Sepulang dari kantor tempatnya bekerja, Olivia Milan tak langsung menuju ke rumah. Ia memilih untuk mampir ke pemakaman lagi, hendak menemui suaminya yang kini telah tinggal di dalam tanah. Sebagaimana hari-hari sebelumnya, Olivia memang kerap mengadu kisah kesehariannya pada Varen. Dengan bercerita pada kuburan Varen, Olivia seolah merasakan ada sedikit beban yang akan terangkat dari pundaknya.
“Sayang, sedang apa dirimu hari ini? Apakah di sana indah? Apakah kau sedang menungguku dengan gelisah?” tanya Olivia seraya menempelkan telinganya ke nisan Varen Omkara, seolah ia ingin mendengar jawaban dari Varen atas pertanyaannya.
Tentu saja kuburan itu tak memberi jawaban, meski demikian Olivia terus mengoceh tanpa berhenti. Menceritakan ragam kesialannya hari ini, dan tak lupa juga Olivia menceritakan tentang Tuan Rainer Griffin yang aneh.
“Sayang, besok Tuan Griffin memintaku untuk ke ruangannya lagi pukul sembilan. Doakan istrimu ini, ya! Semoga aku tak mendapat kesialan lagi esok hari. Sudah dulu, aku mau pulang.”
Olivia memeluk nisan yang bertuliskan Varen Omkara tersebut. Mengusap-usap kepalanya dengan lembut seolah nisan itu adalah dada bidang milik Varen Omkara. Setelahnya, antara ingin pergi dan tetap tinggal, Olivia bangkit dan melambai-lambaikan tangan ke arah kuburan suaminya. Entah bagaimana, ia menganggap jika Varen Omkara masih selalu menemaninya meski suaminya itu sudah meninggal dunia.
Nyatanya, Varen Omkara memang masih mencintai Olivia Milan. Meski pria itu kini telah kehilangan nyawa!
***
Pukul sembilan pagi keesokan harinya, Olivia Milan telah berdiri lagi di depan ruang Tuan Rainer Griffin. Karena hari masih cukup pagi, salah seorang security menjelaskan pada Olivia jika Tuan Griffin belum tiba di kantor. Bahkan, security tersebut juga mengatakan jika Tuan Griffin tak pernah datang ke kantor sebelum pukul sepuluh siang.
Apa yang diucapkan security tersebut ternyata benar. Olivia sudah menunggu selama satu jam penuh tetapi Tuan Griffin tak juga muncul batang hidungnya. Ia menyesal sebab sebelumnya ia bahkan melewatkan sesi sarapan demi berangkat ke kantor pagi-pagi. Kini, perutnya telah memberi sinyal kelaparan lewat bunyi krucuk-krcuk yang beberapa kali terdengar di telinganya.
Baru setelah jam menunjukkan pukul sebelas, Olivia mendapati beberapa pria berjas hitam tengah keluar dari pintu lift di sebelah kiri. Olivia Milan masih mengingat wajah-wajah dari empat pria berjas hitam itu. Sebab dua di antara mereka telah menganiaya dirinya di hari sebelumnya. Olivia Milan dengan refleks memegangi pipi kanannya ketika wajah salah seorang pengawal Tuan Griffin itu terlihat oleh matanya.
Tuan Griffin keluar dari lift dengan mata langsung tertuju pada pintu ruangannya. Ia tampak tersenyum sinis tatkala menemukan Olivia Milan tengah berdiri di sana dengan kaku, seperti seseorang yang sedang ketakutan, kelelahan, tetapi tetap pasrah dengan keadaan.
“Lucu sekali wajah gadis miskin itu!” gumam Rainer Griffin dalam benak. Ia sudah tak sabar untuk membuat wajah Olivia Milan semakin gemetar ketakutan. Setidaknya, ia benar-benar ingin membuat perhitungan pada gadis itu karena telah membuatnya memiliki gairah aneh dan menjijikkan di hari sebelumnya.
Beberapa saat kemudian, Tuan Griffin telah sampai di depan pintu ruangannya. Olivia Milan terlihat berjalan mundur untuk memberi tempat lewat pada rombongan Tuan Muda Rainer Griffin. Sesaaat ia dilanda kebingungan, apakah langsung ikut masuk pada saat itu juga atau menunggu lagi beberapa saat sebelum akhirnya masuk ke dalam.
Dasar orang kaya sombong! Kalau memang terbiasa berangkat siang, mengapa memerintahkanku datang pagi-pagi? Apakah itu adalah caranya untuk memperlihatkan bahwa ia sangat berkuasa sementara pegawai sepertiku hanyalah butiran debu?
Gadis itu mendengus kesal. Ia meratapi nasibnya yang hanya seorang perempuan miskin, yang kemudian membuatnya seolah sah untuk ditindas oleh orang kaya macam Rainer Griffin. Untuk sejenak, Olivia justru berpikir mungkin dipecat dari perusahaan tersebut akan lebih baik ketimbang mendapat pekerjaan tetapi diperlakukan seperti bukan manusia.
“Nona, Tuan Griffin menunggumu. Masuklah dan jangan sampai membuat kesalahan!”
Salah seorang berjas hitam menghampiri Olivia lalu meminta Olivia memasuki ruangan Tuan Rainer Griffin. Semua pria berjas mulai keluar ketika Olivia memasuki ruang tersebut. Kembali, dada Olivia diserang dengan kegugupan dan kekhawatiran. Langkah kakinya pun terlihat cukup tegang karena ia takut kalau-kalau membuat kesalahan yang tak disadarinya.
Ketika telah berada tak tauh dari Tuan Griffin, Olivia langsung disambut oleh sebuah pertanyaan.
“Menurutmu, mengapa aku memintamu datang ke sini? Tanya Rainer Griffin dengan ekspresi acuh tak acuh.
“Ehm, sepertinya berhubungan dengan arca yang saya rusak kemarin. Apakah saya keliru, Tuan?” Olivia menjawab takut-takut.
“Lalu?”
“Soal arca yang saya pecahkan kemarin itu, sepertinya saya pantas dipecat dari perusahaan ini, Tuan. Saya juga akan membayar denda untuk kerugian yang dialami perusahaan,” Olivia mulai memberanikan diri mengungkapkan keinginannya untuk dipecat. Ia yakin keputusannya sudah benar, berada di dalam perusahaan yang dipimpin CEO arogan seperti Tuan Griffin adalah hal buruk menurutnya.
“Arca yang kau rusak itu bernilai lima ratus ribu dolar. Kau mampu membayarnya?” Rainer Griffin menyeringai, ia yakin gadis di depannya itu bahkan tak mungkin memiliki harta lebih dari sepuluh ribu dolar di akun banknya.
“Lima ratus ribu dolar?” Olivia Milan terbelalak kaget mendengar nominal yang disebutkan oleh Tuan Griffin. Bahkan, seluruh harta kekayaan Olivia Milan jika dijumlah menjadi satu, bisa jadi hanya mencapai tiga ribu dolar saja. Lima ratus ribu dolar adalah angka yang tak pernah terlintas di kepalanya.
“Mengapa kaget begitu? Hartamu tak cukup? Huft, sudah kuduga! Kalau miskin jangan bertingkah, ini akibatnya!” Rainer Griffin mencibir. Ia merasakan ada gejolak kegembiraan ketika mengejek gadis di depannya itu. Gadis yang semalam kembali muncul ke dalam mimpinya tanpa pernah ia mengerti alasannya.
“Tuan, bagaimana ini? Andai saya bekerja seumur hidup pun sepertinya tak mungkin mencapai angka sebesar itu. Bagaimana ini?” Dua tangan Olivia Milan meremas-remas roknya. Gurat-gurat keputusasaan mulai terlihat di wajah Olivia.
Rainer Griffin melepaskan beberapa lembar dokumen yang ia baca, menghempaskannya begitu saja ke meja, lalu beralih memandang ke Olivia.
"Kau yang melakukan kesalahan, mengapa bertanya padaku bagaimana solusinya?"
"Tapi, Tuan, sungguh saya tak mungkin memiliki harta sebanyak itu. Bagaimana ini?"
“Baiklah, kalau begitu apa yang bisa kau tawarkan?” Rainer Griffin mencoba menantang Olivia, menguji apa yang akan diucapkan gadis itu dalam posisi tersebut. Ada sedikit keyakinan di benak Rainer Griffin jika Olivia akan menawarkan tubuhnya sebagai ganti dari denda lima ratus ribu dolar atas arca yang dirusaknya. Bukankah semua perempuan cukup paham jika meskipun mereka tak memiliki satu sen pun harta benda, mereka masih memiliki tubuh untuk bisa dijual.
Olivia terlihat berpikir cukup keras. Kaki dan jari-jemarinya tak berhenti bergerak demi mengimbangi laju kerja otaknya yang meningkat. Tiba-tiba, gadis itu teringat sebuah momen ketika ia merusakkan fasilitas kampus seharga ribuan dolar. Ya, dia sudah pernah mengalami hal tersebut. Tak ada yang perlu dikhawatirkan soal itu. Ia hanya perlu membayar dendanya, itu saja.
“Tuan, sebelumnya saya meminta maaf atas kemiskinan yang saya alami. Saya tidak punya harta, itu benar. Tapi bukan berarti saya tak punya tanggung jawab. Saya akan mengangsur denda saya, bahkan jika sampai menemui ajal hutang saya belum lunas, anak cucu saya yang akan melanjutkan pembayaran hutang, saya berani menandatangani surat resmi untuk ini. Mengingat keadaan saya yang cukup miskin, ini adalah tawaran terbaik yang bisa saya usahakan, Tuan.”
Olivia Milan mengepalkan dua tangannya kuat-kuat, gadis itu menahan segala rasa takut dan khawatir yang mendera jantungnya. Bagaimanapun semua bermula dari kesalahannya sendiri. Jadi, hal terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah menghadapinya. Lagi pula, tak ada gunanya menjadi gadis cengeng dan meratapi nasib, ia akan membuktikan pada pria kaya sombong itu bahwa ia mampu melunasi hutang 500 ribu dolar.
Di lain sisi, Rainer Griffin seperti terkesiap oleh mantra-mantra yang keluar dari bibir Olivia Milan. Kalimat Olivia sama sekali tak tampak seperti bualan basi seorang pendusta. Nyatanya, sekumpulan setan sekalipun akan sepakat jika ucapan yang keluar dari mulut Olivia Milan adalah kejujuran yang tak bisa dibantah.
Rainer Griffin menelan ludah berulang kali. Satu sudut hatinya mengagumi sikap kesatria seorang gadis miskin yang cukup bertanggung jawab.
Bagaimana ini? Mengapa hatiku berkata aku mulai tertarik pada gadis miskin sialan ini?
“Keluar Kau dari ruanganku! Aku muak melihat wajahmu!” Demi menutupi ketertarikan yang mulai muncul di hatinya, Rainer Griffin justru membentak-bentak Olivia Milan seraya menuding ke arah gadis tersebut untuk segera meninggalkan ruangannya. Itu adalah ke dua kalinya Olivia Milan menyaksikan dirinya diusir dengan cukup kasar oleh Tuan Griffin. "B-baik, Tuan Griffin. Saya akan pergi." Olivia kembali dibuat bingung oleh Tuan Griffin. Lelaki itu hampir selalu menunjukkan perubahan ekspresi yang sangat ekstrem. Ia lantas membungkuk sebentar sebelum menghambur ke luar ruangan dan lenyap dari pandangan. Jika ia tak segera pergi, ia khawatir kalau-kalau Tuan Griffin akan meminta pengawalnya untuk menganiayanya lagi. Sementara itu, Rainer Griffin terlihat cukup marah, ia melemparkan berkas-berkas di mejanya hingga membuat dokumen-dokumen penting itu berserakan di lantai. Setelahnya, ia bangkit berdiri seraya melonggarkan dasinya yang terasa mencekik leher hing
Pagi-pagi sekali, Olivia bertandang ke kuburan Varen Omkara. Memberikan sebuah buket bunga di atas kuburan tersebut, lalu berceloteh panjang lebar seperti seorang anak TK yang sedang diminta menceritakan pengalaman liburannya di Kebun Binatang. Celotehan Olivia Milan terhenti ketika gadis tersebut menyadari jika jam tangan di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Sudah saatnya ia pergi ke kantor, dan memulai hari baru dengan bekerja di dalam ruangan Tuan Griffin. Olivia Milan menebak-nebak tentang tugas apa yang akan ia emban ketika ia bekerja di ruangan Tuan Griffin. Apakah Tuan Griffin akan menjadikannya seorang sekretaris pribadi? Untuk sejenak Olivia Milan memikirkan kemungkinan tersebut tetapi buru-buru ia singkirkan jauh-jauh pikiran itu. Ia tentu sadar diri jika kecakapannya jauh memenuhi syarat untuk bisa menjadi seorang sekretaris pribadi. Setengah jam berselang, Olivia telah sampai di kantornya yang bernama Green Prop
Hari pertama bekerja di ruangan Tuan Griffin akhirnya dimulai juga. Pagi itu jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi, Olivia Milan telah tiba di lantai tempat ruangan Tuan Griffin berada. Meski cukup yakin jika Tuan Griffin belum tiba di sana, Olivia Milan tetap datang tepat waktu. Kedatangan Tuan Griffin adalah sepenuhnya hak Tuan Griffin sementara kewajibannya adalah datang tepat waktu. Maka, betapa kagetnya Olivia Milan ketika ia keluar dari lift, di sudut lift yang lain yaitu tepat di seberang dia berdiri, ia juga melihat Tuan Griffin sedang menuju ke arah yang sama dengannya. Tak seperti biasanya yang selalu berjalan diiringi pengawal, kali itu Tuan Griffin hanya berdua saja dengan seorang pria yang sepertinya seuasia dengan Tuan Griffin. Olivia buru-buru menundukkan kepalanya ketika pandangannya tak sengaja bertabrakan dengan tatapan tajam Tuan Griffin. Ia takut kalau-kalau hal tersebut dihitung sebagai kesalahan lagi. Buuug!!! “Aduuh!” Kaki O
Saat itu, Olivia Milan seperti melihat pemandangan yang cukup ganjil di depan matanya. Bagaimana bisa seorang manusia waras dengan sengaja menumpahkan minuman kopi kemasan ke permukaan sofa putih bersih miliknya sendiri. Manusia itu tak lain tak bukan adalah Tuan Rainer Griffin. Setelah marah-marah dan menuding Olivia Milan menggoda Harry, Rainer Griffin lantas mengambil minuman dari dalam lemari pendingin di ruangannya. Lalu, tanpa ragu pria itu menumpahkan isi minuman berwarna hitam tersebut ke permukaan sofa. Ajaibnya lagi, setelah minuman pekat itu tumpah ruah ke permukaan sofa, Rainer Griffin kembali marah-marah dan meminta Olivia Milan untuk membersihkan sofa tersebut. Andai Olivia menceritakan apa yang baru saja ia lihat kepada seseorang, Olivia yakin siapapun tak akan mempercayai ceritanya. Seorang CEO muda yang dibangga-banggakan banyak orang, mana mungkin melakukan hal-hal absurd macam itu. Maka dari itu, sekuat apapun Olivia ingin bercerita tentang pemand
Melihat pundak Olivia Milan yang masih bergetar-getar karena menangis, Rainer Griffin hampir tak bisa menahan rasa terbakar di dadanya. Kemarahannya meluap-luap karena tak terima gadis manis itu mendapat perlakuan buruk dari entah siapa. Rainer Griffin pun akhirnya menyambar sebuah ponsel yang tergeletak di atas meja, ia berniat menghubungi seseorang yang bisa menunjukkan siapa pelaku yang telah berbuat semena-mena pada Olivia Milan. “Halo, Sean, aku butuh rekaman CCTV di sekitar ruangan Cleaning Service selama setengah jam terakhir! Kirimkan padaku segera!” “Baik, Tuan Muda. Akan saya kirimkan secepat mungkin!” terdengar, seseorang di seberang itu langsung mengiyakan perintah dari Rainer Griffin tanpa banyak bertanya, menandakan jika orang tersebut memang ditugaskan untuk menjalankan perintah-perintah yang diberikan oleh Rainer Griffin. Tak lama berselang, sebuah video masuk ke ponsel pintar Rainer Griffin. Pria itu membuka isi video yang tela
Dalam hitungan detik, Olivia Milan telah menyambar kotak merah di atas meja. Buru-buru ia membukanya dan mendapati di dalam kotak merah tersebut ada atasan blouse berwarna mustard dengan bahan yang super lembut dan sedikit berkilau. Gadis itu hampir memekik karena saking gembiranya mendapat hadiah sebagus itu. Beruntung, ia segera ingat jika ia sedang berada di dalam kandang singa jantan. Jika ia membuat singa jantan itu terganggu, habislah riwayatnya. “Tuan Griffin, ehm, saya mohon izin keluar dulu untuk berganti pakaian. Saya janji tidak akan lama. Setelahnya, saya akan segera membersihkan sofa Tuan Griffin.” “Mengapa kau tak berganti pakaian di kamar mandiku saja?” Rainer Griffin menjawab dengan nada datar. “Begitu? Saya boleh meminjam kamar mandi Tuan Griffin lagi?” Olivia bertanya ragu-ragu. “Apa kau bodoh? Mengapa kau selalu tak mengerti ucapanku? Ah, ya, kau bahkan bisa berganti pakaian di sini! Siapa yang peduli!” jawab Rainer Griffin
Obrolan Rainer Griffin dan Olivia Milan tentang pengganti Adelyn terpaksa terputus sebab Rainer Griffin menerima sebuah telepon penting dan ia harus pergi untuk meeting mendadak. Akhirnya, hanya ada Olivia Milan seorang di dalam ruang kerja Rainer Griffin kala itu. Gadis itu masih mengerjakan tugas membersihkan sofa hingga waktu telah menunjukkan pukul empat sore hari. Olivia Milan membereskan perkakas kebersihan dan mulai bersiap-siap untuk pulang. Ketika hendak pulang dari kantornya, gadis itu terlebih dahulu pergi ke toilet untuk mengganti roknya yang ia rasa terlalu pendek. Olivia memilih untuk mengenakan roknya sendiri meski terasa sedikit lengket dan kotor, setidaknya rok tersebut sesuai dengan penampilannya sehari-hari yang tak terlalu berani mengumbar keindahan tubuhnya. Setelah mengganti rok pendeknya, tak lupa Olivia Milan juga mengenakan outer oversize sebab udara sore hari di kota Gapi memang dingin dan angin kerap berhembus cukup kencang di beberapa wila
Nasib Olivia Milan sore itu tak ubahnya bak seekor kucing yang baru saja lolos dari terkaman tiga anj*ng. Kakinya berjinjit-jinjit melewati tiga perempuan yang sedang bersimpuh di lantai toilet perusahaan. Tiga gadis itu tak memedulikan keberadaan Olivia lagi sebab ada hal yang lebih krusial untuk dihadapi dan juga diratapi. Tak lupa, Olivia Milan memungut outer kusamnya yang kini tergeletak di lantai. Bagaimanapun juga, outer itu adalah pemberian Varen Omkara, ia akan tetap menyimpannya sekalipun benda tersebut telah tak berbentuk sebagaimana mestinya. Gadis itu memang merupakan satu dari sedikit perempuan yang setia pada cinta di hatinya, meski nyatanya Varen telah meninggal dunia. Ketika berada di dalam kereta NGC Subway, Olivia Milan duduk sembari menyandarkan punggungnya yang kaku. Hari itu, ia telah melewati beragam peristiwa yang cukup membuat kepalanya penat. Untuk melemaskan ketegangan, Olivia akhirnya membuka sosial medianya untuk melihat-lihat News Feed di
Ketika lampu ruangan telah menyala kembali, beberapa pria berseragam POLICE tengah berada di ruangan. Mereka membawa surat tugas penangkapan Alice Winterbourne yang didakwa sebagai dalang dari beberapa kasus kriminal ringan dan juga berat. Penangkapan tersebut merupakan buntut dari pelaporan Madam O-Mee yang selama enam tahun terakhir mulai giat mengumpulkan para korban Alice Winterbourne dan secara bersama-sama membangun aliansi guna merobohkan organisasi kriminal berkonsep Butterfly Effect yang digawangi Alice Winterourne.Maka, penangkapan Alice di hari pernikahannya bersama Rainer Griffin itu telah menjadi kabar yang paling mengejutkan di dalam gedung Treasury Luxurious Palace hari itu.“Jadi, Madam O-Mee adalah sosok gadis yang dulunya menjadi karyawan Rainer Griffin? Gadis itu telah bermetamorforsis menjadi Perempuan Hebat dan memiliki banyak privilege akibat kekayaannya yang berlimpah. Sepertinya ia sedang berada dalam misi membalas dendam kepada Alice Win
Tak terasa, tiga puluh menit telah berlalu. Suasana di dalam gedung Treasury Luxurious Palace berubah drastis, dari yang awalnya para tamu undangan diajak tertawa renyah akan dongeng Madam O-Mee yang menarik, di menit ke tiga puluh suara isakan tangis terdengar nyaris di seluruh penjuru ruangan.Semua orang turut terbawa kesedihan tokoh utama dalam dongeng yang saat itu diceritakan tengah mengandung bayi sementara si ayah bayi justru mengusir si tokoh utama lantaran si ayah mengalami amnesia dan mendapat doktrin sesat dari teman wanitanya.“Apa-apaan ini?” Rainer Griffin mengusap air matanya yang terjatuh.“Madam O-Mee, cepat lanjutkan dongengnya! Di mana si ayah berengsek itu sekarang?!” Tiba-tiba, Rainer Griffi berteriak dengan suara lantang sambil melangkah maju mendekati posisi Madam O-Mee di sisi depan.Yang membuat para tamu undangan keheranan adalah, Rainer Griffin tiba-tiba berlutut beberapa meter dari Madam O
“Apa maksudmu?! Aku tak percaya! Madam O-Mee berasal dari negara Clarksville, tak ada alasan baginya untuk berada di kota ini! Kau mungkin hanya seorang pembual! Lagi pula, sosok Madam O-Mee masihlah sangat misterius, meski tercatat memiliki kekayaan yang berlimpah, ia tak pernah menampakkan diri di muka publik!” Alice Winterbourne berteriak marah-marah, ia lantas menjerit memanggil security dan memintanya untuk mengusir Madam O-Mee.Tetapi, begitu si security datang mendekat, security tersebut justru meminta maaf berulang kali kepada sosok Madam O-Mee.“Madam O-Mee, maafkan kekacauan yang terjadi di sini.” Security tersebut lantas menoleh ke arah Alice Winterbourne yang masih terlihat marah. “Nona, harap jaga bicara Nona, Madam O-Mee bisa saja mengusir semua yang ada di sini sebab dia adalah pemilik tunggal dari gedung ini…”Seketika, Alice Winterbourne disergap kegelisahan, kemarahan, dan juga rasa malu yang menggunun
Treasury Luxurious Palace yang berada di kota Gapi tengah dipenuhi oleh deretan tamu-tamu undangan pernikahan. Hari itu, adalah hari bersejarah di kota Gapi lantaran dua pemuda brilliant dari kota tersebut akan segera melangsungkan pernikahan. Setelah enam tahun berada dalam masa-masa terpuruk, Rainer Griffin akhirnya terpaksa menyetujui permintaan ayah dan ibunya untuk menikah dengan Alice Winterbourne.Kala itu, prosesi pernikahan telah usai dan Rainer Griffin terlihat tengah dengan malas meladeni tamu-tamu dan kolega kerjanya yang datang. Sementara itu, Alice Winterbourne sedang sangat gembira dan menempel lekat-lekat di tubuh Rainer Griffin, seolah gadis itu ingin menunjukkan pada dunia bahwa hari itu, Rainer Griffin telah resmi menjadi miliknya seorang.Suasana di dalam Treasury Luxurious Palace tiba-tiba bising sesaat setelah masuknya dua tamu yang tak terdaftar dalam deretan tamu undangan. Dua orang tamu itu adalah seorang perempuan bergaun putih layaknya mempel
“Alice berengsek sialan! Di mana gadis itu sekarang?! Bajingan, dia telah membuatku kehilangan kekasih dan juga darah dagingku sendiri!”Setiap hari sejak mendapatkan ingatannya kembali, tak ada hal yang dilakukan Rainer Griffin selain marah dan mengamuk. Sayangnya, sekuat apapun ia meminta orang-orang hebat untuk menyelidiki Alice Winterbourne, Rainer Griffin tak menemukan bukti apa-apa.“Sayangku, Rain… Sudah kukatakan bahwa Alice menceritakan tentang kisah Varen Omkara itu, lantaran ia khawatir jangan-jangan Olivia memang memanfaatkanmu gara-gara ada jantung suaminya di tubuhmu… Tenanglah…” lerai ibu Rainer Griffin kala anaknya mengamuk kembali.“Ibu, sedetik pun Olivia Milan tak pernah menuntutku atas kasus jantung suaminya. Ia sepertinya juga tak pernah tahu jika jantung suaminya ada di tubuhku! Ini adalah akal-akalan busuk dari Alice yang ingin memisahkan kami!”Begitulah, sepanjang hari kehid
Malam itu, Olivia Milan meninggalkan kota tempat Rainer Griffin berada. Ia bahkan diminta untuk membatalkan perjanjian kerjanya bersama Alexander Brown yang susah payah telah ia dapatkan. Tak hanya itu, Olivia Milan juga harus memutus kontak dari seluruh kenalannya di kota Gapi. Ia dituntut untuk menjadi manusia yang benar-benar baru, dan menjalani kehidupan yang baru di pulau Dewata, Bali, Indoensia.Jika ia melanggar, kemungkinan besar Alice Winterbourne akan menjalankan rencana Butterfly Effectnya lagi dan mengancam akan membuat tubuh Rainer Griffin cacat selama-lamanya. Setidaknya, itulah pesan yang dikatakan oleh bodyguard Alice kepada Olivia Milan.“Lalu, apa tujuan Alice melakukan semua ini? Kukira, ia mencintai Rainer Griffin. Bagaimana bisa ia berniat mencelakai orang yang ia cintai?!” Olivia Milan bertanya pada bodyguard Alice dalam perjalanan menuju ke bandara.“Butterfly Effect Project merupakan proyek underground yang melibatkan ba
“Alice!!! Aku ingin bertemu Rain sebelum berpisah sepuluh tahun! Aku ingin menemuinya! Kumohon! Kumohon!”Olivia Milan bersujud di kaki Alice Winterbourne, ia tahu setelah menandatangani surat perjanjian tertutup itu, seharusnya ia sudah tak boleh lagi berhubungan dengan Rainer Griffin selama sepuluh tahun ke depan. Tetapi, begitu ia tahu bahwa jantung Varen Omkara ada di tubuh Rainer Griffin dan Rainer Griffin tak pernah berbuat kejahatan apapun pada suaminya, Olivia Milan ingin memeluk tubuh yang berisi dua manusia yang paling ia cintai di dunia.“Kau tahu mengapa Rain mengalami hilang ingatan dan membencimu saat ini?”Alice menyingkrikan kakinya yang disembah oleh Olivia Milan, lantas mengangkat pundak Olivia untuk bangun dan sejajar dengannya.“Aku bekerja pada sebuah proyek Butterfly Effect, pekerjaan merencanakan dan mengeksekusi kejahatan menggunakan konsep Buttlerfly Effect, menjadikan tindak criminal seolah-olah hany
Plok Plok Plok!Alice Winterbourne memberi applause kepada Olivia Milan yang baru saja menandatangi surat perjanjian kontrak. “Kau telah mengambil pilihan yang bagus, Nona Manis! Baiklah, bersiap-siaplah untuk menerima kabar mengejutkan ini!”Alice Winterbourne menarik napas dalam, bersiap untuk memberi kejutan pada Olivia Milan yang duduk dengan tubuh sedikit gemetar. Akhirnya, ia berhasil menggiring pikiran Olivia Milan dengan cara terus menerus menghubungkan kematian Varen Omkara dengan Rainer Griffin, seolah orang yang mendengar statement Alice akan berpikir jika Rainer Griffin telah berbuat kejahatan pada Varen Omkara.“Suamimu saat ini hidup di tubuh Rainer Griffin, Nona Manis!”“A… Apa maksudmu?!”Alice Winterbourne mengambil sesuatu dari dalam saku pakaiannya, semacam member card yang berwarna merah. Ia lantas melemparkan member card tersebut pada Olivia Milan.“Suamiku menjadi anggota
“Ah… Aku lupa… Aku baru akan mengatakannya jika kau menandatangani surat perjanjian yang kubuat. Hihi, tentu saja, kau boleh menandatanganinya dan mengetahui bagaimana Rainer Griffin memanfaatkan suamimu. Atau, kau juga boleh untuk pergi begitu saja tanpa perlu tahu jika nyatanya sampai saat ini suamimu masih hidup!”“Cih! Ini pasti jebakan! Jika aku menandatanganinya, aku berarti setuju untuk pergi dari kota ini dan menetap di negara yang kau pilihkan, menghilang dari kehidupan Rainer Griffin selama sepuluh tahun dan sekaligus tak diberi izin untuk menggunakan nama asliku dalam kehidupan sehari-hari! Semua pasal ini berisi hal-hal yang memberatkan posisiku, itu sungguh harga yang terlalu mahal hanya demi sebuah informasi yang mungkin juga palsu! Kau bilang suamiku masih hidup, ah, aku bahkan menghadiri pemakamannya!”Sejenak setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Olivia Milan tersentak kaget oleh ingatannya sendiri. Bahwa, ia seb