Masih berada dalam selimut meskipun kedua matanya sudah terbuka. Liyana yang merasa frustasi masih saja berbaring di atas ranjangnya. Jangankan untuk sarapan sekedar untuk membersihkan diri saja ia enggan.Bagi Liyana kini sudah tak ada gunanya merias diri, toh pria impiannya kini sudah menjadi milik orang lain, sedangkan suaminya sendiri adalah penyebabnya. Penyebab dirinya tidak bisa hidup bersama pria impiannya _Arsenio.Tok tok tok !Seorang asisten rumah tangga mengetuk pintu kamar Liyana."Non ada titipan dari Tuan !" Seru Ijah asisten rumah tangganya. Karena lama tak membuka pintu Ijah pun meletakkan apa yang di bawanya di depan pintu."Non saya taruh di sini saja ya" tutur Ijah, kemudian berlalu kembali ke dapur.Setelah dirasa tidak ada orang Liyana bergerak melangkah menuju pintu, membukanya perlahan. Di luar pintu terlihat ada sebuah paper bag yang berukuran cukup besar.Liyana meraih paper bag tersebut, membawanya ke dalam kamar. Liyana duduk di sudut ranjang seraya mengam
Perjalanan yang tanpa hambatan membuat mobil yang di kemudikan Arya tiba di rumah dengan cepat. Arya menggoyangkan pundak Liyana berusaha membangunkannya. Namun, Liyana masih terlelap.Arya yang tak tega melihat Liyana terlelap tak ingin membangunkannya. Arya keluar dari mobil, berjalan menuju pintu sebelah Liyana, setelah pintu mobil terbuka Arya berniat untuk menggendong Liyana. Namun, tiba-tiba Liyana terbangun dan terlonjak laget mendapati Arya yang begitu dekat dengan dirinya."Mau ngapain mas?" Tanya Liyana, sedikit ada ketakutan di wajahnya."Mau gendong kamu, habis di bangunin gak bangun-bangun. Udah sampai rumah." Jawab Arya apa adanya."Tidak usah, aku bisa jalan sendiri." Sambung Liyana yang tak ingin berdekatan dengan Arya.Liyana pun segera turun dari mobil dan berjalan menuju rumah.****Aroma kopi dan roti bakar yang menyeruak masuk ke dalam kamar, membuatnya Liyana terbangun dari tidur lelapnya. Seakan terhipnotis Liyana segera keluar dari dalam kamar dengan mata yang
Liyana bertekad untuk mengakhiri pernikahan semu yang selama ini ia jalani. Dengan menaiki sebuah taksi Liyana berangkat menuju gedung agama. Berencana segera mendaftarkan gugatan cerai kepada Arya. Tidak ada keraguan dalam hatinya kini. Melangkah pasti menuju ruang gedung. Tampak juga beberapa orang sedang mengurus hal yang sama dengannya. Liyana pun terlibat beberapa obrolan dengan orang yang baru saja ia temui dalam gedung tersebut. Ada yang tak sungkan bercerita tentang masalah keluarga yang di hadapinya, hingga orang itu mendaftarkan gugatan cerai kepada suaminya.Setelah mendengar beberapa cerita orang-orang yang tak ia kenal itu. Liyana pun merasa tambah yakin kalau keputusannya sudah benar. Liyana menunggu sambil sesekali menekan layar ponsel. Hingga tiba gilirannya untuk mendaftarkan gugatannya. "Nyonya Liyana !" Terdengar suara petugas dari dalam ruangan memanggil namanya.Liyana berdiri bangkit dari kursi tunggu yang sempat ia duduki. Terdiam sejenak sebelum kemudian mel
Drt drt drt Satu jam kemudian ponsel Liyana kembali bergetar. Lagi, Tiara memanggil lewat sambungan telepon yang terus Liyana abaikan. Tiara tak menyerah, ia terus melakukan panggilan hingga membuat Liyana tak tega membiarkannya.Akhirnya Liyana pun mengirim sebuah pesan kepada sahabatnya Tiara."Temui aku di alamat ini !" isi pesan singkat Liyana."Ok" balas Tiara.Liyana pun bersiap menuju alamat yang sudah ia tentukan. Begitu juga dengan Tiara. Tak sampai setengah jam Liyana sudah lebih dulu tiba di tempat, karena memang tempat tersebut berada tidak jauh dari tempat yang saat ini Liyana tinggali. Sedangkan Tiara masih di perjalanan.Selang beberapa lama Tiara pun tiba di tempat. Tiara langsung memeluk Liyana seraya mencercanya dengan pertanyaan."Duh kamu kemana aja sih Li? Bisa-bisanya buat aku khawatir, ada apa sebenarnya? Kenapa kamu pergi dari rumah suami mu Li?" Tiara melemparkan banyak pertanyaan.Liyana menarik napas pelan, "semua tidak sesuai harapanku" ujarnya."Maksud k
Dengan bola mata yang masih terbelalak setelah melihat isi paket yang di pegangnya. Terdapat sebuah amplop berwarna coklat juga selembar kertas yang masih di pegang Arya.Arya pun mulai membaca tulisan yang tercatat dalam selembar kertas yang ia pegang tersebut."Mas Arya, sebelumnya aku minta maaf karena melakukan tindakan ini tanpa membicarakannya bersama terlebih dahulu. Aku sudah pikirkan semuanya, dan aku tidak bisa menjalani sebuah hubungan yang di landasi dengan kebohongan. Sampai bertemu di pengadilan mas." _ Liyana_Arya menyugar rambutnya, mengusap wajahnya dengan kasar. Merasa tak percaya dengan apa yang Liyana lakukan. Arya memang akan menceraikan Liyana, tapi itu semua akan ia lakukan kalau usia pernikahan sudah satu tahun. Itu rencananya, sesuai janjinya kepada mendiang Ari_adiknya.Harusnya Arya merasa senang dengan tindakan yang Liyana lakukan. Dengan demikian, Arya tidak perlu lagi mencari alasan untuk menceraikan Liyana. Bukankah ini menjadi keuntungan bagi Arya. Ta
Arya berusaha mengejar Liyana, namun usahanya gagal. Liyana berjalan lumayan cepat, membuat Arya tak bisa mengejarnya.Di dalam ruang sidang tampak ke dua orang tua Liyana sudah duduk di kursi paling depan. Berbeda dengan Liyana yang segera menduduki salah satu kursi dari dua kursi di depan meja hakim yang sudah di sediakan untuk calon pasangan yang akan bercerai.Dengan tetap berusaha terlihat tenang, Liyana pun menduduki kursi. Namun belum juga terlihat lawan sidang Liyana yaitu Arya. Sepertinya Arya masih berada di luar. Benar saja, Arya masih sibuk mengobrol dengan seseorang dari balik telepon. Liyana memakluminya, Arya adalah orang sibuk, jadi wajar saja. Tak lama pak hakim mulai memasuki ruang sidang. Namun, Arya belum juga terlihat berada dalam ruangan.Tepat di saat sidang akan di mulai, Arya pun duduk di sebelah Liyana. Memandang Liyana yang terlihat duduk dengan santainya. Seolah tak ada keraguan dalam diri Liyana, Liyana hanya terlihat fokus memandang ke arah meja hakim.
Liyana sudah selesai berpakaian, sambil melihat diri di balik cermin. Liyana mulai melangkahkan kaki keluar dari kamar.Sampai di luar rumah, sebuah taksi sudah menunggu. Taksi yang Liyana pesan beberapa saat lalu. Sebelum ia ke luar rumah.Tiga puluh menit kemudian, Liyana sampai di depan rumah mewah Arya. Sudah hampir satu bulan lamanya Liyana meninggalkan rumah tersebut. Liyana keluar dari dalam taksi, tak lupa Liyana menyodorkan uang untuk membayar taksi tersebut, sebelum melangkah masuk ke dalam gerbang yang sudah di buka satpam rumah."Selamat datang Non." Sapa satpam rumah Arya. Kemudian menutup kembali gerbangnya.Langkah Liyana terhenti sesaat mendengar sapaan dari satpam. Liyana hanya menganggukkan kepala menjawab sapaan satpam tadi. Lalu melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terhenti.Sampai di depan pintu rumah Liyana berhenti sejenak sebelum masuk ke dalam. Suasana masih seperti biasanya. Hanya ada para asisten rumah yang selalu siap melayani Tuannya.Tanpa menunggu
"Li, koper siapa ini?" Tanya Tiara sembari memegang koper yang ada di samping Liyana.menatap Liyana dengan rasa penasaran."Hem" Liyana berdehem sekali. Lalu menghembuskan napas kasar sebelum menjawab pertanyaan Tiara."Koperku." Jawab Liyana. "Ada apa ini Li? Kenapa kamu membawa koper segala? Jangan bilang kamu sudah___?" Tiara menggantungkan ucapannya, memicingkan ke dua matanya, menatap Liyana penuh penekanan menunggu jawaban."Ya, aku sudah resmi bercerai dengan mas Arya. Ini juga baru saja selesai mengambil pakaian juga barang-barang aku yang masih tersimpan disana." Jelas Liyana tanpa ragu."Kamu serius Li !!" Dengan wajah terkejut, Tiara merasa tak percaya dengan keputusan sahabatnya Liyana. "Apa kamu sudah benar-benar yakin?" Tanya Tiara lagi."Sudah tidak ada yang bisa di pertahankan, aku tak bisa kalau harus menjalani sebuah hubungan yang di awali dengan kebohongan. Aku sungguh sudah teramat kecewa." Ungkap Liyana."Sudah lah, jangan di bahas lagi. Aku tidak ingin menginga
Kebahagiaan terpancar dari wajah Arya, Liyana juga putranya Azka. Sebuah keluarga kecil yang terlihat sempurna, keluarga yang penuh dengan kasih sayang membuat semua orang yang melihat kehangatan keluarga kecil Arya akan di rasuki rasa iri.Pagi ini jadi terasa lebih indah dan cerah dari biasanya. Benar-benar sangat berbeda. Lebih menyenangkan dari biasanya, sejak aktifitas yang Liyana dan Arya lakukan semalam sampai pagi tadi senyum bahagia terus terpancar dari wajah kedua pasangan yang kini telah menjadi orangtua. Padahal, aktifitas malam itu bukanlah yang pertama bagi Arya dan Liyana. Namun, entah mengapa kegiatan semalam terasa berbeda.Arya memandangi Liyana begitu dalam, Liyana adalah perempuan yang berhasil membuat Arya begitu mencintainya. Terlebih, Liyana kini sudah memberinya seorang putra berhasil membuat Arya menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Membuat Arya semakin menyayangi serta mencintai dua makhluk yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Arya dan Liyana saling menjaga
Sudah hampir satu jam Liyana berada di dalam kamar mandi. Arya yang sedari tadi sudah menunggu begitu merasa tidak sabar, di tambah dengan buah hatinya Azka yang takut keburu bangun membuat Arya semakin risau menunggu.Semenjak adanya baby Azka, Liyana dan Arya harus pandai mengatur waktu untuk kegiatan suami istrinya. Bagi Arya dan Liyana tak perduli pagi, siang, sore atau pun malam, jika kesempatan sudah ada di depan mata maka mereka akan memanfaatkannya kesempatan itu untuk kegiatan mereka.Liyana keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Arya yang sudah menunggu dengan sabar segera menghampiri Liyana. Arya tak memberi Liyana kesempatan untuk sekedar mengeringkan tubuhnya dulu.Arya melepaskan handuk yang sempat menutupi tubuh Liyana dengan cepat. Kini, keduanya sudah berada di atas ranjang bersiap untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, saat Arya baru akan memulainya tiba-tiba terdengar suara putranya Azka dari luar pintu memanggil ibuny
Baik Liyana maupun Arya, tak pernah sekalipun menolak keinginan Azka. Azka tumbuh dengan kasih sayang serta cinta yang tak pernah kurang dari kedua orangtuanya.Keesokan paginya, Azka bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat menggebu Azka berlari menuju kamar kedua orangtuanya.Tok tok tok..!Azka mengetuk pintu kamar orangtuanya. Liyana melangkah untuk membukakan pintu. "Ceklek" pintu mulai terbuka, Azka sudah menerobos masuk tanpa menunggu pintu terbuka lebar."Pa, bu, ayo kita berangkat sekarang !" Pinta Azka yang sudah tidak sabaran.Liyana dan Arya saling memandang, Arya bangkit dari duduknya menghampiri sang anak. "Kita sarapan dulu ya ! Habis itu baru berangkat." Ucap Arya."Siap pa, ayo !" Sambung Azka kemudian menarik tangan Arya menuju meja makan. Azka menyantap sarapan dengan lahapnya. Tak butuh waktu lama Azka telah selesai menghabiskan satu piring nasi goreng sarapannya. Melihat begitu semangat sang buah hati, Arya pun bergegas bangkit dari kursi tempat duduknya
Bagi Liyana dan Arya keluarga adalah segalanya, di mana mereka adalah pusat kehidupan dan tempat dimana Liyana dan Arya bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian semaksimal mungkin.Kehadiran buah hati baby Azka di tengah-tengah Liyana dan Arya menjadi pelengkap dan sumber kebahagiaan bagi Liyana dan Arya. Senyuman serta tawa cerianya membuat kehidupan Liyana dan sang suami semakin bertambah indah. Baby Azka mampu membuat Liyana dan Arya mempunyai arti dan tujuan hidup yang lebih terarah.Bersama Liyana dan baby Azka, Arya dapat memahami banyak hal. Salah satunya menemukan bahwa kebahagiaan itu sederhana dan mudah di raih. Arya hanya perlu menghabiskan waktu bersama Liyana juga baby Azka, berbagi cerita serta bercanda dan tertawa. Kebersamaan dan saling memiliki di antara Arya, Liyana dan baby Azka membuat setiap momen menjadi lebih indah dan berkesan. Karena kebahagiaan tak selalu tentang harta, dapat menikmati dan menghabiskan waktu bersama pun dapat menjadi kebahagiaan yang sempu
Hari berganti hari, tak terasa kini baby Azka sudah banyak menunjukkan perkembangannya. Bagi Liyana juga Arya, dapat menyaksikan tumbuh kembang sang buah hati merupakan sebuah momen yang sangat menakjubkan. Berbagai hal telah di lewati bersama, dimana suka dan cita menjadi satu dan mampu mempererat hubungan ketiganya.Rasanya, tak ada hal yang paling membahagiakan bagi Liyana dan Arya saat ini kecuali melihat buah hatinya mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya. Terhitung sejak saat baby Azka lahir ke dunia dan kini bayi mungil dengan wajah tampan itu telah tumbuh dengan pesat.Dimana saat dulu baby Azka belum bisa menopang tubuhnya sendiri, kini baby Azka sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya meski masih kesulitan. Tak terasa baby Azka kini sudah berusia empat bulan, dan baby Azka kini sudah mulai bisa tengkurap sendiri bahkan sudah bisa di ajak bermain cilukba. Sungguh ini merupakan momen yang sangat berharga bagi Liyana dan Arya.Buah hatinya begitu menggemaskan, Arya seakan tida
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa atas kelahiran baby Azka ke dunia, Arya dan Liyana berencana akan menggelar aqiqah. Hari ini di kediaman Arya dan Liyana akan mengadakan acara Aqiqah untuk putra pertama mereka Azka yang sudah berusia empat puluh hari. Selain mengundang beberapa kolega, Arya dan Liyana juga mengundang ratusan anak yatim piatu dari beberapa panti asuhan yang tersebar di kota jakarta. Acara Aqiqah baby Azka di isi dengan ceramah ustadz, rebana serta nyanyian nasyid yang di bawakan oleh bintang tamu yang sengaja di undang oleh Arya. Tak hanya tamu undangan Arya, beberapa keluarga dan tak ketinggalan sahabat Liyana yaitu Tiara pun turut hadir dalam acara Aqiqah ini.Sejak acara Aqiqah berlangsung, putra kecil Arya dan Liyana yang di beri nama baby Azka tertidur lelap di dalam pangkuan sang ibu Liyana. Walau pun suasana cukup berisik, jagoan kecil itu terus tertidur dengan tenang, seakan tidak terusik oleh keadaan di sekelilingnya. Tentu saja pemand
Selama empat hari berada di rumah sakit, Mas Arya selalu mendampingiku. Tak pernah sehari pun Mas Arya absen untuk menemani masa pemulihanku juga tak pernah absen untuk melihat perkembangan Arya junior di dalam kamar bayi. Kamar Liyana dan kamar bayinya sengaja di pisahkan, itu pun hanya terhalang pintu saja.Sebenarnya, Liyana merasa belum siap sepenuhnya untuk menjadi seorang ibu. Walau dari jauh-jauh hari Liyana sudah mempersiapkan diri, nyatanya saat sang bayi sudah lahir ke dunia Liyana masih merasakan kekhawatiran dalam hatinya. Liyana khawatir kalau dirinya tidak akan bisa menjadi ibu yang baik, khawatir jika dirinya tidak bisa menjaga sang buah hati dengan baik. Khawatir jika suaminya Arya akan lebih mencintai bayinya dan malah mengabaikannya.Tapi, kekhawatiran Liyana kini telah sirna karena perhatian yang Mas Arya berikan selama empat hari ini. Nyatanya, Mas Arya kini lebih mencintai Liyana dan sama sekali tak pernah mengabaikan Liyana. Rasa cinta Arya terhadap Liyana justru
"Mas,,, sakit banget." Ucap Liyana, seraya mencengkeram erat jemari tangan Arya. Arya memeluk tubuh Liyana, menggenggam jemari Liyana yang terasa sangat dingin bahkan wajahnya semakin pucat.Hati Arya terasa hancur, melihat keadaan Liyana yang seperti saat ini membuat Arya menjadi sedih. Arya tak tega dan sampai hati melihat Liyana meringis menahan sakit. Andai saja Arya bisa menggantikan posisi Liyana, Arya akan sangat siap menanggung rasa sakitnya. Andai bisa berbagi kesakitan, Arya tentu dengan senang hati mau melakukannya. Dalam keadaan yang seperti ini, Arya harus bisa berpikir tenang. Arya menghirup napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan. Berkali-kali Arya melakukannya untuk memasukkan oksigen yang banyak ke otaknya.Sedetik kemudian Arya baru menyadari kalau dirinya belum memberitahu dokter akan kedatangannya ke rumah sakit hari ini. Gegas Arya mengambil ponsel dari dalam saku celananya, mencari nomor dokter dalam daftar panggilannya.Setelah ketemu, Arya pun langsung m
Tak terasa persalinan Liyana tinggal menghitung hari. Kontraksi juga sering Liyana rasakan sejak kehamilannya memasuki usia sembilan bulan. Walaupun hanya kontraksi kecil yang dirasakan Liyana tetapi lambat laun kontraksi itu semakin sering dan efek sakitnya pun semakin terasa. Seperti yang Liyana rasakan beberapa hari lalu, dan setelah di periksa ternyata hanya kontraksi palsu.Sedangkan, calon papa siaga bernama Arya Bagaskara itu sudah berjaga-jaga sejak kontraksi palsu yang Liyana rasakan. Arya memilih mengerjakan pekerjaan di rumah. Kalau pun ada meeting, Arya lebih memilih untuk di wakilkan asisten atau sekretarisnya. Terkadang, sekretarisnya harus bolak-balik dari kantor ke rumah Bosnya Arya untuk menyerahkan dokumen yang harus Arya tandatangani. Tentunya sekretarisnya itu mendapatkan bonus gaji pokok selama Arya bekerja di rumah. Arya benar-benar menjadi suami siaga yang selalu menemani Liyana istri kecilnya yang kini sedang membawa calon anak mereka ( Arya junior ) di dalam