"Jadi kita pernah main sama Mbak Kalila? Kok aku ga ingat sama sekali." Fozee mengerutkan kening, berusaha keras mengingat masa lalu mereka."Tapi aku ingat semuanya," sahut Alhesa lemah. Tanpa menatap pada adik bungsunya.Ali sontak melirik dua saudara perempuannya, dari spion secara bergantian."Hem? Mbak Al juga ikut main?" timpal Fozee.Alhesa mengangguk. "Dua belas tahun itu bukan waktu yang lama," sambungnya lagi dengan nada dingin."Ya, kan abi dulu selalu bawa aku ketemu kalian. Cuma aku gak tau kalo umi kalian juga umiku." "Yah. Dan dia sangat beruntung nikah sama Bang Ghaza. Coba aja kalau dia bukan anak abi, pasti aku ada kesempatan minta dijodohin dengannya," ceplos Fozee polos, menghela napas panjang dengan menyandar kepala ke kursi.Ali tertawa geli mendengar ucapan konyol adik perempuannya. Dari mana dia bisa punya pikiran seperti itu. Namun, rasanya memang wajar kalau gadis-gadis langsung jatuh cinta begitu melihat Ghaza, Alhesa pun bahkan juga pasti merasakan itu. Me
Hari masih gelap. Belum lagi ada semburat jingga dari langit timur, yang manandakan matahari akan terbita. Usai sholat subuh, Kalila langsung pergi ke dapur. Ketika berjalan menyusuri lorong tengah, terdengar suara wirid yang dirapalkan dari kamar umi anissa, ibu mertuanya.Sampai di ruangan yang lumayan luas, untuk memasak tak ada sesiapa di sana. "Apa yang akan kulakukan sendirian di sini? Kudengar mantu yang baik, ketika subuh sudah sibuk di dapur." Perempuan itu mendesah. Namun, tak lama perhatiannya teralihkan ketika mendengar obrolan dari depan pintu dapur yang sedikit terbuka. Kalila pun bergegas memeriksa.Begitu membuka pintu dapur dan datang ke asal suara, ia melihat tiga orang santri tengah berbintang dengan membawa buku dan pulpen di tangan salah satu mereka."Apalagi?" Lamat-lamat suara seorang gadis terdengar."Bawang bombai habis, kita perlu itu buat masak tongseng. Katanya daging kambingnya diantar jam sepuluhan." Suara lain menimpali."Berarti buat makan siang donk,
"Liana?!" Shinta terperanjat mendengar pertanyaan Kalila. Liana siapa maksud puterinya itu. Apa mungkin Liana sahabatnya, yang sengaja tak ia hubungi lama."Iya, uminya Alhesa, Ali dan Fozee." Kalila menjelaskan lebih detail."Kok kamu bisa ketemu dia?" Dua alis Shinta terangkat. Bagaimana bisa Kalila tahu Liana?"Liana?" tanya Bondan yang keluar dari ruang kerja bersama seorang pria bertubuh tambun, mengenakan pakaian dinas pemerintahan. Mereka baru saja bicara proyek yang akan dilakukan.Ketua mafia itu turut terkejut, saat tak sengaja nama Liana disebut. Apa mungkin Liana yang dimaksud adalah puteri Hamdi? Shinta terperanjat melihat Bondan datang. "Kenapa ekspresimu begitu? Apa kamu tahu sesuatu?" Dua mata Bondan memicing ke arah sang istri karena curiga."Seperti apa? Tentu saja aku kaget, tiba-tiba kamu muncul dan mengejutkan," kilah Shinta agar Bondan tidak semakin curiga. Heran juga, kenapa Kalila bisa bertemu Liana. Dan bagaimana bisa sahabatnya itu mengenali anaknya? Ini su
Sebelum masuk ke dalam ruangan, Bondan mendapat sebuah panggilan."Ya?""Bos, Ibu Shinta ada di Kafe Mawar." Suara seseorang di ujung telepon melaporkan.Begitu menangkap gelagat Shinta yang mencurigakan saat berada di rumah tadi, Bondan langsung meminta anak buahnya mengintai istrinya itu."Ou, ou. Jadi dia tidak berangkat ke kliniknya. Kamu tahu dia bertemu dengan siapa?""Sendirian, Bos. Tapi ada yang aneh.""Aneh?" Dahi Bondan mengerut. "Apa itu?""Bu Shinta mengeluarkan ponsel jadul, dengan sangat hati-hati. Dia celingukan seperti takut ada yang melihatnya.""Hem, terus awasi!" seru Bondan. "Kamu tahu kan apa yang mesti kamu lakukan?""Ya, Bos.""Hem, bagus. Aku akan menutupnya," pamit Bondan, yang merasa kehilangan waktu lama."Tunggu!""Ya?" Bondan urung mematikan ponsel."Bos, ada wanita yang datang.""Wanita?""Ya! Wanita bercadar?""Apa? Selidiki, dan jangan sampai kehilangan jejaknya!" seru Bondan geram sekaligus penasaran. Siapa wanita itu dan apa yabmng Shinta rencanakan
"Aku yakin wanita itu adalah Liana." Bondan berucap. "Liana?""Ah, sudahlah. Tangkap wanita itu dan kirim fotonya ke mari.""Baik, Tuan."Lelaki itu pun mematikan ponsel, lalu bergerak sesuai perintah Bondan. Mengikuti wanita bercadar ketika berpisah dengan nyonya mereka dan pergi meninggalkan Kafe.______________"Saya ... Em, Ghaza minta maaf, Bi." Ghaza masih merasa tak enak atas sikapnya selama ini pada Ubed. Dan dia sadar, bahwa Ubed pun sebenarnya merasakan hal itu, hanya saja pria tersebut selalu berusaha terlihat baik-baik saja.Namun, kini ... setelah tahu dari Habib meski belum gamblang, sudah seharusnya Ghaza memperbaiki kesalahan."Abi juga minta maaf." Ubed mengucap lirih. Anaknya itu pasti merasa bersalah. Namun, dia pun punya andil besar, tak bisa memperjuangkan puteranya di masa lalu.Ghaza tersenyum tipis. Dia tahu lelaki yang bersamanya hanya berbasa-basi. Namun, setidaknya kata maaf cukup membuatnya lega karena satu beban di pundaknya telah menghilang."Jadi ... Ab
Kalila tak menyangka dalam sekejap Ghaza berubah pikiran dan meminta maaf padanya. Sungguh mirip psikopat. Namun, cinta membuat nya berusaha memahami keadaan sekitar terutama Ghaza.Meski sangat senang, Kalila segera menarik tangannya. Merasa risih, ia takut genggaman tangan Ghaza akan berlanjut pada hal lain sementara dia belum mandi."Ada apa? Kamu tak mau memaafkanku?" Ghaza tampak kecewa. Dia pikir Kalila masih marah dan tak mau memaafkannya."Kamu tidak mencium bau badanku?" Kalila melebarkan mata, sebelum akhirnya pergi menjauh dari Ghaza. Pria itu tersenyum karena ucapan itu."Jadi itu sebabnya. Kalau begitu, aku juga sedang bau badan. Biarkan aku membersihkan diri bersamamu." Ghaza bangkit dan mengikuti wanitanya.Suara gemericik air di kamar mandi terdengar bersamaan suara tawa Kalila yang cekikikan. Neraka yang sempat dia dan keluarganya bayangkan sama sekali tak terjadi di pesantren. Tempat di mana banyak orang tersakiti oleh papanya, Bondan.Ghaza sadar, Kalila tak ada kai
Tubuh-tubuh itu tumbang bersimbah darah di lantai. Anak buah Bondan yang lain, segera membersihkannya dan membuang mayat-mayat itu ke kolam yang berisi predator peliharaan bos mereka."Tangkap satu orang lagi dan seret ke mari," ucap Bondan dengan santai pada anak buahnya.Kekejaman Bondan tak diragukan lagi, apalagi jika kaitannya dengan dendam. Yah, dendamlah yang membuatnya menjadi manusia sekarang. Ia tak rela jika orang yang telah membuatnya terluka mendapat kebahagiaan. "Cari tahu siapa yang melakukan panggilan dengan Shinta, geledah kamarnya," perintah Bondan pada pria yang mengikutinya."Baik, Tuan." Pria itu menjawab singkat. Namun, jawaban itu mengandung tanggung jawab besar. Bahkan mempertaruhkan nyawa hanya dengan mengiyakan kemauan sang bos mafia."Hem. Bagus." Kini Bondan beralih pada seorang perempuan berpakaian seksi yang berdiri menyambutnya."Atur pertemuanku dengan Shinta!" titahnya lagi. Bondan sangat curiga pada istrinya itu. Apa selama ini dia mengatur alibi,
"Iya, aku memang nakal!" tegas Kalila. Ghaza hanya tersenyum. Sebentar lagi akan ada adegan yang membuat keduanya kembali panas dingin berada di kamar tersebut."Lakukan! Aku suka gadis nakal!" tantang Ghaza. Menyeringai. Baru saja Kalila meletakkan sisir, berniat memberi perlawanan pada Ghaza dengan menumpu kedua kakinya, terdengar ketukan dari pintu diikuti suara salam seorang perempuan, membuatnya seketika berhenti."Ish." Ghaza mencebik. "Kalau aku bilang jangan buka pintu itu, apa kamu akan tetap membukanya?" tanya Ghaza basa-basi.Karena dia yakin, Kalila pasti akan tetap pergi meski ia tak mengizinkan. Mau bagaimana lagi? "Tunggu sebentar. Itu pasti Mama!" Kalila tersenyum geli melihat ekspresi sang suami. Meski ada sedikit kecewa, wajahnya tak menunjukkan raut kesal. Sebab sedari tadi ia memang sedang menunggu sang ibu."Mama? Apa kalian belum bertemu?" tanya Ghaza."Huft." Ghaza meniup berat, menatap Kalila yang tergesa mengenakan khimarnya. Setelah ini PR terbesarnya adala
Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind
“Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam
Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang
Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den
“anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me
Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky
Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek
“Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos
Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk