"Oh iya, aku mau kasih ini, Key." Kak Arga memberikan sesuatu untukku, yang setelah kuterima ternyata sebuah undangan. Ya, undangan pernikahannya dengan ... wanita pilihannya.
Aku membuka dan mulai membaca undangan itu. Setelah selesai, aku kembali mendongak. Namun, udah nggak ada lagi kak Arga di sampingku.
Ke mana dia?
"Kak, Kak Arga ... where are you going?" Aku celingukan mencari kak Arga.
Heran deh, barusan aja duduk di sampingku, eh ditinggal baca undangan doang tiba-tiba ngilang. Sebenarnya dia makhluk apaan sih. Kan jadinya aku ngeri.
Aku terus berusaha mencari kak Arga. Berjalan ke sana ke mari, barangkali dapat kutemukan dia. Namun, seluruh taman sudah kususuri, tak kunjung kutemukan juga batang hidupnya. Secepat itu kah dia pergi. Tapi, bayang dan rasa untuknya masih ingin berlama-lama di hati. Hoek, lebay.
"Key, Keyla ...." Terde
"Key udah siap," ucapku datar. Sedatar perasaanku sekarang."Nah, akhirnya princess keluar juga," sindir mama.Aku tak membalas ucapan mama, males kalau nanti ujung-ujungnya debat, kan nggak enak, nambah bad mood doang. Susah ngembaliin mood kalau udah bad.Aku beralih menatap Rey, yang sedang berdiri sambil menatapku seperti ... oh kenapa dia? Kok diem-diem bae, bukannya dari tadi nyerocos sama mama, eh sekarang malah melempem kek kerupuk, mana pandangannya gitu lagi sama aku. Kenapa sih dia?"Ehem ... kayaknya sang pangeran terpesona nih, sama princess jadi-jadian," ucap Mama sambil senyum-senyum nggak jelas.Rey gelagapan, sepertinya ucapan mama tadi berhasil mengembalikan kesadarannya dari lamunan."Eh, oh, kamu udah siap, Key?" tanya Rey salah tingkah."Udah siap dari tadi kali," ucapku ketus "lo aja yang nggak sad
"Ehem." Rey berdehem. "Iya, Key juga sudah baik kok jadi istri, makanya saya merasa beruntung jadi suaminya." Rey masih merangkul pundakku, kini semakin erat. Takut banget aku kabur."Setiap malam istri saya ini juga sangat ... ehem, iya kan, Sayang?" Eh, ini Rey tanya apa sih? Mana wajahnya deket banget lagi, kan malu dilihat Difi.Aku juga kenapa jadi bengong begini sih, nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Hingga tanpa terasa sesuatu yang kenyal mendarat di pipiku.Apa ya itu? Kok tiba-tiba bikin kepalaku nyut-nyutan begini."Wow ... so sweet banget sih kalian, ngalahin drakor yang biasa gue tonton," ucap Difi dengan raut wajah yang lebih berbinar lagi seperti tadi. "Muka lo udah merah banget tuh, Key. Segitu ngefeknya ya ciuman bang Rey di pipi lo."Mendengar ocehan Difi, aku segera tersadar dari lamunanku, meskipun tadi rasanya ingin pingsan. Biarlah dibilang ratu ping
Saat Rey sibuk mengotak-atik ponselnya, aku bangkit dari duduk, dan bersiap-siap untuk merebut kembali ponselku dari tangan lucknut Rey. "Eh, sini hp gue."Dengan sigap Rey kembali menjauhkannya dariku, bener-bener si*l. Aku pun tak menyerah dan kembali mencoba merebutnya."Key ...."Eh, siapa sih yang manggil-manggil? Nggak tepat banget waktunya.Aku menghentikan aksiku berebut ponsel dengan Rey, kemudian mengalihkan pandanganku ke arah sumber suara yang tadi memanggilku."Kak Arga?" lirihku.Dia lagi? Kenapa sih kok bisa ketemu sama dia lagi pas aku lagi sama Rey gini. Waktu itu di hotel sekarang di taman. Coba aja ketemunya pas aku lagi sendiri, kan kita bisa. ngobrol banyak tanpa ada gangguan."Iya." Kak Arga tersenyum manis. Ah, senyum yang dari dulu selalu bikin aku meleleh. "Kalian lagi pada ngapain di sini? Tadi kebetulan l
Setelah pagi tadi jalan-jalan muteri komplek, dilanjut ngobrol-ngobrol sama mertua yang berakhir aku membantunya sekaligus belajar masak, maka malam ini badanku rasanya pengen remuk. Belum lagi tadi diceramahin, eh diomelin sama oma, tambah menderita lah aku. Lahir batin rasanya nggak enak. Seenggak enaknya hidup jomlo. Eh.Sebenarnya kalau udah masuk malem gini rasanya males banget, karena harus tidur sekamar sama si manusia batu itu. Memang sih, nggak tidur bareng, tapi sikapnya dan omongannya itu lho, yang suka bikin naik darah. Maklum, oma dan cucu sama-sama keturunan sangobion. Tahu sangobion? Itu lho, multivitamin penambah darah. Kalau nggak salah sih, hehe.Ceklek.Terdengar suara pintu dibuka. Siapa lagi yang dateng kalau bukan si empunya kamar. Kamar yang bagus nan luas ini berbanding terbalik sama yang punya. Jelas lah, yang punya udah nggak bagus, nyebelin pula, walau kata orang-orang dia tampan. Ck, mun
"Mau ke mana kalian?"Eeh ... ini ngapain induknya sangobion tanya-tanya segala? Mana tatapannya ke aku tajam gitu, belum puas tadi udah ngomelin apa. Sekarang mau apa lagi coba?"Mau ke rumah Mama papa aku, Oma," jawabku sambil menunduk karena nggak kuat dengan tatapan matanya."Saya nggak tanya kamu ya," ujarnya ketus.Lha, tadi kan dia tanyanya 'kalian' ya berarti aku sama Rey dong, bukan Rey doang yang ditanyain, jadi nggak papa kan kalau aku yang jawab. Lagian Rey juga diem aja."Emm ... kita mau ke rumah orang tuanya Key, Oma, mertua aku," jawab Rey sambil menggaruk tengkuknya yang kuyakin nggak gatel."Malam-malam begini?" Nada suaranya sinis aja ni oma-oma."Iya, Oma." Rey menjawab sedangkan aku diem aja, dari pada ikutan ngomong lagi, entar malah diomelin lagi, kan repot."Mau ngapain?" Caela
"Lha, gitu aja ngambek, kayak anak kecil. Nggak malu apa sama suami," cibir mama. "Udah sana buatin minum.""Ng-nggak usah Ma, saya nggak haus kok," ucap Rey. Mulai carmuk alias cari muka."Ya nggak papa dong Rey." Tuh kan, mama baik banget sama mantunya. Padahal dia sering bikin aku kesel. "Oh, iya kok ke sininya maleman sih?""Iya, Ma, kita mau nginep di sini, boleh kan?""Ya boleh dong, Rey ... boleh banget, ya kan Pa?" Mama menatap papa. "Kapan lagi coba rumah ini diinepin sama orang ganteng seperti mantu mama ini.""Iya tentu saja boleh, ini rumah kalian juga, jadi jangan sungkan-sungkan," timpal papa.🌚🌚🌚Datang ke sini bukannya langsung tidur karena badan udah capek semua, eh malah disuruh bikin kopi sama nganter cemilan buat papa yang lagi main catur sama mantu barunya itu.
Setelah di rasa cukup, aku mulai berbaring dan bersiap memejamkan mata. Baru saja terpejam, tiba-tiba terdengar suara gaduh di depan pintu. Refleks aku menatap Rey yang juga tengah menatapku.Ada apa ya?Karena suara semakin gaduh aja, mau tidak mau akhirnya aku. turun dari ranjang kemudian berjalan menuju pintu. Penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Rey juga mengikutiku.Setelah sampai di depan pintu, segera aku meraih gagangnya lalu membukanya perlahan. Kebetulan tadi pintunya nggak aku kunci, karena sebenarnya aku was-was berduaan sama Rey di kamar sesempit ini tapi pintu terkunci. Maksudnya kalau nggak dikunci kan aku bisa langsung bisa melarikan diri jika Rey mulai berlaku hal yang nggak terduga. Misalnya nyekik aku gitu, kan aku perlu waspada.Pintu pun terbuka, dan terpampang lah wajah kedua orang tuaku yang lagi sama-sama berdiri berdampingan sambil kepalanya menunduk ke arah
Dengan langkah gontai, aku memasuki sebuah cafe yang lumayan nge-hits di kota ini. Suasana cafe yang cukup ramai siang ini, menambah kesan bahwa tempat ini emang asyik buat nongki-nongki.Desain cafe yang instragamable ini cukup membuat para pengunjung tertarik untuk kembali ke sini, apalagi bagi kaum milenial kayak aku, beuh ... demen banget nongkrong di sini. Selain karena nyaman, dan banyak spot-spot yang bagus, di sini juga free wi-fi, jadi nggak heran anak muda pada betah berlama-lama di sini.Nggak cuma anak-anak seumuranku aja yang suka ke sini, dari mulai anak ABG, sampai lansia juga sering kutemui di sini. Kalau ABG maklum lah betah di mari, tapi kalau yang lansia itu yang suka bikin aku heran. Seumuran mereka masih suka nongki juga ternyata, mungkin nggak mau kalah sama yang muda-muda, atau bisa jadi mereka lagi nostalgia masa-masa sebelum kekeriputan melanda. Hehe.Karena aku termasuk jajaran kaum mileni
"Bang, ini dede nangis, tolongin dong ...," teriakku di sela-sela tangisan bayi yang baru saja kulahirkan lima hari yang lalu. Tadi popoknya sudah ku-cek, barangkali dia pipis atau pup, tapi ternyata tidak. Aku susui, tetap saja dia tidak mau, mungkin masih kenyang juga karena sepuluh menit yang lalu baru kususui. Meski sudah kutimang-timang penuh kasih, sudah coba kuhibur dengan berbagai macam cara, termasuk mengajaknya bicara, tetap saja dia asyik menangis. Anehnya, begitu dia diambil alih oleh ayahnya, maka spontan tangisannya mereda. Tapi sekarang ke mana bang Rey? Kok tidak muncul juga? Biasanya sekali panggil, dia langsung menghampiriku. "Baaang," panggilku dengan volume suara yang lebih keras dari yang tadi. Mana bayinya nangisnya tambah kenceng lagi. Sungguh aku jadi pusing. "Apa sih, Key, kok teriak-teriak?" Bukannya bang Rey yang datang, tapi mamaku. Mama memang setiap hari ke sini buat nengokin cucunya ini. "Ini dede nangis, Ma," ucapku sedikit khawatir karena dari tad
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'Achla El Aufa' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕Happy reading🔰"Bang, aku pengen seblak, nih," pinta Key padaku dengan nada manjanya yang selalu sukses membuatku tak tega untuk menolaknya. Apalagi sekarang dia tengah mengandung buah cinta kami.Meski usia kandungan Key sudah memasuki bulan ke delapan, tetap saja dia minta yang aneh-aneh dengan alasan nyidam, terlebih saat tengah malam begini."Besok aku beliin ya, sekarang kamu tidur, udah malem ini, kasihan baby kalau diajak begadang," ujarku menolak secara halus permintaan Key sembari mengusap lembut perut yang di dalamnya bersemayam darah dagingku."Ih, nggak mau! Aku maunya sekarang, Bang. Baby pengennya sekarang nih," rajuknya.Aku menghela napas berat. Sebenarnya sudah aku pastikan dia akan memprotes seperti itu, pasalnya buk
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'Achla El Aufa' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕Happy reading🔰Tiga bulan setelah kepulangan dari bulan madu, aku belum juga dinyatakan positif hamil. Setiap bulan aku selalu rutin mengecek lewat test peck, berharap ada dua garis di sana, namun sepertinya memang belum rezekiku untuk memiliki momongan.Belum dikasih hamil, ada plus minusnya. Plusnya ya aku bisa fokus untuk mengerjakan skripsi, dan berharap tahun ini bisa lulus. Minusnya kadang aku merasa insecure, takutnya Rey akan berpaling ke lain hati.Beruntungnya aku punya suami seperti Rey. Dia tidak pernah menuntut agar aku cepat hamil. Rey juga selalu membesarkan hatiku jika test pecl yang kugunakan sehabis ngecek, masih bergaris satu.Oh, ya, sekarang aku dan Rey tidak lagi tinggal di apartemen, melainkan di pondok indah mertua, alias rumah o
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'Achla El Aufa' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕Happy reading🔰Bau obat-obatan menusuk di indra penciumanku. Tembok serba putih kini menjadi pemandangan.Ya, di sinilah aku sekarang. Di rumah sakit yang ada di Jakarta.Bukan aku atau Rey yang sakit, bukan juga orang tua atau mertuaku, melainkan oma.Oma kritis setelah mengalami kecelakaan saat ikut mobil yang dikendarai oleh Sahila. Menurut penuturan asisten rumah tangga di rumah oma, akhir-akhir ini oma memang sering berpergian dengan Sahila, dalam rangka kerjasama bisnis.Aku dan Rey serta beberapa anggota keluarga besar Rey, turut memenuhi ruang tunggu di depan ruangan tempat oma dirawat.Jika oma kritis, maka lain halnya dengan Sahila. Sahila dinyatakan meninggal dunia tepat setelah dibawa ke rumah sakit.Ada sedikit
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow ' biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕ Happy reading🔰 Setelah kemarin malam aku dan Rey sedikit berdebat tentang tempat di mana kami akan bulan madu, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Bromo di Malang Jawa Timur. Sebenarnya itu sih dapet rekomendasi dari bunda sama mama. Katanya di sana tempatnya indah dan nyaman, juga dingin, jadi pas bagi pasangan yang mau honeymoon. Di sinilah aku dan Rey sekarang, di balkon kamar hotel yang langsung menampakkan pemandangan indah gunung Bromo. Ternyata bener apa kata bunda sama mama, di sini bagus banget. Takjub sudah pasti, apalagi ini pertama kalinya aku ke sini, maklumlah, selama ini aku cuma muter-muter di ibu kota doang, kalau mudik ya paling ke bandung, karena mama sama papa asli orang sana. Destinasi wisata paling jauh yang pernah kukunjungi sebelum ini, ya cuma ke Bali ngikut Rey waktu itu. "Sayang, kamu lagi liatin apa sih? Kok seri
"Key, kamu betah tinggal di sini?" tanya mama sambil mengedarkan pandang, melihat setiap pojokan apartemen yang kuhuni sama Rey. Hari ini mama berkunjung ke sini."Eem, sebenarnya sih belum terlalu betah sih, Ma, tapi dibetah-betahin demi ketentraman hidup plus kelangsungan rumah tangga aku sama Rey, Ma," jawabku sambil membuat minuman untuk mama."Uluh-uluh ... anak mama udah bisa ngomong bijak ternyata." Mama mencubit gemas pipiku. "Ini pasti Rey yang ngajarin. Beruntung mama punya menantu kayak Rey, anak mama yang manja ini, bisa diubah jadi bijaksana."Aku mencebik mendengar ucapan mama. Tadinya aku kira mama beneran mau memuji aku, eh, ternyata malah mau muji menantunya itu."Iya deh, iya, puji terus tuh menantu mama yang baik hati itu," sinisku.Bukannya aku nggak suka kalau mama memuji Rey, tapi rasanya aku tuh cemburu. Sebagai anak kandungnya, bisa dikatakan jarang banget mama memujiku, tapi baru punya mantu be
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'aufa21' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕Happy reading🔰Setelah tragedi oma yang memaksa Rey untuk menikahi Sahila dan menceraikanku, Rey memutuskan untuk membawaku pergi dari rumah. Maksudnya bukan kabur, karena tentu aja kami pamit sama orang tua kami masing-masing. Rey mengajakku untuk tinggal di apartemen yang dia sewa dari temannya.Awalnya aku menolak, sebab aku nggak mau jauh-jauh dari orang tua, tapi setelah Rey menjelaskan alasan kenapa kami harus tinggal sementara dulu di apartemen, aku pun menurut. Keputusan ini Rey ambil agar oma nggak lagi menyuruh hal-hal yang menjurus untuk memisahkan Rey denganku. Harapan tinggal di apartemen ini untuk menghindari oma, meski kemungkinan oma bisa menemui Rey di restorannya."Bang, kamu yakin kalau oma nggak bakal tau apartemen ini?" tanyaku sambil menyodorka
"Oma mau nyuruh apa lagi sama bang Rey, Bun?"Bunda menghela napas kasar, lalu beralih menatapku sendu. "Bunda sih nggak tahu pastinya, Key, tapi firasat bunda mengatakan kalau oma bakal nyuruh yang aneh-aneh dengan menghadirkan mantan pacar Rey."Duh, duh, duh, tiba-tiba alarm tanda bahaya berbunyi di kepalaku setelah mendengar ucapan bunda barusan.Kalau dipikir-pikir sih, iya, oma bakal nyuruh Rey yang aneh-aneh."Bunda tenang aja, Key yakin kalau bang Rey nggak akan nurutin kemauan oma." Aku menggenggam tangan bunda.Mertuaku ini tersenyum manis padaku, kemudian membalas genggaman tanganku. "Key, janji ya, apapun yang terjadi, kamu jangan tinggalin Rey. Bunda udah terlanjur sayang banget sama kamu, melebihi Rey yang anak kandung bunda sendiri."Hatiku menghangat dengan penuturan bunda. Ternyata mertua baik hati nan idaman kayak bunda ini, nggak cuma ada di film-film sama novel yang biasa aku tonton dan baca. Sosok
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'aufa21' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕Happy reading🔰Tiba di pelataran rumah bunda, kulihat ada sebuah mobil warna merah yang cukup mewah. Kalau merk-nya sih aku nggak tau, maklumlah warga kismin, mana paham sama merk-merk mobil.Sama denganku, Rey juga kayak bingung liat ada mobil yang terparkir di halaman rumah orang tuanya ini."Mobil siapa, Bang? Ada tamu kah?" tanyaku sambil melirik ke Rey.Suamiku ini mengerutkan dahinya, tanpa dia jawab, aku udah tau kalau dia juga nggak tau siapa pemilik mobil itu."Nggak tau, Key, jarang ada yang bertamu ke sini pake mobil yang warnanya mencolok begitu." Nah, bener kan tebakanku kalau Rey juga nggak tau."Temen kamu mungkin, Bang," kataku menebak, meski sejak menjadi tetangganya, nggak pernah aku liat ada temen-temen Rey main ke ru