Kini Yesha bisa tenang karena berhasil menemukan mata-mata di rumahnya. Serta telah mengeluarkan mereka dari rumah. Sekarang ia tidak perlu takut lagi ada yang mengawasi setiap gerak-geriknya. Kasus Sandria dan Alina pun sudah diputuskan. Mereka dijatuhi hukuman bui selama satu tahun dengan denda sebesar dua ratus juta rupiah. Meski pada awalnya ada mediasi untuk berdamai, tetapi Andra dan Nala tidak ingin berdamai karena telah mengganggu kehidupan Yesha. Sebenarnya, sebelum sidang pertama dibuka, Candar—suami Sandria—datang ke rumah dan meminta kepada Yesha untuk mencabut tuntutan atas istri dan anaknya. Tentu saja Yesha menolak. Orang seperti mereka tidak akan jera jika tidak diberi pelajaran. “Kita mau ke mana?” Raka menatap Yesha setelah memandang jalanan yang tidak menuju ke rumah mereka. “Rahasia.” Yesha mengelus kepala Raka, senyumnya terkembang untuk menggoda anak itu yang membuat anak itu memasang wajah cemberut. Tidak tahu apakah ia harus merasa senang atau sedih dengan
Sesuai janjinya kepada Rezvan, Yesha pun pergi ke rumah sakit setelah memastikan bahwa anak-anak telah tidur siang. “Selamat ya, Bu, Anda hamil,” ucap dokter dengan senyum lebar kepada Yesha setelah memeriksa dan memastikan bahwa Yesha benar-benar hamil. “Mungkin rasa lelah dan lemas yang Anda rasakan selama ini adalah efek dari kehamilan Anda.” “Saya hamil, Dok?” Yesha tidak percaya dengan pendengarannya. “Dokter serius?” Ia tidak menyangka bahwa dirinya akan hamil hanya dengan sekali berhubungan badan dengan Rezvan. Ia akui memang saat itu mereka melakukannya begitu lama dan Rezvan pun berkali-kali mengeluarkan spermanya di dalam dirinya. Namun tetap saja ia masih tidak bisa mempercayainya. Bukan Yesha tidak ingin mengandung anak Rezvan. Hanya saja ia masih tidak habis pikir bahwa dirinya bisa hamil hanya karena satu kali berhubungan badan. Ia pikir dirinya akan hamil jika sudah melakukannya berkali-kali. “Iya, Bu. Usia kandungannya sudah enam minggu. Memangnya ibu tidak pernah
Yakin bahwa Rezvan tidak akan membuka pintu, Yesha memutuskan untuk pergi. Namun ia termenung sejenak karena tidak tahu harus pergi ke mana. Seandainya saja apartemen miliknya tidak dijual, mungkin ia bisa tinggal di sana. Ia pun tidak mungkin meminta bantuan Alfan. Masih jelas diingatan Yesha jika Alfan akan menghajar Rezvan jika sampai pria itu menyia-nyiakan dirinya setelah apa yang ia korbankan. Yesha tidak ingin Alfan dan Rezvan bertengkar karena dirinya. Apalagi ini hanyalah salah paham belaka. Pulang ke rumah orang tuanya—orang tua Yesha Altezza—juga jelas tidak mungkin. Bukannya menampung dirinya, bisa-bisa mereka memarahi dirinya dan menyuruhnya kembali. Akan tetapi ia tidak mungkin akan diam di luar rumah semalaman. Ia takut Ravindra akan sakit terkena angin malam. Ingin membawa Ravindra menginap di hotel, tetapi dompetnya ada di dalam rumah. Yesha menghela napas, sedikit kesal karena Rezvan tidak memberinya uang. Setidaknya pria itu memberinya uang sebelum mengusirnya dan
Walaupun Yesha berkata dengan pelan, tetapi Trisa dan Ardhani dapat mendengarnya dengan jelas. Pasangan itu saling melirik satu sama lain sebelum akhirnya Ardhani yang membuka suara. “Lebih baik kamu makan dulu. Papa akan ceritakan sambil kita makan.” Sebenarnya Yesha sudah kehilangan nafsu makannya. Namun mengingat saat ini ia sedang mengandung, terpaksa ia harus makan. Benar apa yang dikatakan Trisa, saat ini dirinya juga membawa nyawa lain dalam dirinya. Jadi ia harus makan untuk memberi makan calon bayi mereka. Tidak berbeda jauh dengan Ravindra. Anak itu sudah kehilangan nafsu makannya. Namun Yesha mencoba untuk membujuknya hingga akhirnya anak itu mau makan. Tentu dengan Yesha yang menyuapinya. “Maafkan papa, Yesha. Papa tidak bermaksud untuk mengawasi kamu.” Ardhani memulai percakapan. “Papa terpaksa melakukannya. Itu karena nenekmu yang tidak mengizinkan papa untuk menemuimu setelah perceraian papa dan ibumu.” Yesha tahu siapa yang dimaksud nenek oleh Ardhani. Itu adalah i
Yesha akan memberikan waktu bagi Rezvan untuk menenangkan diri. Ia pikir mungkin ini adalah salah satu cobaan dalam rumah tangganya. “Untuk apa memberikan pria berengsek seperti itu waktu?” Ardhani berjalan menghampiri mereka yang duduk di taman belakang rumah, memperhatikan Ravindra yang bermain dengan Zadha. Ia mendudukkan diri di samping Yesha. “Papa akan lebih senang jika kamu berpisah dengannya. Sudah cukup kamu berkorban untuknya.” Yesha menggeleng pelan. “Aku merasa belum banyak berkorban untuknya, Pa.” “Kamu tidak perlu berbohong kepada papa. Kamu sudah membantunya mengumpulkan dana dan menguras semua tabungan serta mobilmu untuknya, tetapi, sekarang apa balasannya? Kau justru diusir oleh pria tidak punya hati itu,” ucap Ardhani marah. Ia tidak bisa menyembunyikan kebenciannya kepada Rezvan. Setelah apa yang dilakukan putrinya untuk Rezvan, pria itu justru membuang putrinya begitu saja dan menuduhnya yang tidak-tidak. Ayah mana yang tidak marah mendapati putrinya disia-siak
Yesha senang, meski orang tuanya membenci Rezvan, tetapi mereka tidak ikut membenci Raka dan Revan. Justru mereka menyambut hangat mereka berdua dan memperlakukan mereka sama seperti memperlakukan Ravindra. “Ini kuenya.” Yesha memasuki ruang keluarga dengan membawa nampan berisi kue buatannya yang baru saja matang. “Nanti kalau kalian ke sini lagi, bunda akan buatkan makanan yang enak.” “Hm!” sahut Raka dan Revan bersama, mulutnya sudah penuh dengan kue sehingga mereka hanya bergumam sebagai jawaban. “Pelan-pelan, Raka.” Trisa mengingatkan kala Raka makan begitu cepat, tangannya mengelus kepala Raka penuh kasih sayang. Trisa senang dengan anak-anak, karena itulah ia sangat memanjakan Ravindra selama mereka di rumah. Sebab selama ini, setelah anak-anaknya memasuki usia remaja, anak-anaknya selalu marah ketika ia memanjakan mereka. “Sini, kamu juga harus istirahat. Sejak kamu pulang tadi selalu saja sibuk. Tidak ada istirahatnya.” Trisa menarik tangan Yesha supaya duduk di sampingny
Selama ini Rezvan sudah biasa menatap orang-orang dengan tatapan tajam. Ia juga tidak pernah takut jika ada orang lain yang menatapnya balik dengan tatapan tajam. Namun, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Rezvan merasakan ketakutan dengan tatapan orang lain yang di arahkan kepadanya. “Papa, keda—” “Aku bukan papamu!” potong Ardhani cepat sebelum Rezvan menyelesaikan kata-katanya. “Pergi kau dari rumah ini!” “Saya akan pergi tetapi dengan membawa Yesha bersama saya,” jawab Rezvan mantap. Kedatangannya ke sini memang untuk menjemput Yesha dan Ravindra. Namun ia tidak menyangka bahwa keluarga Yesha akan sangat membencinya. Akan tetapi ia tidak akan menyerah dengan mudah untuk membawa Yesha kembali ke rumah bersamanya. “Dalam mimpimu! Aku tidak akan pernah membiarkan putriku tinggal bersama pria kejam dan tidak berperasaan sepertimu. Sudah cukup selama ini kamu menyia-nyiakan dirinya.” “Papa!” panggil Yesha. Diraihnya tangan sang ayah. “Papa, jangan bersikap begitu keras kepada Re
Yesha dan Rezvan memilih pulang ke rumah mereka terlebih dahulu untuk berkemas sebelum menjemput Raka dan Revan pulang sekolah. “Kamu tunggu di sini saja dengan Ravindra,” ucap Rezvan ketika Yesha ingin membantunya mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke kediaman Altezza. “Kalau begitu aku akan mengemasi barang-barang Raka dan Revan.” “Tidak perlu. Biarkan pelayan saja yang melakukannya. Kamu cukup duduk saja di sini dengan Ravindra. Ingat, saat ini kamu sedang hamil. Aku tidak ingin kamu kecapekan. Rezvan pun segera meminta Nala dan Hanna yang tadi menyambut mereka untuk mengemasi beberapa barang-barang penting milik Raka dan Revan. Lalu setelahnya ia mengecup kening Yesha dan berlalu pergi ke kamarnya untuk berkemas. Mengetahui bahwa Rezvan akan pindah ke rumah orang tua Yesha, Andra pun ingin ikut Yesha karena ia merasa dirinya menganggur selama tidak ada Yesha. Lagi pula ia bekerja untuk Yesha, jadi sudah seharusnya ia mengikuti Yesha kemana pun wanita itu pergi. Sayangny
Yesha membuka mata secara perlahan ketika indra pendengarannya menangkap banyak suara di ruang rawat inapnya. Untuk sesaat pandangannya pudar sebelum berubah menjadi jelas. Betapa terkejutnya ia ketika netranya menatap sosok keluarga Altezza tengah mengelilingi boks di mana putrinya berada. “Papa! Mama!” pekik Yesha dengan suara parau. Dengan sedikit kesulitan Yesha mencoba untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Mereka semua mengalihkan perhatian dari boks ke arah Yesha. Trisa dengan tanggap menghampiri Yesha dan membantunya untuk duduk. “Pelan-pelan.” “Mama.” Yesha menggenggam lengan Trisa dengan kuat, takut bahwa apa yang dilihatnya saat ini hanyalah halusinasinya saja karena dirinya yang sangat merindukan mereka. Trisa tersenyum lebar. Dibawanya Yesha ke dalam pelukan. “Iya, ini mama, Sayang.” Trisa mengelus lembut kepala putrinya yang hampir tiga bulan tidak bertemu. Yesha memeluk erat. Air mata mengalir membasahi wajahnya. “Jangan tinggalkan aku lagi, Ma.” “Kami tidak akan
Rivania dan Gevarel tidak terbiasa menjalani kehidupan sederhana yang jauh dari kemewahan. Karena itulah mereka menyewa rumah yang lumayan bagus dengan biaya sewa lima belas juta pertahun. Untuk biaya hidup, Gevarel mencoba untuk melamar pekerjaan, tetapi karena pemberitaan mengenai keluarganya, membuat namanya pun ikut terseret. Beberapa artikel menulis tentang keburukannya selama ini. Hal itu benar-benar berdampak besar pada citranya, membuat Gevarel kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya ia hanya bisa bekerja sebagai kasir di sebuah mini market kecil. Sementara Rivania sendiri mencoba menemui beberapa kenalan lamanya dulu, berharap mereka mau membantunya. Bagaimanapun dirinya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja di perusahaan. Dan untuk pekerjaan kasar, dirinya belum pernah melakukannya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Elivia. Wanita itu menyewa seseorang untuk membuntuti Rivania dan memotretnya, dan mengirimkannya kepada Dhimani. Tentu saja pria itu sangat marah
Keesokan harinya, pukul delapan pagi di sebuah restoran, Yesha memesan ruang pribadi untuk mereka. Ia tidak ingin pembicaraan mereka dicuri dengar oleh orang lain. Pasalnya berita mengenai Tuan Rahandika yang menjual perusahaannya pun sudah berada di televisi dan juga media cetak. Mengalahkan pemberitaan mengenai Dhimani yang diketahui memalsukan surat-surat kepemilikan perusahaan. Bagaimanapun para wartawan itu masih sedikit meragukan alasan Tuan Rahandika menjual perusahaan. Mereka meyakini bahwa pasti ada alasan lain yang membuat Tuan Rahandika sampai harus menjual perusahaan. “Ya, aku yang melakukannya.” Alfan mengakui. “Anggap saja ini hadiah untuk ayah dan bunda.” “Jangan bilang kalau sejak awal kamu memang sudah menargetkan mereka.” “Untuk membeli perusahaan, aku tidak merencanakannya. Itu muncul ketika Tuan Rahandika mengumumkan akan menjual perusahannya. Tapi sebelumnya aku memang sudah menargetkan mereka, lebih tepatnya aku menargetkan Arian.” Alfan pun menceritakan semu
Elivia benar-benar tidak menyangka bahwa polisi akan menindak laporannya dengan cepat. Bahkan kasusnya langsung masuk ke pengadilan setelah satu minggu dilakukan penyelidikan. Karena pihak terdakwa tidak memiliki pengacara untuk membela, sidang itu berjalan dengan lancar dan hukuman untuk Dhimani diputuskan pada sidang kedua yang dilakukan tiga hari berikutnya. Walaupun ia ingin Dhimani dihukum lebih, tetapi melihat kondisi Dhimani yang lumpuh, dirinya cukup puas dengan putusan hakim. “Ini adalah saham yang sudah kita sepakati.” Elivia meletakkan map di hadapan Yesha. “Totalnya tiga puluh persen seperti yang kamu minta.” Dua minggu lalu, setelah sidang putusan kasus pemalsuan Dhimani dijatuhkan, Elivia segera pergi ke perusahaan dengan asisten pribadi yang sengaja Rezvan berikan kepada wanita itu untuk membantunya belajar mengelola bisnis. Para pemegang saham memang sempat dibuat terkejut dengan kedatangan Elivia. Namun karena perusahaan yang berada dalam masalah finansial yang ser
Arian menatap Yesha dengan sedikit kebencian di matanya. “Kakak tahu kalau perusahaan ini adalah satu-satunya untuk kami bertahan hidup. Jika kakak tidak ingin menghancurkan keluargaku, seharusnya kakak memilih ayahku untuk tetap menjadi presdir. Jika posisi ayahku digantikan orang lain, kami tidak bisa bekerja di tempat lain karena orang sudah menilai buruk reputasi keluarga kami. Apalagi setelah berita di internet mengenai kehamilan Vania di luar nikah. Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya bekerja.” Di luar, keluarga Rahandika terlihat baik-baik saja. Namun pada kenyataannya, keluarga mereka saat ini sangat kacau. Mereka tidak memiliki apa-apa lagi selain perusahaan itu. Karena itulah Tuan Rahandika berusaha keras membujuk beberapa pemegang saham untuk tetap mempertahankan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. “Dengar, Arian. Ini adalah dunia bisnis, seharusnya kamu tahu apa yang diinginkan oleh seorang pebisnis. Tidak ada orang yang ingin membuat perusahaannya semakin terpuru
“Ketika aku menemanimu check up dan kita bertemu dengan Rivania. Aku tidak sengaja melihatmu tersenyum kecil ketika melihat Dhimani terbaring di rumah sakit. Karena merasa sedikit aneh, jadi aku meminta Damar untuk menyelidikinya.” Awalnya ia tidak curiga ketika Rivania mengatakan bahwa Dhimani mengalami kecelakaan tunggal ketika pulang dari perjalanan bisnis ke luar kota. Namun ketika ia melihat ekspresi dan senyum Yesha yang penuh kepuasan, ia yakin istrinya pasti telah melakukan sesuatu di belakangnya. Karena itulah ia meminta Damar untuk menyelidikinya. Dan dugaannya terbukti benar, bahwa semua itu adalah ulah istrinya. Walau begitu Rezvan tidak mengatakan apa-apa. Apalagi Yesha sendiri pun tidak mengatakan apa-apa. Meski sedikit marah karena Yesha tidak memberitahunya, tetapi ia mencoba untuk menghargai privasi istrinya. Yesha menghela napas pelan. “Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.” Tampaknya memang sulit untuk menyembunyikan apa pun dari Rezvan. Padahal Yes
Dada Rivania berdetak sangat cepat. Tanpa sadar, tangannya terkepal erat. Bagaimana mungkin Yesha bisa tahu rahasia terdalamnya bahwa Gevarel adalah anak Dhimani dan bukan anak Ardhani? Yesha menatap Rivania penuh dengan senyum mencemooh. “Mama tidak perlu menyembunyikannya lagi.” “Omong kosong apa yang kamu katakan!” Apa pun yang terjadi, Rivania tidak akan mengakuinya. Tidak dapat ia bayangkan jika sampai rahasia ini terungkap ke publik. Tidak hanya dirinya, semua anggota keluarganya pasti akan mendapatkan hinaan dan celaan dari semua orang, terutama dari kalangan pengusaha. “Omong kosong?” Yesha tertawa pelan. “Aku yakin mama pasti lebih tahu dibandingkan aku. Atau, mama mau aku mengatakannya secara langsung?” “Dengar, Yesha. Kalau kamu memang tidak ingin meminjami mama uang, tidak apa-apa. Tidak perlu mengatakan omong kosong yang tidak masuk akal dan mengatakan hal-hal yang tidak ada buktinya.” “Kalau mama mau bukti, kita bisa melakukan tes DNA kepada mereka berdua.” “Kau! D
Polisi benar-benar sigap menerima laporan yang diajukan oleh Elivia. Dalam dua hari setelah laporan masuk, polisi langsung menyelidiki Dhimani. Tentu saja hal itu membuat Rivania dan Gevarel terkejut ketika tiba-tiba ada beberapa polisi yang datang ke rumah mereka. Rivania semakin terkejut dengan keterangan polisi yang mengatakan bahwa ada yang menggugat Dhimani atas pemalsuan hak milik atas perusahaan milik mereka. Saat itu juga Rivania mencari pengacara untuk mendampingi Dhimani dalam manangani kasus ini. Rahasia yang selama ini terpendam erat pun akhirnya terkuak. Demi mempertahankan perusahaan yang sudah puluhan tahun, Rivania mengakui semuanya kepada kuasa hukumnya. Mengetahui bahwa pihak kliennya memang bersalah, sang kuasa hukum meminta bayaran lebih jika memang ingin memenangkan kasus ini. Sayangnya saat ini uang tabungan mereka sudah sangat menipis karena beberapa bulan terakhir ini pengeluaran mereka memang banyak. Namun pengeluaran mereka yang paling banyak adalah biaya un
Arian dan ayahnya sangat terkejut ketika melihat daftar pemegang saham terbaru mereka. Mereka tidak menyangka bahwa saat itu pemegang saham terbesar mereka adalah Yesha Altezza. Mereka berdua pun memutuskan untuk menemui Yesha sebelum rapat pemegang saham itu berlangsung. Meminta wanita itu untuk tidak setuju jika ada pemilihan pemimpin baru. Arian pun tidak menolak ketika ayahnya meminta dirinya menemui Yesha ketika wanita itu datang ke perusahaan untuk mengikuti rapat. Mereka memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tinggi bahwa Yesha pasti akan setuju atas permintaan mereka, mengingat hubungan Arian dan Yesha saat ini adalah saudara ipar. Sementara untuk para pemegang saham yang memiliki jumlah saham sedikit, Arian dan ayahnya sudah mendatangi mereka dan meminta mereka untuk menolak usulan penggantian pemimpin perusahaan pada saat rapat. Tentu saja dengan imbalan masing-masing mendapatkan saham sebesar satu persen. “Jika memang ada sesuatu hal yang penting yang ingin kamu bicaraka