Berhenti membunuh diri dengan kesedihan atas sesuatu yang tak dapat kita ubah, karena kita tak akan pernah mampu mengubah masa lalu apalagi melukis masa depan sesuai keinginan kita.💕💕💕"Suami? Jadi Li sudah menikah dengan Kak Fay, Bu?" tanya Liana kemudian."Ap-apa?" Ibu Liana melebarkan mata. Begitu juga dengan Ubed dan semua orang yang ada di kamarnya.Apa yang terjadi sebenarnya dengan Liana? Dia terlihat bingung melihat reaksi semua orang."Apa maksud kamu Li?" Ibunya bertanya heran.Liana menyipitkan mata hingga dua alisnya tertaut. Melihat pada sang ibu, lalu satu per satu orang dalam ruangan. Ia merasa asing pada beberapa objek yang ditangkap matanya."Kamu ingat Mas?" Indra mendekat meletakkan tangan ke dada."Apa maksud Mas Indra, tentu aja aku inget?" jawab Liana cepat.Indra mendesah lega. Artinya Liana tidak kehilangan ingatan tapi kenapa dia menyebut 'Kak Fay' sebagai suaminya."Oya, bagaimana dengan dia?" Kini Indra menunjuk pria yang mengenakan jas koko berkalung so
Tergesa-gesa dan sembrono dalam bertindak hanya menyulut kesengsaraan. Bersabarlah ... layaknya kuda tangguh yang mengantarkan para penunggangnya untuk meraih kemenangan, setelah berperang dengan amarah, kebodohan dan hawa nafsunya.💕💕💕Indra dan Gus Bed ke luar dari ruangan dokter, usai secara gamblang mendengarkan penjelasan mengenai kondisi Liana sekarang. Kakak lelaki Liana memelankan langkah lalu berhenti dan berbalik. Meminta perhatian pada adik ipar yang ada di belakang. Begitu Ubed berdiri menatapnya, Indra mulai bicara."Gus em ... tolong untuk sementara menjauh dulu dari Liana." Indra terpaksa mengucap hal sulit bagi Gus Bed demi nyawa sang adik."Apa?" tanya Ubed pelan, dengan tatapan ragu.Namun, menangkap ekspresi Indra yang begitu cemas, ia mulai berpikir. Pria yang mengenakan kemeja stelan levis itu pasti sangat khawatir. Mendekati Liana seolah sangat mengenalinya, bukan hal main-main yang bisa dicoba-coba sekarang. Lantaran kehidupan seseorang itu tengah terancam
Melihat kondisi tubuh Liana yang membaik dengan cepat, meski ingatannya belum kembali, dokter akhirnya mengizinkannya pulang. Dengan harapan rumah dan tempatnya biasa beraktivitas bisa membantu memulihkan ingatan."Kamu sudah siap, Li?" tanya sang ibu yang sudah membereskan semua pakaiannya."Iya, Bu!" seru Liana. "Tapi ke mana semua pakaianku, Bu? Kenapa semua pakaian ustazah kemarin?""Ehm? Maksudnya?""Kok jadi daster semua isinya? Sampe aku pake baju ini." Liana menunjuk gamis yang dipegang."Oh, itu ... karena kamu mendadak sakit, Li. Jadi ibu pinjam sekalian. Gak kepikiran ibu ngambil baju-bajumu." Ibu Liana bicara senatural mungkin. Ia tak mau Liana memaksa otaknya untuk berpikir dan mengingat semua."O ...." "Ya sudah. Pakai kerudungnya!" pinta sang ibu."Pakai kerudung? Ini?" Liana menenteng selembar khimar yang sudah disiapkan dengan dahi mengerut."Iya. Kamu harus nutup aurat kan?""Ha? Sejak kapan ibu minta aku nutup aurat?" Liana keheranan. Yang ia tahu selama ini, ibuny
Bencilah sesuatu sewajarnya, karena bisa jadi suatu saat Allah mentakdirkanmu dekat dengannya. Begitu sebaliknya cintai sesuatu sewajarnya karena bisa jadi kelak Allah akan menjauhkannya darimu ....💕💕💕Fay bergeming dengan ponsel yang menempel di pipi dan telinga. Waktu yang terjeda membuatnya bisa mendengar desah napas Liana yang sedikit terengah. Dari sana lelaki itu bisa tahu bahwa orang di ujung telepon tengah kelelahan."Kak?" Terdengar panggilan kemudian.Suara yang sangat ia rindukan sejak lama. Suara yang tak akan pernah ia lupa meski jarak dan waktu memisahkan raga.Fay mendesah pelan. "Maaf, Li." Ia ingat bagaimana sang mama menceritakan kondisi Liana dan bagaimana dua keluarga bicara serius. Fay harus terlibat. Mau atau tidak.Liana tersenyum. Akhirnya ia mendengar suara kekasih yang dirindukan. Seseorang yang pertama ia ingat kala membuka mata. Lantaran kenangan-kenangan indah bersamanya mendominasi memenuhi memori."Sibuk, ya? Ada masalah lagi dengan dosen killer?" c
Bagaimana engkau bisa menakar ketulusan seseorang dan mengharap kebaikan lebih darinya? Sementara kita tidak tahu isi hati orang lain.💕💕💕Liana menggedikkan bahu lepas kepergian Ubed. Ia beralih pada sang abah yang menghela napas panjang."Jadi ... apa dia bos Abah?" tanya Liana menyelidik. Ia perlu tahu tujuan pria itu memberi orang tuanya uang."Hem." Abah Liana menjawab singkat. Enggan menjawab pertanyaan Liana secara jelas."Pakailah uang itu!" lanjut abahnya sebelum akhirnya bangkit dan masuk ke rumah."Hem?" Liana jadi bingung. Tapi ia sudah sangat ingin membeli ponsel. Diambil kartu milik Ubed. Memperhatikan benda tersebut, sambil memikirkan hal tentang pria yang ia temui beberapa kali, bukan cuma di rumah sakit tapi sekarang juga bertemu di rumah."Yah jelas dia bos abah, mana mungkin jika tak ada hubungan bisa dengan mudah memberi ini. Lagi pula dia sudah beristri, tidak mungkin pamrih demi puteri abah yang cantik ini. Hihi." Liana tertawa sendiri.Ia menuju kamar dan ber
Ketika bingung, masalah menggunung dan kesedihanmu membumbung, ingat dan ucapkan LAILAHAILLALLAH.💕💕💕"Apa? Abah Liana?" Mata Ubed membulat terbelalak mendengar jawaban Raudah.Sang istri mengangguk mantap. Ubed geleng-geleng. Seratus persen ragu atas pernyataan Raudah. Bukan hanya ia sudah mengenal pria itu lama, tapi juga karena Raudah pernah mengkhianatinya.Kepercayaan pada wanita itu telah rusak. Sebagaimana cermin, yang dilukai hingga pecah. Jika pun disatukan tidak akan kembali seperti semula, hingga pantulan dari cermin tersebut tak sempurna.Mata Raudah sedikit menyipit, memperhatikan ekspresi Gus Bed. Lelaki itu tampaknya tak percaya."Gus tak percaya?" Dua alis Raudah terangkat. Bola matanya bergerak-gerak menunggu jawaban.Meski pernah berbuat curang dan mengecewakan sang suami, Raudah sudah berusaha keras menunjukkan rasa bersalah, menyesal dan memprlihatkan pada semua orang sikap tulusnya. Tidak bisa kah Gus memberinya kesempatan untuk dipercaya?Lagi pula pada siapa
"Masa lalu tidak akan bisa menyakitimu lagi, kecuali jika kamu mengizinkannya." 💕💕💕Petugas menatap punggung wanita aneh yang menjauh darinya. Wanita dengan gamis dan phasmina lebar yang tak rapi. Ia geleng-geleng. Di tempat orang-orang terpelajar seperti Universitas Mulawarman, masih saja ada orang dengan gelagat aneh yang menampakkan kebodohan.Liana pun pulang dengan tangan kosong. Meninggalkan ruang administrasi di mana semua orang bisa mendapat info. Sejak awal masuk ia sudah curiga. Penampakan kampus tak sama seperti kala kakinya menginjak terakhir kali.Di perjalanan sebelum mencapai motor, ponselnya berdering. Dalam sekejap ia merasa begitu bahagia lantaran nama Fay tertera di atas layar ponsel."Kak?" Senyum Liana mengembang."Assalamualaikum. Li." Suara berat Fay membuat dadanya berdebar-debar."Waalaikumsalam." Liana tersenyum meski belum terbiasa dengan salam yang Fay ucap."Aku ... ingin mengatakan sesuatu Li.""Ya, Kak? Apa itu?" Liana bertanya sambil berpikir mendug
"Li, walau bagaimana, kamu harus tau apa yang terjadi sekarang." Sang Ibu tak sabar untuk bercerita mengenai Alhesa. "Sebenarnya ...."Namun, baru akan memulai bercerita, ia mengurungkan. Lantaran puterinya memegangi kepala dan menekannya seolah menahan rasa sakit. "Li? Kamu ndak papa?" Ibu Liana panik. Tangannya menumpuk pada tangan Liana yang membuat kerudung wanita itu makin berantakan."Ehm. Ya, sudah istirahat lah." Dipegangi tubuh Liana, lalu dipapah menuju kamarnya.Begitu Liana sudah merasa nyaman dengan bantal yang tertata di atas ranjang, Ibu Liana pamit akan ke dapur mengambil minuman untuk sang puteri."Bu!" Liana meraih tangan wanita paruh baya itu. Sang ibu berbalik menatap Liana yang memandangnya dengan tatapan mengiba."Ya?""Apa amnesia ini bisa berlangsung untuk selamanya?" tanya Liana lemah. Ia ingin tahu masa lalunya, tapi terlalu takut menghadapi. Yang ada di pikrian sekarang hanya Fay.Bagaimana jika kenyataan yang terjadi menjadi jurang atas hubungannya dengan
Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind
“Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam
Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang
Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den
“anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me
Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky
Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek
“Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos
Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk