"Lha, gitu aja ngambek, kayak anak kecil. Nggak malu apa sama suami," cibir mama. "Udah sana buatin minum."
"Ng-nggak usah Ma, saya nggak haus kok," ucap Rey. Mulai carmuk alias cari muka.
"Ya nggak papa dong Rey." Tuh kan, mama baik banget sama mantunya. Padahal dia sering bikin aku kesel. "Oh, iya kok ke sininya maleman sih?"
"Iya, Ma, kita mau nginep di sini, boleh kan?"
"Ya boleh dong, Rey ... boleh banget, ya kan Pa?" Mama menatap papa. "Kapan lagi coba rumah ini diinepin sama orang ganteng seperti mantu mama ini."
"Iya tentu saja boleh, ini rumah kalian juga, jadi jangan sungkan-sungkan," timpal papa.
đđđ
Datang ke sini bukannya langsung tidur karena badan udah capek semua, eh malah disuruh bikin kopi sama nganter cemilan buat papa yang lagi main catur sama mantu barunya itu.
Setelah di rasa cukup, aku mulai berbaring dan bersiap memejamkan mata. Baru saja terpejam, tiba-tiba terdengar suara gaduh di depan pintu. Refleks aku menatap Rey yang juga tengah menatapku.Ada apa ya?Karena suara semakin gaduh aja, mau tidak mau akhirnya aku. turun dari ranjang kemudian berjalan menuju pintu. Penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Rey juga mengikutiku.Setelah sampai di depan pintu, segera aku meraih gagangnya lalu membukanya perlahan. Kebetulan tadi pintunya nggak aku kunci, karena sebenarnya aku was-was berduaan sama Rey di kamar sesempit ini tapi pintu terkunci. Maksudnya kalau nggak dikunci kan aku bisa langsung bisa melarikan diri jika Rey mulai berlaku hal yang nggak terduga. Misalnya nyekik aku gitu, kan aku perlu waspada.Pintu pun terbuka, dan terpampang lah wajah kedua orang tuaku yang lagi sama-sama berdiri berdampingan sambil kepalanya menunduk ke arah
Dengan langkah gontai, aku memasuki sebuah cafe yang lumayan nge-hits di kota ini. Suasana cafe yang cukup ramai siang ini, menambah kesan bahwa tempat ini emang asyik buat nongki-nongki.Desain cafe yang instragamable ini cukup membuat para pengunjung tertarik untuk kembali ke sini, apalagi bagi kaum milenial kayak aku, beuh ... demen banget nongkrong di sini. Selain karena nyaman, dan banyak spot-spot yang bagus, di sini juga free wi-fi, jadi nggak heran anak muda pada betah berlama-lama di sini.Nggak cuma anak-anak seumuranku aja yang suka ke sini, dari mulai anak ABG, sampai lansia juga sering kutemui di sini. Kalau ABG maklum lah betah di mari, tapi kalau yang lansia itu yang suka bikin aku heran. Seumuran mereka masih suka nongki juga ternyata, mungkin nggak mau kalah sama yang muda-muda, atau bisa jadi mereka lagi nostalgia masa-masa sebelum kekeriputan melanda. Hehe.Karena aku termasuk jajaran kaum mileni
Dengan langkah gontai, aku memasuki sebuah cafe yang lumayan nge-hits di kota ini. Suasana cafe yang cukup ramai siang ini, menambah kesan bahwa tempat ini emang asyik buat nongki-nongki.Desain cafe yang instragamable ini cukup membuat para pengunjung tertarik untuk kembali ke sini, apalagi bagi kaum milenial kayak aku, beuh ... demen banget nongkrong di sini. Selain karena nyaman, dan banyak spot-spot yang bagus, di sini juga free wi-fi, jadi nggak heran anak muda pada betah berlama-lama di sini.Nggak cuma anak-anak seumuranku aja yang suka ke sini, dari mulai anak ABG, sampai lansia juga sering kutemui di sini. Kalau ABG maklum lah betah di mari, tapi kalau yang lansia itu yang suka bikin aku heran. Seumuran mereka masih suka nongki juga ternyata, mungkin nggak mau kalah sama yang muda-muda, atau bisa jadi mereka lagi nostalgia masa-masa sebelum kekeriputan melanda. Hehe.Karena aku termasuk jajaran kaum mileni
Karena penasaran, akhirnya aku membuka room chat dari nomer tak dikenal ini.+6285xxxKeykamu di mana? Key Siapa?+6285xxxSuami kamu.Apa?Suami?Oh iya, hampir aja lupa kalau diri ini udah bersuami, soalnya nggak pernah ngakuin sih. Ya gimana mau ngakuin suami yang modelan kek manusia batu gitu. Mimpi diri pengen punya laki yang jadi pilot atau Ceo perusahaan besar, atau mi
"Ngapain kamu berdiri saja di sini? Kamu. naksir sama pelayan tadi?"Kalau orang pada dasarnya sirik ya begini nih."Iya, aku naksir sama pelayan tadi. Kamu mau mengenalkan aku sama dia? Mau dong dikenalin," godaku dengan suara yang dibuat lebay kayak anak ABG."Jangan aneh-aneh, ingat status kamu sekarang," tutur Rey datar.Status?"Oh, status. Status aku kan mahasiswa, Bang, lupa emangnya ya?""Kamu yang lupa." Dengan nggak ada akhlaknya, Rey langsung menarik tanganku dengan kasar."Lepasin woy, sakit tau," gerutuku. Aku mencoba melepaskan tanganku dari cengkeraman Rey sembari berjalan mengikuti langkahnya. Namun usahaku sia-sia karena cengkeraman Rey yang begitu kuatnya. Pasti abis ini tanganku tambah sakit deh.Rey berhenti mendadak dan langsung menghadap ke arahku. Aku yang nggak siap, sonta
Pintu pun terbuka, dan menampilkan sesosok karyawan perempuan. "Permisi, Nyonya Key." Dia membungkukkan badan setelah masuk ruangan."Iya," jawabku."Maaf, Nyonya, saya mau menyampaikan kalau di luar ada orang yang mau bertemu dengan Nyonya."u"Siapa?""Saya kurang tahu, Nyonya," ucapnya sambil terus menundukkan kepala. Elah, segan banget perasaan, padahal aku nggak suka diseganin loh.Berdehem sekilas, kemudian kuminum jus jeruk. "Laki-laki atau perempuan?"Heran sekaligus penasaran sih, gimana enggak coba, aku baru datang dua kali ke restoran ini, dan statusku sebagai istrinya Rey juga baru beberapa bulan, kok udah ada yang nyari aja ke resto. Apa aku langsung terkenal semenjak menyandang sebagai Nyonya Rey? Atau, yang. nyariin aku adalah salah satu temanku, Difi misalnya. Tapi itu 95% nggak mungkin, karena selain Difi, teman-temanku belum ada yang
"Apa-apaan kalian! Kalian pengen buat oma malu?" Wajah keriputnya diliputi dengan amarah. "Susah-susah dulu opa merintis usaha dari nol, mempertahankan agar bisa bersaing dengan kompetitor, tapi seenaknya kalian rusak image keluarga.""Sudah lah, Ma, ini kan tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan, Rey dan Key kan melakukannya di restoran Rey, jadi terserah mereka mau berbuat apa, wajar mereka itu masih pengantin baru," ujar Om Danu, mencoba mendinginkan ibunya itu."Meskipun itu mereka lakukan di restoran Rey, tapi tetap saja perusahaan kita kena imbasnya karena berita murahan itu. Karena Rey sudah dikenal publik bagian dari keluarga Alatas, sudah sepantasnya menjaga diri." Oma masih dengan amarahnya.Baru jam sepuluh pagi, tapi atmosfer di ruangan ini rasanya panas banget karena dipengaruhi kemarahan oma. Kami sengaja dikumpulkan di ruangan keluarga setelah oma melihat gosip di tv yang menayangkan bahwa pengu
"Eh, ngapain kamu di sini?""Ya elah, Ma, sama anak sendiri gitu amat sih," jawabku. "Kalau bukan ke sini, mau ke mana lagi?""Maksud mama kenapa kamu ke sini sendirian, mana suamimu? Mana mantu mama yang cakep itu?" tanya mama seraya menghampiriku yang lagi duduk di sofa depan tv.Saat aku ke sini tadi, mama lagi di kamar mandi kayaknya, makanya nggak tau kalau anak gadisnya ini pulang. Untungnya pintu depan nggak dikunci, jadi bisa langsung masuk, nggak beruntungnya ya kalau maling yang masuk. Eh, tapi mana ada maling yang mau ke rumah ini, bukan rumah mewah seperti rumah depan punya keluarga Rey."Lagi di restorannya lah, Ma, Mama kan tau sendiri kalo dia pengusaha resto.""Hemm ... mantu mama emang the best deh pokoknya," ucap mama setelah duduk di sofa persis di sebelahku. "Tapi kamu nggak bohong kan, Key?"Aku memutar bola mata, males
"Bang, ini dede nangis, tolongin dong ...," teriakku di sela-sela tangisan bayi yang baru saja kulahirkan lima hari yang lalu. Tadi popoknya sudah ku-cek, barangkali dia pipis atau pup, tapi ternyata tidak. Aku susui, tetap saja dia tidak mau, mungkin masih kenyang juga karena sepuluh menit yang lalu baru kususui. Meski sudah kutimang-timang penuh kasih, sudah coba kuhibur dengan berbagai macam cara, termasuk mengajaknya bicara, tetap saja dia asyik menangis. Anehnya, begitu dia diambil alih oleh ayahnya, maka spontan tangisannya mereda. Tapi sekarang ke mana bang Rey? Kok tidak muncul juga? Biasanya sekali panggil, dia langsung menghampiriku. "Baaang," panggilku dengan volume suara yang lebih keras dari yang tadi. Mana bayinya nangisnya tambah kenceng lagi. Sungguh aku jadi pusing. "Apa sih, Key, kok teriak-teriak?" Bukannya bang Rey yang datang, tapi mamaku. Mama memang setiap hari ke sini buat nengokin cucunya ini. "Ini dede nangis, Ma," ucapku sedikit khawatir karena dari tad
âsebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'Achla El Aufa' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnyaâHappy readingđ°"Bang, aku pengen seblak, nih," pinta Key padaku dengan nada manjanya yang selalu sukses membuatku tak tega untuk menolaknya. Apalagi sekarang dia tengah mengandung buah cinta kami.Meski usia kandungan Key sudah memasuki bulan ke delapan, tetap saja dia minta yang aneh-aneh dengan alasan nyidam, terlebih saat tengah malam begini."Besok aku beliin ya, sekarang kamu tidur, udah malem ini, kasihan baby kalau diajak begadang," ujarku menolak secara halus permintaan Key sembari mengusap lembut perut yang di dalamnya bersemayam darah dagingku."Ih, nggak mau! Aku maunya sekarang, Bang. Baby pengennya sekarang nih," rajuknya.Aku menghela napas berat. Sebenarnya sudah aku pastikan dia akan memprotes seperti itu, pasalnya buk
âsebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'Achla El Aufa' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnyaâHappy readingđ°Tiga bulan setelah kepulangan dari bulan madu, aku belum juga dinyatakan positif hamil. Setiap bulan aku selalu rutin mengecek lewat test peck, berharap ada dua garis di sana, namun sepertinya memang belum rezekiku untuk memiliki momongan.Belum dikasih hamil, ada plus minusnya. Plusnya ya aku bisa fokus untuk mengerjakan skripsi, dan berharap tahun ini bisa lulus. Minusnya kadang aku merasa insecure, takutnya Rey akan berpaling ke lain hati.Beruntungnya aku punya suami seperti Rey. Dia tidak pernah menuntut agar aku cepat hamil. Rey juga selalu membesarkan hatiku jika test pecl yang kugunakan sehabis ngecek, masih bergaris satu.Oh, ya, sekarang aku dan Rey tidak lagi tinggal di apartemen, melainkan di pondok indah mertua, alias rumah o
âsebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'Achla El Aufa' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnyaâHappy readingđ°Bau obat-obatan menusuk di indra penciumanku. Tembok serba putih kini menjadi pemandangan.Ya, di sinilah aku sekarang. Di rumah sakit yang ada di Jakarta.Bukan aku atau Rey yang sakit, bukan juga orang tua atau mertuaku, melainkan oma.Oma kritis setelah mengalami kecelakaan saat ikut mobil yang dikendarai oleh Sahila. Menurut penuturan asisten rumah tangga di rumah oma, akhir-akhir ini oma memang sering berpergian dengan Sahila, dalam rangka kerjasama bisnis.Aku dan Rey serta beberapa anggota keluarga besar Rey, turut memenuhi ruang tunggu di depan ruangan tempat oma dirawat.Jika oma kritis, maka lain halnya dengan Sahila. Sahila dinyatakan meninggal dunia tepat setelah dibawa ke rumah sakit.Ada sedikit
âsebelum baca, aku ingetin kalian buat follow ' biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnyaâ Happy readingđ° Setelah kemarin malam aku dan Rey sedikit berdebat tentang tempat di mana kami akan bulan madu, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Bromo di Malang Jawa Timur. Sebenarnya itu sih dapet rekomendasi dari bunda sama mama. Katanya di sana tempatnya indah dan nyaman, juga dingin, jadi pas bagi pasangan yang mau honeymoon. Di sinilah aku dan Rey sekarang, di balkon kamar hotel yang langsung menampakkan pemandangan indah gunung Bromo. Ternyata bener apa kata bunda sama mama, di sini bagus banget. Takjub sudah pasti, apalagi ini pertama kalinya aku ke sini, maklumlah, selama ini aku cuma muter-muter di ibu kota doang, kalau mudik ya paling ke bandung, karena mama sama papa asli orang sana. Destinasi wisata paling jauh yang pernah kukunjungi sebelum ini, ya cuma ke Bali ngikut Rey waktu itu. "Sayang, kamu lagi liatin apa sih? Kok seri
"Key, kamu betah tinggal di sini?" tanya mama sambil mengedarkan pandang, melihat setiap pojokan apartemen yang kuhuni sama Rey. Hari ini mama berkunjung ke sini."Eem, sebenarnya sih belum terlalu betah sih, Ma, tapi dibetah-betahin demi ketentraman hidup plus kelangsungan rumah tangga aku sama Rey, Ma," jawabku sambil membuat minuman untuk mama."Uluh-uluh ... anak mama udah bisa ngomong bijak ternyata." Mama mencubit gemas pipiku. "Ini pasti Rey yang ngajarin. Beruntung mama punya menantu kayak Rey, anak mama yang manja ini, bisa diubah jadi bijaksana."Aku mencebik mendengar ucapan mama. Tadinya aku kira mama beneran mau memuji aku, eh, ternyata malah mau muji menantunya itu."Iya deh, iya, puji terus tuh menantu mama yang baik hati itu," sinisku.Bukannya aku nggak suka kalau mama memuji Rey, tapi rasanya aku tuh cemburu. Sebagai anak kandungnya, bisa dikatakan jarang banget mama memujiku, tapi baru punya mantu be
âsebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'aufa21' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnyaâHappy readingđ°Setelah tragedi oma yang memaksa Rey untuk menikahi Sahila dan menceraikanku, Rey memutuskan untuk membawaku pergi dari rumah. Maksudnya bukan kabur, karena tentu aja kami pamit sama orang tua kami masing-masing. Rey mengajakku untuk tinggal di apartemen yang dia sewa dari temannya.Awalnya aku menolak, sebab aku nggak mau jauh-jauh dari orang tua, tapi setelah Rey menjelaskan alasan kenapa kami harus tinggal sementara dulu di apartemen, aku pun menurut. Keputusan ini Rey ambil agar oma nggak lagi menyuruh hal-hal yang menjurus untuk memisahkan Rey denganku. Harapan tinggal di apartemen ini untuk menghindari oma, meski kemungkinan oma bisa menemui Rey di restorannya."Bang, kamu yakin kalau oma nggak bakal tau apartemen ini?" tanyaku sambil menyodorka
"Oma mau nyuruh apa lagi sama bang Rey, Bun?"Bunda menghela napas kasar, lalu beralih menatapku sendu. "Bunda sih nggak tahu pastinya, Key, tapi firasat bunda mengatakan kalau oma bakal nyuruh yang aneh-aneh dengan menghadirkan mantan pacar Rey."Duh, duh, duh, tiba-tiba alarm tanda bahaya berbunyi di kepalaku setelah mendengar ucapan bunda barusan.Kalau dipikir-pikir sih, iya, oma bakal nyuruh Rey yang aneh-aneh."Bunda tenang aja, Key yakin kalau bang Rey nggak akan nurutin kemauan oma." Aku menggenggam tangan bunda.Mertuaku ini tersenyum manis padaku, kemudian membalas genggaman tanganku. "Key, janji ya, apapun yang terjadi, kamu jangan tinggalin Rey. Bunda udah terlanjur sayang banget sama kamu, melebihi Rey yang anak kandung bunda sendiri."Hatiku menghangat dengan penuturan bunda. Ternyata mertua baik hati nan idaman kayak bunda ini, nggak cuma ada di film-film sama novel yang biasa aku tonton dan baca. Sosok
âsebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'aufa21' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnyaâHappy readingđ°Tiba di pelataran rumah bunda, kulihat ada sebuah mobil warna merah yang cukup mewah. Kalau merk-nya sih aku nggak tau, maklumlah warga kismin, mana paham sama merk-merk mobil.Sama denganku, Rey juga kayak bingung liat ada mobil yang terparkir di halaman rumah orang tuanya ini."Mobil siapa, Bang? Ada tamu kah?" tanyaku sambil melirik ke Rey.Suamiku ini mengerutkan dahinya, tanpa dia jawab, aku udah tau kalau dia juga nggak tau siapa pemilik mobil itu."Nggak tau, Key, jarang ada yang bertamu ke sini pake mobil yang warnanya mencolok begitu." Nah, bener kan tebakanku kalau Rey juga nggak tau."Temen kamu mungkin, Bang," kataku menebak, meski sejak menjadi tetangganya, nggak pernah aku liat ada temen-temen Rey main ke ru