Share

Telepon dari Alif

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-26 15:17:24

Malam itu Alif tidak bisa tidur, dipandanginya sapu tangan itu, dielusnya bagian yang tertulis angka-angka sebuah nomor telepon. Dia terus berpikir, dengan handphone siapa dia akan menghubungi Bundanya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, anak itu bergegas menuruni tangga. Segera dia menuju kamar Bik Ijah dan mengetuk pintunya.

"Den Alif ...." Bik Ijah terkejut setelah mendapati siapa yang ada di depan pintunya kamarnya.

"Bibik ... aku lapar! Bisa nggak Bibik membuatkan aku makanan," kata Alif dengan wajah memohon.

"Ya sudah, Bibik ke dapur dulu," kata Bik Ijah

.

"Alif menunggu di kamar Bibik, Ya?"

"Kenapa?"

"Alif tidak mau ketahuan Papa, nanti dia marah lagi," kata Alif sambil menunduk.

"Ya, sudah." Bik Ijah juga kadang tidak tega kalau Alif dimarahi Fauzan, pria itu suka kalap kalau marah.

Selagi Bik Ijah di dapur, Alif mengamati semua kamar Bik Ijah. Matanya membulat sempurna ketika melihat ada HP Nok*a blacksenter

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
semangat...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Bertemu Alif

    "Aaaliiiiif!"Teriak Rahma ketika melihat Alif tengah menunggunya di bangku taman. Rahma langsung keluar pintu dan menutupnya dengan kuat membuat Bastian menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya."Aaaliiif!" teriak Rahma, langsung memeluk anak lelaki itu."Bundaaa!" Anak itu balas memeluknya erat."Bunda kangen sayang.""Alif juga ... Bun, kenapa Bos Bastian ada di sini?" tanya Alif ketika melihat Bastian menuju ke arahnya."Halo, Alif?" sapa Bastian mengacak rambut anak itu."Sayang, maaf ... Bunda tidak bisa ngabarin kamu, Bunda sekarang sudah menikah dengan Bos Bastian, Bunda ingin banget kamu hadir saat ijab kabul," kata Rahma menerangkan."Benarkah? Alif senang mendengarnya, yang penting Bunda bahagia," kata Alif berbinar matanya."Bos, jangan buat Bundaku sedih ya?" lanjutnya."Kok Bos? Aku ini menikahi Bundamu loh, jadi panggil Ayah," kata Bastian."Iya, Ayah," kata Alif membuat Bastian memeluk an

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kekacauan di Resepsi Pernikahan

    Malam itu sekitar jam sebelas malam Alif menelpon. Bastian meminta Rahma mengeraskan suara agar dia ikut mendengar."Sayang, kau menelpon diam-diam, kan?" tanya Rahma."Ya iyalah, Bun. Mana berani aku menelpon terang-terangan. Tapi aku lebih bebas sekarang.""Bebas kenapa?" tanya Rahma"Papa sama Mama sedang pergi bulan madu, mereka pergi tiga hari ke Bali," kata Alif."Oya? Kok Alif tahu bulan madu, sih?" tanya Rahma tertawa cekikikan sambil menjewer telinga Bastian. Lelaki itu ikut mencubit pinggang Rahma sambil tertawa tertahan."Ya tahulah, Bun. Bulan madu itu kan liburan sesudah nikah, kan?" ujar Alif."Oooo?" kata Rahma dan Bastian berbarengan mereka masih tersenyum dan saling memberi kode."Kapan mereka berangkat?" tanya Rahma"Tadi siang, Bun. Oya, kapan Bunda sama Ayah akan bulan madu?" tanya Alif membuat mereka saling pandang terdiam sejenak."Kalau Bunda dan Ayah, kan resepsi pernikahan belum digelar. O

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kondisi Pak Sagala

    "Pak Sagala mengalami koma lagi, kami akan melakukan observasi menyeluruh," kata Dokter Ilham, dokter yang biasa menangani Pak Sagala."Bagaimana jika Mas Saga kami rujuk ke Jerman, Dok?" kata Tante Lirna."Ya Bagus itu, teknologi pengobatan jantung di Jerman sudah canggih, Dokter spesialis jantung di sana bagus-bagus. Bahkan mereka menciptakan jantung buatan," kata Dokter Ilham"Bagaimana, Bas? Mbak Asti?" tanya Tante Lirna"Aku tidak tahu, Tante ... kalau Papa dibawa ke Jerman, aku gak mungkin bisa menungguinya. Aku juga ingin mengurus Papa, Tante ... tapi aku juga musti mengurus Perusahaan," keluh Bastian."Kamu di sini saja ngurus perusahaan, Bas. Biar Tante sama Bunda Asti yang mengurus Papamu. Ini demi kebaikan Papamu. Tante ingin Mas Saga cepat sembuh. Hanya Mas Saga satu-satunya saudara yang Tante punya, Bas. Tante tidak mau kehilangan dia," kata Tante Lirna sambil memeluk Bastian."Benar, Bas. Apa yang dikatakan Tantemu itu. Bunda j

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Amarah Bastian

    "Ada apa, Bas?" tanya Bunda Asti ketika menemui Bastian."Ini, Bun. Romi membelikan Bunda baju. Gantilah baju kebaya yang Bunda kenakan, pasti tidak nyaman, kan?" kata Bastian memberikan paper bag itu setelah mengeluarkan bajunya."Wah, terima kasih. Tahu aja Bunda sudah gerah," kata Bunda Asti sambil mengambil paper bag itu dan hendak berlalu."Bun ...." panggil Bastian."Ada apa, Bas?" tanya Bunda Asti, sorot mata Bastian tampak serius."Sebenarnya apa yang membuat Papa terkena serangan jantung?" tanya Bastian menatap Bunda Asti lekat."Apa, Bun? Ceritakan padaku, Bun. Aku berhak tahu," tanya Bastian sekali lagi ketika melihat Bunda Asti hanya bergeming. Bunda Asti menarik napas panjang dan menghembuskan kuat-kuat, lalu duduk di sebelah Bastian."Bunda tidak tahu persis apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Nasib baik berpihak pada Rahma

    "Mas ... Katanya mau bantuin ngepak barang Bunda untuk dibawa ke Jerman? Kok malah ngelamun di sini?" tanya Rahma ketika didapati suaminya tengah termenung di dalam kamar."Oh ... Mas lupa, ayo Mas bantu," kata Bastian sambil bangkit dari duduk di tepi ranjang."Sudah selesai, Mas. Tadi dibantuin Bik Wati," kata Rahma membuat Bastian menghempaskan kembali pantatnya ke atas ranjang.Rahma segera masuk kamar mandi menggosok giginya, setelah keluar kamar mandi didapati suaminya masih termenung,Ada apa sih dengan Mas Bas? Mungkinkah dia tengah bersedih perihal Papanya,' batin Rahma."Mas ... kamu masih sedih tentang Papa ya?" tanyanya sambil membelai kepala lelaki itu, Bastian segera memeluk pinggang istrinya dan membenamkan kepalanya di perut perempuan itu."Sabar ya, Mas ... mulai sekarang kita harus rajin berdoa dan rajin mendirikan salat sunah, agar Allah segera menyembuhkan Papa," kata Rahma membuat Bastian hanya mengangguk.Bas

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Rahma dan Bastian diculik

    "Kemarin Papa dan Mama menghadiri resepsi pernikahan anak Sagala. Kau tahu siapa menantunya itu?" kata Gunadi menatap kedua anak dan menantunya serius. "Nggak, Pa. Siapa?" tanya Fauzan serius. "Perempuan itu, Rahma!" kata Helena, nada bicaranya di tekan pada kata Rahma. "Apa?" kata Fauzan dan Santi serentak, keduanya saling berpandangan, mereka terkejut mendengar kabar itu. "Jadi Rahma menikah dengan Bastian?" kata Fauzan sambil mengernyitkan dahi. "Wah ... ternyata Rahma bisa menggaet bosnya," kata Santi sambil manggut-manggutkan kepalanya merasa tidak menyangka kejadiannya seperti ini. "Apa maksudmu?" tanya Fauzan pada Santi. "Rahma itu dulu pembantunya Bastian, rupanya dia sengaja menggaet Bastian. Aku rasa dia sudah tahu kalau Bastian itu Bosmu," kata Santi tersenyum sinis, Rahma ... ternyata kau licik juga. "Sekarang bagaimana Zan? Cepat kau segera bereskan, bagaimanapun caranya segera ambil alih PT Intisari Besi menjadi milik kita," kata Gunadi menatap anak dan menantunya

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Usaha Fauzan mengorbankan Alif

    Perjalanan hampir satu jam, mobil itu membelok memasuki area industri,'Ah ... itu kan pabrik PT Intisari Besi, kenapa mereka membawa kami ke mari? Benarkah yang kupikirkan? Fauzan ...,' batin Bastian menerka-nerka.Mobil berhenti di sebuah gudang, mereka memaksa ketiganya turun. Di bawah ancaman pistol, mereka bertiga mengikuti ke mana pria-pria sangar itu membawanya. Mereka sampai di dalam gudang, di sana sudah menunggu Fauzan dan pengacaranya Togar Simarmata."Wah ... bravo, terima kasih kalian sudah membawa mereka, ucapkan salam hormatku pada Bos kalian ya? Fauzan Winata sangat berterima kasih," kata Fauzan tersenyum sumringah menyambut para lelaki kekar itu."Pak Bastian dan Ibu ... Rahma, senang bisa bertemu anda seperti ini," kata Fauzan tersenyum mengejek ke arah mereka bertiga."Apa maumu?" tanya Bastian dengan tatapan permusuhan."Rilex Pak Bastian ... kita akan membicarakan bisnis penting hari ini," kata Fauzan sambil duduk di

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kemenangan Fauzan

    "Iya, aku pasti menandatangani, tapi ..." Bastian masih mencoba bernegosiasi."Rizal! Jatuhkan anak itu!" perintah Fauzan dengan suara lantang."Tidaaak!!" Rahma berteriak melihat tubuh putra kesayangannya melayang di udara.Dengan secepatnya Bastian berlari ke arah Alif, ternyata Alif dalam posisi tergantung pada seutas tali. Pria yang dipanggil Rizal tengah memainkan tali itu dengan menarik dan mengulur. Para pria yang menculik Bastian dan Rahma segera mengejar Bastian, walau Bastian melawan namun dia kalah jumlah, akhirnya mereka menangkapnya dan menundukkannya agar berlutut."Ayo, tanda tangani!" bentak Fauzan mengulurkan beberapa lembar berkas.Bastian meraih berkas itu dan menadatangani dengan kasar. Setelah selesai dilemparkan berkas itu, Fauzan memungutnya dengan bibir tersenyum penuh kemenangan."Turunkan Alif! Jangan pernah kau sakiti anak itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26

Bab terbaru

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Hidupku sudah sempurna

    Malam itu menjadi malam paling membahagikan bagi Rahma sejak kehamilan pertamanya. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan berjalan-jalan berdua dengan Bastian. Bastian sengaja mematikan ponselnya agar qualty time dengan istrinya tidak terganggu.Hingga sampai pulang seorang perawat dari rumah sakit menunggunya di rumahnya."Maaf, Pak. Saya jadinya ke mari, karena Bapak tidak bisa dihubungi, saya akan mengabarkan satu jam yang lalu, Bu Virda menghembuskan napas terakhir.""Apa?" Bastian kaget sekali mendengar kabar itu.Dia hanya berjalan-jalan dengan istrinya selama tiga jam dari kepulangannya dari rumah sakit, jika dia tahu Mamanya akan meninggal tentu dia akan bersikeras tidak meninggalkan Mamanya, walau Mama Virda memaksanya untuk pulang. Bastian terduduk lesu di sofa ruang tamu. Dia juga menyesali kenapa dia musti mematikan ponselnya"Ya, Allah ... Innalilahi wa Inna ilaihi rojiun ...," u

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Bunda Asti pergi Umroh

    "Bunda pergi dulu, ya ... Jagalah Mama kalian dengan baik," kata Bunda Asti ketika berada di Bandara.Bastian, Rahma, Fitri dan Alif turut mengantar kepergian mereka ke tanah suci."Bunda ... Tolong do'akan agar Mama lekas sembuh," kata Bastian."Iya, tentu saja Bunda akan mendo'akan Mama Virda. Jaga baik-baik istrimu dan anakmu, ya?""Iya, itu pasti," Bastian mencium punggung tangan Bunda Asti."Bunda, do'akan kehamilan Rahma lancar dan sehat ya ... Do'akan juga Alif cepat sembuh dan cepat berjalan dan tolong do'akan juga suamiku agar ingatannya kembali lagi," Rahma memeluk Bunda Asti."Iya, sayang ... Semua keluarga Bunda nanti Bunda do'akan satu persatu.""Aku berangkat dulu, Bro. Nanti akan aku do'akan agar ingatanmu cepat kembali. Agar kau bisa mengingat kembali momen di mana kau bucin banget sama istrimu itu, agar kau bisa mengingat malam pertama kalian," kata Romi sambil terkekeh.Bastian memeluk saudaranya itu dan

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Luka hati, tak terasa sakit lagi

    "Bunda ... Bunda dari mana?" suara Alif menyambut kedatangan Rahma dan Baatian dari rumah sakit."Alif? Kenapa belum tidur, Nak? Ini sudah malam loh," kata Bastian membelai rambut Alif.Alif terpukau dengan perkataan Bastian, lelaki itu biasanya selalu bersikap masa bodoh, cuek bahkan menampakkan wajah tak ramah padanya. Namun, sekarang lelaki dihadapannya ini rela berlutut hingga wajahnya bisa menatapnya dengan jelas, mata lelaki itu penuh kehangatan seperti Ayah Bastian yang dulu."Alif belum ngantuk, Yah. Ayah Sama Bunda dari mana?""Ayah sama Bunda dari Rumah sakit" jawab Rahma"Ke Rumah sakit? Siapa yang sakit, Bun?""Yang sakit Mamanya Ayah," jawab Bastian."Maksudnya Nenek Bunda Asti? Dia di rumah kok," kata Alif polos"Bukan sayang, Ayah juga sama dengan Alif, punya dua orang Ibu. Yang sakit itu Mama kandung Ayah, seperti Mama Santi, dia ibu kandung Alif, kan?""OOO gitu? Ternyata kita punya nasib yang sama

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Telepon dari Rumah sakit

    "Nanti malam kita makan di luar, yuk? Untuk meresmikan hari jadian kita," kata Bastian setelah salat AsharRahma yang tengah membereskan tempat tidur tersenyum ceria."Hari inikan bukan hari jadi kita? Kita menikah baru dua bulan, Mas!""Bukan hari pernikahan kita, tetapi hari jadian kita saat aku Amnesia, kalau kenangan masa lalu bersamamu aku lupa, maka mulai hari ini aku akan membuat kenangan baru, ingatan baru bersamamu," Bastian memeluk Rahma dari belakang.Derrrttt ... Derrrrtttt ...."Mas, itu ponselmu bergetar," seru Rahma menunjuk ponsel Bastian di atas nakas.Bastian segera mengambil ponselnya dan menggeser tanda panggilan di layar."Halo? Iya ... Apa? Oiya ... Iya, saya akan segera ke sana,"Bastian menutup teleponnya dengan menghembuskan napas berat."Ada apa, Mas? Siapa yang nelpon?" tanya Rahma penasaran."Dari rumah sakit, katanya Mama pingsan dan sekarang masuk rumah sakit."

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kau Istimewa

    Suasana sore itu membuat mereka tertidur sambil berpelukan. Semua baju basah mereka ditumpuk di kamar mandi. Rahma terjaga dari tidurnya setelah mendengar suara ramai.'Ah, mereka pasti sudah pulang dari belanja,' batinnya.Rahma segera bangkit dari pembaringan dan memakai pakaian lengkap, tak lupa memakai jilbab kaosnya. Diperhatikan dengan seksama suaminya yang tengah terlelap dengan tubuh ditutupi selimut tebal. Rahma harus segera ke kamar lelaki itu untuk membawa baju ganti. Dia segera keluar dari kamar tak lupa mengunci kamarnya dari luar."Alif sudah pulang?" tanya Rahma antusias melihat putranya tengah membawa mobilan remot."Bunda, lihat deh. Om Romi membelikan Alif mobil-mobilan remote," serunya"Iya, bagus ya? Sudah bilang terima kasih belum?""Sudah.""Sekarang Alif mandi, sudah itu salat Ashar. Selanjutnya makan ya?"

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Hujan Romantis

    "Rahma, kamu kenapa, Sayang?" seru Bunda Asti ketika melihat Rahma muntah-muntah di kamar mandi."Nggak tahu, Bunda. Perutku rasanya mual banget," kata Rahma."Ya, Ampun ... Kamu sudah mulai emesis. Ya sudah kamu istirahat saja, tidak usah ikut belanja. Nanti biar Bik Wati menemanimu.""Iya, Bunda ... Aku gak bisa ikut, takutnya mualku kambuh di sana."Ketika mau berangkat, Alif ternyata bersikeras untuk ikut. Rahma meminta Bik Wati agar ikut belanja bersama mereka, untuk membantu keperluan Alif. Walau Romi dan Fitri bersikeras mereka yang akan menjaga Alif, namun Rahma ingin agar pasangan muda itu lebih bebas menjalin kedekatan diantara mereka.Setelah mereka pergi, Rahma hanya berbaring di ranjang sembari membaca novel.****Setelah jam makan siang tiba, Bastian tidak sabar membuka bekal makan siangnya. Setelah dibuka, aromanya tercium begitu sedap

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Bekal untuk Bastian

    Hari ini terpaksa Bastian menghubungi Romi, untuk mengantarnya menjemput Rahma. Dia menduga Romi akan mengejeknya habis-habisan tetapi ternyata tidak. Saudaranya itu malah antusias menemaninya, dia berulang kali bersyukur karena Allah telah menyadarkannya.Sesampainya di rumah Rahma, Romi segera menyampaikan maksudnya disaksikan Fitri, sedang Bastian hanya menundukkan kepala tidak berani menatap kedua wanita itu."Maksud Abang ke sini mau menjemputmu, Rahma. Pulanglah ke rumah suamimu sekarang, dia memintamu. Iya kan, Bas?"Bastian hanya mengangguk pelan."Kok Bang Romi yang bilang? Kenapa bukan suaminya langsung," kata Fitri.Mendengar perkataan Fitri, Bastian spontan mendongakkan kepalanya menatap kedua wanita di hadapannya dengan tatapan jengah."Iya, pulanglah." Hanya itu kata yang mampu terucap dari bibir Bastian."Apa? Cuma gitu? Kemaren waktu ngusir panjang lebar, gak ada permintaan maaf, gitu? Apa ...," gerutu Fitr

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kesayanganku

    Yadi datang setelah lima tujuh menit berlalu. Bastian segera masuk dan duduk di sampingnya."Kita mau ke mana, Pak?""Ke cafe atau apapun, cari tempat sepi buat mengobrol," kata Bastian."Bapak janji mau bertemu seseorang?""Tidak, saya hanya ingin membicarakan beberapa hal denganmu.""Tentang masalah apa, Pak?" ucap Yadi, dia merasa kuatir, selama ini Bosnya tidak pernah ingin berbicara dengannya, apakah ini soal pekerjaannya?"Tidak perlu kuatir, ini bukan tentang kamu, ini tentang diriku sendiri," kata Bastian seolah tahu apa yang dipikirkan Yadi.Yadi tersenyum lega, dia segera membawa bosnya di warung Bakso di dekat taman. Mereka memilih duduk di bangku taman yang agak sepi."Ada apa, Pak?" tanya Yadi membuka percakapan."Yadi ... Aku mengenalmu, kau sudah bekerja pada Papa berapa lama?" tanya Bastian memastikan."Sudah hampir dua tahun, Pak. Makanya Bapak mengenal saya, Bapak hanya lupa peristiwa

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Penyesalan Santi

    "Ini Pak rumahnya," kata Yadi"Kamu yakin ini rumahnya?""Yakin dong, Pak. Saya sudah sering kemari mengantar Bu Rahma. Ini rumah peninggalan Almarhum Ayahnya, Pak.""Oo" hanya itu yang keluar dari mulut Bastian.Bastian tidak menyangka kalau Rahma memiliki rumah warisan yang begitu mewah, berarti benar kata Bunda, Rahma anak orang kaya."Pak Yadi pulang saja, saya tidak mau Rahma mengetahui saya datang jika pakai mobil," kata Bastian,Sebenarnya dia hanya ingin tahu ada perlu apa Santi menemui Rahma, jika dia masuk memakai mobil, pasti tidak bisa menyelidiki semua itu."Terus Bapak nanti pulangnya bagaimana? Atau Bapak mau menginap?" kata Yadi tersenyum simpul."Nanti kukabari." Bastian segera turun dari mobil dan memencet bel pagar.Dari dalam muncul seorang Satpam dan segera membuka pintu pagar

DMCA.com Protection Status