Kris menatap kosong jam dinding di kantornya setelah dia selesai dengan panggilannya. Sejak awal, Kris memang sudah tahu bahwa Maya bukan gadis biasa saja. Tatapan matanya, cara bicaranya, semua itu sama sekali tidak mencerminkan tingkah laku anak gadis seumurannya. Maya juga bisa membunuh seseorang tanpa merasa bersalah apalagi trauma setelahnya. Gadis itu memang aneh dan berbahaya. Sampai Kris juga sebenarnya tidak ingin berhubungan dengan orang semacam itu, jika saja Maya bukan istri dan orang yang sangat ingin dia tolong untuk saat ini. Namun orang yang aneh, memang kadang kala datang dengan pemikiran yang sangat brilian. Pemikiran Maya benar-benar out of the box, untuk ukuran gadis biasa yang tinggal di lingkungan damai selama ini.Demi rencana gila Maya, Kris bahkan harus rela mempertaruhkan pekerjaannya sendiri di masa depan. Namun pada dirinya sendiri, Kris telah berjanji akan mengungkapkan kasus ini tidak peduli apa pun yang terjadi. Dia pada akhirnya tetap setuju, dengan ta
"Apa yang kamu pikirkan saat kamu menganggu Finola di depan semua orang, Grace?! Kita baru saja keluar dari masalah beberapa minggu yang lalu. Apa kamu benar-benar ingin, keluarga kita hancur di bawah tekanan Evan hah?!"Grace menangis terisak-isak saat gadis itu menatap ayahnya yang terengah-engah setelah puas memarahinya. Karena dia tanpa sengaja menarik keributan yang lebih besar setelah melukai Finola, dia terpaksa dibawa ke kantor polisi oleh keamanan yang bertugas di tempat ujian itu. Beruntung baginya, sang kakek seperti biasanya langsung membantunya bebas tanpa menimbulkan banyak keributan begitu dia mendengar kabar bahwa cucunya mendapat masalah. Pria tua itu selalu sayang pada cucu satu-satunya itu. Namun sang ayah masalah lain. Grace sudah tahu, tidak ada hal baik yang akan terjadi jika sang ayah sampai tahu dia telah pergi untuk mencari masalah dengan Finola tanpa sepengetahuan pria itu. Grace memang menduga bahwa ayahnya akan marah begitu dia kembali ke rumah lagi. Namun
Satu hari setelah Max dikabarkan meninggal karena serangan jantung, Maya menerima kabar bahwa ayah dari tubuh asli yang dia gunakan itu dikuburkan di lingkungan pemakaman keluarganya yang ada di pinggiran kota. Jika mengingat kembali semua perlakuan kasar dari orang itu, orang-orang pasti tidak akan mengharapkan Maya akan datang ke acara pemakaman itu. Evan juga bahkan sengaja tidak membahas masalah itu di depan Maya. Namun tanpa diduga, Maya sendiri yang mendatangi Evan dengan alis berkerut dan meminta ijin pria itu untuk datang ke pemakaman ayahnya tersebut. Ketika Evan bertanya mengapa Maya sampai mau datang ke acara pemakaman itu, Maya hanya bisa terdiam karena dia sendiri tidak tahu jawabannya. Mungkin itu keinginan tubuhnya, atau tubuhnya masih memiliki sedikit rasa kasihan pada pria itu. Maya terus saja merasa tidak nyaman semenjak dia mendengar berita bahwa Max telah meninggal secara tiba-tiba. Dia jelas membenci pria tidak bertanggung jawab seperti Max. Namun hatinya, tetap
Anton menatap foto keluarganya dengan tatapan dalam. Bibir pria itu perlahan membentuk sebuah garis tipis, saat tangannya bergerak untuk menutupi foto keluarga itu sebelum dia bersandar malas di kursi kerjanya. Baru-baru ini, Anton benar-benar berada dalam situasi yang menyebalkan. Dia yang biasanya mengikat orang, kini malah berbalik diikat oleh orang lain. Pergerakannya tidak bebas, bahkan jika dia sudah dijanjikan aman melakukan apa pun pada Evan dan orang-orangnya. Selain Maya yang dari waktu ke waktu akan bermain bersama putrinya untuk membuktikan bahwa dia memang memegang kendali atas hidup putrinya saat ini, Anton juga mulai di susahkan oleh Evan yang tiba-tiba saja bertindak seakan pria itu sudah tidak takut lagi pada Anton. Pria itu secara terbuka mulai melancarkan pertarungannya dengan Anton, untuk merebut kembali apa yang telah dia rampas sebelumnya.Namun yang paling menjijikan tetaplah tindakan Maya yang secara terang-terangan menggunakan putrinya untuk mengontrol tinda
Maya terbangun saat suara alarm yang seharusnya membangunkannya baru berdering satu kali. Gadis itu langsung terduduk sebelum siapa pun bisa membangunkannya. Maya melakukannya peregangan sederhana, sebelum membuka jendela kamarnya untuk berdiri di atas balkon pribadinya. Rumah Evan selalu dikelilingi pohon-pohon rindang yang menutupi halaman rumahnya. Walaupun udaranya tidak sebaik di villa Evan yang ada di desa, kualitas udara di rumah Evan tidak terlalu buruk dan memiliki sedikit aroma bunga ketika Maya mengambil napas dalam-dalam. Ini adalah hari pertama Maya benar-benar menghadiri kuliahnya. Dia memang seharusnya mengulang tesnya tahun depan setelah dia melewatkan sesi tes lain karena dia harus dibawa ke rumah sakit. Namun berkat bantuan Evan dan universitasnya yang malu karena ada insiden tidak diinginkan terjadi di tempat mereka, Maya akhirnya bisa mengulang tes lagi karena kecelakaan itu bukan salahnya juga. Tentu saja Maya mendapat nilai yang memuaskan dalam tes susulan itu.
Perjalanan Maya saat gadis itu bersama Evan terasa singkat seperti biasanya. Maya merasa dia baru saja meninggalkan halaman rumah Evan, namun kini mereka sudah sampai di depan gerbang universitas tempat Maya akan belajar mulai saat ini. Seperti biasa, mobil Evan akan menjadi pusat perhatian orang-orang yang kebetulan melihat datangnya mobil tersebut. Maya hanya bisa tersenyum maklum. Di awal kedatangannya ke rumah Evan, bahkan dia juga tidak terbiasa dengan semua jenis kemewahan ini. Jenis perhatian semacam ini juga yang membuat Maya bersusah payah memastikan bahwa semua orang tahu bahwa dia mengambil ujian susulan karena kecelakaannya. Maya tidak ingin orang-orang menganggapnya memanfaatkan posisi Evan, karena Maya tidak pernah tahu kapan orang akan menggunakan alasan itu untuk merusak nama baiknya. Contohnya saja, Maya bisa merasakan tatapan yang mengarah padanya dari segala arah. Beberapa dari mereka memiliki perasaan seperti rasa ingin tahu yang murni, sementara kebanyakan dari
Waktu berikutnya ketika Maya akhirnya bangun, gadis itu mendapati dirinya telah berada di tempat lain yang jelas sekali bukan bagian dari fasilitas yang tersedia di kampus barunya. Tempat dia berada sekarang lebih mirip dengan ruang penyimpanan bawah tanah. Karena samar-samar, Maya tetap bisa merasakan bahwa udara di tempatnya saat ini lebih lembab dari suhu ruangan pada umumnya. Jari-jarinya berkedut saat dia perlahan-lahan mengamati lingkungan di sekitarnya. Maya ingat dia mengikuti seorang pria yang mengaku menahan Diana untuk mengancamnya. Maya mengikuti pria itu, lalu pingsan setelah pria itu meninjunya dengan keras di bagian perut. Tinju itu pasti sangat keras sampai seseorang seperti Maya saja bisa sampai kehilangan kesadarannya. Bahkan sampai sekarang, Maya masih merasakan perasaan nyeri di bagian perutnya itu. Perasaan dingin di sekujur tubuhnya sedikit membuat Maya begidik. Deru suara kipas samar-samar terdengar tidak jauh dari tempatnya diikat. Maya mencoba bergerak, hany
Anton mencoba menghilangkan pikiran buruknya, saat Maya tiba-tiba berucap lagi dengan nada santai sambil memainkan jari-jari lentiknya. "Mengapa kamu sangat percaya diri, Paman? Apakah kamu mendapat bantuan besar dari seseorang dan-" Maya berhenti bicara ketika dia menatap langsung ke arah mata Anton. Gadis itu tersenyum lebar, sebelum dia menyenderkan lagi tubuhnya pada kursi yang penuh oleh darahnya sendiri. "Ah... Kakek memberimu bantuan bukan? Aku sudah tahu dia membenciku, semenjak mata dinginnya terus saja melihatku di hari pemakaman Papa.""Bos-""Diam bodoh!"Maya langsung tertawa puas saat dia melihat Anton mulai panik karena bawahannya secara tidak langsung malah membenarkan tebakan yang Maya buat dengan asal. Gadis itu berhenti tertawa saat perasaan menyengat dia rasakan di bagian dadanya. Tulang rusuknya pasti terluka. Maya meringgis pelan, saat dia menikmati setiap detik-detik penyiksaannya saat ini. Maya menatap Anton lagi, tersenyum, sebelum dia mengatakan apa pun yan
Setelah diyakinkan oleh Evan, suasana hati Maya membaik dengan pesat sampai gadis itu tidak keberatan untuk membalas sapaan orang-orang yang ditunjukan padanya. Sepanjang acara Maya tersenyum, menyebarkan aura positif yang juga memengaruhi Evan yang semula sedikit kesal karena gadis-gadis penggosip tersebut. Di bawah hiburan Maya, Evan akhirnya memiliki wajah yang lebih bersahabat saat mereka memasuki ruang bioskop sambil berpegangan tangan. Keduanya duduk di bangku yang telah disiapkan. Evan mengusap tangan Maya pelan, saat dia berbisik lagi pada gadis itu. "Kamu bisa memberi tahuku kapan pun kamu merasa jika film ini mulai membuatmu tidak nyaman. Ingat, kebahagiaanmu adalah prioritasku saat ini."Maya tersenyum saat dia membalas bisikan suaminya. "Aku mengerti. Terima kasih, Evan," ucapnya dengan tulus. Evan mengangguk untuk membalas ucapan istrinya tersebut. Wajahnya sangat lembut, ketika dia menatap wajah istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Setelah semua tamu memasuki ruangan
Ketika waktunya telah tiba, Maya pergi ke tempat pemutaran perdana itu dengan Evan dan seorang supir. Karena mereka harus bersiap sebelum waktu kerja Evan habis, Kevin terpaksa tidak bisa menemani mereka untuk menyelesaikan tugas yang ditinggalkan oleh Evan. Melihat Kevin bekerja keras, Maya tanpa sadar merasa kasihan dan mulai bercanda bahwa Evan harus memberi Kevin apresiasi atas apa yang pria itu lakukan untuk mereka selama ini. Namun tanpa disangka, Evan benar-benar mengangguk untuk menanggapi ucapannya itu. Hanya ketika mereka telah berada di mobil, Evan akhirnya buka mulut tentang maksud dari anggukannya tersebut. "Aku berencana memindahkan dua puluh lima persen kekayaan keluargaku atas namanya. Aku sebenarnya ingin memberi lebih banyak. Namun melihat kepribadiannya, dia pasti akan marah jika aku memberinya terlalu banyak. Aku belum membicarakan tentang pemindahan kekayaan ini padanya. Aku ingin meminta pendapatmu terlebih dahulu. Apa kamu keberatan jika aku melakukannya, Maya?
[Kebangkitan Pewaris Tunggal Keluarga Orlando.]Maya membaca berita itu dengan alis sedikit berkerut. Bukan isi beritanya yang kali ini membuatnya kesal. Namun komentarnya, benar-benar membuat Maya kesal saat gadis itu membacanya satu per satu. Ketika Evan sakit, semua orang menilai kisah cinta mereka dengan cara yang relatif negatif. Sebagian menganggap Maya hanya menikah demi kekayaan Evan. Sementara yang lain, merasa kasihan karena Maya harus menikah dengan pria sekarat seperti Evan. Hanya sedikit orang yang benar-benar tulus mendoakan kebahagiaan hubungan mereka. Namun ketika berita kesembuhan Evan telah menyebar, orang sepertinya mulai berlomba-lomba menghapus komentar mereka yang sebelumnya dan mulai memuji mereka sebagai pasangan paling bahagia di muka bumi. Beberapa bahkan mengaku mengenalnya atau Evan, dan memuji keserasian mereka walaupun aslinya Maya tidak mengenal orang-orang itu. Sekarang Maya tahu mengapa Evan begitu terisolasi dari dunia luar selama ini. Di masa ketik
Begitu mereka sampai di rumah sakit, Diana sudah selesai diperiksa dan tengah beristirahat di ruang rawat bersama dengan teman-temannya. Kejadian itu tampaknya terlalu mengejutkan untuk gadis-gadis muda itu, hingga tidak ada yang bicara sampai Maya masuk ke dalam ruangan bersama dengan Evan dan juga Kevin. "Maaf kami datang terlambat. Bagaimana keadaan kalian saat ini?"Mata Diana langsung memerah saat dia ingat Maya lagi-lagi telah menyelamatkan nyawanya. Maya yang sadar dengan perasaan Diana segera menghampiri gadis itu. Maya membiarkan Diana memeluknya erat, sebari menangis sementara dia sendiri berusaha menenangkan Diana dengan mengelus punggungnya dengan lembut. "Tidak apa-apa. Kamu sudah aman sekarang..."Maya berbisik pelan sementara matanya menatap Evan dan Kevin yang diajak keluar oleh dua teman Diana. Maya tahu keduanya kemungkinan besar akan membicarakan tentang hasil pemeriksaan Diana atau sekedar memberi Diana ruang untuk menumpahkan perasaannya. Ya mana juga baik-baik
"Kalau begitu, Saya harap kalian bersedia mendengarkan saran dari Saya."Sementara Maya tengah berlari ke mana-mana untuk mencari Diana, Evan dan Kevin baru saja selesai bicara dengan para petinggi universitas dan sedang diantar untuk keluar dari ruangan. Mereka baru saja hendak membuka pintu, saat kepala keamanan universitas masuk dengan tergesa-gesa sampai hampir saja menabrak Evan yang berada di depan pintu. "Gawat Pak, seseorang baru saja berkelahi di dalam gudang!"Wajah orang-orang memerah karena malu saat kepala keamanan itu melaporkan masalah ketika Evan dan Kevin masih ada di ruangan itu. Mereka baru saja berjanji akan meningkatkan keamanan di dalam lingkungan universitas. Dan sekarang, seseorang malah melaporkan bahwa baru saja terjadi pertengkaran di lingkungan kampus. "Apa yang kamu katakan? Jika para mahasiswa mulai berselisih lagi, kamu bisa membawanya kemari tanpa menimbulkan keributan yang tidak perlu!"Rektor universitas memarahi sebelum Evan atau Kevin semakin menc
Di tempat lain, Diana kembali jatuh dengan keras saat seseorang menendangnya tepat di bagian perut. Temannya Evelyn dan Josephine, hanya bisa menangis saat keduanya ditahan oleh anak-anak lain agar tidak bisa membantu Diana. Sejak Diana datang ke kampus, gadis itu sudah tidak dapat menghitung berapa banyak cacian yang sudah dia dapatkan hari ini. Namun perlakuan yang dia terima dari kakak tingkatnya ini, merupakan yang terparah dari semua orang. Ketika Diana tiba di kelasnya, dia tiba-tiba saja diseret keluar oleh orang-orang kuat ini. Pakaian indah pemberian ayahnya sudah kacau karena kotoran dan sampah yang sebelumnya dilempat ke tubuhnya. Diana menatap tanah dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu, ini merupakan hukumannya karena memiliki ayahnya yang sudah menghancurkan kehidupan banyak orang dengan tindakannya. "Ya ampun, lihatlah. Putri terhormat Tuan Anton yang luar biasa tampak seperti kotoran berjalan saat ini."Anak-anak lain tertawa saat salah satu dari mereka menghina Diana sa
"Diana memberi tahumu bahwa dia akan kembali masuk kuliah? Bagus kalau begitu. Aku akan bertemu dengan kalian di universitas nanti.""Ah, masalah universitas biar aku saja yang menangani. Katakan saja pada Diana untuk fokus menjalani studinya." "Tidak, aku hanya melakukan apa yang memang seharusnya aku lakukan sebagai keluarga. Terima kasih karena telah memberi tahuku. Sampai bertemu di kampus nanti."Evan menyaksikan saat Maya asik menelepon salah satu kenalan Diana. Setelah acara pemakaman yang dilangsungkan kemarin, Maya akhirnya yakin dia akan memulai kuliahnya pada hari ini. Gadis itu sudah siap untuk berangkat kuliah, saat salah satu teman Diana menelepon istrinya itu. "Diana akhirnya bersedia menghadiri kuliahnya lagi?" tanya Evan penasaran. Maya mengangguk. "Ya. Diana memberi tahu teman-temannya bahwa dia sudah siap masuk kuliah lagi hari ini. Aku pikir pertemuan kemarin benar-benar berhasil membuatnya lega. Aku berencana untuk menemuinya di kampus nanti. Sejak kemarin, kita
"Apa menurutmu Evan akan datang? Ini memang pemakaman pamannya. Namun orang yang mengaku sebagai pamannya ini telah membunuh orang tuanya bahkan hampir membunuh istrinya juga tidak lama ini. Aku sebenarnya tidak yakin dia akan benar-benar datang.""Ah ya... Namun aku sendiri tidak pernah menyangka Tuan Anton yang terlihat baik dan lembut sebenarnya..."Diana mendengarkan bisikan demi bisikan itu dengan bibir yang tertutup rapat. Ini jelas merupakan hari pemakaman ayahnya. Namun hampir semua tamu undangan, hanya datang untuk menjelekan ayahnya dan menertawakan keluarganya secara diam-diam. Hampir semua orang sudah tahu bahwa Anton merupakan seorang penjahat sekarang. Karena keluarganya telah jatuh, Diana tahu beberapa orang sengaja datang hanya untuk menertawakan penderitaan mereka. Kebanyakan dari mereka merupakan saingan ayahnya di masa lalu. Atau seseorang yang berusaha menjilat Evan, dengan membenci Anton secara terang-terangan. Karena terdapat banyak tamu tidak diundang dalam aca
"Nah, kamu sudah tampan sekarang."Evan diam-diam mencuri ciuman di pipi istrinya ketika Maya selesai membantunya untuk bersiap. "Kamu juga sangat cantik," bisiknya pelan saat dia melihat Maya yang menggunakan pakaian hitam serasi dengannya. Mereka akan menghadiri acara pemakaman Anton sore ini. Evan melakukannya demi sang bibi dan Diana, sekaligus sebagai awal kemunculan resminya dengan tubuh yang sudah sembuh. Selain Anton, sebagai pebisnis, Evan juga memiliki banyak musuh yang memanfaatkan sakitnya untuk mencuri beberapa proyek perusahaannya. Evan akan muncul untuk memberi mereka peringatan. Bahwa keluarganya belum hancur. Dan dia, tidak mati seperti yang diinginkan oleh orang-orang itu. "Apa kamu yakin ingin ikut denganku saat ini? Sejak kamu diterima di universitas, kamu belum juga datang untuk menghadiri kelas pertamamu. Dan sekarang... Kamu harus menunda waktu studimu lagi demi menemaniku."Maya tertawa ketika dia mendengar kekhawatiran yang dirasakan suaminya itu. "Mari kita