Beranda / CEO / Terpaksa Menikahi CEO / Bab 12. Bedebah Tidak Tahu Diri

Share

Bab 12. Bedebah Tidak Tahu Diri

Penulis: Hanazawa Easzy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bawa para b*jingan itu ke ruang penyiksaan! Aku ingin melihat kesaksian mereka dengan mata kepalaku sendiri!" Suara Rio menggema, menunjukkan bahwa pria itu marah dan tidak bisa mengendalikan emosinya lagi.

"Baik." Leo berbalik badan, siap melangkah pergi dari ruangan ini.

"Tunggu!" titah Rio membuat langkah pria berpakaian serba hitam itu terhenti.

"Ya, Tuan?" Leo berbalik, kembali menghadap tuannya yang kini duduk di kursi kebesarannya yang empuk.

"Dimana dia sekarang? Apa yang sedang dia lakukan?"

Leo terdiam sepersekian detik. Otaknya berusaha mencerna siapa 'dia' yang tuannya bicarakan. Pria ini tidak pernah mempedulikan orang lain sebelumnya. Tapi, kemampuan otak Leo diatas rata-rata. Dia tahu siapa yang dimaksud oleh tuannya.

"Nona Monika pergi ke tempatnya bekerja. Dia meminta kelima pengawal kita untuk pergi dan menyampaikan sebuah pesan untuk Anda."

"Pesan? Untukku?" Ada seulas senyum tipis yang tampak di bibir pria

Hanazawa Easzy

Penasaran kelanjutannya? See you next day... Buat kalian yang bingung cara isi koin di Good Novel, bisa DM author di sosial media hanazawa_easzy. Nanti author ajarin caranya. Bye-bye, Hanazawa Easzy

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
aku sdh mnggu klanjutannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 13. Gadis Dua Miliar

    WARNING!!! 21+ BUKAN UNTUK DITIRU!! * * * Sejurus kemudian, bibir Rio sudah mendarat di leher Monika, membuat gadis ini merasakah geli dan nikmat di saat yang bersamaan. Pria itu semakin terobsesi saat melihat tak ada perlawanan dari wanita di hadapannya. "Aku akan memulainya." Rio menatap manik mata di depannya dengan mata berkilat dipenuhi gairah. Dia tidak bisa menahan diri lagi. Bibir Monika menjadi sasaran serangan pria ini. Dia mencium wanitanya dengan lembut, membuat Monika terhanyut. Tanpa sadar, tangan Monika yang terbebas mencengkeram jas yang Rio kenakan. Dia terbawa perasaan, mulai menikmati perlakuan suaminya. Deru air conditioner di ruangan itu membersamai suara decak bibir dua orang yang kehilangan akal sehatnya. Mereka saling melumat, mengejar kenikmatan masing-masing. Rio mulai kepanasan. Dia melepaskan jas navy yang dipakainya dan membuangnya sembarang. Tangan dan bibirnya bekerja sama, menjelajah tub

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 14. Masih Perawan

    Rio tampak ragu, antara melanjutkan aktivitas mereka atau berhenti sampai di sini saja. Logikanya membela, tidak ingin membuat Monika ketakutan. Tapi, hasratnya berkata sebaliknya. Lonjakan libido di dalam dirinya semakin kuat. Dia tidak ingin gagal untuk kedua kali seperti semalam. Melihat situasi yang ada, Monika meraih selimut di bawah tubuhnya untuk menyembunyikan diri. Dia berusaha kabur dari pria mesum yang hampir saja merenggut kesuciannya ini. Krekk kreekk Tangan Monika meraih handle pintu dan berusaha membukanya dengan tubuh gemetar hebat. Kakinya terasa lemas, hampir tak mampu untuk menopang tubuhnya sendiri. "Tolong..." Krekk krekk "Siapa saja, tolong buka pintunya!" teriak Monika dengan putus asa. Dia tidak ingin berada di ruangan ini lebih lama. Pria ini tengah dikuasai hasrat liar. Tak hanya kesuciannya yang terancam, mungkin saja nyawanya juga ada dalam bahaya. Dukk dukk Monika terus mengetuk pintu di dep

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 15. Binatang Buas Berwujud Manusia

    WARNING!!! 21+ "Apa ini pertama kalinya untukmu?" Rio urung pergi, membelai surai panjang Monika dari belakang, sesekali memainkannya dengan jari. Keduanya menghadap cermin besar yang tertanam di dinding. Lengang. Monika tak merespon. "Kamu marah padaku, hmm?" gumam pria yang kini asik menelusuri bahu mulus Monika. Lagi-lagi wanita ini bungkam. Hatinya mati rasa, tak ingin meladeni apa saja yang pria ini ucapkan. Hidupnya tak lagi berharga. Itu yang dia rasakan. "Kamu harus bertanggung jawab karena membuatku begitu ketagihan." Rio kembali menikmati area sensitif di belakang telinga dengan mulutnya, membuat geleyar aneh kembali dirasakan oleh Monika. Tubuhnya kembali terangsang. Shit! "Kamu tidak ingin menjawab pertanyaanku?" Rio memancing respon Monika. "Aku akan terus menyiksamu jika kamu tetap bungkam seperti sekarang," ucap Rio sambil menelusuri perut rata istrinya. Jemarinya bergerilya di balik

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 16. Everlasting Love

    'Dimana ini? Apa ini mimpi?' batin wanita yang masih memejamkan matanya. Ini sama sekali bukan kamar kosnya yang sempit dan pengap. Deru halus air conditioner terdengar di kejauhan. Monika membuka mata, berharap mulai mendapatkan kembali memorinya. 'Apa yang terjadi padaku?' batinnya masih bertanya-tanya. Cermin besar di depan sana menunjukkan tubuhnya yang terbaring di sebuah ranjang mewah berukuran king size. Hanya bagian kepala dan bahunya saja yang terlihat, sisanya terbalut selimut. 'Tunggu!' Sejurus kemudian, Monika membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Kedua matanya terbelalak selebar mungkin. Terkejut dengan apa yang tertangkap oleh indera penglihatannya. Jantungnya seolah berhenti berdetak satu waktu. Monika terhenyak, napasnya tercekat di tenggorokan. Dia tidak percaya melihat tubuhnya polos, tanpa sehelai benang pun yang tersisa. Monika semakin syok begitu mendapati puluhan tanda cinta tercetak di sekujur tubuhnya. Ingatan

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 17. Pria Manipulatif

    Matahari telah kembali ke peraduan, membuat langit perlahan berubah menjadi kelabu. Sinar jingga di ufuk barat menandakan siang telah berakhir, berganti malam bersama bintang gemintangnya di angkasa. Sebuah mobil terhenti di pelataran sebuah gedung pencakar langit bertuliskan Dirgantara Artha Graha. Pria dengan pakaian serba hitam berlari, membukakan pintu mobil bagian belakang tempat tuannya berada. "Selamat datang kembali, Tuan Muda." Leo menyapa atasannya. "Umm," gumam Rio sambil mengangkat tangannya. Dia melirik sekilas pada tangan kanan yang mendapat tamparan keras darinya beberapa waktu lalu. "Dimana dia sekarang?" tanya Rio, menatap sekeliling yang mulai sepi. Sebagian besar pegawainya sudah pulang, membuat tempat parkir bawah tanah ini sedikit lega. "Nona masih ada di ruang istirahat." Leo tahu siapa 'dia' yang pria ini maksud. "Apa terjadi sesuatu sampai kamu menghubungiku?" tanya Rio, menatap arloji di pergelangan tangannya.

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 18. Kesepakatan Bodoh?

    "B*debah b*rengsekk!!" Umpatan Monika terdengar jelas. Tak lagi menyembunyikan kemarahan seperti sebelumnya. Dia tidak bisa menahan diri, mengatai pria di hadapannya dengan kalimat kasar. Dengan sekuat tenaga, Monika berusaha menghalau bibir Rio yang berniat menciumnya. Kesabarannya semakin menipis jika berhadapan dengan pria ini. Benar-benar membuatnya emosi. "Aku memang b*rengsek. Kenapa? Kamu tidak terima mendapat suami b*jingan sepertiku?" Rio menikmati setiap kata yang keluar dari bibir Monika. Sejak pertemuan pertama mereka kemarin, wanitanya sangat jarang berbicara. Dia cenderung pendiam dan bisa menguasai emosi dengan baik. Dan sekarang Rio sengaja, memancing agar Monika lebih banyak bicara. Monika bungkam. Tidak ada wanita yang bersedia menikah suka rela dengan pria mesum, kasar, arogan, pemarah, dan pemaksa sepertinya. Satu-satunya kelebihan pria ini adalah dia memiliki banyak uang. Itu! "Kenapa diam?" Rio mengamati mata indah di had

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 19. Win-Win Solution

    Sebuah mobil edisi terbatas berhenti di bahu jalan, tepat di dekat sebuah halte. Tiang lampu penerangan dengan sensor otomatis tepat berdiri di sebelah kiri benda mengilap itu. Langit berwarna gelap, menunjukkan siang telah berlalu. Awan bergulung menandakan akan turun hujan. "Sampai di sini saja. Tidak perlu mengantarku lebih jauh." Monika melepas sabuk pengaman yang sedari tadi melingkupi tubuhnya. Dia bersiap turun, untuk kemudian kembali ke kamar kostnya. Namun, ada yang mengganjal di dalam hatinya. Ekspresi kesedihan Rio masih terbayang di matanya. Hening. Dua menit berlalu tanpa sepatah kata pun dari keduanya. Monika masih sibuk dengan pemikirannya yang semakin terbebani setelah melihat ruang kerja Rio hancur tak bersisa. Pria itu membanting, menendang, dan memukul benda apa saja yang ada dalam jangkauannya. Telepon kabel, monitor layar datar, gelas kaca, dan beberapa benda lainnya teronggok di lantai. Suara gaduh yang sebelumnya dia dengar, ada

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 20. Mainan Baru (18+)

    Tapak kaki Monika melewati pintu saat tiba-tiba hujan turun dengan begitu deras. Langit malam menumpahkan beribu-ribu bulir air yang jatuh dari angkasa. Sebagian mengalir ke sungai melalui saluran drainase yang ada, sementara sisanya tersimpan di dalam tanah. Hawa dingin menyergap, membuat siapa saja enggan berada di luar rumah dan memilih berdiam di tempat mereka sendiri. "Untunglah..." ungkap wanita yang kini melepas dua sepatu di kakinya. Dia merasa beruntung karena tidak sampai kehujanan. Daya tahan tubuhnya sedikit lemah, mudah terserang flu setelah kehujanan. Dengan langkah kaki lebar-lebar, Monika bergegas menuju dapur demi mengambil segelas air putih hangat. Tenggorokannya terasa kering dengan perut yang mulai meronta minta diisi. Terakhir dia makan pagi ini, setelahnya tak ada sebutir nasi pun yang masuk ke dalam perut. Monika bersiap minum air di gelas yang kedua saat tiba-tiba netranya menangkap kalender meja di hadapannya. "P

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi CEO   Perfect Happiness

    Tiga tahun kemudian ...."Daddy," panggil gadis dua setengah tahun yang kini memanjat dada bidang ayahnya."Hmm. Alea?" Rio mengerjapkan mata, namun belum membukanya. Dia masih dikuasai kantuk dan ingin terpejam sebentar lagi.Mentari bersinar hangat di musim semi, bersamaan dengan aroma bunga sakura yang diam-diam menelisik hidung. Di sebuah hunian mewah dengan dekorasi minimalis, seorang pria tidur terlentang di atas sofa bed bersama putrinya."Dad ...." Jemari mungil Alea meraba dada bidang Rio yang tertutup kaus putih. Aroma bayi yang menyegarkan menguar, menyapa indera penciuman sang ayah.Tiruan Monika itu mengulurkan tangannya, mengelus pelipis pria yang menjadi cinta pertama dalam hidupnya. Sama seperti sang ibu yang suka mencium pipi Rio diam-diam saat tidur, Alea juga melakukan hal yang sama. Dia mendaratkan kecupan sayangnya sekedip mata di rahang kokoh ayahnya yang ditumbuhi cambang tipis.Rio mengangkat kedua alis sebelum balas

  • Terpaksa Menikahi CEO   Happily Ever After

    "Sweety, ada dua bayi di dalam perutmu?" tanya Rio tidak percaya, menatap Monika dengan pandangan yang penuh binar bahagia. "Kita akan punya twins baby?"Anggukan kepala terlihat, membuat kebahagiaan yang Rio rasakan semakin berlipat-lipat. Dia tidak pernah menyangka kalau dalam satu waktu akan ada dua buah cinta yang melengkapi kebahagiaannya dengan Monika. Seolah semua hanya mimpi, tidak pernah terjadi."Aku juga baru tahu."Rio memeluk istrinya, menyalurkan rasa cinta yang begitu luar biasa. Mereka baru sempat melakukan pemeriksaan kandungan setelah kondisi Rio benar-benar membaik. Observasi lanjutan pasca siuman harus dijalaninya selama dua minggu."Kondisi istri Anda baik, kedua janin di dalam perutnya juga sangat baik. Namun, alangkah baiknya jika porsi makannya ditambah lagi. Kebutuhan gizi dua anak tentu berbeda dengan kehamilan tunggal.""Saya akan memperhatikannya, Dok." Rio menjawab penuturan dokter kandungan di hadapannya dengan bahasa

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 34. Akhir Kisah Indah (Ending Season 3)

    "Sweety, aku merindukanmu."Suara Rio yang lirih dan dalam berhasil membuat bulu roma Monika meremang seketika. Dia tidak tahu bagaimana bisikan itu bisa membuatnya jadi seperti sekarang ini, hang, blank, tidak bisa berpikir sama sekali."Apa kamu tidak merindukanku?"Melihat Monika tak merespon, Rio sengaja menggelitik perut istrinya, membuat bola mata sipitnya membulat seketika. Dua tangannya langsung menahan tangan Rio yang masih ada di dalam blouse putih yang dipakainya."Hubby?!" Kali ini tatapan tajam yang ia hadiahkan pada suaminya. Tak cukup sampai di sana, Monika juga segera berdiri, menjauh dari jangkauan tangan suaminya yang nakal.Gelak tawa Rio terdengar menggema, merasa bahagia melihat istrinya kembali sadar. Entah pergi ke mana akal sehatnya beberapa saat lalu, terlihat dari wajah cantik yang tampak bodoh."Berhenti bermain-main. Kamu koma satu minggu dan hampir meregang nyawa. Semua orang panik saat detak jantungmu berhenti k

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 33. Kerinduan yang Tak Tertahan

    "Rio," panggil Eva, memeriksa Respon putranya yang tampak mengerjapkan mata namun tak membukanya. Jemari tangan Rio bergerak perlahan, menunjukkan kalau kesadarannya sudah mulai kembali. Dia mendengar panggilan ibunya, tapi masih berat untuk melihat dunia di hadapannya. "Rio, kamu dengar ibu?" ulang Eva, menyentuh pipi putra semata wayangnya yang dilaporkan mengalami tanda-tanda akan bangun dari koma. Tak sia-sia dia dibawa ke Jepang dan mendapat perawatan intensif selama satu pekan. Wajah cantik Evalia menjadi pemandangan pertama yang Rio lihat begitu ia membuka mata. Namun, terlihat buram bersamaan rasa nyeri yang terasa di pangkal hidungnya seperti orang bangun tidur. "Dok, kondisi pasien sudah stabil," lapor perawat yang bertugas melakukan observasi lanjutan pada Rio. Eva mengangguk, sekilas melihat angka yang terpampang di monitor. Pandangan selanjutnya tertuju pada tabung ventilator yang tampak berembun semakin banyak, menunjukkan

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 32. Kesalahpahaman Jun

    "Dear," panggil Eva, memeluk bahu menantunya dari samping. Dia menemui Monika di ruangan khusus yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga pasien. Kondisi Rio yang semakin menurun memaksa Eva harus menyetujui saran suaminya, membawa anak mereka ke negeri sakura untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Tidak ada jalan lain. Dia harus mengupayakan penyelamatan yang terbaik untuk putranya."Ayo temui Rio," ajaknya, "kondisinya sudah semakin baik. Kemungkinan hari ini dia akan siuman."Namun, hanya gelengan kepala yang terlihat dari wajah cantik Monika. Pipinya tampak semakin tirus. Dia tidak makan, juga tidak istirahat dengan baik seminggu ke belakang. Pemikirannya tertuju pada Rio. Rasa bersalah masih terus membayang, membuatnya bungkam seribu bahasa."Sayang, sudahi kesedihanmu. Jika kamu terus seperti ini, tidak baik untuk buah hatimu. Dia ikut tertekan dan tidak bahagia di dalam sana."Lagi-lagi gelengan kepala yang tampak di wajah Monika, bersa

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 31. Hukuman yang Setimpal

    "Mommy," panggil Clara, menggoyangkan lengan Liliana dengan gerakan yang cepat dan tidak sabar. Netranya menatap sekeliling, menyadari kalau mereka berada di tempat antah berantah yang sepi dan lengang. Rumput ilalang yang tinggi mengepung mereka yang masih ada di dalam mobil."Ada apa?" Liliana mengerjap matanya dua kali, merasa enggan meladeni panggilan tadi. Tubuhnya terlalu lelah, ingin istirahat sedikit lebih lama lagi. Mereka berkejaran dengan sesuatu yang entah apa, seperti kriminal yang lari dari kejaran polisi. Meski kenyataannya, justru Hans dan orang-orangnya lebih mengerikan dari para petugas berseragam coklat muda itu."Kita ada di mana?""Hmm? Di mana?" Liliana mengambil alih kesadarannya, menatap Clara dengan pandangan heran. Isi kepalanya berputar, mencoba mengingat apa yang terngah terjadi pada mereka. Bukankah Clara yang memesan taksi online ini? Kenapa dia terlihat panik?Dengan enggan Liliana menatap arloji di tangannya, mendapati jaru

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 30. Pukulan Terbesar

    "Mom, ayo cepat!" Clara menyeret koper di tangannya dengan tergesa. Dua langkah di belakangnya, tampak Liliana melakukan hal yang sama. Namun, wanita yang tak lagi muda itu tampak kerepotan. Beberapa kali kakinya hampir tersandung kakinya sendiri. "Mommy!" teriak Clara, segera berpindah ke taksi yang lainnya. Dia tidak ingin membuang waktu dan membuat orang-orang suruhan Hans mengejarnya. "Tunggu!" Liliana harus melepas sepatu hak tinggi yang dipakainya dan berjalan tanpa alas kaki untuk menyusul calon menantu kesayangannya. Keduanya kini duduk di kursi belakang taksi yang mereka pesan online sesaat lalu. "Sayang, sebenarnya apa yang kamu dengar? Apa sesuatu yang buruk terjadi? Kenapa kita harus lari?" Liliana yang semakin heran dengan perilaku Clara, tak ayal mengeluarkan pertanyaannya juga. "Kamu gagal menyingkirkan Monika?" Clara langsung membekap mulut Liliana dengan tangannya, takut supir taksi yang ada di balik kemudi mendengarkan percak

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 29. Dia Koma?

    "Silakan, Nyona." Perawat yang pergi bersama Monika mempersilakan wanita blasteran yang Eva percayakan padanya untuk masuk ke dalam ruangan ICU. Baju hijau menempel di tubuhnya yang tetap terlihat kurus meski berbadan dua. "Aku boleh masuk?" Monika masih setengah tak percaya bisa menemui suaminya. "Sebenarnya, belum diizinkan jika kondisi pasien belum lepas dari kondisi kritis. Tapi, karena ini permintaan dokter Eva, kami tidak bisa menyangkalnya. Beliau pasti lebih tahu. Mungkin Anda bisa membuat suami Anda bangun dari komanya." "Dia koma?! Tapi ibu tidak ... " Bulir hangat luruh di wajah Monika, bersamaan dengan tangan yang menutup rapat mulutnya. Dia tidak bisa berkomentar lebih banyak. Eva tidak mengatakan hal itu, bahkan terlihat tenang dan tidak menitikkan air mata sama sekali. Perawat dengan pakaian hijau itu tampak terhenyak di posisinya. Dia tidak tahu jika pernyataan yang terlontar dari mulutnya akan melukai Monika. "Maaf, Ny

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 28. Memanjatkan Doa yang Sama

    "Kamu siap mendengar penjelasanku, Sayang?" Eva menatap Monika, berharap menantunya cukup tegar dan tidak tumbang. Ada hal yang harus ia sampaikan sebagai seorang dokter kepada keluarga pasien."Katakan saja! Jangan membuatku penasaran!" Bukannya Monika yang menjawab, tapi suara Hans-lah yang terdengar menggema di ruang konsultasi.Eva mengembuskan napas berat. Dia tahu tabiat dan temperamen suaminya, to the point dan tidak suka berbelit-belit. Berbeda dengan pembawaan Monika yang cenderung lemah dan mulai terlihat pucat wajahnya."Sayang?" Eva masih bersikeras, memastikan kesiapan hati dan indera pendengaran wanita cantik yang lagi-lagi meneteskan air mata tanpa suara."Aku baik-baik saja, Bu." Suara bergetar dari mulut Monika berhasil membuat Hans menoleh. Lagi-lagi dia melihat sisi lemah wanita, membuatnya membuang muka karena tidak nyaman. Hatinya terasa sakit, merasa tidak bisa menjaga mereka dengan baik. Seolah-olah tangisan Monika ini disebabkan ol

DMCA.com Protection Status