"Iya, aku memang nakal!" tegas Kalila. Ghaza hanya tersenyum. Sebentar lagi akan ada adegan yang membuat keduanya kembali panas dingin berada di kamar tersebut."Lakukan! Aku suka gadis nakal!" tantang Ghaza. Menyeringai. Baru saja Kalila meletakkan sisir, berniat memberi perlawanan pada Ghaza dengan menumpu kedua kakinya, terdengar ketukan dari pintu diikuti suara salam seorang perempuan, membuatnya seketika berhenti."Ish." Ghaza mencebik. "Kalau aku bilang jangan buka pintu itu, apa kamu akan tetap membukanya?" tanya Ghaza basa-basi.Karena dia yakin, Kalila pasti akan tetap pergi meski ia tak mengizinkan. Mau bagaimana lagi? "Tunggu sebentar. Itu pasti Mama!" Kalila tersenyum geli melihat ekspresi sang suami. Meski ada sedikit kecewa, wajahnya tak menunjukkan raut kesal. Sebab sedari tadi ia memang sedang menunggu sang ibu."Mama? Apa kalian belum bertemu?" tanya Ghaza."Huft." Ghaza meniup berat, menatap Kalila yang tergesa mengenakan khimarnya. Setelah ini PR terbesarnya adala
Seorang pria yang baru datang langsung berbisik tanpa permisi pada lelaki yang memakai setelan jas warna mocca. Seorang pria dengan garis wajah tegas, jambang tipis yang sebagian telah memutih. Namun, meski begitu kulit putih pucat akibat sakit yang belakangan diderita, tak menampakkan usia yang sebenarnya. Mr. X tetap tampan, menawan, walau usianya telah memasuki angka 40 tahun.Pria keturunan Kanada itu menarik tubuh, melebarkan mata pada anak buahnya yang membawa info. Terhenyak. Pada akhirnya pria bernama Bondan itu semakin gila, dan tega pada keluarga dan darah dagingnya sendiri."Siapkan mobil, aku akan ke suatu tempat!" titah lelaki yang menyembunyikan identitas aslinya pada siap pun termasuk anak buahnya."Baik, Tuan," sahut pria jangkung di depannya dengan cepat. Tak lama ia pun pergi meninggalkan sang bos, melakukan apa yang diperintahkan padanya.Sementara di tempat lain. Seseorang yang berada di atas gedung masih mengarahkan teropong jarak jauh ke rumah seseorang. Lalu me
"Ap, apa yang akan Bude lakukan?" Mata Alhesa melebar. Menduga bahwa budenya akan meminta ustaz muda itu untuk membawa mereka. "Stt, tenanglah. Lagian rumah sakit dan pesantren Almujahid searah." Aishwa merasa kali ini adalah cara terbaik dan tercepat mencapai rumah sakit. "Tapi tujuan beliau ke sini ....""Ah, ya. Aku lupa kita tak bisa rapat sekarang. Abah sedang menghadiri agenda lain. Dan tujuan Ustaz Faqih adalah musyawarah secara langsung dengan Abah atau Ubed. Mungkin akan lebih mudah kalau ketemu di rumah sakit nanti."Alhesa mendesah. Tak bisa berbuat apa pun sekarang. Yang bisa ia lakukan hanya mencoba menekan rasa malunya."Apa tidak sebaiknya kita panggil taksi online saja Bude. Alhesa takut merepotkan." Gadis itu berusaha berkompromi dengan budenya "Ini sudah mendesak, Al. Justru akan lebih aman jika Ustaz Faqih yang mengantar. Ini juga tidak merepotkan karena tujuannya ada di rumah sakit."Alhesa mendesah. Tak mampu lagi berkata apa-apa. Yang dikatakan Aishwa sangat l
Kalila tampak begitu kesal karena tak dapat masuk ke rumahnya sendiri. Hingga ia harus duduk menunggu di mobil bersama suaminya, dan sopir keluarga pesantren.Perempuan yang tengah menyilang tangan di dada itu dengan pandangan lurus ke luar jendela. Dari matanya yang menajam, ia tampak begitu keras berpikir bagaimana bisa masuk ke dalam rumah megah yang dijaga ketat?Begitu juga Ghaza, tak hentinya memutar otak. Hingga mobil terasa sunyi tanpa suara, lantaran keduanya sibuk dalam pikiran masing-masing. Sementara sang sopir tak berani berbuat apa pun, ia bahkan tak berani memberi saran. Takut jika sarannya justru akan menjerumuskan sepasang pengantin baru itu dalam kesulitan.Semua terasa lebih sulit, kala nomor Bondan aktif. Tapi lelaki tua itu enggan menjawab. Entah, sengaja atau sedang sangat sibuk. Sebab selama ini, Bondan bukan tipe seorang ayah yang mengabaikan panggilan dari puterinya."Oyah!" Ghaza berseru dan membuat Kalila tersentak seketika."Kamu punya ide?" tanya wanita ya
"Bagaimana? Sudah ketemu wanita itu?" tanya Bondan yang berjalan tergesa menuruni tangga kamar di mana Shinta disekap. Ia ingib rahi sejaih mana keberadaan Liana sekarang.Langkahnya terus berjalan, menyusuri lantai marmer yang berderet rapi di lantai ruang tengah yang luas. Berlanjut ke ruang tamu, hingga ke luar rumah dan masuk ke dalam mobil."Iya, Tuan. Dia bersama suaminya. Anak buah kita sudah siaga untuk menangkapnya," sahut pria tinggi besar yang mengiringi langkah hingga ke mobil."Heh." Bondan tersenyum misterius.Membayangkan betapa Hamdi ini merasakan sakit di sekujur tubuh, membuatnya sangat puas. Menikmati sebuah dendam itu sungguh menyenangkan baginya.Setelah pintu tertutup, Bondan mengatakan pada sopirnya agar bergerak lebih cepat."Kita ke gudang, ya!" perintah Bondan."Baik!" jawab sang sopir cepat."Kalian tetap siaga!" seru Bondan sebelum menutup kaca mobil, dan roda-roda kuda besi itu bergerak meninggalkan rumah megah dengan halaman yang sangat luas.Lelaki itu m
"Dan salah satu pelakunya adalah papanya Kalila." Shinta menarik napas berat. Sangat berat. Dia harus bicara. Lambat laun mereka akan tahu, dan semakin lama ditunda akan menimbulkan masalah yang lebih banyak.Mata Ghaza semakin melebar tak percaya. Kalila pun tampak syok. Lelaki itu bahkan melepaskan tangan Kalila dari genggamannya. Hal yang membuat Kalila menatap Ghaza dengan hati yang teremas sakit. Apakah ini artinya Ghaza akan melepaskannya? Itu yang sangat ia takutkan selama ini."Ghaza," lirih Kalila. Berharap yang dipikirkan tentang suami adalah salah. Walau bagaimana Kalila tak ada kaitan dengan Bondan. Dia sendiri, bahkan mnegutuk perbuatan keji papanya.Selama ini, Kalila tahu bagaimana papanya, bergonta-ganti pasangan tanpa ikatan pernikahan. Namun, sekalipun ia tak pernah berpikir bahwa orang yang memiliki kekayaan dan uang yang banyak seperti Bondan, bisa memaksa seorang wanita. Padahal dengan uangnya, lelaki itu bisa mendapatkan wanita cantik kapan saja dan di mana saja
Alhesa sangat terkejut begitu tahu bahwa Fozee sudah meninggalkan sekolah dengan seseorang."Siapa? Abinya?" tanyanya berusaha tenang."Bukan, dua pria yang mengaku paman dan kakaknya." Wanita yang mengenakan pakaian seragam guru itu menjelaskan."Apa kakaknya, Ali?" tanya Alhesa lagi. Rasanya tidak mungkin, karena sejak awal, Ali pun tak bisa dihubungi. Kenapa tiba-tiba dia menjemput Fozee?"Seorang bapak-bapak berusia paruh baya." Guru itu menceritakan ciri pria yang menjemput muridnya."Ah, siapa?" Alhesa kehabisan akal memikirkan siapa penjemput tersebut. Sedang wanita di depannya hanya menggedikkan bahu tak mengerti."Ada masalah, Ning?" tanya Faqih yang curiga. Sepertinya sesuatu yang tak beres tengah terjadi."Em. Ya, Ustaz. Sudah ada yang menjemput adik saya." Alhesa menjawab dengan nada lemas."Apa ... Ibu tau siapa yang menjemputnya?" tanya Faqih yang sontak menatap pada wali kelas Fozee.Wanita itu menggeleng. "Maaf, kenapa ini tiba-tiba jadi masalah?" Guru itu merasa tersu
"Ada yang membantunya?!" Bondan menyipitkan mata pada anak buah yang membawa info untuknya."Selain Non Kalila dan suaminya, ada sekelompok pria berpakaian rapi dan tampak terlatih dengan senjata mereka." Panjang lebar lelaki itu bercerita, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Dengan begitu sang bos tidak menyalahkannya sepenuhnya. Ada campur tangan dari luar yang membuat mereka tak berkutik."Sial! Apa Mr. X ikut campur lagi?" dengkusnya yang tiba-tiba ingat sesuatu terjadi di depannya terlampau paripurna. Tak mungkin jika kejadian ini alami tanpa turut campur orang yang memang punya kuasa besar.Bondan akhirnya memiliki kecurigaan tentang itu. Tidak mungkin jika Shinta bisa pergi dari pengamanan rumah yang kelewat ketat oleh para penjaga. Bahkan Liana juga lolos. Dan keduanya lolos dalam waktu yang sama."Kejadian ini terlalu ganjil," gumamnya lagi dengan nada kesal."Kurang ajar!" makinya lagi sambil memegangi kepalanya yang berdenyut sakit secara tiba-tiba."Anda tidak apa-apa
Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind
“Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam
Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang
Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den
“anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me
Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky
Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek
“Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos
Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk