Home / Romansa / Ternyata Bosku Mantanku / Bab 92. Rencana Jahat Semakin Dekat

Share

Bab 92. Rencana Jahat Semakin Dekat

Author: SecretAK
last update Last Updated: 2025-03-09 01:22:01

“Papa datang! Yeay, Papa datang!” Bima melompat-lompat riang gembira melihat Bara datang. Tampak jelas bocah laki-laki itu menunjukkan kebahagiaannya. Detik itu juga, dia langsung menghamburkan tubuhnya ke dalam dekapan Bara.

Bara tersenyum, mendapatkan pelukan dari putra kecilnya. Pria tampan itu tidak hanya tersenyum biasa, tetapi juga menatap hangat putra kecilnya yang begitu terlihat menantikan kedatangannya.

“Bagaimana harimu, Boy?” tanya Bara yang kini sudah menggendong Bima. Pria itu menghujani putranya dengan kecupan bertubi-tubi—akibat gemas pada putra kecilnya itu.

Bima terkikik geli di kala mendapatkan kecupan bertubi-tubi dari Bara. “Bima baik, Papa. Tadi baru aja Bima cerita ke Mbok Inem, kalau Bima kangen sekali sama Mama dan Papa. Sekarang Bima lihat Mama pulang sama Papa. Bima senang sekali.”

Bara membelai rambut Bima, memeluk putranya dengan penuh kasih sayang. “Bima suka kalau Papa ke sini setiap hari?” tanyanya hangat.

Bima menatap Bara dengan riang. “Bima maun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 93. Bima Diculik

    Bintang tampak sibuk memeriksa laporan yang akan dia berikan pada Bara. Wanta cantik itu bermaksud ingin menyelesaikan laporan tadi pagi, tetapi karena mengantar Bima membuatnya jadi sedikit terlambat dalam menyelesaikan laporan. Namun, dia tak menyesal akan hal itu. Sebab baginya kebahagiaan Bima adalah yang utama. “Bintang,” panggil Wilona seraya melangkah terburu-buru, menghampiri Bintang. Bintang mengalihkan pandangannya, menatap Wilona yang menghampirinya sambil membawa tas. “Kamu mau ke mana, Wilona?” tanyanya penasaran ingin tahu. Wilona mendesah panjang, tampak sedih. “Bintang, hari ini aku izin pulang cepat. Ada keluarga dari papaku yang meninggal. Aku duluan, ya?” Bintang terkejut. “Ya Tuhan! Aku turut berduka, Wilona.” Wilona tersenyum. “Makasih, Bintang. Aku pergi dulu.” “Hati-hati di jalan, Wilona. Salamkan untuk keluargamu,” kata Bintang yang turut prihatin. Wilona mengangguk, dan tetap tersenyum. “Terima kasih. Salamkan aku untuk Bima. Tadi, rencananya aku ingin

    Last Updated : 2025-03-09
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 94. Wanita Jahat 

    Bintang berkutat di MacBook, fokus pada laporan yang sedang dia buat. Wanita cantik itu ingin cepat dalam menyelesaikan laporannya. Itu yang membuatnya fokus, dan tak memikirkan apa pun. Meski dia bekerja di perusahaan milik Bara, tetap saja dia harus bertanggung jawab. “Ah, lelah sekali,” gumam Bintang seraya merenggangkan kedua tangannya. Bintang melirik jam yang ada di atas nakas, menatap waktu menunjukkan pukul dua siang. Dia yakin putranya sudah pulang, karena sebelum Bara pergi pria itu mengatakan akan meminta sopir untuk menjemput Bima. “Aku telepon Mbok Inem saja,” gumam Bintang lagi di kala memiliki ide untuk menghubungi pelayannya. Detik itu juga, dia meraih ponselnya yang ada di atas meja, dan bermaksud mencari nomor Mbok Inem di kontak ponselnya, tetapi belum juga dia menemukan nomor Mbok Inem, dia mendapatkan panggilan telepon dari nomor yang tak dikenal. Bintang mengerutkan keningnya, menatap bingung nomor telepon yang tak dikenal menghubunginya. Dia memutuskan menol

    Last Updated : 2025-03-13
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 95. Pergilah Kamu dan Anakmu ke Neraka!

    Bara melangkah keluar meninggalkan restoran, dan menuju halaman parkir. Pria tampan itu baru saja bertemu dengan teman lamanya. Tepat di kala dirinya sudah di dekat mobilnya, dia segera masuk ke dalam mobil, dan bemaksud menghidupkan mesin mobil. Namun, belum sampai dia menghidupkan mesin mobil, tiba-tiba saja terdengar dering ponsel masuk. Bara mengalihkan pandangannya, menatap ke layar tertera nomor Andi. Keningnya mengerut melihat asistennya menghubunginya. Padahal asistennya itu tahu jadwalnya, dan dia juga akan segera kembali ke kantor, tapi jika asistennya sudah menghubunginya, maka pasti ada hal penting yang ingin asistennya itu katakan. Detik itu, tanpa menunda dia menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan. “Ada apa, Andi?” tanya Bara kala panggilan terhubung. “Pak! Kita ada masalah!” seru Andi panik dari seberang sana. Bara tampak bingung. “Masalah apa yang kamu maksud, Andi?” “Pak, saya baru saja mendapatkan laporan sopir yang menjemput Bima dicelakai orang,” jawa

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 96. Misi Penyelamatan

    Bara melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Emosi semakin melanda dirinya di kala Bintang tak menjawab panggilan teleponnya. Berkali-kali dia mencoba menghubungi Bintang, tapi hasilnya nihil. Wanita itu tak kunjung menjawab, dan entah ke mana. Padahal dijam seperti ini Bintang masih ada di kantor. Bara memutuskan menghubungi Lina. Tidak ada jalan lain selain meminta Lina untuk menemui Bintang. Dia masih dalam perjalanan, membutuhkan waktu untuk bertemu dengan Bintang. Sementara pikirannya benar-benar sedang kacau. “Selamat sore, Pak Bara,” sapa Lina lebih dulu dari seberang sana. “Lina, tolong kamu lihat Bintang di mejanya. Saya ingin bicara sama Bintang, tapi dia tidak menjawab telepon saya!” jawab Bara tegas, dan menekankan. “B-baik, Pak. Saya akan ke meja Bintang,” balas Lina gugup, dan terdengar berjalan cepat, sesuai perintah Bintang. Beberapa menit berlalu … “Pak, Bintang tidak ada di meja kerjanya,” lapor Lina dari seberang sana. Kening Bara mengerut dalam. “Tidak ad

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 97. Pengorbanan Bintang 

    Bintang terbatuk-batuk di kala asap yang timbul dari api semakin menyeruak. Napasnya mulai terengah-engah menunjukkan dirinya hampir kehabisan napas. Dia mencoba sekuat mungkin untuk berontak, tetapi Della semakin menjambaknya dengan keras. “Kamu harus mati, Bintang! Aku nggak akan biarin Bara dapetin wanita rendah seperti kamu!” seru Della menggebu-gebu. Kemarahan di dalam diri wanita paruh baya itu, membuatnya menahan asap yang mulai masuk ke tenggorokan. Dia ingin menyiksa Bintang sebelum tubuh Bintang hangus terbakar. Bintang terus terbatuk-batuk di kala asap semakin menusuknya. “K-kamu pikir Bara hanya akan diam saja? Kamu salah besar! Bara akan datang menyelamatkanku dan Bima. A-aku tahu kejahatan nggak akan pernah menang!” jawabnya susah payah. Della tampak emosi mendengar jawaban dari Bintang. Detik itu juga, wanita paruh baya itu menyeret Bintang keluar dari ruangan, membawa Bintang ke pinggir tangga. Posisi ruangan Bintang berada di lantai dua, membuat ide muncul di kepal

    Last Updated : 2025-03-15
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 98. Menyelamatkan Wanita yang Berarti di Hidup Bara 

    “Mama! Mama! Papa! Papa! Bima takut,” teriak Bima menangis di kala api memenuhi ruangan di mana bocah laki-laki itu. Dia menangis kencang, dan membuat Nadia yang masih berada di sana tertawa melihatnya menangis. “Kematian akan segera datang menjemputmu, Anak Sialan!” Nadia menyeringai di sela-sela tawanya. Dia melirik sekilas api semakin membesar, membuat dirinya puas, karena rencananya sebentar lagi akan berhasil. Bima menyeka air mata dan terbatuk. “Nenek lampir! Wanita jahat! Papa dan Mama akan datang jemput Bima! Lihat saja!” Nadia terus tertawa sinis. “Kamu sebentar lagi akan mati, Bodoh! Papamu ataupun Mamamu nggak akan bisa nyelametin kamu!” “Selama aku masih hidup di dunia ini, tidak akan pernah aku biarkan siapa pun melukai cucuku!” gelegar Galih memasuki ruangan yang sudah terbakar. Asap mengepul membuatnya cukup sesak, tapi dia menguatkan diri demi menyelamatkan cucunya. Nadia mengalihkan pandangannya, terkejut melihat Galih. “O-om Galih?” “Grandpa! Grandpa datang pas

    Last Updated : 2025-03-15
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 99. Mama Tidak Akan Meninggalkan Bima 

    “Mama!” Bima yang ada digendongan Galih memekik terkejut melihat Bara berhasil keluar dari gudang seraya menggendong Bintang. Bocah laki-laki itu gembira, tetapi seketika kegembirannya lenyap melihat ibunya bersimbah darah. “Mama, kenapa?” Tangis Bima pecah melihat Bintang tak sadarkan diri. Apalagi banyak darah di tubuh Bintang, membuat bocah laki-laki itu dilanda ketakutan hebat. Bara semakin dekat, dan petugas medis segera membantu Bintang berbaring di brankar. Pun detik itu Galih yang menggendong Bima, mendekat menghampiri Bintang. “Pak, kita harus bawa pasien ke rumah sakit. Luka yang diderita pasien cukup berat,” kata sang petugas medis pada Bara. “Mama! Mama bangun!” Bima meraung meminta Bintang untuk segera membuka mata. “Bima, mamamu baik-baik saja,” ucap Galih menenangkan cucunya. Bima menangis keras. “Mama nggak buka mata. Mama sakit. Mama banyak keluarin darah. Bima nggak mau kehilangan Mama.” Bara meneteskan air mata melihat Bima menangis. Pria itu benar-benar mera

    Last Updated : 2025-03-16
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 100. Berpisah Akan Jauh Lebih Baik 

    Bara sudah cukup lega melihat kedatangan Mbok Inem yang dijemput oleh Andi. Paling tidak, ada yang membantunya untuk menjaga Bima dan menenangkan Bima. Selama ini Mbok Inem selalu menemani Bima. Itu yang membuatnya cukup lega, paling tidak hadirnya Mbok Inem bisa membuat Bima tak selalu berfokus pada keadaan Bintang. Bara kini berdiri di depan ruang rawat Bintang. Terdiam seraya memejamkan mata singkat. Pikirannya sangat kacau, tak sanggup untuk berpikir jernih. Dia ingin bertindak, tetapi pikirannya masih berantakan akibat mendengar ucapan sang dokter. “Pak Bara,” panggil Andi cepat seraya melangkah menghampiri Bara. Bara mengalihkan pandangannya, menatap Andi yang wajahnya babak belur mendekat ke arahnya. “Apa yang ingin kamu laporkan?” tanyanya sudah menduga akan ada yang dilaporkan oleh asisten pribadinya itu. Saat ini Bara hanya seorang diri saja di depan ruang rawat Bintang. Bima diajak Mbok Inem untuk ke kantin rumah sakit, karena Bima sejak tadi belum makan. Sementara ayah

    Last Updated : 2025-03-17

Latest chapter

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 108. Cinta Pantas Diberikan Kesempatan 

    Matahari menyinari bumi begitu terik dan indah. Cahayanya menembus sela-sela jendela. Bintang sudah terbangun di pagi hari, menatap ke arah jendela. Tubuhnya masih lemah di ranjang. Luka bakar yang dia derita cukup parah membuatnya masih belum bisa untuk pergi dari ruang rawatnya. “Bu, apa ibu ingin makan sesuatu?” tanya sang perawat yang kebetulan ada di sana. Sekitar lima menit lalu, Bara keluar untuk menjawab telepon. Sementara Bima dibawa oleh Mbok Inem berjemur di taman. Hanya ada perawat yang menemani Bintang, karena memang Bintang yang meminta Mbok Inem untuk membawa Bima berjemur di taman. Bintang menggelengkan kepalanya pelan. “Saya masih kenyang. Tadi sudah sarapan cukup banyak. Terima kasih sudah nawarin.” Tiba-tiba, pintu ruang rawat terbuka. Tatapan Bintang teralih pada Wilona yang ternyata datang. Ya, tentu dia sama sekali tak menyangka Wilona datang ke rumah sakit. Kejadian yang menimpa dirinya, membuatnya sempat hilang kontak dengan rekan kerja, karena kondisi pon

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 107. Hati Emas Bintang

    Bintang menatap Della yang kini meninggalkan ruang rawatnya dibantu oleh perawat yang sudah dipanggil. Permintaan maaf telah lolos di bibir Della. Sebuah perkataan yang tak pernah Bintang sangka akan dia dengar. Selama ini, dia sangat mengenal sifat ibu Bara itu, tetapi ternyata pada akhirnya ibu Bara menyadari kejahatan yang dilakukan. Bintang tak menaruh dendam sedikit pun pada Della. Bahkan meski dulu ibu Bara itu telah memisahkannya dengan Bara, tetap tidak membuat Bintang menaruh dendam. Kecewa ada, karena Bintang juga manusia biasa, tetapi untuk membenci, dia merasa sangat tidak pantas. Sebab, bagaimanapun ibu Bara hanya ingin yang terbaik untuk Bara. Alasan utama Bintang tak menaruh dendam, karena dulu dia menyadari akan posisinya. Bara bagaikan langit, sedangkan Bintang hanya bumi. Terlalu perbedaan yang sangat jauh. Oleh karena itu, dia berusaha mengerti bahwa memang Della menginginkan yang terbaik untuk Bara—meski dengan cara yang sangat salah. “Harusnya tadi kamu kasih t

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 106. Apakah Aku Layak di Dunia Ini?

    “Mbok, di mana Bima?” tanya Bintang pada Mbok Inem yang menyuapinya makan. Tadi, beberapa menit lalu perawat mengantarkan makanan. Itu yang membuat Bintang sekarang sedang makan siang. Namun, dia dibantu oleh Mbok Inem, karena kondisinya masih lemah. “Den Bima tadi ke mini market membeli ice cream bersama Pak Galih,” jawab Mbok Inem sopan memberi tahu. Dia begitu cekatan menjaga Bintang.Bintang menganggukkan kepalanya pelan. “Lalu, di mana Bara? Aku dari tadi nggak lihat dia. Apa dia bertemu Andi?” tanyanya ingin tahu. Sekitar sepuluh menit lalu, Bintang baru saja bangun tidur. Namun, di kala dia membuka mata hanya ada Mbok Inem yang ada di dekatnya. Bima tidak ada. Begitu juga dengan Bara yang tidak ada. “Tadi Pak Bara terima telepon, Bu. Tapi karena sampai sekarang Pak Bara belum kembali, mungkin Pak Bara menemui dokter,” jawab Mbok Inem sopan. Bintang menganggukkan kepalanya. “Bara selalu ketemu dokter. Dia selalu cemas sama keadaanku, Mbok. Padahal aku baik-baik aja. Mungkin

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 105. Rasa Kecewa Bercampur Kesal 

    Bara dan Bintang hanyut akan ciuman yang mereka ciptakan, sampai mereka benar-benar tak sadar bahwa Mario sejak tadi menatap mereka. Tentu adegan di mana Bara dan Bintang berciuman, telah membuat Mario tampak sangat hancur. Namun, meski tampak hancur, Mario nyatanya tetap diam tak bersuara sedikit pun. Perlahan, Mario memilih untuk meninggalkan tempat di mana dia berdiri. Pria berperawakan tampan itu menyadari bahwa dirinya hanya mengganggu Bara dan Bintang. Pergi adalah cara yang terbaik. Meski hatinya sekarang benar-benar kacau. “Pak Mario?” Andi yang kebetulan ada di depan ruang rawat Bintang, menyapa Mario. Mario menghentikan langkahnya, menatap Andi dengan tatapan tenang. “Saya ke sini ingin menjenguk Bintang. Saya baru saja mendapatkan kabar musibah yang dialami Bintang,” jawabnya dengan nada datar. Andi mengangguk sopan. “Baik, Pak. Kebetulan Bu Bintang sudah siuman. Bu Bintang sudah melewati masa kritisnya. Anda ingin bertemu dengan Bu Bintang sekarang?” tanyanya hati-hati

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 104. Selalu Jadi Bintang di Hati Bara 

    Bintang menatap hangat Bima yang kini terlelap di pelukan Mbok Inem. Putra kecilnya itu tadi sempat terlelap di pelukannya, tapi karena kondisi tubuhnya diperban menyulitkannya untuk memeluk erat tubuh Bima. Hal itu yang membuat Bima sekarang digendong oleh Mbok Inem. “Den Bima anak yang pintar dan kuat,” kata Mbok Inem seraya menimang tubuh Bima. Bintang tersenyum lembut. “Aku benar-benar beruntung memiliki putra yang pintar dan kuat seperti Bima, Mbok. Aku yakin di masa depan nanti Bima akan menjadi sosok pria yang hebat.” Mbok Inem mengangguk setuju. “Saya juga berpikir demikian, Bu. Perpaduan antara ibu dan Pak Bara sangat sempurna.” Bintang kembali tersenyum menanggapi ucapan Mbok Inem. “Bima tidur?” Bara masuk ke dalam ruang rawat Bintang, menatap Bima yang ada digendongan Mbok Inem. Senyuman di wajahnya terlukis, padahal tadi dia meminta Bima untuk menjaga Bintang, tapi malah putra kecilnya itu tertidur pulas. Mbok Inem mengangguk sopan. “Iya, Pak. Den Bima tidur.” Bara

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 103. Peringatan Tak Main-Main

    “Mama! Mama!” Bima berlari masuk ke dalam ruang rawat Bintang, dan langsung dibantu Bara duduk di ranhang Bintang, memeluk ibunya itu. Tampak jelas kebahagiaan di wajah bocah laki-laki itu kala memeluk ibunya. Bintang tersenyum sambil mengusap punggung Bima. “Anak Mama yang tampan, Mama kangen banget!” bisiknya lembut. Bima mengurai pelukan itu. “Bima juga kangen sekali sama Mama! Bima takut Mama tinggalin Bima.” Bintang membelai lembut pipi bulat Bima. “Mama nggak akan tinggalin Bima. Mama janji akan selalu temani Bima.” Bima mengangguk, tetapi sedikit muram. “Papa juga bilang kayak gitu. Papa bilang kalau Mama nggak akan mungkin tinggalin Bima. Soalnya Mama udah janji selalu temenin Bima. Tapi, kemarin Mama nggak sadar. Mama juga punya banyak luka. Jadi, Bima takut.” “Mama nggak apa-apa. Luka Mama akan segera sembuh,” jawab Bintang hangat. “Bu, saya senang sekali ibu sudah siuman.” Mbok Inem yang ada di sana mendekat, menatap hangat Bintang. Bintang mengalihkan pandangannya,

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 102. Janji Untuk Selalu Bersama 

    Perlahan mata Bintang mulai bergerak, dan pelupuk matanya terbuka secara pelan. Keningnya sedikit mengerut di kala cahaya lampu menyorot ke matanya. Suara hangat dan tenang menyerukan namanya begitu terdengar di indra pendengarannya. Hal tersebut membuatnya terpaku beberapa saat, menyadari yang memanggilnya adalah Bara. “B-Bara,” panggil Bintang dengan susah payah. Bara tersenyum haru melihat Bintang sudah membuka mata. “Terima kasih sudah membuka matamu, Bintang.” “A-aku d-di mana?” tanya Bintang lemah, seakan dirinya tak memiliki energi untuk bicara dengan Bara. “Tunggu sebentar. Aku panggilin dokter. Kamu jangan banyak gerak.” Bara mulai khawatir, dan memutuskan untuk menekan tombol darurat guna memanggil tim medis. Tak selang lama, dokter datang bersama dengan perawat. Sang dokter yang melihat Bintang sudah membuka mata, langsung segera memeriksa Bintang. Pun tentu Bara yang ada di sana—sedikit menjauh agar sang dokter bisa leluasa dalam memeriksa keadaan Bintang. Bara tampa

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 101. Bintang Kembali Sadar

    Bara menatap Galih yang melangkah menghampirinya. Pria tampan itu melihat jelas aura kemarahan di wajah sang ayah. Hal itu menandakan bahwa memang ada yang membuat ayahnya itu marah, dan tentu dia tahu akar permasalahan yang membuat ayahnya itu murka. “Pa,” sapa Bara kala Galih tiba di hadapannya. “Bagaimana keadaan Bintang?” tanya Galih yang langsung menanyakan Bintang. Bara terdiam sebentar, dan mengembuskan napas kasar. “Bintang masih belum siuman. Aku harap setelah ini Bintang bisa segera siuman. Terlalu banyak penderitaan yang Bintang alami, setelah dia siuman aku berjanji akan memperbaiki segala kekacauan ini.” Galih menatap dingin, dan tegas Bara. “Beri tahu Papa, kenapa kamu lebih menyelamatkan mamamu daripada Bintang? Apa Bintang yang meminta semua ini?” tanyanya yang sudah menduga, tetapi demi memastikan dia harus bertanya agar tak salah. Bara memejamkan mata singkat, mendengar pertanyaan ayahnya. “Ya, ini semua atas permintaan Bintang. Saat gudang kebakaran, dia dan ma

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 100. Berpisah Akan Jauh Lebih Baik 

    Bara sudah cukup lega melihat kedatangan Mbok Inem yang dijemput oleh Andi. Paling tidak, ada yang membantunya untuk menjaga Bima dan menenangkan Bima. Selama ini Mbok Inem selalu menemani Bima. Itu yang membuatnya cukup lega, paling tidak hadirnya Mbok Inem bisa membuat Bima tak selalu berfokus pada keadaan Bintang. Bara kini berdiri di depan ruang rawat Bintang. Terdiam seraya memejamkan mata singkat. Pikirannya sangat kacau, tak sanggup untuk berpikir jernih. Dia ingin bertindak, tetapi pikirannya masih berantakan akibat mendengar ucapan sang dokter. “Pak Bara,” panggil Andi cepat seraya melangkah menghampiri Bara. Bara mengalihkan pandangannya, menatap Andi yang wajahnya babak belur mendekat ke arahnya. “Apa yang ingin kamu laporkan?” tanyanya sudah menduga akan ada yang dilaporkan oleh asisten pribadinya itu. Saat ini Bara hanya seorang diri saja di depan ruang rawat Bintang. Bima diajak Mbok Inem untuk ke kantin rumah sakit, karena Bima sejak tadi belum makan. Sementara ayah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status