Tidak ada jejak kelelahan di wajah Raka, Revan dan Ravindra meski sudah seharian mereka jalan-jalan. Tidak hanya ke kebun binatang saja, tetapi mereka juga pergi ke mal setelah dari kebun binatang. Terbukti saat ini mereka bertiga masih sibuk membuka belanjaan yang mereka beli saat di kebun binatang dan mal. Berbeda dengan Yesha yang sangat kelelahan. Kakinya yang bengkak karena faktor kehamilan, kini bertambah bengkak. Bahkan tumitnya pun sedikit lecet karena bergesekan dengan sepatu. “Nyonya.” Damar menghampiri dan berdiri di dekat Yesha yang kakinya sedang dipijat oleh Hanna. “Om Damar? Kok, Om Damar di sini? Memangnya Om Damar tidak ikut Rezvan?” Yesha terkejut dengan keberadaan Damar di rumah. “Tidak, Nyonya. Tuan meminta saya tinggal dan membantu Anda mengurus semua yang berkaitan dengan Elivia.” Rezvan memang mengatakan bahwa bahwa pria itu akan meminta Damar untuk mengurus semuanya. Namun ia tidak menyangka bahwa Rezvan akan meminta Damar untuk tinggal. Yesha meminta Hann
Sudah empat hari Rezvan di luar kota. Anak-anak terus menanyakan kapan Rezvan akan pulang setiap kali dirinya menelepon atau melakukan panggilan video dengan Rezvan. Sementara Rezvan sendiri masih belum bisa menentukan kapan pastinya ia akan kembali. Yesha membuka sedikit matanya ketika merasakan pergerakan pada kasur dan tidak lama kemudian seseorang yang tiba-tiba memeluknya. “Van?” panggilnya dengan suara parau, pandangannya masih buram. “Hm! Kamu terbangun? Maaf aku mengganggumu. Tidurlah lagi, sekarang masih malam.” Bukannya kembali tidur, mata Yesha jutru terbuka lebar. Dipeluknya Rezvan dengan erat. “Kenapa kamu tidak bilang kalau akan pulang hari ini? Kapan kamu datang?” “Baru saja. Aku sengaja tidak memberitahumu karena ingin memberimu dan anak-anak kejutan.” Rezvan mencium kening Yesha. Yesha melihat jam dinding menunjukkan pukul empat pagi. “Lebih baik kamu tidur. Kamu pasti capek, kan?” Rezvan tidak membantah dan segera tidur dengan memeluk Yesha. Dirinya bekerja k
Sesampainya di kediaman Rahandika, tanpa banyak bicara, Dhimani langsung meminta pertanggungjawaban Arian. Keluarga Rahandika yang tidak mengerti apa-apa, terutama Arian, tentu saja menolak dengan tegas. Dan bahkan keluarga Rahandika menghina Vania sebagai wanita murahan. Akan tetapi, mereka terpaksa menyetujui ketika Dhimani mengancam akan memberitahu para wartawan jika Arian tidak mau bertanggungjawab. Orang tua Arian yang tidak ingin masalah ini berimbas pada perusahaan mereka pun terpaksa meminta Arian menikahi Vania meski Arian menolak dengan keras karena ia yakin bahwa anak yang dikandung Vania bukanlah anaknya. “Dan minggu depan mereka akan menikah,” ucap Andra mengakhiri laporannya. Yesha tersenyum miring. Ia puas akhirnya Arian dapat merasakan betapa sakitnya dikhianati oleh orang yang sangat dicintainya. Rezvan mengambil cek kosong di laci meja kerjanya, menuliskan nominal sisa pembayaran dan membubuhkan tandatangannya. Lalu menyerahkan cek itu kepada Andra. “Berikan ini
Usai sarapan, mereka pun langsung pergi jalan-jalan tanpa ada penundaam sedikit pun karena Raka dan Revan yang terus merengek. Bukan alasan kenapa mereka berdua sangat antusias, itu karena ini adalah pertama kalinya mereka bisa jalan-jalan dengan orang tua yang lengkap. Selama ini mereka hanya pergi bertiga dengan Rezvan. Yesha juga mengajak Nala dan Andra untuk membantu mengawasi anak-anak. Raut kebahagia terlihat jelas di wajah anak-anaknya. Dan itu membuat Rezvan pun ikut tersenyum lebar. Ia sangat jarang sekali mengajak anak-anaknya liburan, terutama Ravindra. Anak itu tidak pernah sedikit pun pergi berlibur. Melihat senyum anak bungsunya, rasa penyesalan kembali menggelayuti dadanya. Yesha yang melihat penyesalan di mata Rezvan ketika menatap putra bungsunya hanya bisa menghiburnya dengan cara mengajak pria itu ikut serta bermain bersama anak-anak. “Sudah lama aku tidak pernah merasa sebahagia ini,” ucap Rezvan. Selama ini dirinya selalu sibuk bekerja. Seandainya pergi bersam
Setelah sarapan, Rezvan meminta mereka semua untuk tidak keluar rumah ketika Damar datang dan memberitahu bahwa ada banyak wartawan yang berjaga di sekitar rumah mereka. Dan karena tidak ada yang dikerjakan, Rezvan memutuskan ke ruang kerjanya untuk bekerja. Sementara anak-anak masih sibuk membuka semua barang belanjaan yang mereka beli selama liburan di ruang keluarga. Sedangkan Yesha sendiri berada di taman halaman belakang rumah sembari mendengarkan laporan Andra mengenai apa yang terjadi di kediaman Elden. “Pukul tujuh pagi tadi, sudah banyak para wartawan yang menunggu di sekitar kediaman dan perusahaan Elden. Begitu juga di kediaman dan perusahaan Rahandika,” ucap Andra. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan mereka. Hanya saja para wartawan itu tidak sampai menunggu di perusahaan Rezvan, hanya menunggu di sekitar rumah mereka. Bagaimanapun Rezvan dan Yesha adalah suadara dan ipar dari Vania. “Saat ini orang tua Arian berada di kediaman Elden untuk melabrak mereka mengenai arti
Walaupun artikel mengenai kehamilan Vania sudah dihapus dari internet, bukan berarti masalah sudah berakhir. Mungkin bagi Vania masalah itu untuk sesaat bisa mereda, tetapi bagi perusahaan keluarga Elden dan keluarga Rahandika, mereka mulai mengalami masalah. “Satu per satu calon para investor dari dua perusahaan itu perlahan-lahan membatalkan rencana kerja sama mereka. Dan perusahaan lain pun mulai bertindak untuk mendekati para calon investor dari dua perusahaan itu, terutama perusahan-perusahaan yang mulai berkembang pesat akhir-akhir ini,” lapor Damar. Senyum kecil menghiasi wajahnya. Walaupun ia tidak mengerti dengan dunia bisnis, tetapi ia mengerti apa yang dikatakan oleh Damar. Bahwa saat ini perusahaan Dhimani dan keluarga Arian tidak baik-baik saja. Rezvan tersenyum miring. “Bagaimana dengan proyek-proyek yang dilakukan oleh perusahaan Elden?” “Saat ini semua proyek Dhimani yang sudah berjalan masih baik-baik saja. Hanya saja proyek yang sedang direncanakan Dhimani menjadi
Berpikir bahwa Arian tidak akan lama, Yesha dan Andra pun mencari tempat persembunyian untuk menunggu Arian pergi. Sayangnya setelah cukup lama, pemuda itu masih tidak kunjung pergi juga. Yesha yang tidak sabar pun meminta Andra untuk membeli beberapa alat untuk menyamar. Ia penasaran apa yang dilakukan oleh Arian di depan makamnya hingga menghabiskan waktu begitu lama. Dengan menyamar, Yesha dan Andra menuju salah satu makam yang berada tepat di belakang Arian. Tubuh mereka saling membelakangi dengan Arian. “Aku benar-benar menyesal, Yes,” suara Arian terdengar lemah dan menyesal. “Maafkan aku. Seandainya saja waktu bisa diulang kembali, aku tidak ingin meninggalkanmu. Meskipun aku tidak mencintaimu, tetapi aku tahu kamu sangat mencintaiku dan tidak akan mengkhianatiku. Maafkan aku, Yes.” Yesha yang mendengar itu hanya mencibir dalam hati. Bukankah penyesalan Arian sudah sangat terlambat? Jika saja Vania tidak hamil, bukankah Arian tidak akan pernah menyesali semua perbuatannya y
Yesha pun membuka amplop itu dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa isinya adalah surat kepemilikan saham atas namanya—Yesha Altezza—dengan nominal yang sangat besar, enam miliyar. “Alfan, ini ....” Yesha menatap Alfan penuh tanda tanya. Alfan mengangguk. “Aku membeli saham perusahaan Rahandika. Apa kamu pikir aku akan diam saja dan tidak melakukan apa-apa kepada keluarga itu?” Yesha hanya diam. “Walaupun mungkin dendammu sudah terbalaskan terhadap Arian, bukan berarti aku akan melepaskan keluarganya. Anggap saja aku membalaskan dendam kematian ayah dan bunda.” Deg! Untuk sementara Yesha lupa bahwa keluarga Arian juga bersekongkol dengan Deska untuk menyakiti orang tuanya. “Walaupun kamu tidak mengatakan apa-apa kepadaku, tetapi aku tahu bahwa artikel itu adalah ulahmu dan Rezvan. Sebelumnya aku sudah mengajak seseorang yang bekerja di perusahaan Rahandika untuk memanipulasi data keuangan mereka. Dan saat rumor mengenai Vania yang menikah karena hamil duluan itu bered
Yesha membuka mata secara perlahan ketika indra pendengarannya menangkap banyak suara di ruang rawat inapnya. Untuk sesaat pandangannya pudar sebelum berubah menjadi jelas. Betapa terkejutnya ia ketika netranya menatap sosok keluarga Altezza tengah mengelilingi boks di mana putrinya berada. “Papa! Mama!” pekik Yesha dengan suara parau. Dengan sedikit kesulitan Yesha mencoba untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Mereka semua mengalihkan perhatian dari boks ke arah Yesha. Trisa dengan tanggap menghampiri Yesha dan membantunya untuk duduk. “Pelan-pelan.” “Mama.” Yesha menggenggam lengan Trisa dengan kuat, takut bahwa apa yang dilihatnya saat ini hanyalah halusinasinya saja karena dirinya yang sangat merindukan mereka. Trisa tersenyum lebar. Dibawanya Yesha ke dalam pelukan. “Iya, ini mama, Sayang.” Trisa mengelus lembut kepala putrinya yang hampir tiga bulan tidak bertemu. Yesha memeluk erat. Air mata mengalir membasahi wajahnya. “Jangan tinggalkan aku lagi, Ma.” “Kami tidak akan
Rivania dan Gevarel tidak terbiasa menjalani kehidupan sederhana yang jauh dari kemewahan. Karena itulah mereka menyewa rumah yang lumayan bagus dengan biaya sewa lima belas juta pertahun. Untuk biaya hidup, Gevarel mencoba untuk melamar pekerjaan, tetapi karena pemberitaan mengenai keluarganya, membuat namanya pun ikut terseret. Beberapa artikel menulis tentang keburukannya selama ini. Hal itu benar-benar berdampak besar pada citranya, membuat Gevarel kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya ia hanya bisa bekerja sebagai kasir di sebuah mini market kecil. Sementara Rivania sendiri mencoba menemui beberapa kenalan lamanya dulu, berharap mereka mau membantunya. Bagaimanapun dirinya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja di perusahaan. Dan untuk pekerjaan kasar, dirinya belum pernah melakukannya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Elivia. Wanita itu menyewa seseorang untuk membuntuti Rivania dan memotretnya, dan mengirimkannya kepada Dhimani. Tentu saja pria itu sangat marah
Keesokan harinya, pukul delapan pagi di sebuah restoran, Yesha memesan ruang pribadi untuk mereka. Ia tidak ingin pembicaraan mereka dicuri dengar oleh orang lain. Pasalnya berita mengenai Tuan Rahandika yang menjual perusahaannya pun sudah berada di televisi dan juga media cetak. Mengalahkan pemberitaan mengenai Dhimani yang diketahui memalsukan surat-surat kepemilikan perusahaan. Bagaimanapun para wartawan itu masih sedikit meragukan alasan Tuan Rahandika menjual perusahaan. Mereka meyakini bahwa pasti ada alasan lain yang membuat Tuan Rahandika sampai harus menjual perusahaan. “Ya, aku yang melakukannya.” Alfan mengakui. “Anggap saja ini hadiah untuk ayah dan bunda.” “Jangan bilang kalau sejak awal kamu memang sudah menargetkan mereka.” “Untuk membeli perusahaan, aku tidak merencanakannya. Itu muncul ketika Tuan Rahandika mengumumkan akan menjual perusahannya. Tapi sebelumnya aku memang sudah menargetkan mereka, lebih tepatnya aku menargetkan Arian.” Alfan pun menceritakan semu
Elivia benar-benar tidak menyangka bahwa polisi akan menindak laporannya dengan cepat. Bahkan kasusnya langsung masuk ke pengadilan setelah satu minggu dilakukan penyelidikan. Karena pihak terdakwa tidak memiliki pengacara untuk membela, sidang itu berjalan dengan lancar dan hukuman untuk Dhimani diputuskan pada sidang kedua yang dilakukan tiga hari berikutnya. Walaupun ia ingin Dhimani dihukum lebih, tetapi melihat kondisi Dhimani yang lumpuh, dirinya cukup puas dengan putusan hakim. “Ini adalah saham yang sudah kita sepakati.” Elivia meletakkan map di hadapan Yesha. “Totalnya tiga puluh persen seperti yang kamu minta.” Dua minggu lalu, setelah sidang putusan kasus pemalsuan Dhimani dijatuhkan, Elivia segera pergi ke perusahaan dengan asisten pribadi yang sengaja Rezvan berikan kepada wanita itu untuk membantunya belajar mengelola bisnis. Para pemegang saham memang sempat dibuat terkejut dengan kedatangan Elivia. Namun karena perusahaan yang berada dalam masalah finansial yang ser
Arian menatap Yesha dengan sedikit kebencian di matanya. “Kakak tahu kalau perusahaan ini adalah satu-satunya untuk kami bertahan hidup. Jika kakak tidak ingin menghancurkan keluargaku, seharusnya kakak memilih ayahku untuk tetap menjadi presdir. Jika posisi ayahku digantikan orang lain, kami tidak bisa bekerja di tempat lain karena orang sudah menilai buruk reputasi keluarga kami. Apalagi setelah berita di internet mengenai kehamilan Vania di luar nikah. Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya bekerja.” Di luar, keluarga Rahandika terlihat baik-baik saja. Namun pada kenyataannya, keluarga mereka saat ini sangat kacau. Mereka tidak memiliki apa-apa lagi selain perusahaan itu. Karena itulah Tuan Rahandika berusaha keras membujuk beberapa pemegang saham untuk tetap mempertahankan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. “Dengar, Arian. Ini adalah dunia bisnis, seharusnya kamu tahu apa yang diinginkan oleh seorang pebisnis. Tidak ada orang yang ingin membuat perusahaannya semakin terpuru
“Ketika aku menemanimu check up dan kita bertemu dengan Rivania. Aku tidak sengaja melihatmu tersenyum kecil ketika melihat Dhimani terbaring di rumah sakit. Karena merasa sedikit aneh, jadi aku meminta Damar untuk menyelidikinya.” Awalnya ia tidak curiga ketika Rivania mengatakan bahwa Dhimani mengalami kecelakaan tunggal ketika pulang dari perjalanan bisnis ke luar kota. Namun ketika ia melihat ekspresi dan senyum Yesha yang penuh kepuasan, ia yakin istrinya pasti telah melakukan sesuatu di belakangnya. Karena itulah ia meminta Damar untuk menyelidikinya. Dan dugaannya terbukti benar, bahwa semua itu adalah ulah istrinya. Walau begitu Rezvan tidak mengatakan apa-apa. Apalagi Yesha sendiri pun tidak mengatakan apa-apa. Meski sedikit marah karena Yesha tidak memberitahunya, tetapi ia mencoba untuk menghargai privasi istrinya. Yesha menghela napas pelan. “Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.” Tampaknya memang sulit untuk menyembunyikan apa pun dari Rezvan. Padahal Yes
Dada Rivania berdetak sangat cepat. Tanpa sadar, tangannya terkepal erat. Bagaimana mungkin Yesha bisa tahu rahasia terdalamnya bahwa Gevarel adalah anak Dhimani dan bukan anak Ardhani? Yesha menatap Rivania penuh dengan senyum mencemooh. “Mama tidak perlu menyembunyikannya lagi.” “Omong kosong apa yang kamu katakan!” Apa pun yang terjadi, Rivania tidak akan mengakuinya. Tidak dapat ia bayangkan jika sampai rahasia ini terungkap ke publik. Tidak hanya dirinya, semua anggota keluarganya pasti akan mendapatkan hinaan dan celaan dari semua orang, terutama dari kalangan pengusaha. “Omong kosong?” Yesha tertawa pelan. “Aku yakin mama pasti lebih tahu dibandingkan aku. Atau, mama mau aku mengatakannya secara langsung?” “Dengar, Yesha. Kalau kamu memang tidak ingin meminjami mama uang, tidak apa-apa. Tidak perlu mengatakan omong kosong yang tidak masuk akal dan mengatakan hal-hal yang tidak ada buktinya.” “Kalau mama mau bukti, kita bisa melakukan tes DNA kepada mereka berdua.” “Kau! D
Polisi benar-benar sigap menerima laporan yang diajukan oleh Elivia. Dalam dua hari setelah laporan masuk, polisi langsung menyelidiki Dhimani. Tentu saja hal itu membuat Rivania dan Gevarel terkejut ketika tiba-tiba ada beberapa polisi yang datang ke rumah mereka. Rivania semakin terkejut dengan keterangan polisi yang mengatakan bahwa ada yang menggugat Dhimani atas pemalsuan hak milik atas perusahaan milik mereka. Saat itu juga Rivania mencari pengacara untuk mendampingi Dhimani dalam manangani kasus ini. Rahasia yang selama ini terpendam erat pun akhirnya terkuak. Demi mempertahankan perusahaan yang sudah puluhan tahun, Rivania mengakui semuanya kepada kuasa hukumnya. Mengetahui bahwa pihak kliennya memang bersalah, sang kuasa hukum meminta bayaran lebih jika memang ingin memenangkan kasus ini. Sayangnya saat ini uang tabungan mereka sudah sangat menipis karena beberapa bulan terakhir ini pengeluaran mereka memang banyak. Namun pengeluaran mereka yang paling banyak adalah biaya un
Arian dan ayahnya sangat terkejut ketika melihat daftar pemegang saham terbaru mereka. Mereka tidak menyangka bahwa saat itu pemegang saham terbesar mereka adalah Yesha Altezza. Mereka berdua pun memutuskan untuk menemui Yesha sebelum rapat pemegang saham itu berlangsung. Meminta wanita itu untuk tidak setuju jika ada pemilihan pemimpin baru. Arian pun tidak menolak ketika ayahnya meminta dirinya menemui Yesha ketika wanita itu datang ke perusahaan untuk mengikuti rapat. Mereka memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tinggi bahwa Yesha pasti akan setuju atas permintaan mereka, mengingat hubungan Arian dan Yesha saat ini adalah saudara ipar. Sementara untuk para pemegang saham yang memiliki jumlah saham sedikit, Arian dan ayahnya sudah mendatangi mereka dan meminta mereka untuk menolak usulan penggantian pemimpin perusahaan pada saat rapat. Tentu saja dengan imbalan masing-masing mendapatkan saham sebesar satu persen. “Jika memang ada sesuatu hal yang penting yang ingin kamu bicaraka