Gadis itu segera mengambil kotak persegi berwarna merah di atas nakas. Ia membuka isinya bahkan masih ada. Aliran darah Liyana tiba-tiba panas. Suara napas yang berhembus secara berhamburan membuatnya kesulitan untuk mengaturnya.'Aku tahu, ini adalah alat kontrasepsi yang dipakai laki-laki. Aku kecewa, berarti benar dengan kecurigaanku. Mas arya dan Evelin sering berhubungan badan!' Liyana membatin. Ia meletakkan kembali benda yang dianggap baginya cukup menjijikan. Dia mengurungkan niat yang awalnya hendak menyiapkan pakaian untuk Arya. Dengan langkah yang cepat, Liyana meninggalkan kamar Arya. Ia kembali ke kamar setelah menutup pintu dengan membantingnya.Ijah dan dua pembantu yang lainnya sampai terlonjat karena kaget mendengar suara pintu dibanting. "Makin lama, Non Liyana makin semena-mena ya," ujar salah satu pembantu tatkala berkomentar di dekat Ijah."Iya. Aku juga tidak terlalu suka dengan, Non Liyana. Aku lebih suka dengan Non Evelin yang baik dan sering memberi uang saku
"Eh!" Liyana membulatkan matanya. "Jangan sembarangan deh kalau ngomong," bantahnya."Lalu apa lagi kalau bukan cemburu? Kamu marah-marah gak jelas karena menduga Mas Arya berbuat mesum, padahal belum ada bukti. Apalagi kalau bukan cemburu namanya?" Tiara bersi kukuh dengan dugaannya."Tidak, Tiara! Bukan cemburu. Aku hanya muak saja dengan suami yang suka berbuat mesum. Lebih baik menikah dari pada berzina," tegas Liyana."Memangnya kamu rela melihat Mas Arya menikahi, Evelin?" Tiara menaikkan sebelah alisnya."Ah sudahlah. Jangan bahas itu lagi. Kepalaku pusing!" Liyana menekan kepalanya dengan kedua tangan. Raut wajahnya terlihat berat menahan sesuatu yang mengganjal di dalam dada.Malam itu, Liyana terlihat risau. Apalagi tatkala melihat ponselnya. Tak ada satu pun pesan masuk dari suaminya. Makanan di atas meja terlihat masih utuh, tak ada satu pun yang disentuh. Padahal biasanya, Liyana selalu terlihat makan dengan lahap tatkala tengah marah atau pun emosi.Cukup lama membatu da
Sementara Liyana tanpa sadar mencabik-cabik bantal di kamarnya, akibat rasa kesalnya terhadap Arya.***Di pagi hari Liyana melihat mas Arya sudah terlihat rapi, meskipun memang setiap hari mas Arya selalu berpakaian rapi tetapi entah kenapa pagi ini terlihat berbeda bagi Liyana."Mas mau kemana?" Tanya Liyana penuh selidik."Apa aku harus menjawabnya?" Tanya balik Arya, sengaja ingin membuat Liyana kesal."Tinggal jawab saja apa susahnya sih mas!" Timpal Liyana. Bukannya menjawab, Arya justru meninggalkan Liyana begitu saja, melangkah masuk ke dalam kendaraan roda empatnya dan berlalu pergi."Semakin hari malah semakin ngeselin" Liyana mendengus kesal.Liyana memutuskan untuk kembali bertemu dengan Tiara, sekedar meluapkan kekesalannya. Seperti biasa Liyana dan Tiara bertemu di sebuah caffe."Kenapa lagi sih Li?" Pertanyaan itu serasa sudah biasa Tiara ucapkan kepada Liyana, karena memang akhir-akhir ini Liyana sering terlihat kesal sendiri."Apa karena mas Arya lagi?" Tiara menebak
"Apa yang sedang kamu lakukan di kamarku Li?" Arya bertanya sekedar mengalihkan."I-i-itu ta-ta tadi aku," dengan terbata-bata Liyana berusaha menjawab, bukan karena takut kepada suaminya akan tetapi merasa canggung atas kejadian yang baru saja mereka alami."Ah sudahlah, kembali ke kamarmu Li." Titah Arya.Tanpa ada jawaban Liyana pun langsung ke luar dari kamar suaminya bergegas masuk kembali ke kamarnya. Ya, pasangan suami istri ini memang masih tidur di kamar yang berbeda hingga usia pernikahan yang kini menginjak satu bulan.Seperti biasa, setiap pagi Arya pergi untuk mengurus bisnisnya. Sedangkan Liyana setengah hari ini hanya menghabiskan waktu di dalam kamar. Ia mulai merasa jenuh, tidak ada yang bisa ia lakukan selain bertemu dengan Tiara.Siang ini Liyana berencana untuk mengajak sahabatnya Tiara pergi ke mall sekedar untuk berjalan-jalan. Liyana pun segera meraih ponsel dari atas nakas."Mas, aku pergi keluar bersama Tiara" Liyana mengirim pesan kepada suaminya Arya."Mau
Ceklek,,,, pintu pun sudah terbuka.Arya pun segera masuk, kemudian duduk di sofa. Tanpa menunggu yang punya kamar mempersilahkan. "Ck, Liyana bedecak seraya duduk di sebelah Arya.""Bersiap-siap lah Li,, kita akan ke luar kota besok,"Tutur Arya."Dalam rangka apa kamu mengajak aku Mas?" Tanya Liyana penasaran."Ada cabang toko perhiasan yang akan di resmikan, mungkin akan membutuhkan waktu beberapa hari karena masih ada yang harus di selesaikan. Sudah Li kamu nurut saja." Tegas Arya seraya bangkit dari duduknya, melangkah menuju keluar kamar. Namun, saat berada di ambang pintu Arya terdiam. " kalau kamu tak mau ikut juga tidak apa-apa Li, aku tidak akan memaksa. Aku hanya tidak ingin kecurigaan mu semakin menjadi-jadi, karena Evelin akan ikut serta." Ungkap Arya memberi tahu Liyana. Ia pun kembali berjalan meninggalkan kamar Liyana.Liyana tampak gelisah, ia pun segera menyiapkan barang-barang yang akan di bawanya. Mulai dari pakaian hingga alat make up nya.****Liyana melihat bend
Sesampainya di dalam Liyana pun kebingungan, tidak tahu harus pergi ke ruangan mana, karena ternyata di dalam ruangan yang Liyana masuki masih ada beberapa ruangan lagi yang membuatnya menjadi bingung. Liyana kehilangan jejak dan memutuskan untuk kembali ke ruang makan saja.Arya yang sudah selesai dengan urusannya bersama Evelin pun kembali memasuki ruang makan bersama. Ke dua bola mata Arya terlihat tengah menjelajahi setiap sudut yang ada di ruangan tersebut, mencari keberadaan istrinya Liyana. Namun, Arya tak juga menemukannya.Arya segera mengambil ponsel dari dalam saku celananya dan melakukan panggilan kepada Istri kecilnya."Hallo, Li, kamu dimana? Aku tidak melihatmu di ruang makan ini." Tanya suaminya Arya dari balik telepon."Aku di kamar Mas," jawab Liyana singkat."Kenapa kamu tidak menunggu Mas dulu Li, atau paling tidak kamu beritahu Mas kalau mau pergi ke kamar, biar Mas tidak khawatir." Ucap Arya lembut."Tidak apa-apa Mas, lagian aku tidak mau menjadi nyamuk yang m
Lagi, Liyana kembali di kejutkan dengan isi pesan yang ia terima." 5 juta rupiah " Terpampang nominal uang dalam satu pesan mbanking yang ia terima tentu saja dari suaminya Arya. Padahal uang jajan Liyana pun masih sangat cukup kalau hanya untuk membeli sebuah hadiah."Mas Arya memang suami idaman banget Li," celetuk sahabatnya Tiara yang tak sengaja melihat pesan yang di terima Liyana."Idaman dari apanya, jelas-jelas dia suka bermain mesum dengan kekasihnya, apa itu yang di namakan suami idaman." Sungut Liyana."Kalau aku jadi kamu Li, gak akan aku lepas deh suami kaya mas Arya ini." Sambung Tiara lagi."Memang dasar kadal perempuan." Cibir Liyana kemudian melangkah masuk ke dalam toko perlengkapan kado di ikuti Tiara yang terkekeh dengan ucapan Liyana.Selesai mencari hadiah Liyana pun langsung pulang kembali ke rumah. Benda bulat yang melingkar di pergelangan tangan Liyana menunjukkan pukul 9 malam. Sepi, suasana rumah yang Liyana dan suaminya Arya tempati memang selalu dalam
Dalam perjalanan pulang Liyana tampak masih terlihat kesal, memalingkan wajahnya menatap ke luar jendela. Arya menyadari kekesalan Liyana pasti karena Evelin. Namun, ia memilih membiarkannya karena mungkin suatu saat nanti bisa di jadikan sebagai salah satu alasan Arya menceraikannya.Malam semakin larut, saat mobil yang di kemudikan Arya sampai di rumah karena terjebak macet.Baru saja keluar dari mobil, Arya terlihat mengambil ponsel dari saku celana seraya menempelkannya di pipi, melakukan panggilan telepon kepada kekasihnya Evelin sekedar memberi tahu kalau ia tidak bisa mengurus masalahnya malam ini.Liyana segera berjalan masuk ke dalam rumah dengan raut wajah yang semakin terlihat kesal. Liyana menutup pintu dengan kencang. Melihat sikap Liyana yang semakin aneh, membuat Arya geram.Langkah Liyana terhenti saat tangan hendak memegang gagang pintu kamar. Arya pun menggenggam tangan Liyana." Apaan sih mas?" Tanya Liyana masih dengan wajah kesalnya."Kamu yang apaan Li, tutup pin
Kebahagiaan terpancar dari wajah Arya, Liyana juga putranya Azka. Sebuah keluarga kecil yang terlihat sempurna, keluarga yang penuh dengan kasih sayang membuat semua orang yang melihat kehangatan keluarga kecil Arya akan di rasuki rasa iri.Pagi ini jadi terasa lebih indah dan cerah dari biasanya. Benar-benar sangat berbeda. Lebih menyenangkan dari biasanya, sejak aktifitas yang Liyana dan Arya lakukan semalam sampai pagi tadi senyum bahagia terus terpancar dari wajah kedua pasangan yang kini telah menjadi orangtua. Padahal, aktifitas malam itu bukanlah yang pertama bagi Arya dan Liyana. Namun, entah mengapa kegiatan semalam terasa berbeda.Arya memandangi Liyana begitu dalam, Liyana adalah perempuan yang berhasil membuat Arya begitu mencintainya. Terlebih, Liyana kini sudah memberinya seorang putra berhasil membuat Arya menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Membuat Arya semakin menyayangi serta mencintai dua makhluk yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Arya dan Liyana saling menjaga
Sudah hampir satu jam Liyana berada di dalam kamar mandi. Arya yang sedari tadi sudah menunggu begitu merasa tidak sabar, di tambah dengan buah hatinya Azka yang takut keburu bangun membuat Arya semakin risau menunggu.Semenjak adanya baby Azka, Liyana dan Arya harus pandai mengatur waktu untuk kegiatan suami istrinya. Bagi Arya dan Liyana tak perduli pagi, siang, sore atau pun malam, jika kesempatan sudah ada di depan mata maka mereka akan memanfaatkannya kesempatan itu untuk kegiatan mereka.Liyana keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Arya yang sudah menunggu dengan sabar segera menghampiri Liyana. Arya tak memberi Liyana kesempatan untuk sekedar mengeringkan tubuhnya dulu.Arya melepaskan handuk yang sempat menutupi tubuh Liyana dengan cepat. Kini, keduanya sudah berada di atas ranjang bersiap untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, saat Arya baru akan memulainya tiba-tiba terdengar suara putranya Azka dari luar pintu memanggil ibuny
Baik Liyana maupun Arya, tak pernah sekalipun menolak keinginan Azka. Azka tumbuh dengan kasih sayang serta cinta yang tak pernah kurang dari kedua orangtuanya.Keesokan paginya, Azka bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat menggebu Azka berlari menuju kamar kedua orangtuanya.Tok tok tok..!Azka mengetuk pintu kamar orangtuanya. Liyana melangkah untuk membukakan pintu. "Ceklek" pintu mulai terbuka, Azka sudah menerobos masuk tanpa menunggu pintu terbuka lebar."Pa, bu, ayo kita berangkat sekarang !" Pinta Azka yang sudah tidak sabaran.Liyana dan Arya saling memandang, Arya bangkit dari duduknya menghampiri sang anak. "Kita sarapan dulu ya ! Habis itu baru berangkat." Ucap Arya."Siap pa, ayo !" Sambung Azka kemudian menarik tangan Arya menuju meja makan. Azka menyantap sarapan dengan lahapnya. Tak butuh waktu lama Azka telah selesai menghabiskan satu piring nasi goreng sarapannya. Melihat begitu semangat sang buah hati, Arya pun bergegas bangkit dari kursi tempat duduknya
Bagi Liyana dan Arya keluarga adalah segalanya, di mana mereka adalah pusat kehidupan dan tempat dimana Liyana dan Arya bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian semaksimal mungkin.Kehadiran buah hati baby Azka di tengah-tengah Liyana dan Arya menjadi pelengkap dan sumber kebahagiaan bagi Liyana dan Arya. Senyuman serta tawa cerianya membuat kehidupan Liyana dan sang suami semakin bertambah indah. Baby Azka mampu membuat Liyana dan Arya mempunyai arti dan tujuan hidup yang lebih terarah.Bersama Liyana dan baby Azka, Arya dapat memahami banyak hal. Salah satunya menemukan bahwa kebahagiaan itu sederhana dan mudah di raih. Arya hanya perlu menghabiskan waktu bersama Liyana juga baby Azka, berbagi cerita serta bercanda dan tertawa. Kebersamaan dan saling memiliki di antara Arya, Liyana dan baby Azka membuat setiap momen menjadi lebih indah dan berkesan. Karena kebahagiaan tak selalu tentang harta, dapat menikmati dan menghabiskan waktu bersama pun dapat menjadi kebahagiaan yang sempu
Hari berganti hari, tak terasa kini baby Azka sudah banyak menunjukkan perkembangannya. Bagi Liyana juga Arya, dapat menyaksikan tumbuh kembang sang buah hati merupakan sebuah momen yang sangat menakjubkan. Berbagai hal telah di lewati bersama, dimana suka dan cita menjadi satu dan mampu mempererat hubungan ketiganya.Rasanya, tak ada hal yang paling membahagiakan bagi Liyana dan Arya saat ini kecuali melihat buah hatinya mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya. Terhitung sejak saat baby Azka lahir ke dunia dan kini bayi mungil dengan wajah tampan itu telah tumbuh dengan pesat.Dimana saat dulu baby Azka belum bisa menopang tubuhnya sendiri, kini baby Azka sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya meski masih kesulitan. Tak terasa baby Azka kini sudah berusia empat bulan, dan baby Azka kini sudah mulai bisa tengkurap sendiri bahkan sudah bisa di ajak bermain cilukba. Sungguh ini merupakan momen yang sangat berharga bagi Liyana dan Arya.Buah hatinya begitu menggemaskan, Arya seakan tida
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa atas kelahiran baby Azka ke dunia, Arya dan Liyana berencana akan menggelar aqiqah. Hari ini di kediaman Arya dan Liyana akan mengadakan acara Aqiqah untuk putra pertama mereka Azka yang sudah berusia empat puluh hari. Selain mengundang beberapa kolega, Arya dan Liyana juga mengundang ratusan anak yatim piatu dari beberapa panti asuhan yang tersebar di kota jakarta. Acara Aqiqah baby Azka di isi dengan ceramah ustadz, rebana serta nyanyian nasyid yang di bawakan oleh bintang tamu yang sengaja di undang oleh Arya. Tak hanya tamu undangan Arya, beberapa keluarga dan tak ketinggalan sahabat Liyana yaitu Tiara pun turut hadir dalam acara Aqiqah ini.Sejak acara Aqiqah berlangsung, putra kecil Arya dan Liyana yang di beri nama baby Azka tertidur lelap di dalam pangkuan sang ibu Liyana. Walau pun suasana cukup berisik, jagoan kecil itu terus tertidur dengan tenang, seakan tidak terusik oleh keadaan di sekelilingnya. Tentu saja pemand
Selama empat hari berada di rumah sakit, Mas Arya selalu mendampingiku. Tak pernah sehari pun Mas Arya absen untuk menemani masa pemulihanku juga tak pernah absen untuk melihat perkembangan Arya junior di dalam kamar bayi. Kamar Liyana dan kamar bayinya sengaja di pisahkan, itu pun hanya terhalang pintu saja.Sebenarnya, Liyana merasa belum siap sepenuhnya untuk menjadi seorang ibu. Walau dari jauh-jauh hari Liyana sudah mempersiapkan diri, nyatanya saat sang bayi sudah lahir ke dunia Liyana masih merasakan kekhawatiran dalam hatinya. Liyana khawatir kalau dirinya tidak akan bisa menjadi ibu yang baik, khawatir jika dirinya tidak bisa menjaga sang buah hati dengan baik. Khawatir jika suaminya Arya akan lebih mencintai bayinya dan malah mengabaikannya.Tapi, kekhawatiran Liyana kini telah sirna karena perhatian yang Mas Arya berikan selama empat hari ini. Nyatanya, Mas Arya kini lebih mencintai Liyana dan sama sekali tak pernah mengabaikan Liyana. Rasa cinta Arya terhadap Liyana justru
"Mas,,, sakit banget." Ucap Liyana, seraya mencengkeram erat jemari tangan Arya. Arya memeluk tubuh Liyana, menggenggam jemari Liyana yang terasa sangat dingin bahkan wajahnya semakin pucat.Hati Arya terasa hancur, melihat keadaan Liyana yang seperti saat ini membuat Arya menjadi sedih. Arya tak tega dan sampai hati melihat Liyana meringis menahan sakit. Andai saja Arya bisa menggantikan posisi Liyana, Arya akan sangat siap menanggung rasa sakitnya. Andai bisa berbagi kesakitan, Arya tentu dengan senang hati mau melakukannya. Dalam keadaan yang seperti ini, Arya harus bisa berpikir tenang. Arya menghirup napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan. Berkali-kali Arya melakukannya untuk memasukkan oksigen yang banyak ke otaknya.Sedetik kemudian Arya baru menyadari kalau dirinya belum memberitahu dokter akan kedatangannya ke rumah sakit hari ini. Gegas Arya mengambil ponsel dari dalam saku celananya, mencari nomor dokter dalam daftar panggilannya.Setelah ketemu, Arya pun langsung m
Tak terasa persalinan Liyana tinggal menghitung hari. Kontraksi juga sering Liyana rasakan sejak kehamilannya memasuki usia sembilan bulan. Walaupun hanya kontraksi kecil yang dirasakan Liyana tetapi lambat laun kontraksi itu semakin sering dan efek sakitnya pun semakin terasa. Seperti yang Liyana rasakan beberapa hari lalu, dan setelah di periksa ternyata hanya kontraksi palsu.Sedangkan, calon papa siaga bernama Arya Bagaskara itu sudah berjaga-jaga sejak kontraksi palsu yang Liyana rasakan. Arya memilih mengerjakan pekerjaan di rumah. Kalau pun ada meeting, Arya lebih memilih untuk di wakilkan asisten atau sekretarisnya. Terkadang, sekretarisnya harus bolak-balik dari kantor ke rumah Bosnya Arya untuk menyerahkan dokumen yang harus Arya tandatangani. Tentunya sekretarisnya itu mendapatkan bonus gaji pokok selama Arya bekerja di rumah. Arya benar-benar menjadi suami siaga yang selalu menemani Liyana istri kecilnya yang kini sedang membawa calon anak mereka ( Arya junior ) di dalam