Pria itu mengangkat sudut mulutnya, sama sekali tidak menyembunyikan niat jahatnya."Kamu tanya di mana aku? Kamu ingin menemuiku?" Suara tawa rendah pria itu memasuki telinga Lily.Bagaimana mungkin Lily akan pergi menemuinya.Hanya saja, dia membutuhkannya pada saat ini."Aku ingin bertemu denganmu."Lily sengaja berkata dengan lembut, menunggu pria itu memakan jebakannya.Pria di ujung panggilan terdiam sejenak. "Huh, ingin bertemu denganku? Kamu nggak mungkin sedang menungguku masuk ke dalam jebakanmu, 'kan? Atau aku seharusnya percaya bahwa kamu merindukan tubuhku?"Adegan memalukan yang samar-samar muncul di dalam benak Lily.Tangannya terkepal dengan erat."Aku akan mengirim alamat padamu, datanglah ke sini, seterusnya aku akan menjadi milikmu, aku akan melakukan apa saja denganmu tanpa minuman yang kamu berikan, aku anggap kamu nggak berani kalau nggak datang."Lily tidak lagi bertele-tele.Pria ini akan selalu memenjarakannya di atas tempat tidur setiap kali mereka bertemu.Li
Celine terlihat sangat bahagia hari ini.Hansen sudah lama tidak melihat Celine tersenyum seperti ini, dia bisa merasakan rasa nyaman Celine dan juga ingin membiarkan Celine untuk terus merasa nyaman.Di lereng yang curam, sekuntum bunga merah kecil liar keluar dari durinya dan bermekaran.Celine dengan mudah memetik bunga itu dan hendak kembali untuk memberikan bunga pada Richard saat tiba-tiba mendengar sebuah suara."Andreas ...."Celine langsung bisa mengenal bahwa ini adalah suara Carla.Carla sedang memanggil Andreas.Awalnya Celine ingin mengabaikan hal ini, tapi seolah-olah terdapat lem di bawah kakinya.Celine mengangkat kepalanya dan melihat Carla sedang membelakanginya. Carla sedikit menunduk dan terkadang memainkan rambutnya, seperti seorang wanita yang sedang jatuh cinta berbicara pada pasangannya."Kamu mabuk kemarin malam dan ponselmu mati, tidur lagi saja, hm, aku juga merindukanmu, aku akan menemuimu setelah kembali, hm, tempat biasa."Celine hanya bisa mendengar suara
Celine melihat Hansen sedang membelakanginya sambil menelepon saat menemukannya.Seperti sedang mengurus masalah Perusahaan Perhiasan Nadine di Kota Mastika dari jarak jauh.Celine menunggu untuk waktu yang lama, tapi panggilan telepon terus menerus datang dan Celine baru menyadari bahwa Hansen adalah cucu yang paling dipercaya oleh Richard.Hansen tidak hanya mengurus Perusahaan Perhiasan Nadine.Masih ada properti Perusahaan Perhiasan Nadine lainnya.Hansen selalu sibuk dan Celine selalu mendapatkan perawatan dari Hansen sejak mengenalnya, tapi Celine jarang memedulikannya.Pada saat ini ....Apa yang bisa Celine lakukan adalah tidak mengganggunya yang malah akan merepotkannya.Celine diam-diam pergi.Sebuah sosok tiba-tiba muncul di hadapan Celine setelah berjalan keluar dari panti asuhan yang memiliki dua lantai."Itu dia!"Nenek yang dia temui sebelumnya!Celine tidak ragu-ragu dan segera mengikuti nenek itu saat melihatnya masuk ke sebuah gang yang tidak jauh dari sana, tapi nene
Reza mendengus di dalam hatinya.Dia selalu dianggap sebagai bidak catur oleh Lily di masa lalu maupun saat ini.Tatapan Reza sedikit mendingin saat teringat apa yang pernah dia alami sebelumnya, tenaga di tangannya tanpa sadar menguat yang meninggalkan jejak jari di dagu Lily."Ah ... sakit ...."Lily kesakitan, reaksi Reza sepertinya terlalu berlebihan.Apakah dia merasa masalah ini sangat sulit untuk dilakukan dan tidak ingin membantunya?Hanya saja, Lily hanya bisa mengandalkan pria ini, hanya dia yang bisa dimanfaatkan.Lily tidak bisa melihat wajah pria itu, Lily bisa merasakan bahwa pria itu sedang memegang dagunya meski matanya tertutup. Lily sengaja mendekatkan dagunya ke tangan Reza saat Reza sedikit mengurangi kekuatannya."Aku, yang merupakan seorang wanita, nggak bisa melakukannya, cuma kamu yang bisa membantuku, kamu akan membantuku, 'kan?"Jelas-jelas apa yang sedang dia ucapkan adalah hal yang berkaitan dengan nyawa manusia.Hanya saja, nada bicara Lily yang polos terde
Tindakan ini ... membuatnya teringat pada seseorang.Pria itu melepaskan telinga Lily sesaat kemudian dan mencibir. "Aku mau uang dan juga wanita ... aku juga bisa memberikan video itu sebagai hadiah padamu kalau uang yang kamu berikan cukup banyak."Lily sedang merasa terkejut.Lily mengira pria ini adalah Reza saat dia menggigit telinganya.Saat dia bersama dengan Reza sebelumnya dan melakukan hal-hal dewasa di belakang Celine, Reza akan selalu menggigit telinga Lily saat merasa sangat bergairah.Terus mengatakan bahwa Reza mencintainya di sisi telinganya.Reza mengatakan bahwa dia akan menikahi Lily dengan terang-terangan setelah menikah dengan Celine, kemudian meninggalkannya setelah mendapatkan Perusahaan Perhiasan Aurora.Pria itu tiba-tiba mengungkit video.Lily bereaksi kembali dengan cepat.Lily dengan cepat menghilangkan pikiran di dalam benaknya karena ingin menghilangkan ancaman itu. "Katakan padaku di mana kamu meletakkan video itu?""Ada di ...." Reza memberitahu suatu te
Lily sangat ingin menghilangkan air liur pria yang tertinggal di mulutnya setelah melihat pria itu telah pergi menjauh.Merasa sangat jijik.Hanya saja, aroma pria itu seperti menempel di tubuhnya, semakin menyekanya, semakin Lily merasa kesal.Jadi dia segera mengenakan pakaian dan keluar dari rumah ini.Dia ingin mandi.Lily bertemu dengan Jeremy saat tiba di panti asuhan.Jeremy berdiri di lantai dua dan tatapannya tertuju pada Lily, yang membuat Lily entah kenapa merasa bersalah.Lily melirik rumah kecil itu hampir tanpa sadar dan menghela napas lega setelah memastikan bahwa pintu rumah itu tidak menghadap ke panti asuhan.Bahkan jika Jeremy melihat Lily, dia hanya bisa melihat Lily keluar dari gang itu."Kak Jeremy? Kamu juga mau jalan-jalan di sekitar sini?"Maksudnya adalah dia baru saja sehabis berjalan-jalan di sekitar.Jeremy mengangkat alisnya.Angin bertiup yang membuat Jeremy mencium bau yang aneh.Aroma pria?Jeremy menatap Lily sambil memikirkan sesuatu. "Benar, kamu san
Hari mulai gelap.Akan tetapi Celine tidak berbalik, melainkan mempercepat langkahnya ke depan.Tadi wanita tua itu berjalan ke arah ini.Celine khawatir hari sudah larut dan sesuatu akan terjadi pada wanita tua itu. Walaupun ingin pulang, Celine akan mencari nenek itu dulu dan membawanya bersamanya.Tanpa sadar, Celine berjalan melewati hutan dan tiba di sebuah ruang terbuka.Cahaya redup dan Celine melihat sebuah rumah yang terlihat seperti reruntuhan kuil di sana dengan cahaya berkilauan menjulang.Kemana perginya nenek itu?Celine berjalan menuju ke reruntuhan kuil.Reruntuhan kuil itu ditumbuhi rumput liar, seolah-olah sudah lama tidak ada orang di sana.Celine menemukan tongkat untuk menjelajahi jalan di depan dan samar-samar mendengar suara seorang pria di kuil. Langkah Celine pun berhenti sejenak.Intuisi memberitahunya kalau dia harus segera meninggalkan lingkungan asing dan orang asing untuk menghindari bahaya.Akan tetapi, nenek itu ....Bagaimana kalau beliau berada dalam b
Saat ini Celine tidak tertarik dengan markas rahasia Linda.Wanita itu sudah begitu tua dan sepertinya Celine tidak bisa lagi menaruh harapan padanya.Dia menatap wanita tua itu.Tiba-tiba Celine menyadari mungkin saja wanita tua itu sengaja membujuknya ke reruntuhan kuil.Mungkin wanita tua itu menyadari keanehan dari beberapa orang tersebut, jadi dia mengajak Celine mendengarkan dan menyadarkannya akan bahayanya."Terima kasih."Celine tidak tahu apa yang akan dilakukan orang-orang itu.Akan tetapi karena mereka sudah membuat rencana terhadap Keluarga Nadine, masalah ini pasti tidak sederhana."Hehe ...." Wanita tua itu tersenyum cerah pada Celine dengan penuh kasih sayang dan seperti anak kecil yang dipuji.Hati Celine terasa menghangat.Dia membantu wanita tua itu dan berjalan di sepanjang jalan.Akan tetapi, wanita tua itu tiba-tiba berhenti dan menatap Celine. "Loli kecil, aku nggak sanggup berjalan lagi."Celine, "..."Setelah hening beberapa saat, Celine menggertakkan gigi dan
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta
Di area yang ditentukan Owen ada banyak rumah kecil.Di sekitar tidak ada CCTV, jadi mereka hanya bisa bertanya ke satu-satu rumah.Begitu turun mobil, Celine langsung mengikuti nalurinya berjalan ke sebuah rumah lalu tidak bisa bergerak lagi."Celly, ada apa?" Albert mengikuti dia dari belakang.Dylan yang sedang menanyakan proses pencarian ke Owen juga segera menghampiri mereka waktu menyadari keadaan Celine."Kak Celine, ada apa?"Mereka berdua jelas terlihat khawatir.Celine melihat rumah di depannya dan berkata, "Dia ... ada di sini."Celine terdengar sangat yakin.Albert dan Dylan saling menatap lalu mengikuti arah pandang Celine.Mereka percaya dengan naluri Celine.Dylan langsung memanggil Owen dan berkata, "Kalian sudah cek rumah ini?""Waktu pagi-pagi tadi sudah ke sini, tapi pintunya tertutup. Jadi kita cuma coba panggil, seorang wanita bilang nggak bisa buka pintu. Kita juga nggak punya alasan untuk masuk.""Tadi waktu ke sini lagi, di dalam kayaknya nggak ada orang."Owen
...Di Kompleks Tiara.Sejak semalam datang, Albert dan Dylan tetap di sini.Mereka terus melihat rekaman CCTV berulang kali.Celine sudah tidak tidur semalaman, mereka berdua juga sama.Setiap setengah jam, Owen menyampaikan informasi terbaru.Mereka menemukan sopir taksi yang dinaiki Andreas dari plat mobil yang tertangkap di CCTV.Menurut informasi yang diberikan sopir taksi, penumpangnya turun di depan jalan area perumahan di pinggiran kota.Waktu menyusuri jalan itu, mereka tiba di sebuah perumahan pribadi dengan halaman.Bawahan Owen hanya memeriksa setiap rumah secara kasar, tapi mereka tidak menemukan Andreas.Waktu Celine mendapat informasi ini, detak jantung Celine bertambah cepat."Di sana, dia pasti di sana." Celine tidak percaya orang sebesar itu bisa tiba-tiba hilang.Hanya ada satu kemungkinan, yaitu pencariannya tidak cukup teliti."Aku mau ke sana, aku mau mencarinya."Waktu Celine menyampaikan keputusannya ini pada Dylan dan Albert, tatapannya sangat penuh tekad.Seja
"Kamu masih ingat hal-hal aneh lainnya, nggak?"Hal-hal aneh?Andreas mengernyit, lalu berpikir sejenak dan akhirnya bertanya dengan ekspresi bingung, "Hal aneh apa?"Berarti dia sudah lupa!Bagus sekali!Lala sangat puas.Lala pun mencari alasan untuk menjawab kebingungan Andreas. "Nggak apa, cuma semalam pas demam, kamu mengatakan hal-hal nggak jelas. Kayaknya kamu mimpi buruk.""Tapi sekarang kamu sudah sembuh."Lala akhirnya lega.Namun tiba-tiba, Andreas menemukan sesuatu di sakunya.Waktu Lala melihat Andreas mengeluarkan kalung itu, ekspresinya langsung mengeras. Dia juga pernah belajar desain perhiasan.Selama ini, dia juga selalu mengawasi Grup Nadine dan juga Perusahaan Perhiasan Nadine.Hanya lihat sekilas saja dia sudah tahu kalau ini adalah karya jadi dari desain yang Andreas gambar kemarin.Ternyata kemarin Andreas buru-buru keluar untuk membuat kalung ini?Namun ....Lala melihat ukiran di liontin kalung itu. Bagaimana Andreas bisa tahu pola itu?Lala pernah melihat pola
Dalam beberapa saat, orang di atas kasur itu perlahan-lahan tidak memberontak lagi.Suara Gion bergema di dalam kamar dan masuk ke telinga Andreas."Tuvin, kamu itu Tuvin. Setelah bangun, kamu hanya Tuvin Sarwen. Orang yang kamu cintai adalah Lala, kamu bergantung padanya dan mencintainya. Tujuan hidupmu adalah membahagiakannya.""Di hidupmu hanya ada satu wanita, yaitu dia. Nggak ada orang lain."Orang di atas kasur sudah tidak memberontak, seperti sudah tertidur.Juga seperti sudah menerima setiap kata-kata.Gion mengulang kata-katanya berkali-kali sampai akhirnya berhenti.Lala tidak sabar ingin tahu hasilnya. "Begini saja ... sudah bisa?""Iya," jawab Gion datar.Lala pun tersenyum puas. Dia tahu kemampuan Gion, Gion bilang sudah, berarti sudah.Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. "Dia ... bakal jadi gila?"Waktu menanyakan pertanyaan ini, di matanya terlihat kekhawatiran. Melihat ini, Gion pun mencibir di dalam hati.Sangat rendahan.Dia bukannya tidak peduli Andreas jadi gila atau t
Kemudian, Andreas mulai merasa pusing.Sebelum kesadarannya hilang, dia mendengar suara Gion yang penuh dengan rasa bersalah. "Maaf, Tuvin ...."Tuvin ....Bukan, namanya bukan Tuvin!Namun, kalau bukan Tuvin, siapa namanya?Dia berusaha mengingat, tapi seakan-akan ada sebuah rantai yang melilitnya, membuatnya tidak bisa bergerak.Tiba-tiba, di benaknya ada suara seseorang.Suara seorang wanita.Suara itu terus memanggil sebuah nama, awalnya terdengar tidak nyata, tapi dia berusaha mendengar dan akhirnya mendengar nama itu dengan jelas."Andreas ...."Suara wanita itu terus memanggil "Andreas" berulang kali.Siapa itu Andreas?"Tuvin, Tuvin, namamu Tuvin. Kamu itu teman sejak kecilnya Lala, Lala sangat mencintaimu, kamu juga mencintai Lala.""Kalian segera keluar negeri bersama lalu menikah dan hidup bersama selamanya.""Hal lain yang ada di ingatanmu hanyalah mimpi. Setelah kamu bangun, mimpimu akan berakhir, nggak akan meninggalkan jejak apa pun ...."Suara orang tua terdengar di ata
Setelah mengakhiri panggilan, dia menyuruh sopir taksi untuk mengemudi lebih cepat ke rumah."Nggak tahu, dia masih pingsan, aku hanya bisa membawanya ke kasur. Kakek ...."Sebelum Lala selesai bicara, Andreas sudah berlari kecil ke kamar Gion.Di dalam kamar, Gion berbaring di kasur seperti orang yang sedang tidur.Lala yang ikut di belakang tiba-tiba mendengar Andreas berkata,"Cepat telepon ambulans, bawa dia ke rumah sakit."Muncul kepanikan di mata Lala yang seketika langsung menghilang.Dia mana mungkin membawa Gion ke rumah sakit?Gion "pingsan" hanya sebagai alasan untuk menyuruh Andreas pulang.Hari ini, setelah Andreas keluar, Lala awalnya tidak takut. Namun, seiring dengan berlalunya waktu dan langit yang menggelap, Andreas yang belum pulang juga membuatnya tidak tahan lagi.Rencana malam ini harus dijalankan.Dia tidak mau menunggu lagi, jadi dia pun membuat pertunjukan ini.Melihat Andreas mengeluarkan ponsel, Lala langsung berkata, "Aku saja yang telepon, kamu awasi Kakek