Sudah sebulan ini Milla sibuk menyelesaikan bagian luar vila mencangkup perbaikan taman dan penataan halaman. Tidak jarang dia harus kepanasan dan terbakar matahari saat mengawasi para tukang bekerja. Sampai sejauh ini tidak ada bayangan Eddy di mana pun, seolah pria itu menghilang ditelan bumi. Milla sendiri merasa enggan untuk mencarinya di vila, entah mengapa walau dia penasaran ingin tahu dimana Eddy namun, dia merasa sungkan untuk terang-terangan mencarinya ke vila. Milla merasa Eddy seperti menghindarinya, kadang dia menepis perasaan itu dan berpikir mungkin itu hanyalah perasaannya saja. Namun, hingga sebulan waktu berlalu, gadis itu tidak lagi melihat Eddy di manapun, bahkan bayangannya juga tidak dilihatnya. Entah dimana Eddy sekarang. Apakah ada di vila atau sedang keluar, Milla benar-benar tidak tahu. "Jangan-jangan Dia benar-benar menghindari Aku," gumam Milla gelisah. Gadis itu tampak mondar mandir seperti orang linglung di taman, beruntung para tukang sedang sibuk h
Milla menengadahkan kepalanya ke atas langit untuk menahan agar air matanya tidak sampai jatuh. Dia membalikkan badannya membelakangi tukang taman dan berusaha mengembalikan emosinya agar tetap stabil seperti sedia kala. Panas sang Surya menerpa wajahnya, Milla memejamkan matanya untuk membendung air mata sekaligus menghindar dari rasa silau yang melandanya ketika dia menengadahkan wajah. "Apa yang Aku lakukan ini? Seharusnya Aku tidak boleh membiarkan perasaan yang tidak semestinya berkembang dengan subur," gumam Milla galau. Milla merasa anak sopir seperti dirinya sangat tidak layak mengharapkan cinta anak majikannya, walaupun banyak sekali dongeng dan novel yang menceritakan bagaimana seorang anak pembantu dan majikan saling jatuh cinta hingga menikah. Namun, kenyataannya tidaklah seindah itu. Seorang anak majikan tetap akan mencari calon yang sesuai untuk dirinya sendiri dengan melihat dari segi bobot, bibit, bebet nya seorang wanita. Milla benar-benar merasa sangat pesimis j
Eddy makan dengan lahap hingga kenyang. Dia benar-benar merasa kelaparan setelah sibuk memasang wallpaper. Dia melihat sekeliling dapur sambil berpikir wallpaper apa yang cocok untuk di tempel di dapur. Sebelumnya dia memikirkan kegemaran Milla akan rumput dan tanpa sadar memesan wallpaper dengan motif rumput yang menghijau. Sekarang dia jadi bingung di mana bagusnya wallpaper rumput itu dipasang? Satu-satunya tempat yang tepat adalah dapur. Kalau di pasang di ruang tamu jelas tidak akan cocok apalagi jika dipasang di dalam kamar. "Tapi kenapa juga Aku memilih wallpaper rumput hanya karena Milla menyukainya? Vila ini kan bukannya Dia yang akan menempati," gumam Eddy bingung. "Kecuali kalau Dia mau menikah denganku, mungkin saja rumah ini kami yang akan menempati dan tidak akan Aku jual, karena sepertinya Milla sangat menyukai vila ini," kata Eddy lagi sambil tersenyum mengusap dagunya. Eddy memang setengah hati dalam menawarkan vila warisan orang tuanya kepada pembeli. Sebab, e
"Apakah Aku sebaiknya menemui Eddy sekarang?" gumamnya sambil melamun. Dia duduk di kursi taman dengan berbagai macam pikiran yang tidak menentu. Satu sisi hatinya menyuruh untuk mengungkapkan saja apa yang menjadi kerisauan di hatinya kepada Eddy sedang di sisi lainnya mencegah untuk melakukan hal tersebut dengan alasan harga diri sebagai seorang wanita. Apalagi dia baru saja menceritakan pengalaman pahitnya bersama sang mantan pacar. Kalau saat ini dia mengaku jatuh cinta pada Eddy, pria itu pasti akan menganggapnya aneh dan terlalu cepat jatuh cinta. "Apa yang harus Aku lakukan?" gumam Milla sedih. Dia merasa dirinya tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian, apalagi saat melihat sikap Eddy cenderung menghindar darinya. Itu sungguh membuatnya merasa sangat tertekan daripada jika Eddy bersikap biasa saja ketika bertemu dengannya. Entah mengapa Milla jadi merasa bersalah kepada Eddy. Sementara Eddy yang kembali sibuk memasang wallpaper sedang berusaha memindahkan lemari hias y
Mereka saling pandang dan membisu, ada percikan cinta di sana, yang membuat keduanya sama-sama salah tingkah dan malu .... Milla merasa canggung ketika menyadari Eddy sedang bertelanjang dada. Baru kali ini Milla melihat Eddy dalam kondisi bertelanjang dada dan memamerkan tubuhnya yang padat berisi di tempat yang tepat dilengkapi dengan perutnya yang sixpack. Eddy sendiri seolah tidak menyadari pandangan Milla terhadap dirinya. Buatnya apa yang dia tampilkan saat ini bukanlah suatu hal yang vulgar. Bukankah di kolam renang malah lebih parah dari ini? Jadi dia sama sekali tidak menyadari dari mana datangnya rasa gugup gadis yang saat ini ada di hadapannya. "Ada apa, Milla?" tanya Eddy tanpa sadar terdengar memanjakan. "Kamu ... mengapa Kamu tidak memakai baju?" tanya Milla dengan pipi bersemu merah dan malu-malu. Milla merasa ingin menampar wajahnya sendiri, karena menanyakan hal yang seharusnya tidak dia tanyakan. Eddy pasti akan menggodanya habis-habisan gara-gara pertanyaann
Milla mengangkat wajahnya menatap ke arah belakang Eddy, melalui sudut matanya dia memindai ruangan itu kalau-kalau ada seseorang yang sedang bersembunyi di sana. Lalu dia menatap pemuda di hadapannya itu dengan ragu. Mengapa Milla merasa seperti ada yang disembunyikan oleh Eddy darinya? Mengapa kalau biasanya dia langsung dipersilakan untuk masuk ke dalam sekarang malah seperti dihalang-halangi? Kalau memang tidak ada yang disembunyikan oleh Eddy lalu apa alasannya bersikap seperti ini? Apakah karena dia telah mengetahui kalau dirinya telah jatuh cinta kepadanya? Milla memikirkan semua kemungkinan yang bisa dia pikirkan namun, tidak juga menemukan jawabannya. Kemudian gadis itu menggigit bibirnya erat sampai pada keputusan sepertinya dia memang harus mundur dari proyek ini .... Milla menghela napas berat, gadis itu meminta maaf kepada almarhumah sahabatnya karena tidak dapat membantunya mempertahankan vila ini. Tadinya dia berpikir dengan membantu merenovasi vila, pelan-p
"Oh, maaf," kata Eddy dengan cepat menggeser tubuhnya Di dalam hati dia merasa deg-degan dan takut kalau-kalau gadis di hadapannya ini akan marah dan merajuk jika melihat dia sudah memasang wallpaper duluan tanpa merundingkan terlebih dahulu dengannya. Milla merasa lega ketika melihat Eddy telah menggeser tubuhnya dan tanpa ba-bi-bu lagi dia langsung masuk ke dalam vila tersebut. Namun, apa yang dilihatnya di dalam rumah saat ini sungguh membuatnya heran dan terkejut. Milla tertegun ketika masuk ke dalam vila dan melihat bagian dalam vila yang berantakan, semua perabotan telah bergeser dari tempatnya. Dia berbalik menatap Eddy seolah bertanya, apa yang sedang terjadi di sini? Yang ditatap hanya menggaruk kepalanya malu-malu. "Maaf ini berantakan sekali," kata Eddy jadi merasa tidak enak hati. Milla kembali berbalik dan memindai semua ruang keluarga membuat Eddy yang ada di belakangnya berdebar cemas dan tidak tahu harus berbuat apa. "A-Aku bisa menjelaskan kepadamu," kata Eddy
Eddy benar-benar tidak mengerti apa yang saat ini sedang dibicarakan oleh Milla dan mengapa gadis berambut panjang ini bersikap sangat over dalam menghadapi masalah ini. Eddy tahu Milla akan marah ketika melihat dirinya telah memasang wallpaper tanpa merundingkan terlebih dahulu dengannya namun, Eddy sama sekali tidak menyangka jika hal tersebut akan membuat gadis itu merasa terpukul hingga hampir menangis. "Apakah tidak apa jika kita berbicara di dapur? Setidaknya di sana tidak seberantakan di sini," kata Eddy dengan tatapan memohon pengertian Milla "Oke," kata Milla sambil mengusap matanya dengan ujung baju lalu mengikuti Eddy menuju dapur dengan mata yang mengitari seluruh ruangan villa yang sangat berantakan. Semua perabot di ruangan keluarga itu bergeser tidak lagi pada tempatnya, Milla melihat sepertinya Eddy memasang kertas dinding di dalam vila seorang diri. Melihat bagaimana Eddy sangat berjuang untuk mengerjakan pekerjaan itu dia merasa sedih untuk dirinya sendiri. 'Me
Namun, semua itu berusaha ditepis olehnya karena rasanya tidak mungkin kalau salah satu di antara mereka mandul ... baik dirinya dan Eddy, mereka berdua benar-benar sehat dan bugar."Para tetua di keluarga suamiku mengatakan kalau kita kebanyakan melakukan hubungan suami istri kabarnya bisa membatalkan pembuahan," kata Nining seolah bisa membaca pikiran Milla."Ah! Benarkah?" tanya Milla membelalakkan matanya terkejut.Apakah dia lama tidak hamil karena dirinya dan Eddy terlalu banyak berhubungan? 'Jika benar seperti itu, Aku harus mengingatkan Eddy agar lebih menahan diri,' tekad Milla dalam hati.Mungkin mereka harus puasa selama beberapa hari dulu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Nining tidak tahu kalau informasi yang dia katakan kepada Milla itu pada akhirnya akan membuat Milla menyiksa suaminya sendiri dengan menyuruhnya menahan.Sikap Milla yang selalu menghindar ketika diajak berhubungan suami istri benar-benar membuat Eddy kacau.Semua orang di kantor terkena imbasnya t
"Tante?" potong Eddy bertanya heran.Dia cemberut mengingat Sinta. Apakah wanita itu yang melaporkan dirinya dan Milla?"Iya, Dia mengaku sebagai Tante dari Nona Milla, Dia bilang Dia adik dari papanya Nona Milla.""Ck! Wanita itu hampir ditangkap polisi karena mengaku-ngaku sebagai kerabat istriku sementara istriku sama sekali tidak mengenalnya dan Dia juga tidak memilki bukti yang menunjukkan kalau Dia benar-benar adik dari almarhum papa mertuaku.""Jadi Dia penipu?" "Iya, istriku tinggal di sini sejak lahir dan orang yang mengaku kerabat itu sama sekali tidak pernah muncul bahkan di hari pemakaman kedua orang tua istriku ... Entah apa ide yang ada di dalam pikiran wanita itu hingga tiba-tiba datang ke sini dan mengaku sebagai Tante istriku.""Maaf, Kami benar-benar tidak tahu kalau wanita itu adalah seorang penipu.""Tidak apa, Aku dan istriku memang baru saja menikah dan belum sempat membuat acara pesta ... kejadian ini mengingatkan kami untuk segera menggelar acara pesta agar ti
"Maaf ini hanya kesalahpahaman semata, kami mengakui orang yang salah ... kami akan pergi dari sini sekarang juga," katanya sambil memegang tangan Sinta dan Leni, bersiap untuk berlalu dari tempat itu."Apakah anda ingin meneruskan kasus ini?" tanya polisi kepada Eddy."Kalau mereka tetap bersikeras, Aku akan meneruskan masalah ini hingga ke meja hijau," kata Eddy mendominasi."Tidak! ... kami tidak akan lama-lama di sini, sekarang juga kami akan pamit," kata Romy tegas. "Jaga dirimu baik-baik," katanya lagi kepada Milla.Eddy dan Milla hanya memutar bola matanya bosan. Apakah sudah tidak terlambat untuk mengkhawatirkan Milla? Kemana saja mereka selama ini?"Jangan mengkhawatirkan istriku, Aku lebih tau cara menjaganya ketimbang orang-orang yang mengaku sebagai kerabatnya seperti kalian!" kata Eddy sinis.Romy mengakui kebenaran kata-kata Eddy, tanpa banyak kata dia meninggalkan tempat tersebut dengan membawa istri dan anaknya di kedua tangannya."Apakah ada yang lain yang bisa kami
"Ck! Sepertinya mereka tidak akan mau pergi secara sukarela," kata Eddy kepada Milla tidak bisa menyembunyikan nada sinis dalam suaranya."Sepertinya begitu, apakah Kamu punya ide?" tanya Milla serius."Aku akan menelepon polisi untuk mengeluarkan mereka dari sini."Eddy mengambil ponselnya dari kantong."Stop! Jangan menelepon polisi, kami akan keluar sekarang juga," kata Romy berusaha mencegah Eddy menghubungi polisi.Jika Meraka sampai di usir dengan menggunakan aparat itu pasti akan sangat memalukan sekali.Walaupun dirinya hanya pengusaha kecil tapi ini semua menyangkut nama baiknya, apa kata klien dan koleganya jika dia bersama keluarganya sampai diusir dengan tidak hormat dari vila keponakannya sendiri?"Pa!"Sinta dan Leni memprotes kata-kata Romy dengan nada tidak puas."Apa? Apa kalian ingin diangkut oleh pihak kepolisian karena tidak mau keluar dari sini?" tanya Romy melotot kesal."Dia tidak akan berani, itu hanya ancaman, bagaimanapun Aku tante kandungnya, apa kata tetang
Leni yang terlalu yakin pada kemampuannya sendiri sama sekali tidak menyadari kalau dia benar-benar tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk merebut Eddy dari Milla karena sepupunya itu tidak akan pernah membiarkan dia tinggal di vila miliknya.Eddy sendiri sebagai targetnya merasa sangat muak dan jijik mendapati tatapan Leni kepada dirinya. Selain Milla di mata Eddy semua perempuan tidak ada bedanya dengan laki-laki.Dia benar-benar tidak menyukai wanita yang mengaku sebagai sepupu istrinya ini."Milla sayang, bolehkah kami menginap di sini barang seminggu dua Minggu? Tante tahu Kamu tidak mengingat kami tapi siapa tahu dengan menginapnya kami di sini Kamu akan kembali mengingat kami," bujuk Sinta tanpa malu-malu.Eddy cemberut mendengar keluarga istrinya yang entah datang dari mana ini meminta tinggal di vila yang telah diberikannya kepada Milla.Dia menoleh ke arah istrinya untuk melihat keputusan apa yang akan diambil olehnya saat ini. Walaupun dirinya tidak menyukai keluarga
Milla dan Eddy kembali ke vila dan menemui orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Milla."Ah! Milla ... syukurlah Nak, Kamu sehat-sehat saja ...."Milla mengerutkan kening ketika wanita setengah baya yang datang ke rumahnya dengan penuh semangat memeluk dirinya.Eddy melepaskan Milla dari pelukan wanita tersebut dan membiarkannya berada di belakang dirinya."Siapa Kamu?" tanya Eddy tanpa membunyikan rasa tidak sukanya."Aku tantenya ... Milla ini Tante sayang, masa Kamu lupa sama Tante Sinta," kata wanita setengah baya itu dengan nada mengeluh sedih."Tante?" tanya Eddy sambil mengangkat sebelah alisnya.Eddy menoleh ke arah istrinya dan melihat Milla tampak tidak bergeming ataupun mengakui kalau dia mengenal wanita yang mengaku bernama Sinta tersebut."Iya, Aku adik Papa Milla ... lalu siapa Kamu?" tanya Sinta sambil menatap Eddy serius.Sinta merasa pria muda yang berbicara dengannya ini sepertinya bukan pria biasa-biasa saja. Auranya benar-benar membuat Sinta harus berpikir ber
Milla rasanya ingin memukul Eddy untuk keinginan yang tidak pernah ada habisnya itu. Namun, selalu saja dia menjadi luluh ketika suaminya mengeluh pusing jika tidak dapat melepaskan seluruh hasratnya kepada Milla. Beberapa jam kemudian pondok itu kembali dipenuhi suara-suara ambigu dari pergulatan musim semi Milla dan Eddy. Milla rasanya ingin pingsan saja dari pada terus merasakan kegembiraan suaminya yang tidak pernah ada puasnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu pondok, Milla mengambil kesempatan itu untuk melepaskan diri dari cengkraman suaminya. "Ada orang!" kata Milla sambil mendorong Eddy. "Biarkan!" kata Eddy tidak peduli dan meneruskan kegiatannya memegangi Milla. "Tidak! Bagaimana kalau itu penting? ... Ahh!" kata Milla terbata-bata di sela serangan Eddy pada titik-titik sensitifnya. "Bu Milla, Pak Eddy! Permisi ... apakah kalian ada di dalam? Di vila utama ada kerabat Bu Milla yang ingin bertemu!" kata tukang taman dari luar pondok. Eddy dan Milla menghenti
Tidak lama kemudian dari arah kamar mandi terdengar suara-suara yang membuat telinga siapapun memerah. Milla merasa hampir pingsan karena harus merasakan serangan suaminya dengan berbagai posisi yang membuat wajahnya memerah karena malu. Milla sampai ke puncak dengan tubuhnya yang bergetar hebat sementara Eddy masih dengan telaten membersihkannya. Malam ini terasa sangat melelahkan bagi Milla dan terasa sangat panjang karena suaminya sama sekali tidak ingin melepaskannya sedikitpun. Setelah dari kamar mandi, Eddy bukannya berhenti malah melanjutkan kembali kegiatan musim semi mereka di atas tempat tidur hingga membuat Milla mengeluh dan memprotes karena tidak tahan lagi terus menerus diombang ambingkan oleh suaminya. "Sudah cukup ...," keluh mila tanpa daya. "Sekali lagi ...." "Kamu pendusta!" kata Milla mengeratkan gigi grahamnya kesal karena Eddy terus berkata sekali lagi dan lagi. Eddy baru benar-benar melepaskan Milla setelah dirinya merasa puas. Dia menatap istrinya yang p
Milla yang kekurangan kasih sayang keluarga merasa hidupnya kini sangat penuh dan bahagia karena Eddy pria yang dicintainya, ternyata sangat mencintainya juga. Sekarang mereka telah menikah, salahkah jika Milla masih belum ingin berbagi kasih sayang suaminya dengan yang namanya anak? Sekalipun itu adalah anak kandungnya sendiri. Dia ingin ketika dia hamil dan melahirkan nanti, dirinya sudah benar-benar siap untuk menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya. Untuk saat ini dia hanya ingin menikmati kebersamaannya dengan Eddy tanpa gangguan siapa pun. Jika mereka memiliki anak, pasti perhatian dan kasih sayang mereka akan terpecah menjadi dua, antara pasangan dan anak-anak mereka. "Bolehkah jika Aku ingin menunda untuk memiliki anak?" tanya Milla kepada Eddy. "Mengapa?" tanya Eddy tidak mengerti. Bukankah setiap perempuan biasanya setelah menikah ingin cepat-cepat memiliki anak? Mengapa Milla malah ingin menundanya? Eddy benar-benar tidak mengerti mengapa istrinya ini ingi