Senyuman di wajah Andreas membuat orang-orang tidak bisa menebak tujuan dari kata-katanya itu.Namun, setelah berpikir sejenak, semuanya mengerti.Orang Keluarga Jayadi tentu saja membantu Keluarga Jayadi.Seketika, semua orang di sana menahan napas, tapi dalam hati mereka sangat semangat.Situasi apa ini?Keluarga Jayadi dan Keluarga Tjangnaka yang merupakan dua keluarga terbesar ... bermusuhan?Mereka mengira hari ini datang untuk menghadiri pesta ulang tahun, tapi ternyata mau menyaksikan permusuhan antara dua keluarga besar.Begitu Andreas membuka mulut, bahkan "sikap baik" Yuni terhadap Keluarga Tjangnaka tadi seketika dilupakan semua orang.Tuan Andreas mewakili seluruh Grup Jayadi!Namun, senyuman Andreas itu malah membuat Omar dan Fera gelisah.Andreas memang anggota Keluarga Jayadi, tapi dia tidak pernah suka dengan Fera, juga tidak pernah menganggap Fera sebagai keluarganya. Dia mana mungkin melindungi Fera?"Andreas ... " panggil Omar.Namun, suaranya yang memanggil Andreas
Matanya yang melihat Donny berbinar-binar, membuat Donny merasa sangat bangga."Ayah ternyata ...."Begitu Celine berbicara, Donny akhirnya tidak tahan lagi. "Waktu merindukan ibumu, aku melatih tulisanku, membayangkan sosoknya waktu menulis ...."Saat berbicara, wajah Donny penuh dengan senyuman yang bangga dan juga lembut.Celine merasa kehangatan di hatinya.Dia membayangkan sepasang pria dan wanita muda. Wanita itu menulis dengan serius, lalu pria itu melihat wanita itu dengan mata penuh cinta. Celine pun tanpa sadar berkata, "Seandainya Ibu masih ada."Kalau Ibu masih ada, mereka bisa bertemu kembali, pasti sangat bahagia.Donny tertegun sejenak, lalu di matanya terlihat kekecewaan.Mereka berdua berbicara dengan suara kecil, ditutupi oleh suara-suara pujian. Senyuman terpaksa di wajah Yuni akhirnya tidak bisa dipertahankan lagi.Tulisan Donny sebagus ini, membuatnya tidak bisa menyerahkan karya asli yang sudah dia siapkan itu.Namun, hadiah yang sudah disiapkan mana bisa tidak di
Andreas melamun melihat Celine.Melihat tuannya yang dimabuk cinta, Owen diam-diam mengangkat alisnya. Namun, dia mau tidak mau harus mengganggu pikiran tuannya."Apakah perlu perketat perlindungan Nyonya malam ini?" ujar Owen.Lucen sudah mulai beraksi, kalau dilihat secara kasar, targetnya adalah Dylan.Namun, target Fera selama ini adalah Celine!Apa yang mau Nyonya Fera lakukan pada Nyonya?Owen teringat pada Dylan, dalam hatinya samar-samar ada sebuah tebakan, membuat ekspresinya ikut suram. Kalau tebakannya benar, Nyonya Fera benar-benar ... kejam!Owen melihat Andreas lalu terkejut dengan ekspresi di wajah Andreas.Andreas tidak mengatakan apa-apa, tapi seluruh tubuhnya memancarkan aura dingin yang mengutarakan semuanya.Tak lama kemudian, Andreas mengambil kotak yang berisi "Seri Lastu" di ruang baca Yuni.Ketika dia kembali ke hall utama, perhatian semua orang tertuju pada kotak yang dia bawa. Hampir semua orang samar-samar merasa kalau benda yang ada di dalam kotak ini pasti
Nyonya Keluarga Jayadi bernama Fera itu mau membunuh Celine, terus Nyonya Yuni ini mau memanfaatkan Celine untuk memancing pamannya menghadiri pesta ulang tahun ini.Dari tadi sikap baiknya semua ada tujuannya.Namun hadiah balasan ini ....Albert mencibir.Yuni tidak bisa berkata-kata.Sebentar, dia bilang biasa saja itu hanya merendah, merendah!Bukan serius bilang benda ini biasa saja!Hadiah ini harganya ratusan miliar!"He ... hehehe ...."Ekspresi Yuni sangat canggung, dulu selalu dia yang menyusahkan orang, otaknya berputar mencari cara agar bisa menunjukkan nilai dari hadiah ini.Suara Albert kembali terdengar, kata-katanya bagaikan petir yang menyambar semua orang."Sebuah barang palsu ...."Donny menyela, "Albert Tjangnaka!"Albert hanya sempat mengatakan beberapa kata sebelum ditegur oleh Donny. Donny memasang ekspresi tegas untuk memberi keponakannya pelajaran. "Kamu nggak sopan!""Paman!" Albert agak kesal, bergumam dengan kesal, "Aku juga nggak salah, ini memang palsu!"P
Sama sekali tidak terlihat! Tetap tidak terlihat!Sementara Yuni sudah tidak bisa mempertahankan ekspresinya.Namun meski begitu, dia tetap berusaha mempertahankan senyumannya yang canggung dan minta maaf. "Tuan Donny, maaf, lihat aku ini .... Aku juga nggak mengerti, mungkin sudah tua, mataku juga sudah rabun ....""Nyonya Yuni nggak usah merasa bersalah, dengan kekayaan dan kehormatan Grup Jayadi, ditambah dengan wibawa Nyonya, kalau bukan ditipu, Nyonya nggak akan menghadiahkan barang seperti ini. Aku berterima kasih untuk niat baik Nyonya, aku memang sangat menyukai kaligrafi 'Seri Lastu'."Donny sangat sopan.Dengan satu kata "ditipu", dia berhasil melindungi nama baik Keluarga Jayadi dan Yuni.Yuni merasa sangat berterima kasih, tapi kata "ditipu" itu membuat kepalanya seakan-akan dipukul sesuatu.Namun, dia tidak menunjukkannya.Kemudian, dia minta maaf pada Donny. Setelah basa-basi sejenak, dia minta izin untuk kembali ke kamarnya dengan alasan lelah.Sebelum pergi, dia sengaja
Fera agak minder, dia kembali meminta maaf. "Bu, maafkan aku ....""Kamu salah di mana?" desak Yuni.Tatapannya yang tajam seakan-akan mau memakan orang."Bu, aku ...."Fera menggigit bibir, selain meminta maaf atas teknik kaligrafinya, dia mana berani mengaku yang lainnya?Dia kembali meminta maaf. "Maaf, maaf ...."Yang diinginkan Yuni bukan kata maaf.Fera bersikeras menutup mulut, karena ada yang melindungi dia, Yuni mau membuka mulutnya di depan orang itu.Di saat Fera masih meminta maaf, Yuni bertanya secara perlahan. "Ada apa dengan 'Seri Lastu' itu? Kamu kasih aku yang palsu? Kalau bukan karena Donny besar hati, Keluarga Jayadi sudah menyinggungnya. Fera, apa maksudmu?"Pertanyaan yang terang-terangan itu membuat Fera yang ingin menghindar tidak bisa menghindar lagi.Jantung Fera berdetak kencang saat dia menjawab, "Aku ... aku nggak tahu, aku nggak tahu kalau itu barang palsu, jelas-jelas ...."Dia bersikap seolah-olah tidak bisa menjelaskan dan segera melihat ke Omar dengan t
Aku bakal bikin kamu tahu rasa!"Cepat bawa dia keluar!"Di tatapan marah Yuni, Omar membawa Fera keluar kamar.Begitu keluar, Fera langsung duduk lemas di lantai sambil menggigit bibirnya, bahkan tidak berani menangis mengeluarkan suara.Omar semakin kasihan padanya."Nggak apa-apa, Fera. Ibu cuma emosi sesaat, makanya bicara begitu." Omar jongkok lalu memeluk Fera dan menghiburnya dengan lembut.Dia merasa tidak berguna, juga merasa bersalah.Bahkan waktu dia jadi kepala keluarga, dia tetap tidak berani melawan Yuni.Bagi Fera, kata-kata Omar yang tidak berguna semakin membuatnya kesal.Tapi dia bisa apa?Pria ini .... Fera merasa hatinya mendingin, tapi meski begitu, dia hanya bisa bersandar di pelukan Omar lalu melebih-lebihkan kesedihan dan penderitaannya untuk memperbesar rasa kasihan Omar padanya."Fera, hari ini kamu ulang tahun, jangan sedih. Aku sudah menyiapkan sebuah kue yang sangat besar, juga ada satu kejutan untukmu."Omar menggenggam tangan Fera, ingin menyingkirkan kes
Celine harusnya akan memilih gaun bermerek yang baru saja dia beli itu.Atau akan memilih koleksi terbaru dari merek terkenal.Atau mungkin ...."Aku boleh pakai yang ini?" Celine melihat sekilas lalu memilih sebuah gaun.Melihat gaun yang dipilih Celine, Bella mengernyit.Menurutnya ... gaun yang dipilih Celine ini bertali dua, terlalu polos, seluruh bahannya berwarna hijau tua, tidak ada hiasan atau corak lainnya. Di pasar ada banyak yang bermodel sama, sama sekali tidak ada keunikannya.Bahkan Bella sendiri saja tidak tahu bagaimana gaun ini bisa ada di lemarinya.Bella kembali melihat Celine. "Ya sudah, yang penting kamu suka."Heh, mungkin selera Celine memang begitu.Bella mengangkat alisnya, tidak mengatakan apa-apa. Dia merasa kalau Celine memakai gaun panjang itu, walau ada kalung giok di lehernya itu tetap tidak bisa menyelamatkan gaun panjang yang biasa-biasa saja itu.Dia harusnya senang saja melihat Celine memakai gaun jelek dan kalah jauh darinya.Namun, waktu Celine kelu
"Ce ... Ce ...."Mata Sarah membelalak, bahkan suaranya juga bergetar.Sarah setakut itu padanya?Celine tidak tahu apakah dia harus senang.Namun, sebagai orang yang hidup bersama selama bertahun-tahun, sekarang bertemu setelah berpisah sekian lama, Celine tersenyum sopan dan menyambutnya. "Aku Celine, kamu nggak salah lihat."Celine!Sarah menelan ludahnya tanpa sadar.Dia segera menunduk dengan panik, sama sekali tidak berani melihat Celine.Sebelumnya di Binara, Andreas menangkapnya lalu "menjaganya" selama beberapa saat. Setelah itu, setiap memikirkan pengalamannya itu, dia seakan-akan bermimpi buruk.Andreas sengaja "menjaganya" secara khusus karena Celine.Celine adalah wanita yang dicintai Andreas!Meski Sarah tidak rela putrinya Aurora mendapatkan cinta pria sehebat itu, Andreas orangnya terlalu kejam.Dia bahkan tidak berani merasa iri lagi terhadap Celine.Setelah Andreas pulang ke Mastika, Sarah tetap sangat hati-hati, selalu meringkuk di rumahnya, takut menarik perhatian A
Kalau Lily benar-benar ada kesempatan menyakiti Celine ....Beberapa saat ini, setiap kali terpikirkan hal ini, Hansen selalu merasa takut.Amarahnya terhadap Lala palsu pun semakin besar."Kamu sudah berusaha keras untuk wajah ini."Hansen menarik kembali pandangannya, waktu dia melihat Lily, tatapannya kembali dingin dan tajam, lalu dia memanggil sebuah nama. "Lily Maira!"Lily Maira ....Di saat dia kembali mendengar nama ini dari mulut orang lain, sebuah bagian di hati Lily seketika runtuh.Hansen ... sudah tahu.Mereka ... sudah tahu!Namun, dia tidak mau jadi Lily!"Aku bukan Lily." Mata Lily berkilau, perlahan-lahan muncul kegilaan di matanya yang menatap Hansen dengan tatapan memohon."Kakak, aku Lala, aku bukan Lily. Aku Lala!"Di akhir, nada suaranya sangat yakin.Seakan-akan kalau dia sendiri percaya dia itu Lala, berarti dia itu Lala.Saat ini, di benaknya hanya ada satu pikiran, yaitu dia tidak boleh mengaku kalau dia itu Lily, tidak boleh!Namun tiba-tiba, terdengar suara
Hansen kembali berkata.Berulang kali, hampir setiap tahun ada satu masalah.Lily tentu saja menjawab dia ingat, dia juga cuma bisa jawab ingat. Semakin lama, Lily bahkan tidak berani menjawab lebih dari satu kata.Karena setiap kali dia menjawab, Hansen selalu mencibir.Sampai akhirnya, Lily merasa dia hampir menggila, kepalanya sampai berkeringat.Bahkan dia sampai takut mendengar "kamu ingat, nggak?" dari mulut Hansen. Dia itu sebenarnya harusnya ingat atau tidak?Akhirnya, Hansen berhenti bertanya.Namun, dia melihat lurus ke Lily dengan tatapan yang membuat Lily gelisah."Kak, Kakak ...." Lily memanggilnya dengan canggung.Kebencian di mata Hansen sudah sangat jelas. "Aku bukan kakakmu, kalau aku itu kakakmu, kamu mana mungkin nggak ingat kalau aku sama sekali nggak pernah kasih Lala kalung mutiara. Pas dia umur sepuluh tahun, yang hilang itu adalah gelang mutiara."Wajah Lily langsung memucat, dia menghindari tatapan Hansen sambil sibuk menjelaskan, "Benar, itu gelang, aku salah
Tak lama kemudian, semua tamu sudah pergi.Seluruh vila ini hanya tersisa anggota Keluarga Nadine dan juga dua orang luar.Dua orang itu memakai topeng, tadi mereka bersembunyi di kerumunan. Lily ingat mereka, tapi dia tidak memperhatikan mereka. Namun sekarang, waktu melihat mereka, dia baru terkejut.Itu Donny dan Albert!Mereka bukannya sudah pergi membawa abu Celine ....Tidak, bukan.Celine saja masih hidup, mereka mana mungkin pergi membawa abu Celine?Meski Lily tidak ingin percaya apa yang ada di depannya, dia tetap harus menerima sebuah kenyataan.Ini hanyalah sebuah pertunjukan ....Sejak kapan pertunjukan ini dimulai?Lily teringat dengan ledakan di gudang rumah sakit jiwa itu, apakah dimulai dari waktu itu?Tidak, bukan.Mungkin lebih awal lagi."Kamu lagi berpikir kamu salahnya di bagian mana?" Celine menatap Lily dengan tatapan seolah-olah mau melihat pikirannya.Lily langsung sadar kembali lalu berusaha untuk tersenyum. "Apa maksudmu? Aku nggak mengerti. Celly, Kakak, ay
Semua orang yang hadir setuju dengan kata-kata Celine ini.Sebagai tokoh utama acara hari ini, semua orang memperhatikan Lala. Hari ini dia memang terlihat sangat senang, bahkan sampai rela mengeluarkan properti seharga 20 miliar sebagai hadiah.Namun sekarang, Bu Celine masih hidup, 69% saham itu sudah tidak ada. Entah properti 20 miliar itu jadi diberikan atau tidak.Tidak ada yang berani bertanya.Juga tidak ada yang tahu kalau saat ini Lily sangat marah.Dia menyesal.Dari kapan situasinya jadi makin parah begini? Sejak melepas topeng .... Nggak!Melihat gaun Celine yang sempurna, Lily baru sadar kalau dia ditipu. Dia ditipu oleh Celine dan Lina!Bahkan Hansen ....Lily tidak berani berpikir lebih panjang, karena dia tidak bisa menanggung akibatnya.Apa yang harus dia lakukan sekarang?Di benak Lily ada begitu banyak pertanyaan, banyak ketidakpastian, juga sangat banyak ketakutan yang terus bertambah. Dia ingin kabur, ingin segera meninggalkan situasi ini lalu menganalisa kondisiny
Bu Celine ... sepertinya tidak tahu tentang ini?Tadi meski memakai topeng, mereka sepertinya pernah melihat wanita yang memakai gaun merah ini. Kalau dia adalah Bu Celine, berarti dari tadi sudah ada di sini.Di acara ini, ada begitu banyak orang yang membicarakan pembagian saham hari ini, kalaupun tadinya tidak tahu, sekarang juga harusnya sudah tahu!Seketika, suasananya sangat aneh.Semua orang hening, mereka melihat Celine lalu melihat Lala yang masih duduk di tanah dengan wajah pucat. Akhirnya, mereka melihat Hansen yang dari tadi tidak bersuara.Saat ini, Hansen yang sudah melihat Celine tetap tenang.Sama sekali tidak seperti orang yang baru tahu kalau Celine masih hidup, malah seperti orang yang sudah tahu dari awal.Kemudian, Hansen tersenyum tipis dan berkata, "Pembagian saham apa?"Beberapa kata itu membuat semua orang tertegun.Terutama Lily.Dia yang pikirannya sangat berantakan tiba-tiba jernih gara-gara kata-kata Hansen itu."Kak, hari ini di kantor, kamu memimpin rapat
Lily benar-benar panik, juga benar-benar takut.Kalaupun sudah melepas tangan Celine, dia tetap bisa merasakan suhu badan Celine. Wajah Lily pun sangat pucat."Kamu ... kenapa?" tanya Celine sambil tersenyum, seperti sedang mengkhawatirkannya.Namun saat ini, Lily tidak bisa mendengar suara apa pun. Dia hanya bisa melihat senyuman di wajah Celine, dan dia semakin yakin kalau itu adalah Celine! Celine yang masih hidup!Namun ... kenapa Celine masih hidup?Dia lihat dengan mata kepalanya sendiri gudang itu meledak, dia sendiri yang menekan tombol bomnya. Saat ini, dia masih ingat kekuatan ledakan itu, satu bom diikuti dengan satu bom, meledak secara berurutan. Kekuatan ledakan itu sudah cukup untuk membuat tubuh orang meledak berkeping-keping.Dia juga melihat sendiri sisa mayat Celine yang bahkan wajahnya tidak terlihat.Lalu kalung itu ....Celine jelas-jelas sudah mati, kenapa bisa masih hidup?Di benak Lily, berbagai ingatan muncul, dia sedang mencari petunjuk.Sementara saat ini, ad
"Ah!"Lily langsung berdiri dengan panik dan ingin kabur, tapi karena sepatu hak tingginya terlilit seprai di bawah,sebelum dia berdiri, dia sudah terjatuh lagi dengan posisi duduk.Dia merasa sakit, tapi dia tidak peduli.Dia melihat wanita yang tadinya jongkok perlahan-lahan berdiri, wajahnya penuh dengan ketakutan.Celine!Itu hantu Celine!"Pergi, pergi kamu." Lily menutup matanya, seakan-akan tidak akan takut kalau tidak kelihatan.Namun, meski mata tertutup, telinga tetap bisa mendengar.Dia mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, suara Celine pun terdengar. "Aku datang untuk menghadiri pesta, sayang sekali kalau aku meninggalkan pesta seseru ini. Aku nggak mau pergi."Setelah itu, dia mendekati Lily dan berkata lagi, "Kamu nggak menyambutku?"Menyambutnya?Menyambut hantu?Lily tadinya merasa dia yang meledakkan gudang itu, kalaupun Celine mendatanginya dalam bentuk hantu, dia juga tidak takut. Dia bahkan akan memamerkan kemenangannya ke Celine.Namun, dia ternyata teta
Akan tetapi, setelah dia merengek kesakitan, tetap tidak ada jawaban.Mana Hansen?Tadi dia jelas-jelas melihat Hansen ada di belakangnya, tidak jauh darinya.Lily berusaha menahan sakit lalu menopang tubuhnya sendiri dan menoleh mencari Hansen.Dia langsung melihat ke arah terakhir dia melihat Hansen, Hansen ada di sana."Kakak ...." Lily melihatnya dengan ekspresi sedih, ingin mendapat kasih sayang darinya. Namun, Hansen .... Wajahnya datar ....Hansen hanya melihatnya. Melihat dia jatuh, kenapa Hansen tidak bereaksi?"Kakak ...." Lily tidak percaya.Namun, waktu dia memanggil Hansen lagi, dia malah melihat Hansen tersenyum sinis.Tersenyum sini ....Sejak dia pulang ke kediaman Nadine, dia tidak pernah melihat ekspresi ini di wajah Hansen.Dia adalah Lala yang disayangi Hansen, Hansen kenapa malah menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?"Kakak, sakit ...." Lily kebingungan, dia sudah memanggil Hansen berkali-kali, Hansen tidak mungkin tidak dengar. Namun, Hansen seakan-akan tidak