"Bagaimana? Sudah percaya?" ujar Ken dengan wajah tegasnya. "Bebaskan Tuan Mudaku dan istrinya jika ingin anak-anakmu selamat." Di luar dugaan, bukannya takut, Nyonya Fawlina justru tertawa. "Ken, percuma kau menggertakku menggunakan mereka. Aku tahu, tanpa perintah dari Christian, kau tidak mungkin berani menyakiti mereka." "Sepertinya Anda tidak mengenalku dengan baik, Nyonya. Selama itu menyangkut nyawa Tuan Mudaku, aku akan melakukan apa pun, termasuk melenyapkan anak-anakmu," ujarnya dengan wajah serius. Kesetiaan Ken memang di atas sengalanya. Dia tidak akan ragu melakukan apa pun jika itu menyangkut keselamatan Christian Li. Itulah kenapa banyak yang takut dengan Ken. "Tapi, jika kau ingin mengujiku, silahkan saja. Aku tidak keberatan untuk memulainya dengan putra kesayanganmu ini." Ken menarik rambut Arthur hingga kepalanya mendongak ke atas dengan mata terpejam, lalu meletakkan ujung senjata tepat samping kanan di kepalanya. "Sekali aku melepaskan tembakan, maka aku pa
"Tidak bisa," tolak Ken dengan tegas. "Kita lepas bersama-sama." Jika Arthur dilepas lebih dulu, bisa saja Nyonya Fawlina mengkhianatinya. Karena iti, dia tidak ingin mengambil resiko apa pun. "Baiklah. Kita lakukan bersama-sama. Dalam hitungan ketiga, mereka akan berjalan bersamaan," ujar Nyonya Fawlina. Setelah itu, terdengar hitungan ketiga. Sambil mengarahkan pistol ke arah Christian, Nyonya Fawlina memerintahkan keponakannya untuk maju. Begitu pun juga dengan Ken. Namun, sebelum Arthur melangkah, dia membisikkan sesuatu padanya. Christian dan Arthur melangkah dengan tangan terikat. Saat akan berpapasan di tengah, Arthur mengucapkan permintaan maaf pada Christian. Namun, tidak ditanggapi oleh suami Aileen. Dia terus melangkah. Setelah Christian tiba di hadapannya, Ken segera meminta anak buahnya untuk melepaskan ikatan Christian. "Tuan Muda, apa kau baik-baik saja?" "Ya." Setelah menjawab pertanyaan Ken, Christian membalik tubuhnya menghadap Nyonya Fawlina. Sebelum. Berbicar
"Huaaaa. Kakak, bangun!"Ava tidak hentinya berteriak histeris memanggil kakaknya setelah brangkar Arthur didorong menuju ruangan IGD. Berbeda dengan Ava yang terus meraung memanggil kakaknya agar membuka mata, Aileen hanya diam dengan linangan air mata yang membasahi wajah cantiknya.Tidak lama setelah Christian tidak sadarkan diri, Daniel, Ryan, dan Geraldy tiba di gudang tua itu. Mereka langsung membawa Christian dan lainnya setelah melihat semuanya terkapar dengan berlumuran darah. Beruntung, mereka datang membawa helikopter, jadi mereka bisa tiba di rumah sakit terdekat dalam waktu singkat."Maaf, Nyonya, kalian tidak boleh masuk. Harap menunggu di luar."Seorang perawat menghentikan Aileen dan Ava ketika dia akan ikut masuk ke ruangan IGD setelah brangkar yang membawa Christian, Ken, Arthur dan yang lainnya memasuki ruangan tersebut."Tapi, aku ingin melihat suamiku," ucap Aileen dengan suara bergetar dan wajah cemas. Air matanya sejak tadi tidak hentinya mengalir hingga mereka
"Sebuah helikopter dikabarkan jatuh di hutan utara Kota Imperial. Belum dipastikan apa penyebab jatuhnya helikopter tersebut dan apakah ada korban jiwa atas insiden itu. Dikarenakan ..."Qarina yang sedang menonton berita di layar televisi seketika mengalihkan pandangannya ke samping kanan ketika melihat ada pergerakan dari tempat tidur. Dia segera beranjak dari duduknya saat melihat Aileen sudah tersadar dan berniat untuk bangun dari tidurnya."Kak, bagaimana keadaanmu?" Qarina bertanya dengan cemas setelah duduk di tepi ranjang Aileen."Aku tidak apa-apa," jawab Aileen dengan suara lemah. Wajahnya tampak pucat dan matanya terlihat sembab. "Apa operasi Christian sudah selesai?" tanyanya dengan suara parau."Belum, Kak. Belum ada satu pun dokter yang keluar dari ruangan operasi." Melihat kesedihan yang mendalam di wajah Aileen, Qarina merasa sangat iba. Apalagi ketika melihat tubuh Aileen sangat lemah dan tidak bertenaga. "Kak, minum dulu." Qarina menyodorkan minuman kemasan pada Aile
"Kau siapa?" Tiffany menatap heran pada laki-laki tampan yang sedang berjalan ke arahnya. Ini adalah hari ketiganya dia bangun dari koma dan terkejut ketika melihat seorang pria masuk ke ruangannya sambil melemparkan senyuman lebar. "Kau tidak mengenaliku?" tanya pria itu dengan wajah terkejut. "Apa aku mengenalmu?" Jackson yang terkejut seketika menoleh pada perawat yang baru saja masuk ke ruangan Tiffany. "Kenapa dia tidak mengenaliku? Apa dia mengalami hilang ingatan?" Perawat itu membenarkan tebakan Jackson dengan anggukan. "Dia tidak mengenali siapa pun, termasuk dirinya sendiri dan keluarganya." Jackson menghela napas panjang dengan wajah frustrasi. Kemarin, dia baru saja mendapatkan kabar dari Daniel kalau Tiffany sudah sadar. Karena kesibukannya, dia baru bisa menjenguk temannya itu hari ini, setelah dia menjenguk Aileen terlebih dahulu di rumah sakit lain. "Tiffany, bagaimana bisa kau melupakan wajah tampanku? Kau ini teman yang tidak setia," protes Jackson setelah berd
Setelah Lea keluar dari ruangannya, Aileen mulai membereskan kertas di mejanya. Dia memasukkan beberapa berkas ke dalam tas kerjanya, kemudian berjalan keluar dari ruangan setelah menghubungi Ken.Saat ini Aileen menjabat sebagai CEO perusahaan keluarga Li. Selain menjabat CEO di Li's Corp, Aileen juga menjadi pemegang saham terbesar di sana. Setelah dia berhasil bangkit dari keterpurukan akibat insiden penculikan waktu itu, Aileen dibantu Ken mulai mempelajari semua mengenai perusahaan Li's Corp berserta anak perusahaannya.Setelah dirasa Aileen cukup memiliki pengetahuan, Ken memasukkannya perusahaan. Di awal masuknya Aileen ke perusahaan itu, banyak yang tidak setuju dia menggantikan Christian Li karena mereka meragukan kemampuannya, tapi hanya sebatas itu. Tidak ada yang benar-benar berani menentangnya.Mereka semua tidak berkutik karena Aileen adalah pemegang saham terbesar di sana. Selain itu, dia juga mendapatkan dukungan penuh dari Ken, beberapa Direktur yang dulunya adalah or
"Aileen, terima kasih sudah membawa Tiffany padaku. Maaf, sudah merepotkanmu."Aileen tersenyum sembari mengangguk pada Jackson yang sedang berdiri di hadapannya. "Tidak masalah. Kebetulan aku menemukannya di atas.""Aku tidak sadar kalau dia menghilang. Aku hampir saja melapor pada polisi."Mengenai kondisi Tiffany yang hilang ingatan setelah bangun dari koma, Jackson sudah menceritakan pada Aileen. Kondisi Tiffany yang sempat kritis setelah operasi, Jackson juga sudah memberitahunya.Jackson sudah menceritakan semua pada Aileen mengenai Tiffany. Aileen pun akhirnya tahu, kalau Christian sengaja menyembunyikan kondisi Tiffany yang sempat kritis karena takut dia merasa bersalah."Aku juga sebenarnya sedikit terkejut melihatnya berdiri di depan kamar Arthur. Aku pikir, ingatannya sudah kembali," ujar Aileen."Aku justru berharap ingatan Tiffany tidak pernah kembali lagi. Biarlah dia hidup dengan ingatan baru.""Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya."Jackson menoleh sesaat pad
“Kenapa kau di sini?” Aileen menatap heran pada Jackson yang baru saja keluar dari lift yang berada di lantai 1. “Tidak jadi menjenguk Christian?”“Sudah. Aku menemuinya sebentar. Aku harus pergi karena aku masih banyak urusan.”Tujuan utamanya sebenarnya ke rumah sakit adalah melihat kondisi Aileen. Karena wanita yang dia cintai itu baik-baik saja, jadi dia memutuskan untuk segera pergi. Lagi pula, dia juga sudah melihat Christian walaupun hanya sebentar, untuk memastikan kalau dia masih bernapas.“Baiklah.”“Jaga dirimu, jangan terlalu lelah dalam menjaga Christian. Biarkan perawat itu yang melakukannya. Kau juga harus memperhatikan tubuhmu. Christian juga tidak akan suka jika tahu kalau kau mengabaikan dirimu demi menjaganya.”Setelah Christian dipastikan koma, Nyonya Caisa menyewa perawat khusus untuk menjaga Christian Li agar Aileen tidak kelelahan dalam menjaga suaminya. Dua minggu pertama Christian koma, Aileen menemaninya dari pagi hingga sore hari dan akan kembali ke kediaman
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J