Share

Bab 6 : Hantaman Kapak

Penulis: Bulan Purnama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Aldo," seru Ressa kaget. Dia pikir orang misterius itu kembali, tapi ternyata yang ada di belakangnya adalah Aldo, teman sekelasnya.

"Maaf, aku bikin kamu kaget." Aldo berlari kecil menghampiri Ressa.

"Oh tidak," kata Ressa menepi. Berjalan kembali tidak memperdulikan kehadiran Aldo. Ressa ingin segera sampai. Hatinya sedang tidak tenang, Ressa tidak ingin berbicara dengan siapa pun.

"Aku duluan," ucap Ressa, kemudian berlari menerobos hujan yang sudah mulai reda. Ressa tidak peduli saat Aldo memanggilnya, itu tidak penting baginya.

Tidak berapa lama, Ressa sudah sampai di rumahnya. Dengan tubuh menggigil, Ressa memaksakan diri masuk setelah gedoran pintu tidak ada yang membukanya.

"Ressa!" tiba-tiba seseorang memanggilnya begitu keras.

Ressa mendongak ke atas, melihat Zaki yang sedang berkacak pinggang di sana.

"Kenapa kamu masuk dalam keadaan basah kuyup seperti ini? Astaga ...." Zaki menghampiri Ressa yang mematung menatapnya.

"Pantas tidak ada yang membuka pintu, pantas sampai tidak terdengar, Ayah malah bermesraan di tengah derasnya hujan seperti ini. Aku sudah lelah mengetuk pintu. Jangan bilang ada Pak Tio dan Bi Rosmi karena mereka sedang tidak ada." Ressa berbicara terlebih dahulu sebelum Zaki mengatakan sesuatu. Ressa tahu, Zaki marah padanya, tapi Ressa pun lebih marah karena Zaki dan Dea terlalu dekat. Dea tidak tahu malu.

Ressa melanjutkan langkahnya, tidak peduli tetes demi tetes air yang membasahi lantai. Zaki pun tidak berbicara, karena dia merasa salah. Dia malah sibuk dengan Dea di ruang kerjanya.

"Mas, Pak Tio dan Bi Rosmi emangnya kemana?" tanya Dea penasaran.

"Setiap hari sabtu, mereka memang selalu keluar untuk berbelanja bulanan. Karena toko di sini kurang lengkap, jadi mereka pergi ke kota," jelas Zaki.

"Ohh, terus kapan kamu mau halalin aku," ucap Dea begitu manja.

Dor ....

Prang ....

Zaki dan Dea terperanjat, bukan suara kilat yang mereka dengar tapi itu suara pistol melepaskan peluru.

"Mas, lampunya mati," bisik Dea dengan tangan bergetar.

"Ka-kamu tenang Sayang, ini gak akan lama," kata Zaki terdengar gugup.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore, suasana yang lumayan mencekam untuk daerah perkampung. Keadaan yang remang-remang membuat Zaki dan Dea tidak begitu jelas melihat keadaan sekitarnya.

Aaaaaaaaaa ....

"Ressa!" sontak Zaki berbalik arah, jeritan itu tidak salah lagi, itu pasti Ressa.

Dengan langkah tergesa, Zaki berlari ke kamar putrinya. Dea berjalan terseok-seok mengimbangi langkah Zaki. Mata Zaki melotot, saat matanya melihat sesuatu di balik kaca putrinya. Pria berjubah itu kembali, dengan topeng berwajah buruk rupa dan mulut yang miring. Dia berdiri tegak dengan kapak penuh darah. Untuk sesaat, dunia seakan berhenti berputar. Tidak ada yang Zaki lakukan selain menatap lurus ke arah pria tersebut. Ressa yang terjengkang tidak jauh darinya dia biarkan saja.

"Apa yang di maksud dengan balas budi?" suara serak dari pria tersebut menyadarkan Zaki yang hampir kehilangan kesadaran.

Prang ....

"Ressa ...."

Kaca berukuran besar berserakan di lantai. Senjata yang berupa kapak itu telah menghancurkannya. Ressa menyilangkan  tangan di depan wajahnya, melindungi serpihan kaca yang beterbangan. Zaki dan Dea menghampiri Ressa.

"Siapa kau?! Buka topengmu jangan menjadi seorang pecundang!" teriak Zaki dengan tangan terkepal kuat. Zaki menghampiri pria tersebut dengan emosi yang meluap-luap.

Duk

Belum sampai Zaki memukulnya, kepalanya kena hantam kapak lebih dulu. Darah tidak bisa dibendung, keningnya yang terluka lebar mengeluarkan darah yang begitu banyak.

"Aaahh, kenapa bisa seperti ini?" gerutu Dea panik sendiri. Niat ingin refreshing ke pedesaan asri karena stres dengan pekerjaan, justru Dea malah semakin stress. Apalagi di suguhkan dengan momen seperti ini.

"Ayo Ayah, biar aku bantu." Ressa memapah Zaki, setelah pria berkapak itu pergi melayang ke bawah.

Untuk sekarang, Ressa tidak bisa berpikir jernih. Orang misterius itu tiba-tiba saja datang saat dia membuka gorden. Ressa, turun ke bawah dengan sapu tangan di kening Zaki, agar darah tidak keluar banyak.

"Pak Tio .... Pak Tio .... " teriak Ressa, yang kebetulan melihat mobil yang baru saja memasuki halaman. Dengan langkah yang di percepat, Ressa berhasil sampai di depan rumahnya.

"Pak Tio, keluarkan lagi mobilnya, Ayah terluka," teriak Ressa panik. Tubuhnya sudah sempoyongan, karena Zaki sudah setengah sadar. Dea tidak membantunya, dia hanya mengikuti dari belakang.

"Tuan, kenapa Non?" tanya Rosmi kaget.

"Ayah kecelakaan. Bibi tolong bereskan kamarku, hati-hati ada pecahan kaca di sana," jawab Ressa sekaligus memerintah.

"Ya ampun Tuan, kenapa bisa seperti ini?" 

Dengan sigap, Tio menggantikan posisi Ressa, lalu memapah Zaki ke dalam mobil.

"Tante gak usah ikut, biar aku saja. Tante bisa bantu Bibi beresin kamar," kata Ressa mencegat Dea yang hendak masuk.

"Anak kecil tahu apa, minggir!" 

"Tidak, sudah ada Pak Tio yang membantuku, terimakasih." Tanpa pikir panjang, Ressa langsung masuk dan memerintahkan Tio agar menjalankan mobilnya.

Sepanjang perjalanan, Ressa tidak bisa fokus. Matanya terpejam dengan pikiran melayang. Ressa sedang memikirkan perkataan pria tadi. 

"Balas budi?" gumam Ressa pelan.

Pertanyaan-pertanyaan lain mulai muncul di hati Ressa. Nyawa? Balas budi?

"Kita sudah sampai." Tio membuyarkan lamunan Ressa.

"Ayo bantu aku bawa Ayah," kata Ressa.

Kedua orang itu pun, langsung membopong Zaki memasuki klinik. Untung saja jaraknya tidak terlalu jauh, hingga Zaki bisa segera ditangani.

Ressa dan Tio menunggunya di luar, menunggu dokter selesai dengan pekerjaannya.

"Non, maaf sebelumnya. Kalau boleh tahu Tuan kenapa?" tanya Tio hati-hati.

"Dia datang lagi, entah apa yang dia inginkan," jawab Ressa begitu dingin. Ada amarah terselubung dalam hatinya. Sampai saat ini, Ressa belum tahu siapa dia, dan apa maksudnya.

Tio terdiam, dia tidak mengerti dengan apa yang Ressa ucapkan. Teror yang sempat Ressa ceritakan padanya, belum mampu membuatnya percaya. Walaupun bangkai tikus menjadi fakta utama yang pernah dia lihat.

"Bagaimana keadaan Ayah saya, dok?" tanya Ressa saat Dokter Andra keluar.

"Ayah kamu baik-baik saja, untung kamu segera membawanya ke sini. Darahnya memang keluar banyak, tapi kondisinya masih stabil. Hanya dengan banyak berisitirahat dan minum obat, insyaallah kondisinya segera membaik," jawab Dokter Andra, dia adalah dokter muda yang baru beberapa bulan bertugas.

"Terimakasih, dok." Ressa bernafas lega. Ayahnya baik-baik saja itu sudah membuat hati dan jiwanya kembali bersatu. Ressa, tidak ingin kehilangan orang-orang yang ada di sekitarnya lagi. Cukup Ibu dan Wulan saja yang menjadi korban, karena saat itu Ressa, masih belum tahu ada orang di balik semuanya.

"Non, disuruh nebus obat, saya gak bawa uang," ucap Tio pelan.

"Aku juga gak bawa, Pak," kata Ressa bingung, sambil meraba-raba saku celananya.

"Pak Tio tunggu di sini tungguin Ayah, aku pulang dulu. Mana kunci mobilnya?" 

"Biar saya aja, Non."

"Gak usah Pak, aku bisa sendiri lagian jaraknya tidak terlalu jauh. Bapak tungguin Ayah saja, jangan sampai ada orang asing masuk." kata Ressa memastikan.

"Tapi, Non ...."

"Gak papa Pak, jangan khawatir. Aku titip Ayah sebentar." Ressa merebut kunci di tangan Tio, dan segera pergi ke rumahnya.

Tatapannya begitu fokus saat mobil berjalan. Tidak Ressa hiraukan rasa takut yang bersembunyi di hatinya. Ressa memberanikan diri, semuanya demi Zaki. Pohon-pohon yang menjulang tinggi menambah kesan seram perjalannya. Tapi, Ressa tidak tergoyahkan. Zaki, orang satu-satunya yang dia miliki sekarang. Tekad bulat sudah memenuhi isi pikirannya, dia yakin akan menguak semuanya.

Perjalanan yang mulus, Ressa sampai dengan dengan selamat. Ressa, segera berlalu ke dalam rumahnya.

"Ressa, bagaimana keadaan Pak Zaki?" tanya Dea menghentikan langkah Ressa.

"Berhenti mendekati Ayahku, Tante Dea!"

"Hey, aku bertanya. Pak Zaki adalah atasanku, apa aku salah mengkhawatirkannya?"

"Salah besar, karena seorang sekertaris tidak sepantasnya mencari kesempatan dalam kesempitan!" potong Ressa cepat. Dea melotot lebar, Ressa semakin berani padanya.

Tidak membuang-buang waktu. Sebelum Dea kembali berbicara, Ressa menuju lantai atas untuk mengambil uang.

"Uangku habis ternyata," gumam Ressa pelan, saat melihat dompet kecil di lacinya kosong.

Karena merasa angker, Ressa buru-buru keluar. Ressa sangat takut, saat gorden kamarnya berkibar-kibar karena kaca yang menghalanginya sudah pecah. Ressa masuk ke dalam ruangan kerja Zaki. Ressa teringat pada pesan Ayahnya 'jika uangnya habis, dia bisa mengambil kembali di ruang kerjanya'.

Ressa, membuka kunci sebuah laci. Tempat khusus yang Zaki sediakan untuk keperluan rumah dan tentunya untuk Ressa.

Brak

Tanpa sengaja Ressa menyenggol berkas yang ada di meja Zaki. Sambil menggerutu,  Ressa terpaksa membereskannya. Namun, tiba-tiba sebuah foto yang terselip di salah satu berkas Zaki, mencuri perhatian Ressa. Dengan hati-hati, Ressa menarik foto itu perlahan.

"Foto siapa ini?"

Bab terkait

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 7 : Kedatangan Tomo

    Ressa memandang foto tersebut. Wajahnya begitu rupawan, dengan tahi lalat di dagunya menambah kesan manis pada foto wanita itu.Senyumannya terukir begitu tulus, memakai sanggul, dan kebaya berwarna putih. Ressa, kemudian membalikan foto tersebut."Kehancuran," gumam Ressa pelan.Ressa, menatap tulisan tersebut yang berada di balik foto. Heran, sudah pasti dia rasakan. Hatinya pun bertanya-tanya, tentang siapa wanita cantik itu? Kenapa bisa berada di ruangan kerja Ayahnya?"Ehh, Bibi ngapain di sini?" tanya Ressa kaget. Saat mau keluar dari ruang kerja Zaki, Rosmi berdiri di ambang pintu."Maaf Non, ada Pak Tomo bersama Mutia," kata Rosmi mengatakan tujuannya. "Oh, terimakasih," ujar Ressa, kemudian berlalu dari hadapan Rosmi. Tidak lupa Ressa mengunci ruangan kerja Ayahnya. Beruntung hanya Ressa dan Zaki saja yang punya kunci ruangan tersebut. Ressa, turun ke bawah dengan langkah kaki tergesa. Tampak Tono dan Mutia tengah duduk di ruang tamu. "Apa kabar, Non Ressa?" Tomo berdiri saat

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 8 : Gangguan

    Ressa tersentak kaget, batu sebesar bola kasti mengenai tanah, tepatnya di belakang Ressa. Ressa memperhatikan batu yang menggelinding ke arahnya. Matanya menatap seluruh penjuru di sekitarnya."Hey berhenti!" teriak Ressa tiba-tiba saat melihat daun yang bergoyang tidak jauh di mana dia berdiri. Ressa, tidak menghiraukan panggilan Dea yang ketakutan sendirian. Ressa lebih mementingkan orang yang berani mengerjainya. Ressa, terus berlari hingga sampai di tepi sungai. Ressa, celingukan mencari sosok yang sempat dia lihat. Namun, tidak ada siapa pun di sana, Ressa kehilangan jejak."Kamu mencariku."Suara itu kembali, suara yang sudah tidak asing di telinga Ressa. Dengan gerakan perlahan, Ressa memutar tubuhnya.Plak"Aaawwww, hey .... Apa yang kamu lakukan?"Ressa terperanjat, suara itu berganti. Padahal Ressa dengan jelas mendengar suara si pemilik kapak tersebut."Tante ngapain di sini?" tanya Ressa heran."Ya jelas nyusul kamulah!" jawab Dea marah. Saat itu, Ressa memang berbalik de

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 9 : Perkataan Sekar

    "Andini, apa kamu kenal dengan foto ini?" tanya Ressa memperlihatkan foto yang dia bawa. "Aku tidak tahu, Ressa." Andini menjawab begitu singkat, setelah beberapa saat dia terdiam."Coba kamu perhatikan dulu, Andini," pinta Ressa memelas."Aku tidak mengenalnya, Ressa. Kalau pun aku tahu pasti aku akan memberitahu semuanya. Sayangnya aku tidak tahu," kata Andini, kemudian sibuk kembali dengan bacaan di depannya.Ressa termenung, sudah dari semalam dia memikirkan foto tersebut. Dari riasannya, terlihat wanita tersebut seperti seorang pengantin. Ressa memperhatikan foto tersebut dengan teliti, tapi tetap saja Ressa tidak tahu siapa dia."Mungkin itu ibumu saat masih muda," celetuk Andini, saat melihat Ressa bengong."Ibuku tidak punya tahi lalat. Tunggu .... Kenapa wajah kamu bagitu mirip dengan foto ini." Resa membandingkan foto yang berada di tangannya dengan Andini di depannya. "Bukannya di dunia ini setiap manusia memiliki 7 kembaran? Jangan berpikir kalau dia adalah ibuku. Aku m

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 10 : Ada Apa Dengan Zaki

    "Jaga bicaramu, Sekar!" seru Ressa penuh tekanan. Ressa tidak percaya dengan apa yang Sekar katakan. Jika benar Ayahnya menyembah sesuatu untuk kepentingan dunia, maka tidak mungkin kepalanya kena hantaman kapak. Tidak mungkin sesuatu yang disembah, melukai penyembahnya dengan cara tidak masuk akal. Lagipula luka yang Zaki alami bisa diobati dengan tenaga medis. Orang misterius itu juga melayang menggunakan tali, bukan menghilang meninggalkan kepulan asap."Aku melihatnya dengan kepalaku sendiri," kata Sekar dengan tatapan begitu yakin."Omong kosong macam apa ini? Atau mungkin kamu dibalik semua ini?" "Apa maksudmu?" tanya Sekar heran.Ressa terdiam, tidak mungkin jika dia harus menceritakan teror yang dialaminya pada Sekar."Jangan pura-pura kamu! Ada masalah apa kamu dengan keluargaku!?""Hahaha .... Dasar orang gila," gumam Sekar, kemudian meninggalkan Ressa yang masih diselimuti amarah."Ressa, ayo masuk," ajak Andini."Andini, apa Sekar termasuk dalam hal ini?" tanya Ressa denga

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 11 : 2 Orang?

    "Non, ini saya, Tomo."Ressa menghentikan teriaknya. Matanya terbuka secara perlahan. Sedikit demi sedikit orang yang berada di depannya terlihat jelas. Tomo berdiri dengan jas hujan warna hitam melekat di tubuhnya, serta cangkul yang dia pikul di atas bahunya. Untuk sekilas Tomo memang terlihat seperti hantu, apalagi rambutnya yang panjang terlihat begitu menyeramkan."Pa-Pak Tomo," kata Ressa tergagap."Iya Non, ini saya. Tadi saya kehujanan dan pulangnya kemalaman, banyak pekerjaan yang tadi saya kerjakan," ucap Tomo menahan rasa dingin di tubuhnya."Kenapa harus lewat pintu utama?" tanya Ressa heran. "Pintu belakang terkunci, sepertinya Rosmi sengaja menutupnya," jelas Tomo.Ressa menghela nafasnya. Jelas terkunci karena memang ini sedang hujan dan pintu belakang sedikit rusak apalagi dalam keadaan hujan."Masuk, Pak."Tidak banyak bicara lagi, Ressa menyuruh Tomo untuk masuk. Namun sebelum itu, Ressa menyuruh Tomo agar melepas jas hujannya dulu."Tomo," seru Zaki heran, Tomo data

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 12 : Tali Jebakan

    "Saya kurang tahu, Non," jawab Tio.Perlahan Ressa bangkit sambil menahan nyeri di bagian lehernya. Orang rumah tidak ada yang bangun, selain Tio. Aneh, padahal keributan terjadi cukup lama dan menimbulkan suara keras."Biar saya bantu, Non," kata Pak Tio menawarkan bantuan."Tidak usah Pak, terimakasih. Bapak istrirahat saja sepertinya Pak Tio kelelahan," ucap Ressa menolak secara halus. Ressa berjalan ke atas kamarnya kembali. Namun tiba-tiba saja ...."Aaaaaaaaa .... "Ressa terpleset tepat saat dia akan menginjak tangga terakhir. Tubuhnya menggelinding ke bawah, kepalanya juga beberapa kali terbentur. Rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya, tulang-tulangnya terasa linu akibat benturan pada tangga. "Pak Tio .... " panggil Ressa dengan suara lemah. Dia tidak bisa berdiri walaupun sudah beberapa kali mencobanya, kakinya keseleo. Tio pun tidak nampak batang hidungnya saat dia memanggilnya, mungkin Tio sudah kembali beristirahat di kamarnya. Ressa beringsut mendekati anak tangga, ke

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 13 : Penemuan Sesajen

    Ressa melihat dengan jelas sekali, lampu yang berada di atas pecah. Tanpa berkata apa-apa Ressa berlari memastikan hal lainnya. Tio termenung menatap tali yang baru saja di potong oleh majikannya. Semakin hari semakin terlihat, ketidakberesan di rumah keluarga Herlambang. Tio bekerja di sana baru beberapa tahun saja, setelah Zaki dan Ajeng menikah. Ajeng, ibunya Ressa. Tio belum mengetahui sepenuhnya tentang rumah tersebut."Kenapa jadi merinding disko gini, ya?" gumam Tio pada dirinya sendiri. Tio meninggalkan taman yang sedang di bersihkannya dengan perasaan tidak enak. Tio pergi ke belakang menemui Rosmi."Ros .... Selama kamu kerja di sini, kamu pernah ngalami hal aneh gak?" tanya Tio, melepas rasa penasarannya."Aneh gimana, Pak? Perasan gak ada deh aman-aman saja," jawab Rosmi."Barusan aku nemuin tali di taman kemudian dipotong sama Non Ressa, eehh lampu atas pecah sepertinya itu lampu memang sengaja terhubung sama itu lampu," cerita Tio pada Rosmi."Kebetulan aja kali Pak, mun

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 14 : Kamera Pengintai

    "Sekar, kamu kenapa?" tanya Melly cemas, tiba-tiba saja Sekar terduduk di tanah."Kakiku sakit, siapa yang bikin jebakan di sini?" teriak Sekar, sebelah kakinya terperosok ke dalam lubang yang tidak begitu dalam, tapi mampu membuat jantung bekerja lebih cepat dari biasanya."Sini aku bantu." Melly mengulurkan tangannya ke hadapan Sekar. Tidak ada penolakan, Sekar langsung menggenggam tangan Melly dengan erat."Awww .... Kakiku .... " Sekar meringis kesakitan saat Melly mencoba menarik tangannya."Kenapa?" tanya Andini mendekat."Kamu gak lihat, kakiku terperosok ke dalam lubang sempit yang di dalamnya terdapat duri!? Apa jangan-jangan kamu yang sudah siapin ini untukku, ya?!" hardik Sekar sambil menahan sakit di kakinya."Jangan bicara seenaknya, aku aja baru kesini," kata Andini tidak terima. Mana dia tahu soal jebakan, Andini saja baru pertama kali menginjakkan kakinya di sini. Karena Sekar terlalu cengeng, dengan sekuat tenaga Andini menariknya, dan terlepaskan kaki Sekar dari luban

Bab terbaru

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 20 : Pak Alvin

    "Paman." Ressa terkejut saat Sam berada di dekatnya, entah kapan dia datang."Ada apa dengan kalian?" Sam kembali bertanya."Tidak ada paman, ini hanya sebatas masalah sekolah saja. Kami beda pemahaman, kami sedang membahas soal pelajaran yang tadi Bu Wanda terangkan," ucap Andini berbohong."I-iya itu benar," timpal Ressa membenarkan."Apa itu benar?" Sam kembali memastikan, dia menatap Andini dan Ressa secara bergantian.Ressa menganggukkan kepalanya, dia terpaksa harus berbohong. Tidak baik juga melibatkan orang lain dalam permasalahan pribadinya."Baiklah, paman kembali bekerja. Teruskan belajar kalian."Ressa bernafas lega begitupun dengan Andini saat Sam tidak banyak bertanya."Maafkan aku Andini, maaf karena perkataanku yang mungkin saja sudah melukai hatimu," ucap Ressa tulus.Andini tersenyum, dia tidak mempermasalahkannya."Jika aku di posisimu, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama," ucap Andini, "tapi, akan lebih baik jika kamu tidak langsung menuduh juga, walaupun

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 19 : Mencari Tahu

    Ressa menarik tas besar yang berada di kolong ranjang Rosmi. Setelah tas itu berhasil dikeluarkan, Ressa berusaha membukanya. Namun sayangnya begitu sulit sekali, ternyata terdapat gembok kecil di sana."Tas apa ini, Non?" tanya Tio."Pak Tio keluar saja, sebelum kamera pengintai itu curiga, karena Pak Tio tak kunjung kembali," kata Ressa pelan, dia tidak mau rencananya gagal."Pak Tio pura-pura apa saja di dapur, sementara itu aku akan menyelesaikan tugasku disini," lanjut Ressa, dia benar-benar cemas sekali takut terjadi apa-apa.Tio tidak menolaknya, dia pun kembali ke dapur setelah memastikan Ressa baik-baik saja. Tio berpura-pura menyeduh kopi sambil mencari sesuatu di lemari dapurnya, mencari alat untuk membenarkan lampu itu salah satunya. Tio naik kembali ke atas tangga setelah selesai menyeduh kopi. Tio berpura-pura mengotak-atik lampu yang ada di atasnya. Tio melepasnya lampu itu dan membawanya ke bawah. Untuk sekilas lampu itu terlihat seperti lampu biasa pada umumnya, namun

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 18 : Andini?

    Ressa dan Andini menyelesaikan makanannya dengan cepat karena waktu istirahat sebentar lagi habis."Kamu udah tahu siapa namanya?" tanya Andini memicingkan matanya."Pak Alvin, tadi aku tidak sengaja melihat papan namanya," jawab Ressa tersenyum. Kalau dipikir-pikir memang wajahnya begitu tampan sekali. Pak Alvin masih terlalu muda untuk menjadi seorang guru, dan sepertinya dia belum menikah."Ressa!" Andini mengibaskan tangan di depan Ressa yang tersenyum lebar sendirian."Aku tidak papa," jawab Ressa cepat setelah kesadarannya kembali. Pak Alvin tiba-tiba saja mengganggu pikirannya."Ayo cepat, bel sudah berbunyi kita harus segera masuk kelas." Andini beranjak dari kursi makannya, dia menatap Ressa yang masih duduk santai. Ressa tersenyum menggoda Andini kemudian ikut berdiri dan beranjak dari kantin.***"Ressa, aku pulang duluan, ya? Aku ada kepentingan hari ini," ucap Andini saat bel pulang sudah berbunyi. Andini langsung meninggalkan Ressa setelah Ressa menganggukan kepalanya. H

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 17 : Kecemasan Ressa

    Ressa menganggukan kepalanya, kemudian berjalan untuk menemui Zaki. Ponsel Wulan sudah Ressa amankan di saku celananya. Terlihat Tomo dan Rosmi sedang berada di sana, mereka melihat keadaan Zaki."Ayah, apa Ayah baik-baik saja?" tanya Ressa mendekati Zaki."Ayah baik hanya badan saja terasa linu sekali," jawab Zaki sambi mengerjakan kedua bahunya. Badannya terasa sakit semua mungkin karena Zaki jatuh yang mendadak saat sebuah pukulan mendarat di tengkuknya."Syukurlah, apa yang terjadi dengan Ayah?"Zaki tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, Zaki tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Zaki tahu, Ressa sedang berusaha mencari informasi tapi Zaki juga sedang berusaha menutupinya."Istirahatlah, biar Ayah ditemani Pak Tio dan Pak Tomo saja," ucap Zaki yang merasa cemas melihat keadaaan Ressa."Aku gak papa, Ayah.""Pergi Ressa, dan jangan berpikir macam-macam. Ayah aman bersama mereka, Bi Rosmi juga bisa beristirahat.""Cepat sembuh, Ayah."Ressa keluar bersama Rosmi, Ressa menuju

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 16 : Sebuah Rencana

    Zaki tidak bisa berkata apa-apa, dia terdiam dengan hati sudah pasrah jika hantunya Sarah menginginkan nyawanya. Lama Zaki terpejam, namun tanda-tanda Sarah menyerang belum Zaki rasakan. Zaki membukanya matanya perlahan, ternyata hantu Sarah sudah menghilang. Zaki celingukan mencari keberadaan hantu tersebut tapi, hantu tidak ada.Buk!***Ressa yang sejak tadi berdiam diri di belakang rumahnya, kini dia mulai masuk. Lama sekali Ressa mencari sesuatu yang tak kunjung dia temukan. Ressa hanya menemukan foto ibunya, Wulan, dan Sarah."Apa ini sejenis tumbal?" gumam Sarah.Zaki pernah mengatakan kalau Sarah adalah sahabatnya. Tapi hati Ressa berkata lain. Apa iya, jika memang Sarah adalah sahabat Ayahnya, apa perlu Zaki melakukan hal seperti itu? Ressa naik ke lantai atas, namun tiba-tiba pandangannya terhenti saat Ressa melihat Zaki terbaring di lantai dengan keadaan tengkurap."Apa yang terjadi?" tanya Ressa pada dirinya sendiri.Ressa berusaha membangunkan Zaki, namun Zaki tidak sad

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 15 : Kepala Sarah

    Ressa melihat seseorang yang berjalan mengendap-endap di bawah sana. Dia memakai pakaian serba hitam. Sayangnya, wajahnya tidak begitu jelas hingga Ressa sulit mengenali orang itu. Kebetulan sekali di sampingnya ada sebuah gagang pel yang rusak. Tanpa pikir panjang lagi Ressa melayangkan gagal perlu tersebut kepada orang di bawah sana yang jaraknya lumayan jauh.Tepat sasaran, gagal pel yang di lemparnya tepat mengenai punggung orang tersebut. Ressa tersenyum manis saat orang itu menengadahkan wajahnya. Belum sempat Ressa melihatnya dengan jelas tiba-tiba saja kabut tebal menyelimutinya hingga penglihatannya terhalang."Sial," umpat Ressa memukul pagar di depannya. "Darimana datangnya kabut ini?" tanya Ressa heran. Suasana di luar begitu terang benderang hanya kebun pisangnya saja yang dipenuhi kabut. Ada yang aneh, jika Ressa perhatikan, kabut itu berasal dari tanah. Bukannya kabut itu berasal dari atas?"Maaf Non, Tuan pulang."Ressa terhenyak, Tio membuyarkan pikirannya yang seda

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 14 : Kamera Pengintai

    "Sekar, kamu kenapa?" tanya Melly cemas, tiba-tiba saja Sekar terduduk di tanah."Kakiku sakit, siapa yang bikin jebakan di sini?" teriak Sekar, sebelah kakinya terperosok ke dalam lubang yang tidak begitu dalam, tapi mampu membuat jantung bekerja lebih cepat dari biasanya."Sini aku bantu." Melly mengulurkan tangannya ke hadapan Sekar. Tidak ada penolakan, Sekar langsung menggenggam tangan Melly dengan erat."Awww .... Kakiku .... " Sekar meringis kesakitan saat Melly mencoba menarik tangannya."Kenapa?" tanya Andini mendekat."Kamu gak lihat, kakiku terperosok ke dalam lubang sempit yang di dalamnya terdapat duri!? Apa jangan-jangan kamu yang sudah siapin ini untukku, ya?!" hardik Sekar sambil menahan sakit di kakinya."Jangan bicara seenaknya, aku aja baru kesini," kata Andini tidak terima. Mana dia tahu soal jebakan, Andini saja baru pertama kali menginjakkan kakinya di sini. Karena Sekar terlalu cengeng, dengan sekuat tenaga Andini menariknya, dan terlepaskan kaki Sekar dari luban

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 13 : Penemuan Sesajen

    Ressa melihat dengan jelas sekali, lampu yang berada di atas pecah. Tanpa berkata apa-apa Ressa berlari memastikan hal lainnya. Tio termenung menatap tali yang baru saja di potong oleh majikannya. Semakin hari semakin terlihat, ketidakberesan di rumah keluarga Herlambang. Tio bekerja di sana baru beberapa tahun saja, setelah Zaki dan Ajeng menikah. Ajeng, ibunya Ressa. Tio belum mengetahui sepenuhnya tentang rumah tersebut."Kenapa jadi merinding disko gini, ya?" gumam Tio pada dirinya sendiri. Tio meninggalkan taman yang sedang di bersihkannya dengan perasaan tidak enak. Tio pergi ke belakang menemui Rosmi."Ros .... Selama kamu kerja di sini, kamu pernah ngalami hal aneh gak?" tanya Tio, melepas rasa penasarannya."Aneh gimana, Pak? Perasan gak ada deh aman-aman saja," jawab Rosmi."Barusan aku nemuin tali di taman kemudian dipotong sama Non Ressa, eehh lampu atas pecah sepertinya itu lampu memang sengaja terhubung sama itu lampu," cerita Tio pada Rosmi."Kebetulan aja kali Pak, mun

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 12 : Tali Jebakan

    "Saya kurang tahu, Non," jawab Tio.Perlahan Ressa bangkit sambil menahan nyeri di bagian lehernya. Orang rumah tidak ada yang bangun, selain Tio. Aneh, padahal keributan terjadi cukup lama dan menimbulkan suara keras."Biar saya bantu, Non," kata Pak Tio menawarkan bantuan."Tidak usah Pak, terimakasih. Bapak istrirahat saja sepertinya Pak Tio kelelahan," ucap Ressa menolak secara halus. Ressa berjalan ke atas kamarnya kembali. Namun tiba-tiba saja ...."Aaaaaaaaa .... "Ressa terpleset tepat saat dia akan menginjak tangga terakhir. Tubuhnya menggelinding ke bawah, kepalanya juga beberapa kali terbentur. Rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya, tulang-tulangnya terasa linu akibat benturan pada tangga. "Pak Tio .... " panggil Ressa dengan suara lemah. Dia tidak bisa berdiri walaupun sudah beberapa kali mencobanya, kakinya keseleo. Tio pun tidak nampak batang hidungnya saat dia memanggilnya, mungkin Tio sudah kembali beristirahat di kamarnya. Ressa beringsut mendekati anak tangga, ke

DMCA.com Protection Status