"Maaf?"
Mila membuka gumpalan kertas yang Diaz berikan begitu sampai rumah. Pria yang memperhatikan kerapian memberi Mila kertas yang diremas-remas hingga tak berbentuk. Selain cara itu kertas bisa dilipat atau dibuat gambar hati kalau dia niat.
Mila melemparnya masuk tempat sampah bawah meja kerjanya. Entah maaf yang mana, Mila malas bertanya, lagian benar juga dia minta maaf karena banyak salah dari awal pertemuan hingga hari ini.
Mila melepas pikiran menumpuk dalam kepalanya agar bisa leluasa menulis. Berkat kejahilan Diaz hari ini, Mila tidak bisa berhenti senyum.
"Aku cinta- "
"Kamu!"
Mila bersandar di kursi eksekutifnya sambil menutupi wajah menggunakan buku besar untuk menyembunyikan senyumnya.
Sepertinya Diaz diajarkan oleh Stephen, dilihat dari kejahilannya beberapa hari terakhir.
Tringg Tringg
Mila melirik ponselnya. "Nah kan, baru juga diomongin," desisnya.
Ia bergegas menutup pintu kamar, t
"Diaz, ini kan malming, lo gak berniat ajak gue jalan-jalan?"Berada di dalam kamar hampir seharian membuat Mila kedinginan karena AC. Ia bahkan memakai kaos lengan panjang dan dilapisi hoodie.Mila memutar kursinya, melihat Diaz duduk sila di atas kasur sembari cengar-cengir menonton video."Diaz," panggilnya ulang.Diaz mengusap rahang wajahnya lalu mendongak lihat Mila memasang wajah datar. "Kenapa?""Kenapa lagi lo bilang, gue bosen di rumah, ajak gue pergi belanja kek, nongkrong di bawah jembatan, atau cariin cogan buat nyegerin mata.""Kamu biasa belanja dari rumah. Saya juga cogan bisa refresh mata kamu, ngapain ke luar? Capek tau."Diaz kembali menonton video lucu anak bayi yang baru bisa merangkak.Sudut bibir Mila menyungging heran. Perasaannya sudah tidak enak, Diaz pasti sedang melihat video aneh sampai ketawa-ketawa di tempat. Diajak keluar juga tidak mau, lalu Mila harus menulis lagi? Otaknya bisa mend
"Lo kasih tau Mila kalau gue dulu ikut bully dia. Gimana pun sekarang kita keluarga dan gue gak mau bermasalah karena masa lalu. Gue beda sama lo."Saat Diaz hendak pergi karena Vio mencurigainya bertemu Kiara untuk hal lain, dia meminta sendiri agar Diaz mengungkapkan jika dia ikut andil merundung MilaSetelah mengatakan itu Vio masuk lebih dahulu. Diaz membenarkan ucapan adiknya, kali ini dia bisa membuka pikiran.Jangan sampai Vio seperti Diaz, membuat Mila tertekan karena terus masa lalunya.Sekarang Diaz sudah memberitahu Mila, dapat dipastikan dia kecewa dan marah. Mau bagaimana lagi, Dokter Rio menganjurkan juga agar tidak ada rahasia di antara mereka selama berlangsungnya terapi obat-obatan.Dokter Rio tampak memahami permasalahan mereka. Dia kembali bicara pada Mila yang mematung, tidak berbalik untuk marah seperti perkiraannya. Tetapi, istri dari pria yang duduk di sampingnya mengepalkan tangan hingga urat-urat nadinya kentara seperti men
Melakukan kebiasaan dengan suasana berbeda sangat membuat Mila belajar lebih banyak arti kesabaran. Vio melewatkan sesi sarapan dan makan malam selama 3 hari, hari ini dia bergabung karena perintah Diaz.Diaz menyuruhnya segera turun untuk sarapan dengan cara berteriak dari bawah hingga Meida menutup satu telinga untuk berjaga-jaga. Mila tidak tahu kalau suara Diaz sedang teriak menjadi sangat seksi, saat mendengar ia hanya terkesiap kagum.Inikah yang dimaksud Vio? Tidak selamanya Diaz bersikap mengalah dan manis seperti sepenuhnya bijak. Ada kalanya dia tegas, keras, dan memerintah jika sudah bosan dengan kehidupan yang berjalan di tempat.Vio mengaduk-aduk nasi sampai encer tercampur kaldu ayam. Diaz menggigit semur daging sapi sambil melihat adik dan istrinya. Mila bilang dia akan biasa saja dengan Vio, tetapi sebaliknya. Vio masih merasa tidak enak melihat Mila.Diaz mengganti piring Vio dengan piring lain yang sudah dia isi sedikit nasi dan la
Mila tidak pergi ke mana-mana, tetapi ia dalam situasi yang sulit untuk melarikan diri. Secara tiba-tiba Kiara dan Yuri menyergapnya di depan toilet dan mereka membawanya masuk lift.Mila menahan keinginan melawan mereka sebab mengingat perkataan Dokter Rio dan Diaz."Gue pasti bisa. Tahan sebentar, Mila. Diaz atau Vio pasti temuin lo... " Kedua tangan Mila dicekal mereka yang berdiri di sisinya.Kiara melirik Mila. "Lo kuat juga bisa tahan naik lift.""Gue lebih gak tahan liat lo berdua," jawab Mila."Lo punya keberanian sekarang," sindir Yuri."Lo gak akan bisa lupain kenangan kita... " Kiara menertawakan Mila yang hingga kini berusaha kuat walau kakinya gemetar. "suami lo bahkan nemuin gue dan ngancam segala. Dia pikir, gue takut."Mila menekuk lututnya hingga bersentuhan dengan alas elevator dengan lengan yang masih dicekal mereka. Keringat dingin sudah membasahi wajahnya, Mila ingin segera keluar."Diaz... " Mi
Tengah malam disaat yang lain sudah terlelap, Vio menantikan Diaz keluar kamar untuk minum, terhitung 1 menit dari sekarang.Diaz dengan rambut apa adanya tanpa dibuat model saat bekerja dan piyama berwarna biru gelap mengkilat keluar dari kamar sesuai prakiraan Vio. Sandal selop berwarna hitam yang sudah seperti warisan Sang Ayah masih digunakan walau kebesaran beberapa centi."Lo ngelakuin persis 8 bulan yang lalu," singkap Vio.Diaz berhenti tidak jauh di belakang sofa yang diduduki Vio. "Kenapa? Kamu kangen masa-masa itu?" sindirnya.Tatapan tidak suka melayang untuk Diaz. "Sama sekali nggak," sangkalnya. "Lo harus berterima kasih karena gue gak bilang Mila tentang apa yang lo lakuin ke Kiara."Diaz menunduk, menurut untuk berterima kasih pada adiknya. "Hm, terima kasih banyak Vio Prayoga."Melihat Diaz semudah itu mengatakan terima kasih namun langsung pergi kurang membuat Vio puas. Dia beranjak menghampiri kakaknya yang menuang a
Sekian lama, akhirnya mereka bisa kencan. Mila dengan Diaz bersama Stephen dengan Kenzie memutuskan untuk makan malam di restoran tak jauh dari kantornya. Diaz merasa canggung karena ada yang tidak dia kenal, yaitu kekasih baru Stephen yang dideklarasikan melalui pesan singkat dan dikirim ke Mila sebagai perkenalan diri.Mila mengamati waitress yang menghidangkan makanan namun pengunjung diam seperti patung museum. Sesudah waitress pergi, Mila mengajak bicara Kenzie agar dia tidak terasingkan selama pertemuan."Stephen ngirim gue biodata lo, bagus."Inilah sebabnya Diaz tidak merangkap jadi Account Manager dalam silsilah jabatan PFWorld. Diaz takut kliennya perempuan dan jadi canggung seperti ini, sulit mengeluarkan pendapat.Stephen tersenyum lebar menanggapi ucapan Mila. Dia sangat jujur dalam segala aspek, kepribadian yang bagus.Kenzie melempar senyum manisnya pada Mila. "Kita baru pacaran 1 pekan. Aku kaget tiba-tiba diajak double date sama ka
Stephen dan Kenzie menunggu di depan UGD penuh kecemasan. Kenzie menyalahkan dirinya sendiri karena tidak hati-hati, namun Stephen berusaha menjelaskan kalau ini bukan salah mereka, melainkan pengemudi tak beretika itu.Stephen bertambah frustasi ketika ponsel mereka bergantian berdering dari Meida dan Fila. Dia ingin memberitahu mereka tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.Sekarang pukul 11 malam, beberapa menit lalu dokter yang menangani Diaz memberitahu bahwa dia sangat terpukul melihat istrinya hingga dibius sementara. Mereka tidak bisa bayangkan bagaimana keadaan Diaz jika dia terbangun tanpa pengaruh bius itu dan melihat Mila di dalam satu ruangan."Gimana kondisi Mila, aku khawatir dia kenapa-kenapa." Kenzie merapalkan doa disaat-saat gentingnya situasi supaya Mila melewatinya semuanya agar dia bisa meminta maaf."Mila pasti baik-baik aja. Dia bakal sadar dan marahin dokternya karena kelamaan di rumah sakit." Stephen mengusap bahu Kenzie a
Mila mengibaskan tangannya di depan wajah sebab menangis menonton drama jepang yang mengharukan.Diaz sampai ketiduran di samping Mila karena menunggu ponselnya dikembalikan. Akibat kecelakaan 2 hari yang lalu, ponsel Mila harus diurus supaya berfungsi.Mila menepuk-nepuk wajah Diaz tanpa melihatnya. "Bangun, Diaz. Gue haus."Diaz menahan tangan Mila karena menepuk tidak pakai perasaan. Setelah mengambil air minum, dia berkata ingin keluar mencari udara segar. Diaz melarang Stephen dan Kenzie datang karena takut menyita waktu bekerja mereka. Lagipula Mila tidak perlu dikhawatirkan, dia akan sehat setelah makan banyak."Jangan keluar, gue sendirian di sini.""Kamu juga cuekin saya."Diaz yang berada di ambang pintu ragu akan mendatangi Mila atau tidak. Istrinya minta ditemani tetapi enggan sekadar berbincang agar Diaz dianggap manusia normal.Mila meletakkan ponsel Diaz di nakas lalu menarik selimut hingga menutup seluruh tubuhny