***"Tadi Mama ketemu Ganesh di dekat apotek. Dia habis nebus obat."Velia berhenti mengunyah, lalu menoleh pada Maudy yang duduk persis di sampingnya. Mengerutkan kening, dia bertanya,"Obat siapa? Bukannya Ganesh pamit buat syuting dadakan?""Dia bohong," jawab Maudy. "Aslinya nganter calon kakak iparnya buat periksa kandungan. Cuman, karena takut kamu salah paham, Ganesh bilang mau syuting.""Dayana?" tanya Velia."Iya, kamu kenal?" Maudy balik bertanya."Kenal," jawab Velia. "Dia mantan manajernya Ganesh, terus sekarang emang pacaran sama Bang Zerga. Cuman, apa iya dia hamil? Kok Ganesh enggak cerita sama aku ya sebelumnya?""Karena enggak penting mungkin," ucap Maudy, sambil mengedikan bahu. "Atau sengaja enggak bilang karena kehamilan kakak iparnya aib. Secara kan mereka belum menikah. Jadi malu kalau orang luar tahu.""Iya juga sih," ucap Velia. "Setahu aku, mereka emang belum nikah. Ih, Bang Zerga kok gitu ya? Wajah kalem, tapi diam-diam ngehamilin perempuan. Enggak nyangka."
***"Velia ...."Ganesh bergumam pelan, setelah nama Velia terpampang di layar ponsel. Tak sedang sibuk, dia menjawab panggilan."Halo, Vel, kenapa?""Kamu di mana, Ganesh?" tanya Velia, disertai rengekan. "Kamu udah janji buat nemenin aku selama di rumah sakit lho. Kenapa sampai sekarang belum ke sini?""Aku lag-""Jangan bilang lagi syuting, karena aku udah tahu kamu bohong," ucap Velia. "Mama udah ceritain semuanya sama aku.""Oke, untuk itu aku minta maaf," ucap Ganesh. "Aku cuman enggak mau kamu salah paham, makanya bohong.""Enggak mau aku salah paham, atau takut dilarang pergi kalau alasannya bukan syuting?"Ganesh memijat pelipis. Tak di rumah, saat ini dia berada di toko kue untuk membeli kue sus."Ya dua-duanya sih," ucap Ganesh. "Cuman kamu jangan khawatir, karena habis ini aku ke rumah sakit. Satu jam lagi sampai.""Ih, lama banget," rengek Velia lagi. "Sibuk sama apalagi sih kamu? Ngurusin Dayana? Kalau iya, dia kan ada pacar. Kenapa harus kamu yang sibuk? Lagipula Bang Z
***"Baru pulang, Bang."Zerga berhenti di tengah tangga, lalu menoleh ke asal suara. Di ambang pintu dapur, dia mendapati Athaya."Iya, Bu," jawabnya. "Obrolannya tadi agak panjang. Jadi lumayan makan waktu.""Pantes," ucap Athaya. "Ya udah istirahat kalau gitu. Hilangin dulu keringat, terus mandi. Habis mandi, makan. Lauk pauknya ada di laci seperti biasa.""Iya, Bu," jawab Zerga. "Oh ya, Dayana udah makan malam belum, Bu? Aku chat, enggak dibalas.""Tadi udah ibu anterin sih makanannya ke kamar. Udah dimakan apa belum, Ibu belum cek lagi," ucap Athaya. "Coba sambil lewat kamu cek.""Siap," ucap Zerga. "Ke atas dulu ya, Bu.""Iya."Zerga melanjutkan langkah. Sampai di lantai dua, dia berjalan menuju kamar Dayana."Dayana?" panggil Zerga, setelah sebelumnya mendaratkan ketukan. Tak ada sahutan, yang Zerga dengar adalah hening. Tak langsung pergi, dia kembali memanggil perempuan itu. Namun, sama seperti sebelumnya, Zerga tak mendapatkan sahutan."Apa Dayana tidur ya?" tanya Zerga. "T
***"Telepon dari siapa?"Ganesh mengangkat pandangan. Mendapat pertanyaan bernada sinis dari Velia, dia yang barusaja mengecek ponsel, lekas memberikan jawaban."Bang Zerga," ucapnya sambil beranjak dari kursi. " Kamu tunggu sebentar, aku jawab dulu teleponnya.""Harus banget di luar?" tanya Velia. "Di sini aja kali jawabnya. Ngapain di luar? Toh, Bang Zerga abang kamu, kan?""Aku enggak nyaman di sini," ucap Ganesh. "Lagian enggak akan lama juga aku di luar.""Tapi kan-""Velia, please," ucap Ganesh, sedikit mendesah. "Aku cuman mau jawab telepon, bukan kabur. Lagian kamu udah waktunya istirahat. Jadi lebih baik tidur. Bayi kamu butuh istirahat."Velia diam, sementara sambil membawa ponsel, Ganesh meninggalkan kamar rawat. Tak pergi jauh, dia duduk di bangku panjang."Halo, Bang, kenapa?" tanya Ganesh, setelah panggilan terhubung."Kamu masih di rumah sakit buat jagain Velia?" tanya Zerga."Iya, aku masih di sini. Ada apa emangnya?""Mumpung kamu di rumah sakit, abang mau minta tolo
***"Hei, kamu kenapa? Kok nangis?"Maudy terkejut setelah di kamar rawat, Velia terlihat menangis di bed. Mendapat telepon dari Ganesh yang katanya batal menginap, Maudy sigap ke rumah sakit bersama sang suami."Velia, kamu kenapa?" tanya Maudy, setibanya di samping bed. "Ada yang nyakitin kamu apa gimana, hm? Bilang sama Mama.""Ganesh, Ma," ucap Velia, dengan suara lirih. "Dia nyakitin aku.""Nyakitin gimana maksudnya?" tanya Maudy, sambil mendudukan diri di pinggiran bed. "Karena dia batal nginap di sini?"Velia menggeleng. "Bukan karena itu.""Terus?"Masih dengan air mata membasahi pipi, Velia yang sejak tadi duduk sambil memeluk kedua kaki, perlahan mengangkat pandangan. "Ganesh ngehamilin perempuan lain di belakang aku, Ma," ucapnya—membuat kedua mata Maudy membelalak. "Mama ingat pertemuan Mama sama dia yang katanya nganterin calon kakak iparnya check up? Itu dia habis nengok anaknya, Ma. Perempuan yang dia antar bukan mengandung anaknya Bang Zerga, tapi anaknya Ganesh.""Kok
***Semenjak kejadian Velia mengirim pesan berisi makian pada Dayana, hubungan diantara Dayana dan Ganesh merenggang. Jarang mengobrol, Dayana lebih sering menghabiskan waktu bersama Zerga, sementara Ganesh tiba-tiba sibuk dengan pekerjaan.Seminggu berlalu, bisa dihitung dengan jari berapa kali Dayana dan Ganesh bertemu, karena kebetulan dalam tujuh malam, Ganesh di rumah hanya empat malam saja."Lagi lihatin siapa? Bang Zerga."Sore menjelang malam, Dayana dibuat tersentak setelah pertanyaan tersebut didapatkannya. Berdiri di dekat pagar pembatas balkon, dia dan mendapati Ganesh berdiri tak jauh darinya."Iya," ucap Dayana. "Tadi aku pengen pizza, terus Kak Zerga bilang mau beli sambil pulang kantor. Jadi aku tungguin.""Padahal, saya juga bisa beliin kamu pizza," ucap Ganesh. "Saya ada di rumah sejak jam lima."Dayana tersenyum tipis. "Enggak usah, makasih," ucapnya. "Kak Zerga bilang, kalau ada apa-apa bilangnya ke dia aja. Dia siap ngabulin apa yang saya mau kapan pun.""Semakin
***"Bang, udah tidur?"Zerga menoleh. Menutup buku yang sedang dibaca, dia beranjak untuk membuka pintu. Di depan kamar, Zerga mendapati Ganesh—membuatnya lekas bertanya,"Ada apa?""Ada yang mau aku bicarain," ucap Ganesh. "Boleh masuk enggak?""Boleh."Ganesh melangkah masuk ke kamar Zerga. Tanpa diminta, dia duduk di salah satu sofa, lalu tidak berselang lama, sebuah tanya diberikan sang abang padanya."Mau bicarain apa?""Dayana," ucap Ganesh. "Selama seminggu ini aku merenung, dan aku pikir aku harus ambil tanggung jawab yang selama ini Abang pikul.""Tanggung jawab terhadap Dayana dan bayinya maksud kamu?"Ganesh mengangguk. "Iya, Bang," jawabnya. "Hubunganku sama Velia udah berakhir. Aku juga udah enggak berkomunikasi sama dia. Jadi enggak ada alasan aku enggak bertanggungjawab terhadap Dayana dan calon anakku."Zerga tak memberi respon, sementara Ganesh yang sudah sangat mantap untuk bertanggungjawab, kembali buka suara."Aku mungkin terkesan enggak tahu diri, karena ambil la
***"Kakak oke? Aku perhatiin, Kakak kaya lagi mikirin sesuatu."Zerga tak menjawab. Diberi pertanyaan di tengah sarapan, dia memandang Dayana. Dilema antara harus jujur atau tidak, dalam hati dia sibuk menimbang, hingga panggilan dari sang calon istri membuat dia tersentak."Kak?""Eh, iya, gimana?"Dayana tersenyum. "Kakak lagi ada masalah ya?" tanyanya. "Yakin ada sih, soalnya Kakak banyak diam.""Ada, sedikit.""Mau berbagi?" tanya Dayana. "Aku siap kok dengerin cerita Kakak. Ah, atau Kakak udah cerita sama Tante Aya?"Zerga mengukir senyum tipis. "Enggak," ucapnya. "Masalahnya enggak bisa saya bagi sama ibu.""Hm, bagi ke aku kalau gitu," pinta Dayana. "Aku dengan senang hati dengerin curahan hati Kakak."Zerga kembali diam, hingga selang beberapa detik dia buka suara. "Ini tentang Ganesh," ucapnya. "Semalam dia temuin saya, terus sama seperti seminggu lalu, dia minta saya buat mengakhiri tanggung jawab terhadap kamu. Katanya kali ini Ganesh benar-benar siap buat tanggung jawab d
*** Hari ini semuanya bahagia. Setelah Dayana resmi menjadi istri Ganesh, Rillian ikut mendapat kabar baik setelah tanpa diduga, Zerga tiba-tiba saja melamarnya. Pada Rillian, Zerga berkata jika dirinya sudah mantap untuk membangun hubungan serius bersama perrmpuan itu, sehingga sebelum Rilliian dilirik atau coba direbut pria lain, dengan segera dia mengikatnya. Tidak menjadi rahasia, kabar dilamarnya Rillian langsung sampai ke telinga semua orang sehingga kebahagiaan keluarga besar Roby dan Marcell menjadi dua kali lipat. "Makasih ya, Ga, udah ngelamar aku," ucap Rillian, yang siang ini menikmati semilir angin di rooftoop hotel. Sudah berganti baju, Rillian nampak cantik dengan gaun berwarna peach. Resepsi belum dimulai, dia dan Zerga memutuskan untuk bersantai setelah bersiap-siap, karena ketika pesta resepsi resmi digelar, keduanya mungkin akan sibuk. "Makasih juga karena udah bantu aku menyembuhkan hati," ucap Zerga. "Berkat kamu, aku bisa baik-baik aja kaya sekarang, dan aku
***"Saya terima nikah dan kawinnya Dayana Mezzalura binti Yuda Andriawan, dengan mas kawin seratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai!""Bagaimana saksi, sah?""Sah!""Sah!""Barakallah."Dipimpin penghulu yang pagi ini mendampingi Yuda untuk menikahkan Dayana dan Ganesh, doa dipanjatkan semua orang di dalam ballroom.Hari, minggu, bahkan bulan berganti, acara bahagia Dayana dan Ganesh akhirnya dilaksanakan di sebuah ballroom mewah hotel berbintang.Mengusung pesta dengan tema modern tanpa adat, Dayana tampil cantik dengan kebaya berwarna putih sementara Ganesh gagah dengan setelan jas.Dihadiri keluarga inti, akad nikah dilaksanakan pukul delapan pagi waktu setempat. Tidak langsung resepsi, acara akan dijeda setelah akad selama dua jam, sebelum kemudian dilanjutkan pukul sepuluh pagi.Tidak mengambil jam malam, resepsi sengaja digelar pukul sepuluh sampai tiga sore agar tidak mengganggu jam tidur baby Brian. Berusia dua bulan, bayi tersebut sangat menempel dengan Dayana sehingga k
***Mendengar kabar Rillian celaka, Zerga panik. Langsung pergi dari rumah perempuan itu, dia membawa mobilnya menuju rumah sakit.Mengemudi dengan kecepatan tinggi, Zerga ingin segera sampai untuk memastikan kondisi Rillian. Jika terjadi sesuatu pada perempuan itu, dia tidak akan memaafkan diri sendiri karena Rillian jatuh saat hendak turun untuk menunggu dirinya di lantai bawah.Entah bagaimana kronologi sampai Rillian bisa jatuh di tangga, satpam tidak melihat. Namun, katanya besar dugaan perempuan itu tersandung kaki sendiri."Rillian ...," gumam Zerga di sela kegiatannya mengemudikan mobil. "Semoga enggak ada hal serius, karena kalau sesuatu menimpa dia, aku enggak akan bisa maafin diriku sendiri."Zerga terus merafalkan doa sepanjang perjalanan. Sampai di rumah sakit, dia memarkirkan mobilnya secara asal sebelum kemudian berlari menuju IGD."Zerga," panggil Marcell yang barusaja keluar dari ruang penanganan. "Kamu ke sini karena dikasih tahu satpam ya?""Iya, Om. Mana Rilli?" ta
***"Kebahagiaan mereka lengkap."Zerga tersenyum tipis, sementara layar ponselnya menunjukan sebuah foto dari orang terdekatnya, yaitu; Ganesh dan Dayana.Di akun sosial medianya, Dayana mengunggah foto di depan sebuah mobil bersama Ganesh. Bukan mobil lama, yang difoto adalah mobil baru pemberian Ganesh untuk Dayana.Di caption, Dayana mengucapkan banyak terima kasih untuk Ganesh—membuat hati Zerga sedikit tergores. Meskipun sudah mengikhlaskan Dayana untuk Ganesh, hati kecil Zerga masih sering tersentil melihat kemesraan keduanya, karena jika tidak ada insiden, seharusnya dialah yang kini sedang menikmati kebersamaan dengan ibu kandung baby Brian tersebut."Semoga bahagia selalu, Dayana," ucap Zerga. "Kamu bahagia, saya ikut bahagia."Tidak mau terus terbawa suasana, Zerga hendak menyimpan ponselnya di meja nakas. Namun, sebuah dering yang tiba-tiba saja terdengar membuatnya batal melakukan hal tersebut.Mendapat panggilan dari Rillian, Zerga menjawab, "Halo, Ri.""Udah di rumah, G
***Dua minggu menetap di inkubator, bayi mungil Dayana dan Ganesh akhirnya bisa dibawa pulang. Tidak dijemput oleh banyak orang, yang datang ke rumah sakit hanyalah Dayana dan Ganesh selaku orang tua Baby Brian.Bukan tidak ada yang mengantar, Athaya mau pun Roby sempat menawari ikut ke rumah sakit. Namun, karena merasa sanggup untuk membawa putra mereka berdua saja, para orang tua patuh untuk menunggu."Udah beres, Gan, administrasinya?" tanya Dayana, ketika Ganesh masuk ke dalam mobil."Udah," jawab Ganesh. "Sekarang kita tinggal pulang.""Oke deh.""Si ganteng tidur?" tanya Ganesh, sambil memandang sang putra yang kini berada di pangkuan Dayana."Tidur," ucap Dayana. "Barusan kan sempat rewel gitu, terus aku coba susuin. Eh, dia enggak bingung puting. Jadi keterusan sampai akhirnya tidur. Senang banget aku bisa nyusuin Brian secara langsung."Ganesh tersenyum. "Aku ikut senang dengarnya," ucapnya. "Sekarang mau langsung pulang apa ke mana dulu? Barangkali ada yang mau kamu beli."
***Adiasta Ganesh resmi menjadi seorang ayah.Meskipun diawali tragedi, gelar tersebut berhasil dia sandang. Tanpa duka, Ganesh dan keluarga bisa sepenuhnya bahagia karena meskipun sempat mengalami penurunan kondisi, Dayana bisa bertahan.Dari ruang operasi, bayi laki-laki Dayana yang memiliki berat dua kilogram, dipindahkan ke ruang NICU untuk menjalani perawatan di sana, sementara Dayana? Perempuan itu dibawa menuju kamar rawat presiden suit.Keluar dengan kondisi yang tidak sadar, Dayana menyisakan rasa cemas di hati Ganesh, sampai akhirnya sekitar pukul lima sore, perempuan itu membuka mata."Ganesh ...."Dengan suara pelan, Dayana memanggil Ganesh yang terlelap persis di sampingnya. Tidak ada siapa pun, di kamar rawat hanya ada keduanya setelah beberapa waktu lalu Athaya dan Roby pamit untuk mengambil baju ganti di apartemen.Zerga? Pria itu juga pergi karena sebuah urusan, sehingga yang menjaga Dayana hanyalah Ganesh."Day, akhirnya kamu bangun," ucap Ganesh, dengan kondisi set
***Hari libur Ganesh yang semula tenang, seketika diselimuti kepanikan setelah kabar jatuhnya Dayana, disampaikan Mbak yang selama ini menemani perempuan itu.Lekas ke apartemen, Ganesh mendapati Dayana yang tengah merintih kesakitan, sementara cairan berwarna merah membasahi baju yang perempuan itu pakai.Berusaha tenang meskipun panik, Ganesh membawa Dayana ke rumah sakit terdekat. Mendapat penanganan di IGD, kini Dayana masih berada di dalam, sementara Ganesh menunggu dengan perasaan gelisah."Ya Tuhan, lindungi Dayana dan anakku," ucap Ganesh, penuh permohonan. "Aku tahu, aku bukan orang baik, tapi tolong selamatkan mereka karena aku akan hancur jika terjadi sesuatu pada Dayana mau pun anaknya."Tidak bersama Mbak, Ganesh sendirian di depan IGD. Belum mengabari siapa pun, dia berniat untuk menunggu dulu sampai tahu kondisi Dayana mau pun bayi yang dikandungnya."Keluarga pasien, atas nama Dayana?"Pintu IGD terbuka, Ganesh dengan segera beranjak. "Saya, Dokter," ucapnya. "Saya su
*** Jika kebanyakan ibu hamil mengalami ngidam di trimester pertama kehamilan, maka Dayana berbeda. Lebih banyak tertekan ketika usia kandungannya masih di kisaran satu sampai dua bulan, perempuan itu sering ngidam di trimester ketiga kandungannya. Jika beberapa hari lalu dia mengidam nasi goreng yang dimasak oleh Bima, maka weekend ini keinginan Dayana berbeda lagi. "Bilang jangan ya ke Ganesh?" tanya Dayana, yang masih berbaring di tempat tidur, karena memang jarum jam pun baru sampai di angka tujuh pagi. "Kalau bilang, takut dia enggak ngabulin, tapi kalau enggak bilang, takut juga bayi aku ngeces. Bingung banget." Selama beberapa saat, Dayana sibuk menimang, hingga ketika keinginan di dalam hatinya semakin kuat, dia memberanikan diri untuk menghubungi kekasihnya itu. "Halo, Sayang, morning," sapa Ganesh hangat. "Ada apa?" "Kamu lagi apa?" tanya Dayana. "Aku masih di tempat tidur nih. Males banget mau bangun." "Enggak sakit, kan?" tanya Ganesh. "Aku kebetulan baru sele
***Dua bulan berlalu, usia kandungan Dayana akhirnya sampai di minggu ke tiga puluh. Tidak ada kendala, kehamilan perempuan itu berjalan dengan lancar.Tidak ada masalah, kehidupan Dayana juga perlahan membaik. Selain bisa bersatu dengan Ganesh, hubungannya dengan Zerga berangsur membaik seiring berjalannya waktu."Ganesh mana ya? Janjinya jam setengah lima, tapi belum sampai juga," keluh Dayana, ketika sore ini dia menunggu Ganesh datang menjemput.Waktu pemeriksaan tiba, sore ini Dayana akan mengunjungi rumah sakit untuk check up. Tidak sendiri, dia selalu bersama Ganesh karena sebagai calon suami dan ayah yang baik, Ganesh katanya tidak mau melewatkan satu kali pun pemeriksaan Dayana."Duh, pegal."Bersandar dengan perut yang besar, Dayana dilanda pegal. Mengubah posisi menjadi sedikit menyamping, dia terus menunggu hingga setelah setengah jam terlambat, sosok yang ditunggu datang."Day," panggil Ganesh.Tidak perlu menekan bel, pria itu tahu password apartemen Dayana, sehingga s