***Menerima kabar buruk dari Roby, Ganesh dan Nevan berpamitan pada Dayana. Beralasan ada urusan yang harus diselesaikan, keduanya bergegas menuju rumah sakit.Mengemudi kencang, mobil yang dikendarai Ganesh sampai di rumah sakit kurang dari dua puluh menit. Berlarian menuju ruang ICU, setibanya di sana, dia dan Nevan disambut Roby juga Athaya.Di sebuah bangku, Athaya yang duduk tidak jauh dari tiang infus, nampak ditenangkan oleh sang suami dan pemandangan tersebut membuat Ganesh mau pun Nevan berdebar."Pa, gimana Bang Zerga?"Dari jarak beberapa meter, Ganesh bertanya—membuat Roby mau pun Athaya kompak menoleh."Ganesh, Nevan," panggil Athaya dengan suara lirih."Gimana Abang, Bu?" tanya Nevan, sambil mendekat bersama Ganesh. "Abang selamat, kan?""Detak jantung Zerga kembali lagi," ucap Roby—membuat Ganesh dan Nevan menghela napas lega. "Tadi sempat enggak ada, cuman setelah RJP dan penanganan lain, Zerga bertahan.""Ya Tuhan, syukurlah," ucap Ganesh."Makasih karena enggak meng
***Setelah Athaya, Dayana menjadi orang kedua yang tidak sadarkan diri usai mengetahui kabar Zerga. Terlalu shock, bibi di apartemen berkata jika Dayana kehilangan kesadaran, sesaat setelah Ganesh menceritakan semuanya.Ganesh panik? Jawabannya tentu saja iya. Dia yang mengobrol dengan Dayana di samping Zerga, memutuskan untuk kembali ke apartemen.Beruntung, di depan ICU, Ganesh tidak bertemu siapa pun sehingga tanpa menularkan panik, dia bisa menemui perempuan itu guna memastikan kondisi."Semoga enggak ada hal serius terjadi sama Dayana, Ya Tuhan," desah Ganesh, ketika kini dia mengendarai mobilnya pergi. "Enggak kebayang gimana berantakannya Ibu kalau Dayana kenapa-kenapa."Tidak peduli terhadap rasa lelah, Ganesh kembali mengemudi dengan kecepatan yang kencang. Tiba di apartemen, dia berlari menuju lift lalu setibanya di lantai atas, Ganesh melangkah cepat."Bi, gimana Dayana?" tanya Ganesh, setelah bibi membuka pintu apartemen."Udah sadar, Den, cuman lagi nangis di sofa."Gane
***Setelah berhasil menenangkan Dayana, Ganesh harus mengabulkan keinginan perempuan itu menjenguk Zerga. Tidak langsung pergi ke rumah sakit, dia meminta waktu beristirahat selama satu atau dua jam. Hampir semalaman tidak tidur, Ganesh mengantuk sekaligus pusing, sehingga sebelum kembali mengemudi, dia harus memejamkan dulu mata."Bi, siapin nasi sama lauknya ya, terus air putih juga," ucap Dayana, setelah lebih dari satu jam Ganesh tidur di sofa. "Ganesh kayanya belum makan.""Oh, baik, Non."Dayana tersenyum tipis. Tidak lagi memakai baju rumahan, dia sudah rapi karena keinginannya menemui Zerga, sangatlah besar."Kamu yang siapin makanan?"Setelah memutuskan untuk menunggu di kamar, Dayana ditodong pertanyaan tersebut ketika keluar. Di ruang tengah, Ganesh sudah terbangun dari tidur."Bukan, Bibi," jawab Dayana. "Makan dulu. Aku yakin kamu belum makan dari pagi.""Iya."Tidak banyak bicara, Ganesh mencuci muka lalu menyantap makanan yang sudah disiapkan. Sepuluh menit, kegiatann
***"Gimana, masih kerasa panas enggak?"Ganesh tersenyum tipis lalu menoleh. Menjauh dari ICU, saat ini dia dan Dayana berada di bangku taman.Sempat menolak untuk mengobati pipi, Ganesh manut sehingga Dayana yang kebetulan membawa sapu tangan, lekas membasahinya untuk kemudian ditempelkan di pipi putra kedua Roby tersebut."Udah enggak terlalu, makasih ya," ucap Ganesh. "Enggak usah dikompres pun sebenarnya bisa membaik, cuman karena kamu maksa, saya manut.""Kalau bisa membaik dalam waktu cepat, ngapain nunggu lama?" tanya Dayana. "Kasihan juga Tante Aya kalau tahu kamu ditampar Opa. Pasti khawatir "Ganesh tersenyum tipis. "Nampar saya emang udah jadi hobinya Opa," ucapnya. "Setiap kalah debat, pasti senjata yang dia pakai, tangan. Mau balas, saya masih waras. Jadi pada akhirnya saya diam.""Lagian kalian kaya tom and jerry banget," ucap Dayana. "Setiap ketemu, pasti ada aja yang diberantemin.""Opa selalu cari gara-gara duluan, Day," kata Ganesh. "Dan sialnya saya enggak sesabar
***Bima mengingkari janjinya pada Zerga. Membongkar fakta tentang siapa yang sebenarnya menghamili Dayana, apa yang dia lakukan berhasil membuat sang putra terkejut.Namun, meskipun begitu Roby tidak mau gegabah. Tidak menyidang Ganesh mau pun Dayana ketika keduanya menjenguk Athaya, Roby memilih untuk datang ke apartemen.Tidak ada emosi, dia akan membicarakan semuanya secara baik-baik karena meskipun kaget bahkan nyaris shock, Roby tidak mau menerapkan cara keras sang papa."Diminum, Pak," ucap Bibi, ketika kini Roby berada di ruang tengah apartemen.Tidak jauh darinya, Dayana dan Ganesh duduk berjarak. Hanya diminta untuk berkumpul, keduanya sampai sekarang belum tahu apa yang Bima lakukan di belakang mereka."Terima kasih," ucap Roby, sambil tersenyum, hingga pertanyaan dari Ganesh membuat atensinya beralih."Jadi Papa mau bicarain apa sama aku dan Dayana?" "Papa mau tanya sesuatu sama kalian, dan untuk jawaban yang mau kalian kasih, Papa sangat berharap kejujurannya," kata Roby
***"Non, sudah jam tujuh. Makan malam dulu yuk, kasihan si dedeknya pasti udah lapar."Dayana bergeming. Duduk bersandar di tempat tidur, tatapannya begitu kosong, sementara kedua mata yang baru terbuka setengah jam lalu, terus mengeluarkan cairan bening.Semenjak rahasia yang selama ini disembunyikan, terbongkar, Dayana diselimuti sedih. Bukan karena dimarahi Roby, penyebab kesedihannya adalah; permintaan untuk menikah dengan Ganesh.Terbiasa bersama Zerga, lalu dicintai sebesar itu oleh pria tersebut, hati Dayana sakit mendengar permintaan Roby. Mendahului Ganesh, dia melontarkan penolakan.Pada Roby, Dayana berkata jika dirinya sudah berjanji untuk tidak meninggalkan Zerga bagaimanapun kondisinya, sehingga jangankan menikah dengan Ganesh, menyudahi hubungan tanpa persetujuan sang kekasih, dia tidak bisa.Roby marah? Jawabannya adalah tidak. Namun, pria itu tidak membenarkan keinginan Dayana, karena katanya bagaimanapun juga Ganesh adalah ayah dari anak yang Dayana kandung.Tidak a
***Seminggu berlalu, Zerga masih di kondisi yang jauh dari kata baik. Divonis koma, pria itu belum membuka mata hingga hari ini.Tidak dibiarkan, rencana memindahkan Zerga ke rumah sakit di luar negeri, direalisasikan. Dokumen dan semuanya diurus, hari ini pria itu akan diberangkatkan menuju Swiss.Diantar kedua orang tua juga Bima dan Nadia, Zerga akan menjalani perawatan di salah satu rumah sakit bagus di sana. Tidak ada larangan dari siapa pun, semua mendukung termasuk Dayana yang mati-matian menahan sedih."Kakak baik-baik ya di sana. Aku harap Kakak bisa segera bangun terus kembali sembuh seperti semula," ucap Dayana, ketika kini dia diberi waktu untuk menjenguk Zerga. "Aku sayang Kakak, dan aku selalu berdoa yang terbaik buat Kakak. Tentang hubungan kita, aku serahkan semuanya kepada Tuhan karena cuman Tuhan yang berhak atas manusia ciptaannya termasuk dalam masalah jodoh."Tersenyum dengan kedua mata berkaca-kaca, Dayana membungku
***"Ganesh ...."Ganesh mengerjap lalu menoleh ke arah bed. Mendapati Dayana terbangun, dia yang tidur di sofa samping perempuan itu, beringsut."Day, akhirnya kamu bangun. Lama banget pingsannya, sampai bikin saya khawatir.""Kenapa aku di rumah sakit?" tanya Dayana, peka terhadap suasana ruangan tempatnya berada. "Siapa yang bawa aku ke sini?""Kamu jalan sendiri tadi pas pingsan, terus saya ikutin," jawab Ganesh asal—membuat Dayana mendesah."Ganesh ....""Menurut kamu siapa lagi yang bawa kamu ke sini selain saya?" tanya Ganesh, yang kini sudah berdiri di dekat bed. "Bang Zerga? Enggak mungkin. Jangankan bawa kamu ke sini, bangun aja dia enggak bisa."Tidak menimpali, Dayana diam lalu mengarahkan atensi ke punggung tangan yang ditempeli infus. Memandang Ganesh, dia berkata, "Aku enggak mau di sini. Bawa aku pulang.""Boleh, tapi habisin dulu infusnya. Mau diminum atau dipake mandi, terserah," sarkas Ganesh. "Yang penting habis.""Ganesh, ih, aku serius.""Ya saya juga serius," k
*** Hari ini semuanya bahagia. Setelah Dayana resmi menjadi istri Ganesh, Rillian ikut mendapat kabar baik setelah tanpa diduga, Zerga tiba-tiba saja melamarnya. Pada Rillian, Zerga berkata jika dirinya sudah mantap untuk membangun hubungan serius bersama perrmpuan itu, sehingga sebelum Rilliian dilirik atau coba direbut pria lain, dengan segera dia mengikatnya. Tidak menjadi rahasia, kabar dilamarnya Rillian langsung sampai ke telinga semua orang sehingga kebahagiaan keluarga besar Roby dan Marcell menjadi dua kali lipat. "Makasih ya, Ga, udah ngelamar aku," ucap Rillian, yang siang ini menikmati semilir angin di rooftoop hotel. Sudah berganti baju, Rillian nampak cantik dengan gaun berwarna peach. Resepsi belum dimulai, dia dan Zerga memutuskan untuk bersantai setelah bersiap-siap, karena ketika pesta resepsi resmi digelar, keduanya mungkin akan sibuk. "Makasih juga karena udah bantu aku menyembuhkan hati," ucap Zerga. "Berkat kamu, aku bisa baik-baik aja kaya sekarang, dan aku
***"Saya terima nikah dan kawinnya Dayana Mezzalura binti Yuda Andriawan, dengan mas kawin seratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai!""Bagaimana saksi, sah?""Sah!""Sah!""Barakallah."Dipimpin penghulu yang pagi ini mendampingi Yuda untuk menikahkan Dayana dan Ganesh, doa dipanjatkan semua orang di dalam ballroom.Hari, minggu, bahkan bulan berganti, acara bahagia Dayana dan Ganesh akhirnya dilaksanakan di sebuah ballroom mewah hotel berbintang.Mengusung pesta dengan tema modern tanpa adat, Dayana tampil cantik dengan kebaya berwarna putih sementara Ganesh gagah dengan setelan jas.Dihadiri keluarga inti, akad nikah dilaksanakan pukul delapan pagi waktu setempat. Tidak langsung resepsi, acara akan dijeda setelah akad selama dua jam, sebelum kemudian dilanjutkan pukul sepuluh pagi.Tidak mengambil jam malam, resepsi sengaja digelar pukul sepuluh sampai tiga sore agar tidak mengganggu jam tidur baby Brian. Berusia dua bulan, bayi tersebut sangat menempel dengan Dayana sehingga k
***Mendengar kabar Rillian celaka, Zerga panik. Langsung pergi dari rumah perempuan itu, dia membawa mobilnya menuju rumah sakit.Mengemudi dengan kecepatan tinggi, Zerga ingin segera sampai untuk memastikan kondisi Rillian. Jika terjadi sesuatu pada perempuan itu, dia tidak akan memaafkan diri sendiri karena Rillian jatuh saat hendak turun untuk menunggu dirinya di lantai bawah.Entah bagaimana kronologi sampai Rillian bisa jatuh di tangga, satpam tidak melihat. Namun, katanya besar dugaan perempuan itu tersandung kaki sendiri."Rillian ...," gumam Zerga di sela kegiatannya mengemudikan mobil. "Semoga enggak ada hal serius, karena kalau sesuatu menimpa dia, aku enggak akan bisa maafin diriku sendiri."Zerga terus merafalkan doa sepanjang perjalanan. Sampai di rumah sakit, dia memarkirkan mobilnya secara asal sebelum kemudian berlari menuju IGD."Zerga," panggil Marcell yang barusaja keluar dari ruang penanganan. "Kamu ke sini karena dikasih tahu satpam ya?""Iya, Om. Mana Rilli?" ta
***"Kebahagiaan mereka lengkap."Zerga tersenyum tipis, sementara layar ponselnya menunjukan sebuah foto dari orang terdekatnya, yaitu; Ganesh dan Dayana.Di akun sosial medianya, Dayana mengunggah foto di depan sebuah mobil bersama Ganesh. Bukan mobil lama, yang difoto adalah mobil baru pemberian Ganesh untuk Dayana.Di caption, Dayana mengucapkan banyak terima kasih untuk Ganesh—membuat hati Zerga sedikit tergores. Meskipun sudah mengikhlaskan Dayana untuk Ganesh, hati kecil Zerga masih sering tersentil melihat kemesraan keduanya, karena jika tidak ada insiden, seharusnya dialah yang kini sedang menikmati kebersamaan dengan ibu kandung baby Brian tersebut."Semoga bahagia selalu, Dayana," ucap Zerga. "Kamu bahagia, saya ikut bahagia."Tidak mau terus terbawa suasana, Zerga hendak menyimpan ponselnya di meja nakas. Namun, sebuah dering yang tiba-tiba saja terdengar membuatnya batal melakukan hal tersebut.Mendapat panggilan dari Rillian, Zerga menjawab, "Halo, Ri.""Udah di rumah, G
***Dua minggu menetap di inkubator, bayi mungil Dayana dan Ganesh akhirnya bisa dibawa pulang. Tidak dijemput oleh banyak orang, yang datang ke rumah sakit hanyalah Dayana dan Ganesh selaku orang tua Baby Brian.Bukan tidak ada yang mengantar, Athaya mau pun Roby sempat menawari ikut ke rumah sakit. Namun, karena merasa sanggup untuk membawa putra mereka berdua saja, para orang tua patuh untuk menunggu."Udah beres, Gan, administrasinya?" tanya Dayana, ketika Ganesh masuk ke dalam mobil."Udah," jawab Ganesh. "Sekarang kita tinggal pulang.""Oke deh.""Si ganteng tidur?" tanya Ganesh, sambil memandang sang putra yang kini berada di pangkuan Dayana."Tidur," ucap Dayana. "Barusan kan sempat rewel gitu, terus aku coba susuin. Eh, dia enggak bingung puting. Jadi keterusan sampai akhirnya tidur. Senang banget aku bisa nyusuin Brian secara langsung."Ganesh tersenyum. "Aku ikut senang dengarnya," ucapnya. "Sekarang mau langsung pulang apa ke mana dulu? Barangkali ada yang mau kamu beli."
***Adiasta Ganesh resmi menjadi seorang ayah.Meskipun diawali tragedi, gelar tersebut berhasil dia sandang. Tanpa duka, Ganesh dan keluarga bisa sepenuhnya bahagia karena meskipun sempat mengalami penurunan kondisi, Dayana bisa bertahan.Dari ruang operasi, bayi laki-laki Dayana yang memiliki berat dua kilogram, dipindahkan ke ruang NICU untuk menjalani perawatan di sana, sementara Dayana? Perempuan itu dibawa menuju kamar rawat presiden suit.Keluar dengan kondisi yang tidak sadar, Dayana menyisakan rasa cemas di hati Ganesh, sampai akhirnya sekitar pukul lima sore, perempuan itu membuka mata."Ganesh ...."Dengan suara pelan, Dayana memanggil Ganesh yang terlelap persis di sampingnya. Tidak ada siapa pun, di kamar rawat hanya ada keduanya setelah beberapa waktu lalu Athaya dan Roby pamit untuk mengambil baju ganti di apartemen.Zerga? Pria itu juga pergi karena sebuah urusan, sehingga yang menjaga Dayana hanyalah Ganesh."Day, akhirnya kamu bangun," ucap Ganesh, dengan kondisi set
***Hari libur Ganesh yang semula tenang, seketika diselimuti kepanikan setelah kabar jatuhnya Dayana, disampaikan Mbak yang selama ini menemani perempuan itu.Lekas ke apartemen, Ganesh mendapati Dayana yang tengah merintih kesakitan, sementara cairan berwarna merah membasahi baju yang perempuan itu pakai.Berusaha tenang meskipun panik, Ganesh membawa Dayana ke rumah sakit terdekat. Mendapat penanganan di IGD, kini Dayana masih berada di dalam, sementara Ganesh menunggu dengan perasaan gelisah."Ya Tuhan, lindungi Dayana dan anakku," ucap Ganesh, penuh permohonan. "Aku tahu, aku bukan orang baik, tapi tolong selamatkan mereka karena aku akan hancur jika terjadi sesuatu pada Dayana mau pun anaknya."Tidak bersama Mbak, Ganesh sendirian di depan IGD. Belum mengabari siapa pun, dia berniat untuk menunggu dulu sampai tahu kondisi Dayana mau pun bayi yang dikandungnya."Keluarga pasien, atas nama Dayana?"Pintu IGD terbuka, Ganesh dengan segera beranjak. "Saya, Dokter," ucapnya. "Saya su
*** Jika kebanyakan ibu hamil mengalami ngidam di trimester pertama kehamilan, maka Dayana berbeda. Lebih banyak tertekan ketika usia kandungannya masih di kisaran satu sampai dua bulan, perempuan itu sering ngidam di trimester ketiga kandungannya. Jika beberapa hari lalu dia mengidam nasi goreng yang dimasak oleh Bima, maka weekend ini keinginan Dayana berbeda lagi. "Bilang jangan ya ke Ganesh?" tanya Dayana, yang masih berbaring di tempat tidur, karena memang jarum jam pun baru sampai di angka tujuh pagi. "Kalau bilang, takut dia enggak ngabulin, tapi kalau enggak bilang, takut juga bayi aku ngeces. Bingung banget." Selama beberapa saat, Dayana sibuk menimang, hingga ketika keinginan di dalam hatinya semakin kuat, dia memberanikan diri untuk menghubungi kekasihnya itu. "Halo, Sayang, morning," sapa Ganesh hangat. "Ada apa?" "Kamu lagi apa?" tanya Dayana. "Aku masih di tempat tidur nih. Males banget mau bangun." "Enggak sakit, kan?" tanya Ganesh. "Aku kebetulan baru sele
***Dua bulan berlalu, usia kandungan Dayana akhirnya sampai di minggu ke tiga puluh. Tidak ada kendala, kehamilan perempuan itu berjalan dengan lancar.Tidak ada masalah, kehidupan Dayana juga perlahan membaik. Selain bisa bersatu dengan Ganesh, hubungannya dengan Zerga berangsur membaik seiring berjalannya waktu."Ganesh mana ya? Janjinya jam setengah lima, tapi belum sampai juga," keluh Dayana, ketika sore ini dia menunggu Ganesh datang menjemput.Waktu pemeriksaan tiba, sore ini Dayana akan mengunjungi rumah sakit untuk check up. Tidak sendiri, dia selalu bersama Ganesh karena sebagai calon suami dan ayah yang baik, Ganesh katanya tidak mau melewatkan satu kali pun pemeriksaan Dayana."Duh, pegal."Bersandar dengan perut yang besar, Dayana dilanda pegal. Mengubah posisi menjadi sedikit menyamping, dia terus menunggu hingga setelah setengah jam terlambat, sosok yang ditunggu datang."Day," panggil Ganesh.Tidak perlu menekan bel, pria itu tahu password apartemen Dayana, sehingga s