mereka menerima nama yang dia pilih untuk bayi mereka. "Terima kasih, Mama Sally, Papa Johnson. Saya senang bahwa kali
Bella terdiam sejenak. "Aku tidak tahu Mah, apakah aku harus kembali kepada Max Felix atau tidak," jawab Bella dengan lirih.Mama Sally mendekati Bella dengan penuh kelembutan. "Sayangku, mama mengerti betapa sulitnya situasi yang kamu hadapi. Kamu sudah melalui banyak penderitaan dan trauma, dan mama tidak bisa membayangkan betapa beratnya bagi kamu untuk kembali kepada Felix. Tapi apapun keputusanmu, kami di sini untuk mendukungmu."Bella menangis, membiarkan air mata mengalir bebas di pipinya. "Mama Sally, aku takut. Aku takut Felix akan marah dan mengancam keselamatanku dan bayi ini. Aku takut dia akan mengambil bayiku dariku. Terlebih, aku takut pada mba Salma."Mama Sally menggenggam tangan Bella dengan erat. "Bella, kamu tidak sendiri dalam menghadapi semua ini. Kami akan melindungi kamu dan bayi ini. Jika kamu memilih untuk pergi kembali kepada Felix, kami akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamananmu. Tapi jika kamu memutuskan untuk tidak kembali, kami akan mendu