Gus Bed terlihat bahagia menjalani hari-hari. Wajah pria itu berbinar. Seolah telah ridha terhadap takdir yang dilalui.'Sangat ridho malah.' Liana membatin sewot dengan bibir sebelah naik. Ia mendecih. Senang melihat kekasihnya kembali ceria seperti dulu, tapi juga meninggalkan perasaan tak nyaman di hatinya. Lantaran ada jarak yang tak bisa dinarasikan ada di tengah mereka.Gus Bed tak juga menyentuhnya meski ia telah memberi banyak sinyal dan kode. Sampai sendrinya merasa jengah untuk menggoda dan meminta lebih dulu.Bisa jadi Gus Bed bahagia karena hubungannya dengan Raudah, meski mulut pria itu mengatakan hanya mencintainya.'Ah, siapa yang tahu kalau Gus juga mengatakan hal yang sama pada Raudah?'"Dasar laki-laki!" ceplos Liana kesal membayangkan yang tidak-tidak, memecah keheningan dalam kamarnya."Apa?!" Gus Bed sontak menoleh ke asal suara yang sempat menghentak hatinya."Ah?!" Liana pun terhenyak karena pertanyaan sang suami. Ia merasa tak memanggil. Namun, salah tingkah
Aku sangat marah pada Liana. Wanita yang begitu kucintai dan percaya telah berkhianat. Sekarang mengerti kenapa dia terlihat gugup setiap kali dekat Kang Fay. Rupanya rahasia besar disimpannya rapat-rapat.Aku benci pendusta! Sebagaimana membenci maksiat yang merusak diri seorang hamba. Siapa yang percaya pada seseorang setelah sekali saja dia berdusta? Semua kata-katanya hanya sampah.Lagi pula laki-laki mana yang bisa terima istrinya bekas disentuh pria lain? Selamanya akan membekas di otak. Aku tak akan bisa memaafkan. Maka kuambil keputusan sesuai saran Mbak Aishwa. Menikahi Raudah.Namun, belum juga pernikahan kedua terjadi Kang Fay datang. Pria tak tahu diri itu dengan entengnya mengatakan, bahwa Liana akan menderita jika dimadu.Entah di mana otaknya? Di sini aku lah yang menderita! Dan semua itu atas perbuatannya. Jika pun ada yang perlu disalahkan siapa yang membuat Liana menderita, adalah Kang Fay orangnya. Bukan aku yang mencari jalan terbaik, untuk mengatasi perasaan, jug
Begitu masuk kamar, tatapan langsung tertuju pada bayi mungil yang tengah bergerak-gerak sendiri. Rindu sekali rasanya."Apa Alhesa sudah siap?!" Aku berseru senang. Mengambil puteri kecil yang berada di atas ranjang. Kami tengah bersiap akan menghabiskan jatah malam Liana di rumah keluarganya.Sementara istriku saat kulirik, tampak melipat pakaian dari lemari ke dalam tas dengan wajah cantiknya tertekuk. Ada apa lagi dengannya? Sejak pernikahan keduaku dengan Raudah, Liana sering sekali ngambek begini. Padahal dulu jarang, nyaris tak pernah malah.Pasti karena Raudah.Tentu aku harus maklum, dia sering dilanda cemburu karena berbagi. Tapi, bukankah dia sendiri yang melarang menceraikan Raudah dulu?Wanita memang sulit dimengerti. Begini salah, begitu juga salah. Jadi seharusnya bagaimana? Bahkan untuk bertanya pun aku ragu. Takut salah bicara dan dia makin ngambek saja.Nanti saja lah, kalau ada kesempatan akan kutanya dengan obrolan santai."Uh, Sayang. Yuk, kita berangkat." Liana
"Huek!" Raudah urung mengambil bumbu dari tangan santri dan segera menutup mulutnya.Kepala sontak menoleh pada wanita ayu tersebut. Bukan hanya aku, tapi semua orang dalam dapur. Untuk beberapa waktu Raudah jadi pusat perhatian semua orang."Apa ... Mbak hamil?" tanyaku refleks. Ya, aku terkejut. Lebih sebulan Gus tak menyentuhku, dia juga bilang tak menyentuh Raudah. Namun, sekarang yang ada ... RAUDAH HAMIL!Bukan aku tak suka karena benci pada istri kedua suami dan kehamilannya, tapi pada kenyataan bahwa Gus membohongiku. Kupikir pria itu hanya perlu waktu untuk bisa menerimaku dan juga Raudah. Namun, aku salah ... Gus ternyata jijik padaku tapi tidak pada Raudah.'Oke. Sabar Li!' Aku berusaha menguasai diri. Tidak menurutkan prasangka buruk pada suami. Lebih baik bersabar sampai semuanya jelas. Bukankah bereaksi berlebihan pada sesuatu yang belum jelas kebenarannya adalah sangat kekanak-kanakan?Tak menjawab. Maduku melirik sekilas sebelum akhirnya bangkit dan setengah berlari
PRANK!Gelas kaca terjatuh hingga berserak menjadi banyak kepingan di lantai.Tanpa sengaja Fay menjatuhkan cangkir yang baru diletakkan mamanya di atas meja kerja. Arina refleks menoleh ke asal suara lantaran kaget. Setengah berlari ia melihat ke ruang kerja anaknya untuk memastikan."Em, maaf Ma! Aku gak sengaja." Ia segera berjongkok sebelum keduluan mamanya. Ekspresinya berubah kala serpihan kaca melukai tangan."Au." Fay meringis. Arina tersentak. Namun, bukan datang pada Fay, ia berlari ke sisi ruangan mengambil sapu."Hentikan itu Fay!" seru Arina yang telah membawa sapu. Wanita itu tak suka memanjakan anaknya karena sikap panik. Akan tetapi melakukan hal realistis yang lebih menolong. Karena jika dibiarkan berlama-lama, kaca itu bisa melukai Fay lagi atau dirinya sendiri.Fay sontak mundur menjauh. Dipegangi tengkuk. Entah, kenapa perasaannya jadi tak enak dan gelisah."Cucilah tanganmu dan beri obat," ucap Arina selagi membersihkan pecahan gelas di lantai.Fay berdiri dan m
"Ya Allah, Ukhty. Itu istrinya sampe bela-belain beli obat perangsang lho." Ustazah Tika, salah seorang rekan mengajar sekaligus sahabatku menunjuk gambar seorang wanita dengan perut buncit dalam ponselnya."Lho kenapa? Dia cantik kok." Jelas aku penasaran. Aku juga ingin hamil anak suamiku, tapi mana mungkin terjadi jika disentuh saja tidak."Iya, pengen hamil tapi suaminya gak nafsuan. Mungkin karena terlalu stres bekerja. Jadi mereka berinisiatif pakai obat perangsang," jawabnya."Suaminya ndak marah?""Ya ndak lah, kan kesepakatan berdua. Mungkin dia juga jengah, masa hamilin bininya aja ndak bisa. Laki-laki itu harga dirinya tinggi. Dan itu kelemahan mereka." Tika bicara lebih lanjut.Aku manggut-manggut saja mendengar penjelasannya. Andai Gus Bed begitu. Bisa diajak bicara memperbaiki hubungan kami yang hambar. Apa gunanya aku menggebu-gebu mencintai dan menginginkannya, tapi sikapnya sedingin es. Jangankan menyentuh, memandangku saja tidak.Aku tahu sejak awal dia mengatakan me
Namun, mataku melebar sempurna. Terhenyak kaget, ketika tangan kekar melingkar di perut."Dek Liana ... percaya lah, abang hanya mencintai Adek."Hatiku sakit. Dia menyebut nama Liana dan mengatakan secara blak-blakan perasaannya. Airmataku kembali jatuh. Kuabaikan semua itu. Mengikuti ritme yang Gus ciptakan kala menghadirkan kehangatan di antara kami. Gairah menggelora dan cinta memenuhi dada kami. Aku tak peduli jika cinta dalam hatinya hanya untuk Liana.Kami menjalani malam pertama tanpa kesadaran dari Gus Bed. Malam yang singkat baginya, karena usai mencapai puncak Gus kembali memejamkan mata. Menumpuk lelahnya dalam tidur. Ia bahkan tak sadar saat aku mengecupnya berkali-kali. Memeluknya erat-erat. Seakan aku tak akan melepasnya.Namun, meski begitu bagiku ini adalah malam yang panjang. Malam pertama kali pria yang kucintai menyentuhku dengan cara halal.________Sebulan telah berlalu ....Di acara tahunan pesantren, kami berkumpul mempersiapkan konsumsi di dapur. Meski badanku
"Aku ingin merujuknya." Gus Bed mengucap lemah di atas pembaringan."Rujuk?" Raudah melebarkan mata. Ia terkejut. Apa Gus telah menjatuhkan talak pada Liana?Pria yang tak berdaya di hadapan, mengiyakan dengan isyarat mata, yang lantas membuat Raudah mendesah kecewa."Gus tenang lah. Biar saya panggil dokter dulu." Wanita yang di wajahnya terlihat jejak air mata itu bangkit dan berlari ke luar memanggil petugas.Sementara Ubed kembali menatap langit-langit. Bersyukur, ketika membuka mata Allah masih memberinya napas. Ia masih diberi kesempatan untuk berbuat kebaikan. Ada rasa sesal yang mengganggu ruang hati. Menyesal kenapa lisannya bermudah-mudah mengucap cerai pada Liana? Emosi dan membuat keduanya mengalami kecelakaan.Menurutnya, ini hanya kesalahpahaman kecil. Ubed merasa terpojokkan dengan kalimat-kalimat tuduhan yang Liana tujukan padanya. Harga dirinya tersakiti. Belum lagi bisa menguasai diri, Liana kembali menyerangnya dengan permintaan cerai. Ubed pun secara impulsif men
Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind
“Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam
Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang
Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den
“anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me
Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky
Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek
“Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos
Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk