"Mas.. mas! Mari!!!" Panggil mbak Santi, yang tengah mengintip ke kursi pelanggan cafe dari arah dapur. "Maaaaaas! SIni! Sini!!" Panggilnya geram karen sang suami tak kunjung datang. Padahal ada hal penting yang ingin dia untuk suaminya lihat. "Aduh! Kamu itu kenapa?! Aku itu sedang masak ini ! Pesanan numpuk." Omel mas Suryo sambil membawa spatulanya menuju pintu dimana mbak Santi sedang berdiri. "Itu loh mas! Itu bukannya laki-laki yang Cici katakan?! Aku yakin dia itu orangnya." Cicit mbak Santi. "Eh! Kamu jangan sembarangan Santi. Belum tentu itu orang adalah laki-laki brengsek itu!" Tegat mas Suryo yang tidak ingin istri nya sembarangan Menuduh orang. "Aku itu nggak sembarangan mas! ini! Coba kamu lihat foto di handphone ku ini. Trus bandingin dengan laki-laki yang duduk di pojokan itu. Sama kan? " Tekan Mbak Santi yang sedang mengarahkan hape nya ke muka mas Suryo. "Gimana aku bisa bilang sama, kalau kamu naroh tu hape tepat di depan mata aku!" protes ms Surya sambil menja
Samuel semakin resah. Sudah dua jam lamanya dia terkurung di dalam toilet cafe ini tanpa ada yang datang untuk membantunya. Mana handphone nya tertinggal di atas meja cafe saking tidak bisa dia menahan sesuatu yang nge gas keluar dari bawah sana. Dan ini lah akibatnya. Disaat dia terkurung di dalam ruangan dua kali dua itu, tidak ada orang yang bisa dia hubungi sbeba Handphone nya tidak bersama nya."Apa ada orang di luar?? Tolong bantu buka kan pintu ini?" Teriak Samuel, gusar. Bahkan dasinya sudah dia lepas saking gerahnya.Tapi sama seperti sebelumnya, tidak ada satu orang pun di sekitar toilet. "Sial! Kenapa aku bisa terjebak di sini!" Dumelnya frustasi. Kali ini dua kancing teratas kemejanya telah terbuka. Andaikan satu jam lagi tidak ada orang yang menolongnya mungkin satu persatu pakaiannya akan dia lepas."AAH!!! DAAAAAmN!" Rutuknya sambil menenda pintu."Apa ada orang diluar?? Tolong buka kan pintu ini. Haalloooo?? apa ada orang di luar??" Teriak nya frustasi."Baik! Kalau
"Liv..?! Tunggu!" Panggil Samuel, mengejar Olivia yang langsung meninggalkannya begitu saja."Liv! Please! Berhenti dulu! Aku mau bicara." Tahan Samuel sambil menahan tangan Olivia."Tidak ada yang perlu kita bicarakan." Jawab Olivia ketus, dan menepis tangan Samuel."Liv! Aku mohon. Dengar kan aku. Kita harus bicara." Samuel berlari, dan berhenti tepat di depan Olivia."Pleasee?" Rayunya memohon. Tapi semua rasa kesal dan kecewa yang terkubur di dalam diri Olivia selama setahun ini, memprovokasi hati Olivia untuk tidak mendengarkan pria ini. "Tidak ada yang harus kita bicarakan Tuan Samuel Mitchell. Semua urusan diri mu dan diriku, semua nya telah selesai sejak satu tahun yang lalu. Tidak ada yang harus di bahas. So, aku pinta dengan sangat pada mu, menyikirlah. Kau menghalangi jalan ku." Ketus Olivia."Tidak! Aku tidak akan membiarkan mu pergi sebelum kau jelaskan pada ku mengapa kau pergi begitu saja waktu itu. Apa kau tidak tahu betapa aku merindu mu?! Betapa aku tersiksa tanpa m
"Kau terlalu lemah Sam! Kau harus lebih agresif lagi!" Ujar Zee menyemangati Samuel. "Olivia dan Raya itu tidak sama, Zee! Paling tidak Raya tidak membenci mu seperti Olivia membenci ku." Curhat Samuel, lalu meneggak anggur di tangannya. "Kata siapa Raya tidak membenci ku? DIa membenci ku sampai ke tulang-tulang Sam! Mungkin satu-satunya orang di atas dunia ini yang akan dia hindari, adalah aku. Kau tidak tahu seperti apa buruk nya perlakuan ku dulu padanya." Cerita Zee. "Apapun itu, setelah kau mendapatkan hatinya kau tidak membuatnya kecewakan? Masalah nya itu Zee! Aku telah membuat Olivia kecewa. Namun sewaktu itu, apa yang aku lihat benar- benar memperlihatkan dia sebagai pelaku nya." Samuel berhenti sesaat untuk menenangkan hatinya yang bergumuruh. "Tapi kalau benar dia yang bersalah, mengapa dia sampai harus pergi? AKu tidak bisa menemukan jawaban ini!" Tukas Samuel. "Kau bukan tidak bisa menemukan jawabannya, Sam! Kau hanya tidak bisa melihat Olivia sebagai wanita dewasa. B
"Bos? Mau sampai kapan kita disini?" Tanya Dion yang sudah pegal berdiri sejak tiga jam yang lalu di semak-semak depan kosannya Olivia.Tapi bos nya ini bagaikan memiliki kaki besi yang tak kenal lelah., sedari tiga jam yang lalu berdiri hingga kini tidak ada satu keluhan pun yang keluar dari mulutnya. Kekuatan cinta memang sungguh luar biasanya. Bak kata pepatah, air kambing pun rasa coklat.Hanya kalau dibiarkan terus-terusan sepertinya, tulang kaki Dion bisa patah. Bagaimana pun bukan Dion yang sedang jatuh cinta. Jadi kekuatan kaki nya tentu saja tidak sama dengan Samuel. "Bisa tanggal engsel kaki ku kalau sampai nona Olivia tidak keluar dari kos itu! Tidak! Aku tidak boleh membiarkan hal ini terjadi." Seru Dion dalam hati dan segera mencari cara agar bisa membuat Olivia keluar dari kosan.Namun baru saja dia akan mengetikkan perintah pada anak buahnya, Olivia ujuk ujuk keluar dari kosan."Dion! Dion! Itu Olivia...!" teriak Samuel pelan sambil memukul-mukul pundak Dion."Akhirny
"Bagaimana?" tanya Samuel penasaran. "Tenang saja bos! Udah di paketin pakai JnT, lusa juga sampai." Canda Dion, padahal Samuel sedang dalam mode serius. "Terserah mau dikirim pakai JNT atau Shopee express, yang pasti tu burung pelatuk nggak dekatin istri ku lagi!" Tekan Samuel."Siap laksanakan!" jawab Dion, tersenyum bangga karena telah berhasil melaksanakan tugas yang diberikan oleh bosnya. "Dion, masih ada satu lagi yang mengganggu pikiran ku." Ucap Samuel kemudian, sambil menatap lurus ke kampus Olivia. "Apa ada burung pelatuk lain yang mendekati nona Olivia?" tanya Dion, penasaran. Baru saja dia berhasil menyingkirkan satu pengganggu masa sudah muncul satu lainnya. "Bukan. Aku pikir, aku ingin membelikan Olivia sebuah mobil agar dia bisa pergi bolak balik kampus tanpa harus naik taksi. " Ujar Samuel tiba-tiba. "Kalau begitu, bos kan tinggal belikan saja." timpal Dion dengan mudahnya. Samuel langsung menatap asisten pribadi nya yang baru ini dengan tatapan yang sulit diart
"Bos, orang-orang ku mengirimkan foto ini." tunjuk Dion pada Samuel yang sedang memeriksa berkas yang di bawa oleh Dion sebelumnya. Samuel menghentikan pekerjaannya, dan melihat foto yang Dion tunjukan. "Siapa pria itu?" Tanya Samuel, sambil menggebrak meja saking marahnya melihat Olivia di dipegang pipinya oleh seorang pria yang tidak dia kenal. "Entah lah bos, aku juga baru melihat pria ini. Selama aku mengikuti nona Olivia, aku tidak pernah melihat pria ini sebelumnya. Apa dia pacar baru nona Olivia?" gumam Dion yang membuat Samuel mendengus kesal dan pergi begitu saja. "Booooos! Tunggu aku!" Panggil Dion, mengejar Samuel yang berjalan sangat cepat. *** Di tempat lain, Olivia yang akan pergi ke swalayan memutuskan untuk bertemu dengan adik laki-laki mama nya. Beberapa bulan ini mereka memang sangat rutin berkirim kabar. Apalagi setelah adik mamanya yang bernama Faldo tahu jika Olivia hanya tinggal sebatang kara di Jakarta. Semakin kuat lah niatnya untuk melindungi Olivia. "
"Dia siapa?" Tanya Faldo tidak sabaran menunggu Olivia menjelaskan siapa pria yang berani menahan tangannya tadi."Dia-" "Aku suaminya. Kalau kau tidak percaya, kau bisa melihat sertifikat pernikahan kami di rumah." Potong Samuel."Olivia, apa benar yang dia katakan?" tanya Faldo sekali lagi pada keponakannya."Benar." Jawab Olivia, sambil menundukkan mukanya. Dia tidak tahu harus seperti apa menjelaskan ini pada adik ibunya itu.Apalagi pernikahan nya dan Samuel terjadi sebelum Faldo muncul. Jadi mau dijelaskan pun, tidak akan mengubah keadaan."Kau dengar sendiri apa yang dia katakan? Dia adalah istri ku. Jadi aku berhak membawanya pulang bersama ku." Ujar Samuel, dan kemudian memegang tangan Olivia."Tunggu!" Tahan Faldo."Liv, jelaskan pada ku! Apa yang sebetulnya terjadi?! Bagaimana kau bisa menikah dengan pria yang jauh lebih tua dari mu? Apa dia memaksa mu, Liv? Jawab aku?!!" Tanya Faldo bertubi-tubi. Karena menurut Faldo sangat lah janggal jika pernikahan Olivia memang sepert
Arka yang tidak tahu kalau Yixin akan kembali ke inggris, tidak ada melakukan pergerakan apapun. Dia senang Yixin masuk kerja seperti biasanya.Melihat Yixin dari kejauhan merupakan kesenangan baru bagi Arka saat ini."Apa yang sebenarnya kau lihat disana? Sampai kau tidak menyadari ayah mu masuk sedari tadi sempat mengambil foto mu beberapa kali." Ujar Samuel sambil menyilangkan kaki nya setelah ia duduk di sofa yang berada di tengah ruangan kerja Arka."Daddy? Kapan datang?" tanya Arka menyembunyikan kepanikannya."Sejak perang dunia kedua,." Jawab Samuel asal.Arka mengatur mimik wajahnya setenang mungkin. Jangan sampai ayahnya tahu kalau dia tidak kerja sedari tadi. Satu-satunya hal yang dia lakukan hanya mengintip dari gorden dan melihat Yixin beraktivitas."Daddy aku sangat sibuk hari ini. Jika kedatangan daddy ke kantor hanya untuk membuat ku mendengarkan semua sarkasme daddy itu, sebaik nya aku lanjut kerja saja." Ungkap Arka, dengan wajah no ekspresinya seperti biasa sambil m
"Aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi aku sangat yakin, Tian tidak akan bersedia menemui mu bila ada hubungannya dengan hal tersebut. " Jawab Tang Shuya semakin membuat perasaan Yixin semakin buruk."Baiklah. Aku paham. Aku akan kembali ke Inggris satu minggu lagi kak. Akan aku selesaikan pekerjaan ku dulu di sini. Baru setelah nya aku akan pulang ke Inggris. Kakak pulang lah lebih dulu. Jangan khawatirkan aku. Adik mu ini tidak akan bunuh dirihanya karena hal itu." Ujar Yixin kemudian berdiri dari duduknya.Dia pergi meninggalkan Tang Shuya."Aku antar." Ucap Tang Shuya yang lebih mirip dengan perintah yang wajib untuk di taati."Apa aku boleh menolak?" tanya Yixin, sambil tersenyum."Tentu saja tidak." Jawab Tang Shuya dan kemudian berjalan bersama Yixin.***Dari kejauhan Bee mengernyitkan dahinya. Dia tentunya tidak salah orang. Toh wajah gadis yang ada di ujung sana, sama persis dengan wajah gadis di foto yang di tunjukan oleh Arka. "Kenapa gadis itu bisa bersama Shuya? Apa j
"Mau sampai kapan kau menunggunya di sini Tang Yixin?" Panggil Tang Shuya pada adik nya, yang sedang duduk bermenung di sebuah taman."Sampai dia datang kak." Jawab Yixin, pelan dan sangat kental dengan rasa harapan yang memudar."Christian tidak akan datang. Sudah! Sudahi saja semua ini Yixin. Pulanglah ke Inggris. Tidak ada gunanya lagi kau mengejar Tian hingga kemari." Bujuk Tang Shuya.Selama ini Tang Shuya memang terlihat tidak peduli pada adik perempuan satu-satunya itu. Tapi jauh di dalam hatinya, dia sangat menyayangi Yixin. Selain itu, tanpa Yixin ketahui, Tang Shuya acap kali membantu Yixin. Yixin tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh kakaknya. Dia tahu benar, bahwa setiap kata yang kakaknya katakan, tidak ada yang salah. Tapi Christian adalah crush landing cintanya. TIdak ada pria lain yang mampu menghapus nama Christian Cook itu hingga saat ini. TIdak ada.Lalu, bagaimana bisa kakak nya memintanya untuk berhenti? Disaat dirinya tahu persis dia tidak tahu bagaimana c
“Kau ini benar-benar…” Arka menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. “Baiklah, lakukan apa yang kau mau. Tapi ingat, jangan sampai berita ini sampai ke telinga orang tua kita.”Bee tertawa kecil, menunjukkan ekspresi kemenangan di wajahnya. “Tenang saja kak, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Lagipula, ini kan demi kebaikanmu juga. Siapa tahu gadis ini bisa membuatmu lebih manusiawi.”Arka hanya bisa mendengus kesal mendengar ucapan adiknya. Dia tahu Bee hanya bercanda, tapi entah kenapa, kali ini leluconnya terasa begitu menyakitkan. Mungkin karena objek leluconnya adalah perasaannya, atau mungkin karena objek leluconnya adalah Yixin, gadis yang entah kenapa berhasil membuatnya merasa tidak nyaman dan nyaman dalam waktu yang sama.“Baiklah, aku akan pergi sekarang. Jangan khawatir, aku akan menyelesaikan tugas ini secepat mungkin.” Bee berdiri dari kursinya, mempersiapkan diri untuk pergi.“Dan satu lagi,” tambah Bee sebelum benar-benar meninggalkan ruangan. “Jangan terla
"Ini, selidiki semua tentang nya." Arka melempar foto Yixin ke atas meja. Gayanya yang bossy sama sekali tidak pilih pilih orang. Bahkan pada adiknya Bee sekalipun dia tidak mengecualikannya. "Apa ini?" tanya Bee penasaran, kemudian mengambil foto Yixin. "Seorang gadis?" Serunya diikuti dengan tatapan mata penuh kecurigaan. "Apa dia adalah gadis yang dari pagi hingga malam mommy selalu cerita kan di rumah? Kau tahu, topik tentang seorang gadis yang mandi berdua dengan mu tenang malam sedang hangat di mansion ayah dan ibu. Jangan bilang ini dia orang nya." Ujar Bee panjang kali lebar dengan nada menggoda. "Siapa pun dia kau tidak perlu tahu. Kau cukup mencari tahu tentang dirinya dan latar belakangnya. Serta kemana dia saat ini. Dia sudah beberapa hari tidak masuk kerja. Dan tidak ada kabar sama sekali darinya." Jelas Arka. "Nah! Nah! Nah! Benar kan? Dia adalah gadis yang buat kan mengusir mommy dan daddy tengah malam. Wah kau sungguh seorang anak yang durhaka Arka Ruiz. Tapi tida
"Joy? Yixin kemana?" tanya Arka pada salah satu managernya yang merupakan sahabatnya Yixin. Semenjak pulang dari rumah Arka waktu itu, Yixin tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Dia tidak masuk kantor tiga hari, termasuk hari ini. Tidak mungkin dia sakit kan? Arka cukup terganggu akan hal itu."Yixin? Dia-.." Joy yang tadinya ingin menjelaskan kemana pergi nya si makhluk ajaib bernama Tang Yixin itu, malah tidak meneruskan kalimatnya. Dia memandang Arka dengan pandangan penuh curiga. Seingat Joy, hubungan Arka tidak lah seharmonis itu sehingga Arka sampai bersusah payah menanyakn yixin di mana pada dirinya."Ada bos mencari si biang onar?" Tembaknya tanpa basa basi."Ehm! Dia kan adalah salah satu karyawab ku. Aku rasa bukan hal yang aneh bila aku menanyakan keadaannya." Jawab Arka gelagapan. Dia mau jawab apa lagi coba kalau bukan jawaban diplomatis seperti itu."Ooh.." Bukan nya melanjutkan kalimat nya yang tadi, Joya malah hanya ber- Oo ria saja, seolah sengaja menungg
Pandangan mereka beradu. Detak suara jantung saling menabuh di dalam dada mereka masing-masing seolah sedang berpacu satu dengan lainnya. "Aku lupa. Sepertinya aku lupa mematikan kompor." Ujar Yixin beralasan agar bisa kabur. Tapi tentunya Arka sudah tahu kalau itu tidak lebih dari sebuah alasan belaka. Lagian mana mungkin Yixin lupa mematikan kompor. Kalau itu benar maka sudah pasti terbakar rumah Arka sedari tadi. "Apa kau mau kabur?" Tanya Arka, menatap dalam mata Yixin. "Kabur? Kabur kemana? Aku tidak berniat kabur kemana pun. Lagi pula untuk apa aku kabur, sudah jelas pekerjaan ku masih banyak di sini." Ocehnya tidak tentu arah alias asal jawab saja. "Kalau kau memang benar tidak ingin kabur, kenapa kau buru-buru untuk pergi? Apa kau tidak nyaman duduk di atas pangkuan ku?" Tanya Arka penuh jebakan. Bagaimana mungkin ini bukan pertanyaan jebakan. Karena apapun jawaban yang Yixin berikan sudah pasti membuat nya salah. Jika dia katakan dia nyaman, maka apa kabar dunia. Nam
"Ayo buka mulut mu. Ini tidak mudah membuatnya. Aku harus mencuci beras berkali-kali, dan memasaknya sepenuh hati agar tidak gosong." Bak sudah berteman akrab, Yixin memerintah Arka sesukanya. Arka menuruti Yixin. Dia membuka mulutnya dan menerima suapan pertama yang Yixin arahakan ke mulut Arka. Tapi tentu saja bubur itu tidak bisa melewati kerongkongan Arka. Baru masuk ke dalam mulut saja, Arka langsung melepehnya karena terlalu panas. "Kau ingin membunuh ku?" Teriak Arka menyala sepanas bubur yang Yixin masukan ke dalam mulut Arka. "Tentu saja tidak. Kau saja yang bereaksi berlebihan tuan Arka Ruiz. Baru kena senggol bubur hangat saja lebaynya membumi dan melangit." Celoteh Yixin mengejek. Sebenarnya Yixin mengetahui kalau dirinya memang salah langsung memberikan suapan itu begitu saja. Hanya saja dia pikir Arka lah yang akan menghembus bubur itu sendiri, bukan langsung melahap saja. "Sudah-sudah. Aku ingin tidur. Kau pulang lah. Aku sudah tidak ingin makan lagi." Lagi da
"Menjauh dari ku." Perintah Arka, menghindari Yixin. Tapi bukan Tang Yixin nama nya kalau dia akan menuruti perintah seseorang begitu saja. Perintah ayahnya saja dia lawan, apatah lagi hanya perintah seorang Arka Ruiz.“Arka, kau harus mau dibantu. Aku tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Aku akan mencari handuk atau selimut untukmu. Kau harus mengeringkan badanmu dan beristirahat.” Kata Yixin dengan nada bersahabat.“Kau tidak perlu repot-repot. Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu tidur sebentar. Kau bisa pergi saja. Aku tidak butuh bantuanmu.” Jawab Arka dengan suara dingin.“Apa kau marah padaku? Aku tahu, semalam kau yang telah menyelamatkan ku. Meski kau juga yang telah menyebabkan aku terjatuh ke kolam. Aku tetap menganggap aku berhutang budi padamu. At least pada akhirnya, kau telah menyelamatkanku dari tenggelam di kolam renang. Dan ini, lihatlah baju ku! ini perbuatan mu juga kan> Sementara kau membiarkan diri mu kedinginan sepanjang malam.” Ucap Yixin dengan