Share

11. Tantangan David

Author: Alice Gio
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ya Allah, Pak. Aku tidak pernah berbuat seperti itu. Aku memang kerja di karaoke, tapi tidak seperti yang Bapak kira." Disti membela harga dirinya yang terinjak-injak.

Tentunya, si bapak yang terlanjur menyatakan ketidaksukaannya pada Disti tetap berbicara lantang. "Ah, banyak alasan kamu. Semua orang juga tahu, yang kerja di tempat begituan ujung-ujung ngelonte!"

"Astagfirullah. Itu tidak benar, Pak." Disti mulai merasa terpojok dan air bening mulai meluncur ke pipi dari sudut matanya.

"Sabar, Pak. Kami bukan pria-pria seperti yang Bapak tuduhkan," jelas Yasa.

"Pria macam apa yang mendatangi rumah wanita sundal?" Si bapak berbaju koko yang merupakan salah satu warga di tempat itu berkacak pinggang. Pria itu tampak punya pengaruh besar di lingkungan tersebut hingga hampir semua warga yang berkerumun hanya mengiakan semua ucapannya. Namun, tidak untuk beberapa orang yang baru saja tiba di sana.

Seorang pria berbaju batik dan berkopiah melangkah maju dan berusaha menenangkan kegaduha
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   12. Bujukan Shalimah

    David meninggalkan rumah Disti. Tampak di luar rumah kontrakan sederhana itu masih ada beberapa wanita yang masih berkumpul. Pandangan mereka semua tertuju pada David yang sengaja melintas ke samping kerumunan mereka. Entah apa yang dibicarakan mereka, tetapi David hanya merespons dengan memperlihatkan wajah pongah. Sementara itu, Yasa masih bertahan di rumah Disti. Tatapan harunya tertuju pada Arjuna yang masih ketakutan dalam pangkuan dan dekapan Disti. Tidak seharusnya Arjuna menyaksikan semua ini, pikirnya.Rasa bersalah kembali merasuk ke dalam sukmanya. Yasa tidak habis pikir emosinya akan terpancing oleh ucapan David sehingga ia lepas kendali. Yasa merasa sangat menyesal kenapa ia tidak bisa menahan diri untuk menghadapi David."Aku minta maaf karena sudah membuat kekacauan di sini. Aku datang hanya ingin memberitahumu bahwa kamu sudah bebas dari penalti di tempat karaoke itu. Jika kamu masih berminat kerja di butik istriku, kamu bisa datang lagi ke sana. Andaikan tidak, aku

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   13. Bujukan David

    Pagi itu, Disti sudah berdandan rapi. Ia mengenakan kemeja merah muda dengan garis vertikal hitam kecil dan rok span hitamnya. Ia berniat kembali bekerja ke butik Shalimah. Semua kebaikan Yasa dan Shalimah layak dibalas dengan kerja kerasnya. Karena hanya itu satu-satunya cara yang ia bisa lakukan untuk membalas semua yang sudah mereka lakukan untuknya, pikir Disti. "Disti pergi dulu, ya, Bu. Titip Arjuna. Assalamualaikum." Disti mencium punggung tangan ibunya."Hati-hati di jalan, ya, Ti.""Iya, Bu."Disti berjalan menyusuri gang sempit menuju ke jalan besar dengan doa yang terus ia panjatkan dalam hati. Aku berniat beribadah dengan bekerja di butik Mbak Shalimah dan semoga ini adalah jalan terbaik dalam hidupku.Disti sedang berdiri di antara beberapa calon penumpang di halte bus ketika sebuah hypercar buatan Prancis berhenti di depan halte tersebut. Si pemilik mobil sport mewah itu tidak memedulikan bahwa kendaraannya dilarang berhenti di sana. Ia keluar dari mobil dan membuat Di

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   14. Tawaran Shalimah

    Tidak ingin mengecewakan Disti, David melajukan mobilnya secepat yang ia bisa menuju butik milik Shalimah yang berada sekitar 10 kilometer dari hotel tersebut. Beruntung, jalan pagi itu cukup bersahabat sehingga mobil yang dikemudikan David tiba tepat waktu di butik Shalimah. David sengaja memasukkan mobilnya ke halaman parkir persis di depan jendela ruang kerja Shalimah. “Ya, ampun! Saya lupa membawa proposal kerja samanya,” kata David sambil menepuk dahinya sendiri dengan tangan. “Saya harus balik lagi,” tambahnya. “Kalau begitu, aku duluan. Terima kasih tumpangan dan cokelat panasnya,” tutur Disti sambil melepas sabuk pengaman. “Sama-sama. By the way, saya senang sarapan ditemani kamu, Dis.” Disti hanya tersenyum menanggapi ucapan David, kemudian keluar dari mobil David tanpa banyak kata-kata. Dari dalam ruang kerja Shalimah, menembus jendela kaca selebar dinding, wanita itu dan Yasa rupanya sedang memperhatikan kedatangan Disti dan David. “Itu sepertinya mobil David,” cetus

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   15. Seharusnya Dijemput Yasa

    Suara ketukan pintu membuat Disti tergesa-gesa mengambil tas berbahan kanvasnya dari dalam kamar. Ia kemudian menuntun tangan Arjuna ke dapur di mana Sari tengah menyiapkan teh hangat untuk dirinya. “Bu, Disti sama Juna pergi ya,” ucap Disti pada Sari. Sari menghampiri Disti dan Arjuna, kemudian membelai puncak kepala Arjuna sambil berkata, “Cucu nenek ganteng banget.” lalu, ia mengalihkan pandangannya pada Disti. “Memang sudah ada yang menjemput?”“Sudah, Bu. Itu sudah ada yang mengetuk pintu. Pasti sopirnya Mbak Shalimah,” jawab Disti dengan percaya diri. Sebelumnya, Shalimah memang mengatakan pada Disti bahwa sopirnya akan menjemput Disti pada hari Minggu pagi. Mereka rencananya akan membuat acara barbeku-an. Disti sendiri tidak paham benar apa yang akan dilakukan Shalimah dan dirinya nanti di sana. Yang Disti tahu, barbeku adalah acara panggang memanggang sejenis ikan, daging, dan lainnya. Disti, Arjuna, dan Sari berjalan ke ruang tamu. Sementara itu, suara ketukan di pintu t

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   16. Apakah Ini Cemburu?

    Shalimah mengembus napas dan mencoba bersikap setenang mungkin di hadapan Disti. Wanita berhijab abu-abu itu menutupi rasa gugupnya dengan melontarkan senyum. “Kita langsung ke dapur saja, yuk! Kemarin sore aku sudah membeli daging sapi dan memarinasinya. Tinggal dipanggang saja.”“Iya, Mbak.”Disti dan Arjuna mengikuti langkah Shalimah menuju ke dapur. Namun, di tengah jalan, tepatnya di ruang keluarga, Shalimah menghentikan langkahnya. Ia kemudian meraih tangan mungil Arjuna dan berkata dengan manis kepada anak itu. “Bude sudah beli mainan buat Juna.”Arjuna tersenyum senang mendengar pemberitahuan yang disampaikan Shalimah. Wajahnya bersinar dipenuhi euforia. “Mana mainannya, Bude?”Shalimah menoleh ke arah Disti. “Sebentar ya, Dis. Aku ingin menunjukkan mainan yang kubeli kemarin pada Juna.”“Silakan, Mbak.”Disti hanya mematung memandangi Shalimah yang membawa Arjuna ke ruang keluarga. Ia memperhatikan cara Shalimah memperlakukan anaknya dengan sangat baik. Perasaan bahagia menye

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   17. Usaha Perjodohan

    “Sudah matang belum?” Shalimah datang membawa dua piring saji dan semangkuk saus.“Hampir matang, Mbak.” Disti sibuk membolak-balik daging di atas panggangan. Ia bahkan tidak sempat melihat ke arah Shalimah saat menjawab pertanyaan wanita itu.Tidak jauh dari Disti, Shalimah meletakkan piring-piring yang dibawanya di atas meja. Sesekali ia memperhatikan Disti. Rasa iba setiap kali melihat wanita itu tiba-tiba sirna dan berganti asa. Namun, rasa sakit tiba-tiba saja menyelinap ke dalam hati dan menancap di sana. Shalimah menekan d4d4 bagian kirinya dan sedikit menjerit, “Astagfirullah!”Tersentak oleh jeritan kecil Shalimah, secara spontan Disti menoleh ke samping ke arah Shalimah. Wanita itu melihat Shalimah meringis seperti sedang menahan rasa sakit. Disti pun segera meletakkan penjepit daging di sisi panggan

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   18. Ancaman David

    “Kami pamit, Mbak, Mas,” ucap Disti pada Shalimah dan Yasa, “assalamualaikum,” lanjutnya.“Waalaikumsalam.” Shalimah dan Yasa menjawab hampir bersamaan. Namun, hanya suara Shalimah yang terdengar lebih kencang daripada suara Yasa. Yasa masih memberi kesan menjaga jarak, walaupun hanya dalam menjawab salam.Disti berjalan di samping Dheris sambil menuntun Arjuna. Ketiganya mengayuh langkah di atas jalan berbatu buatan yang membelah taman. Berjalan kurang hati-hati dan harus mengawasi langkah Arjuna juga, Disti tersandung dan hampir jatuh. Beruntung, Dheris segera menarik tangan Disti dan tanpa sengaja, secara refleks, merangkul pundak Disti supaya kembali berdiri stabil.“Kamu nggak apa-apa?” tanya Dheris hati-hati.

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   19. Tidur dengan Yasa

    David sukses membuat emosi Yasa meledak. Yasa sadar seharusnya ia tidak terpancing oleh ancaman David, tetapi berkaitan dengan Disti yang notabene tidak tahu apa-apa mengenai masa lalunya dengan David, membuat Yasa murka. Yasa mendorong David sekuat tenaga hingga David mundur beberapa langkah dan nyaris sempoyongan, kemudian menarik kerah jas pria itu, dan dengan lantang melontarkan tangkisannya terhadapan ancaman David. “Kamu cemen, Dave! Kamu hanya bisa memanfaatkan orang-orang di sekitarku untuk membalas sakit hatimu padaku. David yang kukenal dulu tidak mempunyai mental kayak gini.”“David yang dulu sudah tidak ada. Sudah mati bersama adiknya yang kamu habisi.” David mengeraskan rahang, menantang Yasa dengan tatapannya. “Bersiap saja untuk yang terburuk,” desisnya.Merasa keadaan sudah mulai tidak kondusif, Yasa memilih mengakhiri debat panasnya dengan David. Ia melepaskan cekalan tangannya dari kerah jas David, lalu berbalik dan pergi meninggalkan mantan sahabatnya itu. Beruntun

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   62. Menangis di Pelukanmu

    Plaaak! Tamparan Disti mendarat di pipi Yasa. Wanita itu tidak menduga Yasa akan berkata yang menyakitkan hatinya seperti tadi. Apa yang bisa Disti lakukan jika Yasa benar-benar membawa masalah hak asuh Kieran ke ranah hukum? Yasa punya segalanya. Jelas ia akan memenangkan hak asuh itu, meskipun anak di bawah umur seharusnya dibesarkan oleh ibunya. Yasa bisa melakukan apa saja untuk merebut hak asuh Kieran.Disti terdiam. Semua kata tertahan di tenggorokannya. Hanya air mata yang membasahi pipi yang mewakili kehancuran hati dan harapannya. Begitupun, dengan Yasa. Pria itu tertegun merenungi bagaimana ia dengan bodohnya melayangkan kalimat intimidasi pada Disti. Wanita yang pernah mengisi hati dan telah memberinya seorang putri. Dorongan yang tak terbendung memberikan kekuatan pada Yasa. Mengabaikan semua permasalahan yang ada, Yasa merengkuh Disti ke dalam pelukannya.

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   61. Nekat Menjemput

    Wanita berkulit putih yang mengenakan gaun merah selutut itu tersenyum. Mata sebiru lautannya berbinar terang seolah tidak ada beban sedikit pun di pundaknya ketika ia harus berhadapan dengan mantan istri Yasa."Halo, aku Azra. Yasa pasti sudah memberitahukanmu bahwa aku yang akan menjemput anak-anak." Azra mengulurkan tangannya.Tidak mau terlihat gugup Disti menjabat tangan Azra. Entah Azra bisa merasakan kegugupannya atau tidak, Disti hanya ingin terlihat kalau ia tidak gentar dengan penampilan sempurna wanita itu."Halo, aku Disti. Iya, Mas Yasa sudah memberitahuku."Pertemuan sekaligus perkenalan canggung itu berlangsung singkat. Sebelum Azra membawa kedua anaknya, ia meminta perempuan cantik itu untuk menyampaikan pesannya pada Yasa agar ia tidak lupa untuk mengant

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   60. Mamanya Gyan

    Mata Disti mulai berkaca-kaca. Dahulu, ia sempat mengira David hanya pria egois yang ingin memanfaatkannya. Namun, seiring waktu, ia melihat sisi lain dari David—pria yang ternyata bijaksana dan tulus. Ia mulai sadar, bahwa di balik sikapnya yang flamboyan, David adalah seseorang yang memahami dirinya lebih dari yang ia duga.David mengulurkan tangan dan menyentuh bahu Disti dengan lembut. "Aku akan tetap di sini, menemanimu. Tapi, kamu perlu berdamai dengan hatimu dulu, Dis. Cari tahu apa yang benar-benar kamu inginkan. Aku nggak akan memaksamu untuk memilihku atau siapa pun. Kamu yang berhak menentukan jalanmu sendiri."Disti mengangguk, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh. Kata-kata David menyentuh bagian terdalam hatinya, membuatnya merasa tenang, tapi juga tergugah untuk mencari kejelasan dalam perasaannya.David tersenyum hangat, lalu berkata, "Sekarang makan, ya. Nggak usah banyak pikir dulu. Biar hatimu nggak lelah sendiri."Disti tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   59.

    Yasa kembali menghela napas, pandangannya kosong. "Aku bingung, Dis. Saat itu, Shalimah ... kondisinya memburuk. Aku tahu aku yang salah karena membiarkannya merasa tersisihkan, karena aku terus memikirkanmu. Aku sudah jadi pria yang kejam, lebih mementingkan perempuan lain daripada istri yang selalu setia di sampingku. Aku larut dalam penyesalanku. Sampai tiba waktunya aku ingin menemui kalian, David sudah benar-benar menggantikan posisiku." Yasa tersenyum masam, “Aku pengecut, ya?”Disti hanya bisa memandang Yasa tanpa kata-kata. Semua kata-kata yang keluar dari mulut pria itu menusuk hatinya, menciptakan rasa bersalah yang kian menumpuk."Apa yang terjadi pada Mbak Shalimah, Mas?" tanyanya akhirnya, meskipun ia sudah tahu jawabannya. Pertanyaan itu mengandung harapan bahwa jawabannya mungkin berbeda dari apa yang ia duga.Yasa menunduk, suaranya terdengar serak. "Shalimah meninggal dunia beberapa hari setelah melahirkan Gyan, putra kami.""Innalillahi wa inna ilaihi ra'jiun," gumam

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   58. Alasan Yasa

    Disti menahan napas, kemudian membelai lembut tangan Kieran. "Sayang, Om ini papa kandung Kieran. Jadi, mulai sekarang, Kieran bisa panggil Om ini ‘Papa Yasa’, ya?"Mata Kieran membulat, lalu tersenyum cerah. "Jadi Kieran punya dua papa, ya, Bunda?"Disti mengangguk, berusaha menyembunyikan kegugupannya. "Iya, Sayang. Satu Papa David, satu lagi Papa Yasa."Yasa mencoba tersenyum, meskipun ada kegetiran yang tak bisa sepenuhnya ia sembunyikan. "Iya, Kieran. Kamu bisa panggil Om, ‘Papa Yasa’."Kieran tampak berpikir sejenak, lalu menatap Disti dengan wajah bingung. "Om ini temannya Bunda ya, Bunda?"Pertanyaan itu membuat Yasa spontan menatap Disti, pandangan mereka berserobok sejenak. Disti menelan ludah, lalu menjawab hati-hati, "Iya, Sayang. Papa Yasa ini teman Bunda."Yasa menunduk, menyembunyikan perasaan sakit yang bergemuruh di dadanya. Jawaban Disti mungkin untuk melindungi Kieran yang masih terlalu muda untuk memahami semua ini, tetapi tetap saja menyakitkan mendengarnya."Assa

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   57. Menelan Kenyataan Pahit

    Ketukan di pintu ruang kerjanya mengalihkan sejenak pikiran Disti yang tengah kalut, memaksanya kembali pada realitas di senja yang pekat."Assalamualaikum. Maaf, aku datang tanpa kabar," ucap David sambil mendorong pintu terbuka. Senyuman yang biasa menghiasi wajah orientalnya segera memudar ketika ia melihat Disti duduk tersedu-sedu. Tanpa berpikir panjang, David mendekati Disti, menaruh tangannya di pundak Disti untuk menenangkan. "Dis, ada apa? Kenapa kamu menangis?"Disti menunduk. Suaranya terdengar bergetar saat akhirnya ia bicara, tapi bukan menjawab pertanyaan David. "Maafkan aku, Mbak. Maafkan aku. Aku yang salah. Aku yang menjadi duri dalam kehidupan kalian."David terdiam sejenak mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Pandangannya menyapu ruang kerja Disti dan berhenti pada layar laptopnya yang masih menyala, menunjukkan sebuah file bernama ‘Shalimah’. Hatinya mencelos dan ia tak butuh melihat lebih jauh untuk menyimpulkan bahwa video itu adalah penyebab tangis Disti.“

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   56. Berhadapan dengan Yasa

    “Assalamualaikum,” ucap Yasa, suaranya berat dan tegas, membawa suasana dingin yang langsung memenuhi ruangan.Disti mengangguk singkat, mencoba menutupi kegugupannya. “Waalaikumsalam,” jawabnya sambil berusaha menjaga nadanya tetap stabil.Yasa melangkah masuk. Tatapannya tak pernah lepas dari wajah Disti. Sementara itu, Disti bisa merasakan ada sesuatu yang berat dalam tatapan Yasa sesuatu yang membara di balik ketenangan yang Yasa tampilkan.“Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau kamu sedang hamil saat kita bercerai?” Yasa langsung bertanya, tanpa basa-basi.Disti tertegun. Pertanyaan itu menghantamnya tanpa ampun, tepat di titik yang paling ia coba sembunyikan selama ini. Ia menatap Yasa, dan untuk pertama kalinya, ia melihat kemar

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   55. Kenapa Bukan Shalimah?

    “Kamu melamarku, Dave?” tanya Disti, suaranya bergetar sedikit, antara terkejut dan tidak percaya.David tersenyum tipis, lalu berpura-pura melempar pandangan ke arah bunga-bunga mawar merah yang tumbuh di sepanjang jalan setapak. “Aku? Melamar kamu? Nggak kok. Aku cuma curhat sama bunga-bunga ini,” jawabnya santai sambil menunjuk ke arah bunga-bunga di sepanjang koridor.Disti tertawa pelan, melirik David dengan pandangan penuh arti. “Begitu saja ngambek,” katanya menggoda. “Tapi serius, Dave, tentu saja aku senang kalau kamu mau menjadi imamku. Hanya saja apa kamu siap menjadi imam seorang janda beranak dua?”David menatap Disti beberapa saat, matanya menyorotkan ketulusan yang begitu dalam. “Menurutmu gimana?” balasnya lembut.

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   54. Kembali Dipertemukan

    Jantung Disti berdegup kencang, nyaris melompat keluar saat melihat Yasa berjalan mendekat. Tatapannya terkunci pada sosok pria berpostur atletis dengan sorot mata yang masih sama, meski ada sesuatu yang tampak lebih matang, lebih tenang. Waktu seakan melambat. Dan dalam beberapa detik yang panjang itu, kenangan masa lalu menghantamnya bertubi-tubi.Sadar bahwa ia tidak sendirian, Disti segera menoleh ke Kieran yang berdiri di sampingnya. Wajah kecil putrinya yang begitu mirip dengan Yasa membuatnya gelisah. Ia tahu betul, Kieran adalah gambaran Yasa dalam versi perempuan kecil. Jika Yasa memperhatikan lebih teliti, ia pasti akan mengenali kemiripan itu.Dengan sigap, Disti meraih tangan Kieran dan menempatkan gadis kecilnya di belakang tubuhnya, seolah ingin melindungi Kieran dari tatapan yang mungkin penuh pertanyaan. Ketika ia melirik ke arah ana

DMCA.com Protection Status