Zafar membawa Tia ke kamarnya dia begitu khawatir dengan kondisi Tia saat ini. "Kakak aku membuatkan sup hangat untukmu, makanlah, kalau tidak kau juga akan sakit nanti."Zanira meletakkan sup itu di meja dan menghampiri Zafar yang duduk di samping ranjang Tia."Kak Tia pasti akan baik-baik saja kak, aku akan mengambilkan air untuk mengompresnya," tutur Zanira lalu pergi meninggalkan kakaknya.Saat Zanira keluar dia mendengar kedua orang tuanya masih berdebat."Semua ini gara-gara kau Jahama, kau sudah membuat Tia tertekan.""Apa maksudmu? Berhentilah menyalahkan diriku. Aku hanya ingin yang terbaik untuk putraku, itu saja.""Tapi bisakah kau tidak berbuat kasar? Setidaknya tanyakan dulu apa alasan Tia kembali setelah dia ingin sekali menemui pamannya. Kau justru menghakiminya.""Ya Tuhan, tolonglah aku, semua orang menyalahkan diriku karena wanita itu. Dengar Kamal, kau tidak tahu apa yang wanita itu katakan padaku saat kau tidak ada di rumah. Dia tidak mencintai Zafar, aku tidak in
Zafar tidak bisa melihat Tia seperti ini. Dia keluar dari kamarnya dan menemui Zanira supaya adiknya itu sendiri yang akan menjelaskan semuanya.Saat Zafar ingin menemui gadis itu ternyata Zanira sudah berangkat ke kampus dan dirinya hanya menemui ibunya di dapur."Zafar, apa kau tidak berangkat bekerja?" tanya Jahama."Iya ibu, aku akan berangkat sebentar lagi.""Kenapa kau bangun terlambat? Kau harus bekerja Zafar, kemarin karena kau mengantar wanita itu kau jadi tidak bekerja, saat ini pun kau pasti bangun kesiangan karena wanita itu kan? Jangan sampai kau terlambat juga untuk bekerja, ayo bersiap-siaplah, aku sudah membuat sarapan untukmu," kata Jahamamenyuruh Zafar segera bersiap-siap pergi ke kantor."Adikmu sudah berangkat ke kampus pagi-pagi sekali, tapi kau justru belum pergi bekerja."Zafar jadi berpikir siapa yang akan membuatkan sarapan untuk Tia jika Zanira sudah berangkat?Tidak mungkin Zafar akan menyuruh ibunya. Apalagi menyuruh ayahnya.Dia harus segera bersiap-siap p
“JANGAN MENUDUHKU SEPERTI ITU TIA.”Zafar tidak bisa mengendalikan amarahnya saat Tia menuduhnya dengan tuduhan yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Zafar.“Kalau aku memang ingin melakukan itu maka aku tidak akan membawa ponsel milikmu untuk diperbaiki hari ini, aku juga tidak akan bertengkar dengan pelayan dan security di rumah pamanmu untuk mendapatkan nomor pamanmu,” jelas Zafar merasa kecewa.Tia hanya bisa terdiam mendengar Zafar merasa kecewa padanya. Laki-laki itu sudah membentaknya dan itu meruntuhkan segalanya dalam diri Tia. Wanita itu mungkin memang bersalah tapi dia tidak pernah suka jika dibentak dengan nada tinggi.Hanya air mata yang mewakili apa yang Tia rasakan saat ini.“Maaf Tia.”Setelah merasa sadar dirinya telah emosi kepada Tia, Zafar berusaha mendekati wanita itu dengan duduk di sampingnya, dia juga merasa menyesal karena sudah berbicara dengan nada tinggi kepada istrinya.Zafar hanya merasa lelah setelah pulang bekerja dan mendapatkan tuduhan seperti itu d
Pagi hari Zanira bangun lebih awal daripada Tia. Begitu juga dengan Zafar, dia juga sudah bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantornya.Saat Tia membuka mata, dia sudah tidak melihat siapapun di kamarnya. Zanira yang semalam tidur bersamanya sekarang sudah pergi, wanita itu juga tidak melihat Zafar bersiap-siap di kamarnya.Dengan kepala yang sedikit berat, Tia berniat untuk pergi ke luar kamarnya.Perempuan itu lalu mendengar percakapan antara Zanira dan Zafar yang hendak pergi bekerja."Aku akan mengusahakannya untukmu Zahira. Kau akan mendapatkannya hari ini," ujar Zafar.Tia tidak tahu apa yang Zafar bicarakan pada Zanira."Tapi kak, jangan meminjamnya pada kak Yardan, sebenarnya aku tidak enak dengan itu.""Zaniraa, jangan khawatir. Yardan adalah sahabatku. Kau tidak perlu memikirkan itu. Biaya kuliahmu lebih penting sekarang. Aku akan mengembalikannya setelah mendapatkan gajiku nanti."Rupanya Zafar sedang membicarakan mengenai biaya kuliah Zanira.Tia jadi merasa kasih
"ZAFAAAARR."Tia ketakutan dan langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Perempuan itu mulai menangis karena tidak segera mendapatkan jawaban dari suaminya.Dia baru sadar bahwa sejak tadi Zafar tidak ada di kamarnya."Huhuu huuuu."Tia hanya bisa menangis sendiri. Sementara Zafar yang sudah tidur dan menyadari lampunya mati pun langsung terbangun dan ingat pada Tia.Dia lalu buru-buru mencari lilin di rumahnya dan membawanya ke kamar.Laki-laki itu melihat Tia sudah menangis ketakutan dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Tiaa," panggil laki-laki itu, dia mencoba mendekatinya.Perempuan itu justru semakin menangis ketakutan dan membuat Zafar bingung."Tia hei, ini aku Tia, jangan takut," ucap Zafar sambil meletakkan lilinnya di meja samping tempat tidur."Aku membawa lilin untukmu, sekarang sudah tidak gelap lagi."Tia mencoba untuk menenangkan dirinya dan memastikan bahwa orang yang berbicara saat ini adalah Zafar dan bukan hantu."Jangan takut, sudah ada lilin di ka
"Iya Zanira, kakakmu itu telah berbohong padamu," ucap Tia.Zafar yang mendengar itu pun terkejut. Dia tidak ingin Tia mengatakan yang sebenarnya juga pada Zanira. "Emm, Zanira kau harus segera pergi ke kampus kan? Ayo cepat bersiap-siap, atau ibu akan memarahimu?"Zafar bermaksud untuk membuat Zanira pergi dan tidak mendengarkan Tia lagi."Iya ini sudah selesai," jawab gadis itu."Jadi kakak, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Zanira pada Tia. Dia ingin mendengar cerita dari versi Tia juga.Zafar benar-benar merasa kesal dengan Zanira dan tidak ingin dia mengetahuinya."Zaniraaa."Saat Tia hendak bicara tiba-tiba Jahama memanggil Zanira dan membuat gadis itu harus fokus pada ibunya. Zafar merasa berterimakasih pada Jahama karena kali ini telah menyelamatkan dirinya."Berhentilah membahas itu Tia, kau tidak perlu mengatakannya pada Zaniraajuga," ujar Zafar pada istrinya saat Zanira sudah pergi."Siapa yang membicarakannya? Apa aku mengatakan semuanya padanya? Lain kali berhentilah
"Aaaww." Tia merintih kesakitan dan takut berada di dapur, dia pun meninggalkan dapur dan menangis ketika melihat tangannya yang terluka karena minyak panas itu."Ya Tuhan apa yang aku lakukan?" tanyanya pada dirinya sendiri.Perempuan itu tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia hanya merasa ketakutan dan tidak ingin pergi ke dapur lagi. "Aku memang benar tidak berguna, aku hanya tau semua orang melayaniku selama ini tanpa tahu bahwa memasak akan sesulit ini."Tia mengurungkan niatnya untuk memasak dan dia memilih untuk tidak makan hari ini."Aku tidak akan membahayakan diriku sendiri, biarkan saja aku mati kelaparan daripada mati mendadak karena memasak," ucapnya.Cukup lama Tia menangis ketakutan dan meninggalkan dapur dengan kompor yang masih menyala.Tiba-tiba dia mencium bau sesuatu yang gosong. Tia pun membelalakkan mata kaget karena baru teringat dia belum mematikan kompornya.Dia semakin ingin tambah menangis karena tidak tahu harus berbuat apa. Jika dirinya pergi ke dap
"Kenapa kau menyembunyikan hal sebesar ini dariku Tia? Apa yang kau lakukan hingga menyakiti tanganmu sendiri seperti ini?"Zafar benar-benar merasa marah karena Tia tidak memberitahunya, dia benar-benar sangat Khawatir pada perempuan itu. Sekarang Zafar baru mengerti kenapa Tia menolak untuk makan, karena dia tidak bisa makan dengan tangan seperti ini."Apa untungnya kau tetap diam dan tidak memberitahuku? Apa dengan diammu itu akan segera menyembuhkan lukamu ini?" Zafar tetap memarahi Tia karena kekhwatirannya."Sekarang ayo kita pergi ke dokter, aku tidak ingin membiarkanmu seperti ini." "Tidak Zafar tidak masalah. Ini akan sembuh nanti.""Jangan keras kepala Tia. Apa kau pikir aku akan suka dengan penolakanmu ini?" "Tapi ini sudah malam Zafar, kau tidak perlu membawaku ke dokter, kalau kau ingin menolongku, obati saja di rumah, tidak perlu ke dokter.""Tapi aku bukan dokter, bagaimana aku akan melakukannya? Jangan menolakku, sekarang bersiap-siaplah."Tia benar-benar tidak ing