PoV AldiDokter mulai mengoleskan seperti gel pada perut Silvi. Dan mulai memeriksa kandungannya menggunakan alat usg. Entah apa namanya aku tidak tahu.Sebagai suami aku di perbolehkan untuk masuk ke dalam ruangan. Dokter menjelaskan jika kandungan Silvi sudah masuk 5 minggu. Raut wajah Silvi tampak bahagia dan tersenyum mendengar penjelasan Dokter obygin itu. Sedangkan perasaanku kacau, mai bahagia tapi aku ragu dengan siapa Ayah biologis dari janin yang ia kandung. Jelas aku mengetahui kecurangan Silvi yang tidur dengan mantannya di hotel. Tapi mereka melakukan hubungan beberapa hari yang lalu, lantas bisa langsung hamil?Apa itu benar anakku, atau Silvi pernah berhubungan dengan mantannya yang tidak aku ketahui. Pertanyaan beragam berkecamuk di pikiranku.***"Lihat Mas, calon anak kita!" ujar Silvi sambil terus memegang foto hasil usg tadi. Dia sangat excited. Aku tahu dia sangat senang karena berhasil membuatku susah lepas darinya, setelah ini aku akan sulit menceraikan Silvi
PoV (3)"Aku istrimu Mas. Bukan pencuri!" ujar Silvi yang tidak terima dengan sindiran suaminya. Aldi mengatakan pencuri itu bertujuan pasti untuk ia dan keluarganya."Mas, tolong pikirkan lagi. Aku sedang mengandung anakmu! Harusnya kamu mengutamakan aku, bukannya Mbak Rania!" "Aldi bersikap lah yang adil pada kami. Kamu itu suaminya Silvi, tidak selayaknya kamu memperlakukan istri dan keluarga istrimu seperti ini. Lupakan dan maafkanlah kejadian yang telah lalu, sekarang kamu harus fokus pada rumah tanggamu," ujar Irma pada menantunya, meminta Aldi agar bijaksana dan bersikap adil."Keputusanku sudah bukat, tidak ada biaya yang akan aku berikan pada pernikahan untuk Nadia. Jika dia ingin menikah, persiapkanlah dana sendiri!" Aldi kemudian bangkit dan meninggalkan mereka."Ingin Mama tampar suamimu itu, apa dia sudah tak punya rasa sungkan pada mertua. Sehingga tidak bisa menghormati Mama!" geram Irma."Sil, Mama tidak terima dengan keputusan Aldi. Kamu harus bisa membujuknya. Kasi
PoV (3)Najwa mengulas senyum ketika saksi berkata sah setelah Aldi mengucapkan ijab kabul. Bu Laras dan Rania tersenyum bahagia."Akhirnya kamu sah menjadi istri, Aldi!" ucap Ella pada adiknya.Najwa tersipu malu dan mencium punggung tangan pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya. "Mas..! Aku tak menyetujui pernikahan kalian. Baru 1 tahun yang lalu kita berpisah, dan kamu secepat ini menikah lagi!" teriak Silvi.Ia berdiri di tengah-tengah keramaian, dan menjadi pusat perhatian para tamu undangan yang hadir di acara pernikahan mantan suaminya. "Kamu dan Aldi sudah resmi bercerai. mau dia cepat atau lambat menikah lagi, itu bukan urusanmu. Kalian tidak ada hubungan apapun!" ujar Ella. "Dasar licik, kamu kan mbak yang menjodohkan adikmu dengan Mas Aldi. Dari aku masih menjadi istri mas Aldi. Kamu yang sudah membuat mereka dekat, hingga Mas Aldi menceraikan aku!" tunjuk Silvi pada Ella."Mas Hanan, kamu kenapa tidak mencegah ini terjadi!" cecar Silvi pada Kakaknya. Namun Hanan ta
PoV (3)Perut Silvi sangat sakit dan terasa keram. Silvi merasa sangat takut.'Jangan sampai hal buruk terjadi pada kandunganku.' batinnya dan mengiggit bibir bawah menahan sakit yang hilang timbul dan semakin intens."Mama! Cepatlah cari pertolongan," Silvi merintih karena Irma masih sibuk memesan taksi online. Karena nomor Aldi tidak aktif. Mamanya sangat panik, dan kacau.Bu Laras dan Rania mendekat, mungkin ia juga mendengar rintihan Silvi yang menjerit kesakitan sedari tadi."Kenapa Sil?" tanya Rania ikut khawatir.'Ia ikut bertanya tentang kondisiku, dasar munafik. Padahal dia juga membenciku!' Silvi hanya bisa membatin dan memandang mereka sinis.Sakit tak tertahan lagi, perut Silvi amat terasa keram. Sepuluh kali lipat melebihi sakit menstruasi."Gimana Bu Irma, Aldi bisa di hubungi?" Bu Laras ikut bertanya."Aldi nomornya tidak aktif, sebentar lagi taksi online akan datang menjemput!" sahut Irma.**"Kami ikut!" pinta Rania. Ketika Silvi akan ke rumah sakit dengan sang Mama.
POV SilviDi saat aku sedang berbicara dengan Mama di kamarnya, kami mendengar suara deringan ponsel. Kurang ajar, ada yang berani menguping di kamar ini. "Untuk apa pisau?" bisikku."Kita habisi dia yang berani menguping!" jawab Mama."Mama jangan berbuat kriminal, aku gak berani!" aku bergidik ngeri mendengar rencana Mama. "Kamu jadi orang jangan pengecut! Kita harus tega dengan musuh!" ucap Mama padaku dengan suara yang penuh penekanan. Mama sendiri yang mengambil pisau itu di dalam tasnya. Aku tidak tahu jika mama selalu membawa pisau di tasnya. 'Mama seperti psikopat!' batinku.Pintu kamar mandi di buka Mama. Ternyata di dalam ada Mbak Rania yang sedang menguping pembicaraan kami. Mau apa dia, atau dia sudah curiga dengan kami. Cerdik juga dia, pasti mbak Rania sudah mendengar tentang keguguran yang sudah kualami kemarin. "O..Ow.. Ketahuan! Sedang apa kamu di sini Rania?" tanya Mama dengan suara penuh penekanan. Menakutkan, pasti mbak Rania sudah ketakutan dan gemetar sekaran
PoV AldiSudah habis kesabaranku. Kembali Silvi membuat berang, aku juga sudah curiga dengan kejadian kemarin. Ketika Silvi tak mau aku susul ke rumah sakit."Mbak Curiga dengan Silvi Kenapa dia tidak mau sama susul ke rumah sakit. Pasti ada yang ia sembunyikan darimu!" ujar Mbak Rania padaku, ketika Mama tidak lagi menghubungiku dan lebih memilih pulang sendiri.Padahal mereka kan selalu cari perhatian padaku, dan setelah pagi itu Mbak Rania sendiri yang menyelidiki tentang fakta yang disembunyikan oleh mereka. Benar saja Silvi sudah mengalami keguguran, janin yang ia kandung tidak terselamatkan. Sebenarnya aku juga cukup sedih dengan berita ini, jika memang benar janin itu adalah darah dagingku. Maka betapa kasihannya dia keluar sebelum waktunya. Tapi bagaimana lagi ini sudah sebuah takdir, yang tidak bisa kami elak.Mbak Rania mengirimkan rekaman video yang dengan suara Silvi dan Mamanya. Walaupun video itu tidak menyorot mereka dengan jelas, tetapi suara itu bisa cukup jelas aku
PoV SilviMobil Mas Aldi semakin menjauh dari pandanganku. Ia sudah menalakku dan proses perceraian sedang terjadi, hanya menjalani beberapa persidangan saja, aku akan resmi menjadi janda. Sungguh menyedihkan nasibku bukan? Kekayaan, hidup tanpa perlu kerja keras yang kuinginkan lenyap sudah, semua menguap begitu saja. Andai saja aku bisa bermain cerdik dan tidak ketahuan. Mungkin posisi ini yang akan di alami Mas Aldi beserta keluarganya.Aku memasuki rumah minimalis yang di sewakan oleh mas Aldi. Rumah yang tidak aku inginkan, sedangkan rumah orangtuaku saja sebelum di jual ada rumah yang cukup mewah. Tidak pernah aku tinggal di rumah yang kecil, hanya ada 2 kamar. "Nadia, itu kamar Mbak!" hardikku pada Nadia yang sedang menatap pakaiannya pada lemari yang sudah tersedia.Nadia menoleh, wajahnya berubah masam."Aku di kamar mana dong, Mbak? Kan cuma ada dua kamar, satu untuk mama!" ujarnya mendengkus kesal dan menghentikan aktivitas nya barusan."Kamu bisa tidur bersama mama, ka
Perusak: "Apa!" pekikku ketika mendengar jawaban dari mama.Ia membeli semua ini menggunakan perhiasan simpananku. Aku memang cukup mempunyai banyak perhiasan, yang selama ini aku beli dan koleksi ketika jadi istri Mas Aldi. Termasuk mas kawin yang dulu ia berikan.Mungkin perhiasan itu ada bernilai hingga 70 jutaan dan semua perhiasan itu tidak diminta lagi oleh Mas Aldi.Aku menyimpannya pada lemari, di dalam kotak perhiasan. Aku sama sekali tidak menyembunyikannya, karena tidak akan menyangka jika Mama akan mencurinya dariku. "Mama jual perhiasanku, tanpa meminta izin terlebih dahulu!" ujarku berusaha menahan amarah yang akan meledak. "Kenapa harus meminta izin padamu? Apa yang kamu miliki itu kan juga sama saja milik kita, ya kan Ma?" ujar Nadia dengan entengnya.Ingin aku remas aja mulut Nadia bicara ketika berbicara. Mereka sama sekali tidak merasa bersalah telah mencuri perhiasanku. "Benar Nadia! Kenapa kita harus meminta izin. Bukankah kamu selama ini tidak keberatan, jik
TamatNajwa dan Rania muncul. "Najwa!" ucap Silvi lirih membuat Aldi menoleh ke belakang. Sudah berdiri istri dan Kakaknya."Aku ingin membahas hal penting denganmu, bolehkah aku duduk?" tanya Silvi dan kemudian menatap Aldi.Karena sedari tadi ia berdiri tak di persilakan untuk duduk. Aldi seketika kesal dengan Sari karena membiarkan perempuan ini masuk ke dalam rumah. Aldi menunjuk sofa, dan Silvi duduk."Apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Najwa yang sudah duduk berdampingan dengan Aldi. Sedangkan Rania memilih duduk di sudut sofa tunggal dan ingin tahu ada urusan apa lagi, mantan istri Aldi datang."Pasti kamu sudah mengetahui, tentang di tangkap nya Mas Hanan oleh polisi."Najwa menghela nafas, ia kesal dengan Silvi pasti ingin meminta sesuatu hal padanya."Bisakah, kamu mencabut laporan agar Mas Hanan di bebaskan," pinta Silvi yang akhirnya mengatakan apa maksud tujuannya datang ke rumah itu."Aku tidak akan mencabut laporan itu. Maaf, Silvi. Jika itu yang kamu inginkan, leb
Bab 37Aldi baru saja keluar dari kamar mandi, dan tubuhnya hanya terbalut handuk berwarna putih, sebatas pinggang sampai lutut. Sedangkan Najwa bersiap untuk berbaring di ranjang, karena ia sudah mandi terlebih dahulu. Tubuhnya terasa letih, karena acara resepsi pernikahannya."Apakah, kamu akan langsung tidur?" tanya Aldi dan berbisik di telinga Najwa sambil merangkul tubuh perempuan yang sudah sah menjadi istrinya itu.Najwa tersipu malu, karena kini jarak mereka yang dekat, dan tubuhnya menempel pada Aldi karena di rangkul dari belakang."Mas, mau malam ini?" tanya Najwa polos. Karena ini pertama kalinya untuk Najwa. 'Apakah pertanyaanku, terdengar bodoh?' gumam Najwa membatin. Ia kemudian menatap Aldi yang justru tersenyum padanya."Jika kamu lelah, tidur saja sayang. Kita lakukan di malam yang lain," ujar Aldi dan beranjak menuju lemari untuk mengambil pakaian."Mas, jika kamu mau malam ini. Aku siap," jawab Najwa malu-malu. Karena ia tak enak jika menolak kewajibannya pada sa
PoV (3)Aldi mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas, hingga saksi berkata mereka sah menjadi suami istri sekarang.Najwa mencium punggung tangan pria yang sudah menjadi istrinya sekarang. Hari yang mereka berdua nantikan datang, dan kini tak ada lagi yang bisa membatalkan acara pernikahan ini. Rintangan itu sudah berhasil di lewati oleh Najwa dan Aldi hingga mereka, menjadi pasangan sah.Najwa tampak sangat cantik dengan kebaya pengantin berwarna putih yang ia kenakan dan riasan yang flawless membuat Aldi semakin terpana pada wanita yang kini menjadi istrinya. Raut wajah Najwa yang lembut dan senyumnya yang manis, sangat memikat Aldi dan selalu membuatnya candu.Aldi merasakan perbedaan yang besar, antara Najwa dan mantan istrinya yaitu Silvi.Silvi hanya penuh dengan keserakahan, dia juga tak mengerti kenapa bisa menikahi Silvi dulu. Betapa ia menyesali kebodohannya telah menikahi perempuan licik itu.Di antara tamu yang hadir, ada Silvi dan juga keluarganya turut hadir.
PoV (3)Silvi dengan berat hati mengizinkan Mama dan adiknya untuk kembali ke rumahnya. Karena Silvi masih merasakan sakit hati pada keluarganya, ketika ia ditinggalkan saat itu dan kini mereka kembali lagi ke rumahnya yang disewakan oleh Aldi.Karena Ella telah mengusir mereka, dan tidak mau menerima keluarga Hanan."Kenapa Nadia, kamu balik lagi ke rumah ini? Bukankah kamu sudah menikah dengan pria kaya seperti Reno. Apakah dia sudah mengusirmu dari rumah itu, di mana kesombongan-mu kemarin yang membanggakan suamimu!" ujar Silvi mencerca Nadia."Nadia bawa barang-barang kita, ke kamar," titah Bu Irma menyuruh Nadia membawa tas mereka ke dalam kamar, dan tidak menanggapi pertanyaan Silvi. "Hei, kenapa kamu tidak menjawabku. Kamu tinggal di sini, di rumahku! Jadi kamu harus menjawab pertanyaanku!" pekik Silvi. "Silvi kamu bisa diam, tidak? Dan tak usah banyak bertanya dengan Nadia. karena itu bukan urusanmu!" ucap Bu Irma yang membela putrinya. Silvi semakin kesal karena ibunya sel
PoV Najwa Aku yakin Mas Hanan membawa Silvi ke sini, pasti ada hal yang terjadi pada adik perempuannya itu. Silvi "Biang masalah." Itulah julukan yang tepat untuknya.Aku muak melihat wajah Mas Hanan. Dan ia juga sangat keras kepala, tidak mau mengakui kesalahannya padaku dan Mbak Ella.Padahal apa yang ia perbuat padaku tadi, sangat fatal dan bisa mengancam nyawa kami di rumah ini. Dia seorang pria pengecut yang berani menganiaya perempuan, yang secara fisik lebih lemah dan kalah tenaga darinyaDi tambah tadi sebelumnya. Dengan kedatangan mertua Mbak Ella. Mereka ingin tinggal di rumah ini, setiap ada masalaha datang kemari. Memang ini rumah kos-kosan.Keluarga mereka memang selalu menyusahkan, harusnya diberi kemudahan kemarin, mereka syukuri cukup tidak berbuat ulah. Tapi ini seperti tidak pernah belajar dari sebuah kesalahan.Mbak Ella tidak terima dengan mertuanya yang datang, dan ingin menepati rumah ini. Ditambah lagi dengan perdebatan masalah dengan kakakku. Bahkan Silvi men
PoV Silvi"Kenapa denganmu, kenapa kamu masih saja kusut. Bahkan lebih kacau dari penampilan tadi sore?" Najwa bertanya padaku.Perempuan satu ini, selalu ingin tahu. Jika dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, pasti dia akan bersorak senang karena aku mengalami musibah. "Apalagi ini Mas, Kenapa kamu membawa Silvi datang ke rumah ini. Semua keluargamu berkumpul di sini! Apakah mereka akan tinggal di rumahku?" ucap Mbak Ella bertanya dengan nada yang sengit. Kenapa Mbak Ella sangat sinis, wanita ini mentang-mentang Kakakku tinggal di rumahnya dia seperti tidak mempunyai sopan pada suaminya sendiri, ketika bertanya. "Ella, kamu jangan banyak bertanya. Dekarang bantu Silvi, pinjamkan dia pakaian Najwa!" titah Mas Hanan. "Aku tidak akan diam saja, ketika kamu membawa keluargamu datang kemari. Apakah kamu akan mengajak mereka tinggal di sini, jawab Mas!" hardiknya.Ingin aku menampar mulut Mbak Ella."Adikku mengalami musibah, dan kamu sama sekali tidak mempunyai rasa empati untuk menol
PoV SilviMas Aldi sama sekali tidak menaruh rasa kasihan padaku. Setelah mendapatkan pukulan dan di hajar oleh Reni. Aku berlari keluar kantor. Bingung mau pergi kemana, karena aku juga di pecat hari ini. Bertubi-tubi kesialan yang aku alami. Sekarang posisiku serba salah, dan sangat menderita. Tak ada kerjaan, seorang janda yang di permainkan oleh pria seperti Heru.Aku menaruh harapan besar padanya. Jika gagal mendekati Mas Aldi kembali, bisa meminta untuk di nikahi olehnya. Aku pikir dengan menyerahkan tubuh ini dan semua kemauan Heru. Bisa membuatku, memisahkan ia dengan Reni.Akan tetapi dugaan-ku salah. Dan inilah akibatnya, semua orang akan tahu perbuatanku. Sungguh, aku malu di buatnya. Mas Aldi bisa membantu, aku pikir dia akan memberi uluran tangan karena kasihan padaku. Bagaimana pun kami pernah bersama dan saling menyukai.Tapi yang kudapatkan sama saja. Mas Aldi hanya menambah luka di hati ini, ia tak peduli padaku. Bahkan dengan penampilan yang sudah kusut ini, tak c
PoV Najwa Ella, apa kamu budek!? Cepat buka pintu!" terdengar suara perempuan berteriak memanggil nama Mbak Ella.Aku sangat kenal dengan suara itu. Bukankah itu suara Mama mertua, Mbak Ella. Yaitu Tante Irma.Pintu di buka, benar dugaanku Tante Irma yang datang. "Kamu ngapain aja, sengaja lama buka pintu!" hardiknya pada Kakakku. Tante Irma memang seperti itu. Dia kasar jika bicara dan sama dengan anak-anaknya."Tau tuh, lelet banget kayak siput!" timpal Nadia putrinya."Ada apa, Mama datang kemari? kenapa membawa koper dan juga tas?" tanya Mbak Ella. Mereka membawa 2 koper dan juga 3 tas. Seperti orang mau pindahan saja. "Heh Najwa, bawa itu koper dan tas!" titah tante Irma mengabaikan pertanyaan menantunya.Tante Irma masuk ke dalam rumah dan menabrak bahu Mbak Ella ketika ia akan masuk.Aku tidak suka dengan sikap mereka. Biarkan saja koper itu ada di sana. Mereka datang kemari. Bukankah putrinya Nadia satu bulan yang lalu sudah menikah, harusnya dia tinggal di rumah suamin
PoV Najwa (2)Mas Hanan melepaskan tangannya pada leherku. Mbak Ella menghantam kedua kalinya kepala Mas Hanan dengan keras. Hingga ia meringis kesakitan dan menjerit.Mas Hanan memegangi kepalanya. Kini sasaran berpindah. Mbak Ella menghantam kan teflon pada tubuh mas Hanan berkali-kali tanpa ampun.Kali ini terlihat jelas Kakakku sangat murka dengan suaminya. Aku mengusap leherku. Terasa sakit, dan tercekat. Cekikan Mas Hanan kuat, seakan ingin membunuhku saat tadi juga. Aku tidak menyangka, Kakak iparku tega melakukan hal yang keji demi adiknya. Mas Hanan memang akan melakukan apa saja untuk keluarganya. Sekalipun membahayakan dan mengorbankan orang lain."Aku yang akan menghabisi kamu, beraninya kamu main tangan dan mencekik adikku!" teriak Mbak Ella dengan amarah yang meluap. "Berhenti, La! Sakit badanku!" pinta Mas Hanan. Namun Mbak Ella tak menggubris terus melakukan aksinya."Tak ada ampun bagimu! Rasakan ini!" Mbak Ella terus memumul suaminya menggunakan teflon itu, berul