Lala terhuyung sejenak, di hatinya muncul ketakutan, membuatnya gelisah seakan-akan seluruh energi di tubuhnya tersedot."Bagaimana ini? Bagaimana?"Dia tidak boleh membiarkan Andreas pergi dari sisinya, dia tidak bisa menyerahkan Andreas ke Celine."Tapi semalam kalau Celine dan Andreas bertemu, bukannya berarti dia tidak akan pulang lagi?"Lala mulai merasa menyesal.Dia menyesal datang ke Binara, juga menyesal waktu memutuskan menghapus ingatan Andreas lagi, dia tidak bertekad menyuruh Gion langsung turun tangan.Memangnya kenapa kalau Andreas jadi gila?Dia mencintai Andreas, kalaupun Andreas jadi gila, dia tetap mencintainya dan akan terus menemaninya.Namun sekarang ....Apakah dia masih ada kesempatan?Tepat ketika dia mengira dia sudah tidak punya kesempatan, terdengar suara Gion di bawah."Tuvin, kamu sudah pulang?"Sudah pulang ....Lala seperti mendapatkan obat penguat. Andreas sudah pulang?Dia ingin segera mendapatkan kepastian, dia langsung berlari ke bawah meski hampir t
Namun, kemeja yang dia pakai ini ... dari mana?Lala teringat dengan tebakannya tadi, dia pun kembali bertanya, "Kak Tuvin, semalam kamu ke mana?"Andreas mulai merasa kesal.Dia tidak suka Lala yang terus bertanya seperti sedang menginterogasi."Memangnya aku harus lapor semuanya ke kamu?" Andreas menunduk lalu mengingatkan dengan dingin, "Hubungan kita sepertinya bukan hubungan di mana aku harus melaporkan semuanya ke kamu!"Lala tertegun sejenak."Tapi Kak ...."Baru saja Lala berbicara, Andreas sudah melangkah maju lagi.Sudut baju Andreas pun terlepas dari tangan Lala. Saat itu, dia merasa seakan-akan hatinya juga ikut kosong.Sampai ketika sosok Andreas sudah tidak terlihat, Lala masih tetap berdiri diam di tempat. Di benaknya, kata-kata Andreas tadi, "bukan hubungan di mana aku harus melaporkan semuanya ke kamu", terus terngiang-ngiang di benaknya."Heh ...."Tiba-tiba, Lala tertawa.Tawanya sangat menakutkan.Benar, waktu Andreas bangun, dia sebenarnya ingin memberi tahu Andrea
Sampai siang hari, Andreas tidak keluar kamar.Di siang hari, waktu Lala mengantarkan makan siang ke kamarnya, Andreas sedang menyiapkan karya yang mau dia sertakan di babak final.Kalau dulu, Lala pasti akan merasa gelisah.Namun sekarang, dia tahu kalaupun Andreas sudah membuat karyanya, setelah malam ini Andreas tetap tidak akan bisa ikut serta babak final ini lagi.Teringat rencananya malam ini, Lala tersenyum lalu maju melihat desain Andreas dengan rasa penasaran.Ketika dia melihat gambar kalung di kertas, Lala langsung tertegun."Ini .... Kamu yang gambar?"Begitu selesai bicara, Lala baru sadar kalau suaranya bergetar.Dia menyadari sesuatu lalu segera menutupinya, tapi Andreas menangkap keanehannya ini."Iya, ada yang salah?"Andreas berhenti menggambar lalu melihat Lala."Nggak, nggak ada."Lala berpura-pura tersenyum sealami mungkin. "Aku merasa gambarmu bagus sekali, desain kalung ini juga bagus.""Oh ya?"Andreas tidak percaya dengannya.Namun, sekarang dia juga tidak ingi
Satpam itu membuka pintu membiarkannya masuk.Andreas mengernyit lalu berkata, "Kamu ... kenal aku?"Seakan-akan karena mendekati kenyataan, jantung Andreas berdetak cepat."Kenal." Setelah selesai bicara, satpam itu mengernyit lalu terkekeh dan berkata, "Tapi nggak juga."Andreas bingung. "Apa maksudnya?"Satpam itu melihatnya dengan tatapan aneh. "Kamu sudah lupa? Benar juga, kamu kelihatannya seperti orang penting, orang penting mana mungkin ingat denganku?""Kamu juga harusnya sudah lupa di mana mesin itu, ayo aku bawa kamu ke sana."Satpam itu menuntun Andreas, Andreas juga mengikutinya."Malam itu sudah sangat gelap, mungkin kamu juga nggak melihatku dengan jelas. Tapi aku melihatmu dengan jelas.""Wajahmu ini .... Hehe, nggak ada maksud mau menyinggung. Wajahmu ini sangat mencolok, nggak mungkin lupa.""Nggak hanya itu, waktu itu auramu ...."Satpam itu pun berbalik melihat Andreas.Aneh sekali!Malam itu, pria ini jelas-jelas terlihat seperti seorang pemimpin yang berada tinggi
Di gambar desain itu, terlihat kalung yang sangat bagus.Di bagian liontinnya ada sebuah pola yang rumit dan misterius. Waktu dia menggambar pola ini, dia hanya mengikuti hatinya.Namun, waktu sudah digambar, entah kenapa dia sangat suka.Dia bahkan tidak tahu apa arti gambar ini, tapi dia sangat puas dengan desain ini.Sangat suka!Suka sampai tidak sabar ingin merealisasikan desain ini.Melihat gambar desain di depannya, meski jelas-jelas adalah sebuah kalung, dia tiba-tiba seperti bisa melihat sepasang cincin.Andreas seakan-akan ingin menangkap sesuatu, tapi gambar itu hanya muncul sesaat lalu menghilang.Semakin dia berusaha ingin "mengingat" lebih banyak, dia semakin tidak bisa menangkap hal itu.Andreas menghirup napas dalam-dalam.Dia merilekskan diri untuk melanjutkan langkah selanjutnya.Selanjutnya, apa yang harus dia lakukan?Di ingatannya, dia tidak pernah membuat perhiasan, tapi dia bisa-bisanya tahu setiap langkah, seakan-akan ada suatu kekuatan sedang menuntunnya melaku
Namun, melihat ekspresi Andreas yang agak mengeras, satpam itu pun menebak, "Kamu jangan-jangan bikin dia marah? Dengar kataku, dia marah, kamu harus bujuk.""Kalungmu ini untuk membujuk dia ya?""Sudah bagus kalau begitu, kamu buatkan kalung untuknya jauh lebih berguna daripada cuma bicara. Kamu tenang saja, dia pasti bakal memaafkanmu.""Cepat pulang, dia pasti lagi menunggumu pulang."Dia pasti sedang menunggumu pulang ....Beberapa kata ini masuk ke benak Andreas, seketika dia merasa seperti ada gejolak di hatinya.Aku menunggumu pulang ....Benaknya perlahan-lahan dipenuhi dengan kalimat ini.Seakan-akan ada suara yang terus bergumam di telinganya, "Aku menunggumu pulang."Suara itu sangat familier ...."Penantian," ujar Andreas tiba-tiba.Begitu menyadari kata yang dia ucapkan, Andreas terkejut.Dia merasa kata "penantian" ini sangat familier. Tadi waktu dia mengucapkan kata ini, hatinya seperti ditusuk sesuatu.Samar-samar terasa sakit.Namun, apa makna dari kata ini?Andreas se
Misalnya, Nona Celine adalah cucu kandung dari Tuan Richard Nadine dan mewarisi Grup Nadine.Misalnya, Nona Celine menemukan ayah kandungnya. Dia adalah putri dari Keluarga Tjangnaka, pemilik Grup Angkasa.Lalu ... Tuan Andreas ...."Kamu jangan mengambil waktu Bu Celine terlalu banyak, Tuan Andreas bakal cemburu. Kita taruhan saja, dalam kurang dari satu jam, nggak, setengah jam, kamu pasti bakal diusir."Melvin semakin yakin kalau orang yang dia lihat tadi adalah Tuan Andreas.Dia seburu-buru itu pasti mau jemput Bu Celine."Kamu kok bisa tahu!"Cindy sudah sangat lama tidak bertemu Celine, ada banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Celine.Begitu mendengar kata-kata Melvin, Cindy segera mengakhiri panggilan.Dia ingin memberi tahu Celine, sejak Celine menyerahkan Aurora ke mereka, mereka menjalankan perusahaan dengan sangat baik.Sedangkan Tuan Andreas ....Setiap hari selalu menempel dengan Bu Celine, dia cuma mau sedikit waktu Bu Celine, Tuan Andreas harusnya tidak sepelit itu
Tidak, dia juga tidak terlalu yakin.Melihat ekspresi Celine yang semakin menggebu-gebu dan tubuhnya yang gemetar, Cindy menyadari pentingnya hal ini. "Bu Celine, aku telepon Melvin sekarang juga, minta lokasinya.""Oke, oke ...."Celine berusaha untuk menahan diri lalu melepaskan Cindy.Ini pertama kalinya dia mendapatkan kabar Andreas.Dia akhirnya tetap tidak bisa tetap tenang. Saat ini, dia buru-buru ingin memastikan kalau yang Melvin lihat memang benar Andreas.Dia berharap yang Melvin lihat itu Andreas!Andreas ....Ketika menunggu Cindy menelepon, Celine terus memanggil nama Andreas di dalam hati.Sementara saat ini, di dalam taksi,entah kenapa Andreas merasa hatinya seperti diremas, seketika merasa kesulitan bernapas."Tuan, kamu nggak enak badan?" Sopir taksi menyadari keanehan Andreas."Nggak, aku nggak apa ...."Tidak enak badan?Tidak, itu bukan tidak enak badan, tapi suatu perasaan yang aneh.Tadi untuk sesaat, dia seakan-akan mendengar ada yang sedang memanggilnya.Dia t
Kemudian, Andreas mulai merasa pusing.Sebelum kesadarannya hilang, dia mendengar suara Gion yang penuh dengan rasa bersalah. "Maaf, Tuvin ...."Tuvin ....Bukan, namanya bukan Tuvin!Namun, kalau bukan Tuvin, siapa namanya?Dia berusaha mengingat, tapi seakan-akan ada sebuah rantai yang melilitnya, membuatnya tidak bisa bergerak.Tiba-tiba, di benaknya ada suara seseorang.Suara seorang wanita.Suara itu terus memanggil sebuah nama, awalnya terdengar tidak nyata, tapi dia berusaha mendengar dan akhirnya mendengar nama itu dengan jelas."Andreas ...."Suara wanita itu terus memanggil "Andreas" berulang kali.Siapa itu Andreas?"Tuvin, Tuvin, namamu Tuvin. Kamu itu teman sejak kecilnya Lala, Lala sangat mencintaimu, kamu juga mencintai Lala.""Kalian segera keluar negeri bersama lalu menikah dan hidup bersama selamanya.""Hal lain yang ada di ingatanmu hanyalah mimpi. Setelah kamu bangun, mimpimu akan berakhir, nggak akan meninggalkan jejak apa pun ...."Suara orang tua terdengar di ata
Setelah mengakhiri panggilan, dia menyuruh sopir taksi untuk mengemudi lebih cepat ke rumah."Nggak tahu, dia masih pingsan, aku hanya bisa membawanya ke kasur. Kakek ...."Sebelum Lala selesai bicara, Andreas sudah berlari kecil ke kamar Gion.Di dalam kamar, Gion berbaring di kasur seperti orang yang sedang tidur.Lala yang ikut di belakang tiba-tiba mendengar Andreas berkata,"Cepat telepon ambulans, bawa dia ke rumah sakit."Muncul kepanikan di mata Lala yang seketika langsung menghilang.Dia mana mungkin membawa Gion ke rumah sakit?Gion "pingsan" hanya sebagai alasan untuk menyuruh Andreas pulang.Hari ini, setelah Andreas keluar, Lala awalnya tidak takut. Namun, seiring dengan berlalunya waktu dan langit yang menggelap, Andreas yang belum pulang juga membuatnya tidak tahan lagi.Rencana malam ini harus dijalankan.Dia tidak mau menunggu lagi, jadi dia pun membuat pertunjukan ini.Melihat Andreas mengeluarkan ponsel, Lala langsung berkata, "Aku saja yang telepon, kamu awasi Kakek
"Iya aku yakin."Melvin mengangguk yakin.Setelah itu, dia memanggil satpam yang tadi untuk membuktikan kalau dia tidak salah lihat.Celine mengeluarkan ponselnya untuk menunjukkan foto Andreas. Ketika melihat fotonya, satpam itu langsung mengangguk. "Benar, dia orangnya!"Celine pun menghela napas panjang.Benar itu Andreas!Dia ada di Binara! Dia masih hidup!Asalkan dia masih hidup, Celine sudah lega.Tiba-tiba, Celine terpikirkan sesuatu. "CCTV! Aku mau lihat apa yang dia lakukan tadi!"Melvin pun langsung pergi menyiapkan.Tidak lama kemudian, mereka pun sampai di ruang pengawasan CCTV.Satpam tadi pun menjelaskan semua dari awal tuan itu datang sampai dia pergi lagi. "Dia bilang mau buat perhiasan, oh, mau buat kalung. Aku pun membawanya masuk .... Di sini, ini dia."Celine melihat ke arah yang ditunjuk satpam itu ke sebuah layar.Melvin mengatur waktu rekaman CCTV dan akhirnya terlihat sebuah sosok di layar."Di sini, Bu Celine. Itu Tuan Andreas!"Celine melihat rekaman CCTV itu
Tidak, dia juga tidak terlalu yakin.Melihat ekspresi Celine yang semakin menggebu-gebu dan tubuhnya yang gemetar, Cindy menyadari pentingnya hal ini. "Bu Celine, aku telepon Melvin sekarang juga, minta lokasinya.""Oke, oke ...."Celine berusaha untuk menahan diri lalu melepaskan Cindy.Ini pertama kalinya dia mendapatkan kabar Andreas.Dia akhirnya tetap tidak bisa tetap tenang. Saat ini, dia buru-buru ingin memastikan kalau yang Melvin lihat memang benar Andreas.Dia berharap yang Melvin lihat itu Andreas!Andreas ....Ketika menunggu Cindy menelepon, Celine terus memanggil nama Andreas di dalam hati.Sementara saat ini, di dalam taksi,entah kenapa Andreas merasa hatinya seperti diremas, seketika merasa kesulitan bernapas."Tuan, kamu nggak enak badan?" Sopir taksi menyadari keanehan Andreas."Nggak, aku nggak apa ...."Tidak enak badan?Tidak, itu bukan tidak enak badan, tapi suatu perasaan yang aneh.Tadi untuk sesaat, dia seakan-akan mendengar ada yang sedang memanggilnya.Dia t
Misalnya, Nona Celine adalah cucu kandung dari Tuan Richard Nadine dan mewarisi Grup Nadine.Misalnya, Nona Celine menemukan ayah kandungnya. Dia adalah putri dari Keluarga Tjangnaka, pemilik Grup Angkasa.Lalu ... Tuan Andreas ...."Kamu jangan mengambil waktu Bu Celine terlalu banyak, Tuan Andreas bakal cemburu. Kita taruhan saja, dalam kurang dari satu jam, nggak, setengah jam, kamu pasti bakal diusir."Melvin semakin yakin kalau orang yang dia lihat tadi adalah Tuan Andreas.Dia seburu-buru itu pasti mau jemput Bu Celine."Kamu kok bisa tahu!"Cindy sudah sangat lama tidak bertemu Celine, ada banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Celine.Begitu mendengar kata-kata Melvin, Cindy segera mengakhiri panggilan.Dia ingin memberi tahu Celine, sejak Celine menyerahkan Aurora ke mereka, mereka menjalankan perusahaan dengan sangat baik.Sedangkan Tuan Andreas ....Setiap hari selalu menempel dengan Bu Celine, dia cuma mau sedikit waktu Bu Celine, Tuan Andreas harusnya tidak sepelit itu
Namun, melihat ekspresi Andreas yang agak mengeras, satpam itu pun menebak, "Kamu jangan-jangan bikin dia marah? Dengar kataku, dia marah, kamu harus bujuk.""Kalungmu ini untuk membujuk dia ya?""Sudah bagus kalau begitu, kamu buatkan kalung untuknya jauh lebih berguna daripada cuma bicara. Kamu tenang saja, dia pasti bakal memaafkanmu.""Cepat pulang, dia pasti lagi menunggumu pulang."Dia pasti sedang menunggumu pulang ....Beberapa kata ini masuk ke benak Andreas, seketika dia merasa seperti ada gejolak di hatinya.Aku menunggumu pulang ....Benaknya perlahan-lahan dipenuhi dengan kalimat ini.Seakan-akan ada suara yang terus bergumam di telinganya, "Aku menunggumu pulang."Suara itu sangat familier ...."Penantian," ujar Andreas tiba-tiba.Begitu menyadari kata yang dia ucapkan, Andreas terkejut.Dia merasa kata "penantian" ini sangat familier. Tadi waktu dia mengucapkan kata ini, hatinya seperti ditusuk sesuatu.Samar-samar terasa sakit.Namun, apa makna dari kata ini?Andreas se
Di gambar desain itu, terlihat kalung yang sangat bagus.Di bagian liontinnya ada sebuah pola yang rumit dan misterius. Waktu dia menggambar pola ini, dia hanya mengikuti hatinya.Namun, waktu sudah digambar, entah kenapa dia sangat suka.Dia bahkan tidak tahu apa arti gambar ini, tapi dia sangat puas dengan desain ini.Sangat suka!Suka sampai tidak sabar ingin merealisasikan desain ini.Melihat gambar desain di depannya, meski jelas-jelas adalah sebuah kalung, dia tiba-tiba seperti bisa melihat sepasang cincin.Andreas seakan-akan ingin menangkap sesuatu, tapi gambar itu hanya muncul sesaat lalu menghilang.Semakin dia berusaha ingin "mengingat" lebih banyak, dia semakin tidak bisa menangkap hal itu.Andreas menghirup napas dalam-dalam.Dia merilekskan diri untuk melanjutkan langkah selanjutnya.Selanjutnya, apa yang harus dia lakukan?Di ingatannya, dia tidak pernah membuat perhiasan, tapi dia bisa-bisanya tahu setiap langkah, seakan-akan ada suatu kekuatan sedang menuntunnya melaku
Satpam itu membuka pintu membiarkannya masuk.Andreas mengernyit lalu berkata, "Kamu ... kenal aku?"Seakan-akan karena mendekati kenyataan, jantung Andreas berdetak cepat."Kenal." Setelah selesai bicara, satpam itu mengernyit lalu terkekeh dan berkata, "Tapi nggak juga."Andreas bingung. "Apa maksudnya?"Satpam itu melihatnya dengan tatapan aneh. "Kamu sudah lupa? Benar juga, kamu kelihatannya seperti orang penting, orang penting mana mungkin ingat denganku?""Kamu juga harusnya sudah lupa di mana mesin itu, ayo aku bawa kamu ke sana."Satpam itu menuntun Andreas, Andreas juga mengikutinya."Malam itu sudah sangat gelap, mungkin kamu juga nggak melihatku dengan jelas. Tapi aku melihatmu dengan jelas.""Wajahmu ini .... Hehe, nggak ada maksud mau menyinggung. Wajahmu ini sangat mencolok, nggak mungkin lupa.""Nggak hanya itu, waktu itu auramu ...."Satpam itu pun berbalik melihat Andreas.Aneh sekali!Malam itu, pria ini jelas-jelas terlihat seperti seorang pemimpin yang berada tinggi
Sampai siang hari, Andreas tidak keluar kamar.Di siang hari, waktu Lala mengantarkan makan siang ke kamarnya, Andreas sedang menyiapkan karya yang mau dia sertakan di babak final.Kalau dulu, Lala pasti akan merasa gelisah.Namun sekarang, dia tahu kalaupun Andreas sudah membuat karyanya, setelah malam ini Andreas tetap tidak akan bisa ikut serta babak final ini lagi.Teringat rencananya malam ini, Lala tersenyum lalu maju melihat desain Andreas dengan rasa penasaran.Ketika dia melihat gambar kalung di kertas, Lala langsung tertegun."Ini .... Kamu yang gambar?"Begitu selesai bicara, Lala baru sadar kalau suaranya bergetar.Dia menyadari sesuatu lalu segera menutupinya, tapi Andreas menangkap keanehannya ini."Iya, ada yang salah?"Andreas berhenti menggambar lalu melihat Lala."Nggak, nggak ada."Lala berpura-pura tersenyum sealami mungkin. "Aku merasa gambarmu bagus sekali, desain kalung ini juga bagus.""Oh ya?"Andreas tidak percaya dengannya.Namun, sekarang dia juga tidak ingi