Setelah mengetahui semua rahasia Febrina, Yesha sudah bertekad untuk membantu Rezvan membalas semua perbuatan Febrina kepada pria itu. Sudah cukup wanita itu menyakiti Rezvan, kini biarkan wanita itu mendapatkan balasannya. Meskipun dirinya—jika memang diperlukan—harus melenyapkan nyawa Febrina, ia akan melakukannya. Apa pun akan ia lakukan demi Rezvan. “Bagaimana? Enak?” Yesha menatap ke tiga anak-anaknya dan Rezvan yang sedang mencicipi kue buatannya. “Masakan bunda memang selalu yang paling enak,” puji Ravindra dengan senyum kecil. Sementara si kembar tidak menjawab, tetapi dari ekspresi berbinar di wajah Raka dan Revan kala menyantap kue tidak luput dari pandangannya, membuatnya tersenyum puas. Sementara Rezvan yang tidak menyukai manis—yang ia paksa untuk mencicipi—hanya menjawab dengan gumaman. “Kalau begitu makanlah yang banyak. Bunda akan membuatkannya lagi jika habis.” Sesuai janjinya kepada ketiga anak-anaknya, sepulang dari menjemput Ravindra, Yesha membuat banyak kue
Kedatangan Sandria membuat Andra merasa sungkan dengan Yesha. Setelah berdiskusi dengan Nala, Andra memutuskan untuk menceritakan kehidupan pribadi mereka kepada Yesha setelah jam makan malam. Andra pun menceritakan kepada Yesha bahwa wanita yang mereka temui tadi adalah bibinya dari pihak ayah. Orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan kerja saat mereka masih berusia enam dan empat tahun. Sandria menawarkan diri untuk merawat mereka. Sejak kecil mereka berdua disuruh bekerja dengan alasan untuk membantu ekonomi keluarga bibi mereka yang pas-pasan. Bahkan, tanpa mereka ketahui, ternyata Sandria telah menjual semua aset mereka yang ditinggalkan oleh orang tua mereka. Saat mereka mengetahuinya, Sandria beralasan bahwa hasil penjualan aset itu digunakan untuk biaya hidup dan sekolah mereka. Namun kenyataannya, mereka menjual semua itu untuk keperluan mereka sendiri. Mereka orang yang malas dan suka berfoya-foya. Bahkan mereka sampai berhutang demi untuk bisa berfoya-foya. Dan akibatn
“Saya sangat yakin sekali.” Zaidan menjawab dengan mantap. “Bayi laki-laki yang selama ini diakui oleh Deano sebagai anaknya yang meninggal sesaat setelah dilahirkan, sebenarnya itu bukanlah anak kandungnya, melainkan cucu dari Indira, pelayan kepercayaannya, yang kebetulan juga melahirkan di rumah sakit yang sama dengan Neysha dan Adira. Bayi laki-laki itu memang benar meninggal sesaat setelah dilahirkan, tetapi bukan karena jantungnya yang lemah, melainkan lehernya yang terlalu lama terlilit plasenta ketika berada di dalam kandungan karena air ketubannya yang mulai kering dan terlambat dibawa ke rumah sakit.” “Sebelum kematiannya, Adira sempat bertemu dengan tuan Giyatsa dan menyerahkan bayinya kepada tuan Giyatsa. Sementara tuan Giyatsa sendiri menyerahkan putranya kepada Indira, pelayan kepercayaannya. Jadi selama ini, putri yang selalu ia banggakan bukanlah putri kandungnya, melainkan keturunan satu-satunya dari keluarga Varley. Sayang nasib anak itu sangat malang, meninggal dal
Seperti biasa, Coffe and Cake selalu ramai dengan pengunjung. Alfan sudah berada di kafe ketika Yesha datang. “Katakan kepadaku, sejak kapan kamu mengetahui bahwa aku adalah anak angkat ayah dan bunda?” tanya Yesha langsung ke intinya setelah pelayan yang mengantar pesanan mereka pergi. Alfan sangat terkejut dan tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Yesha. “Dari mana kamu tahu?” bukannya menjawab, Alfan justru bertanya balik. Ia benar-benar terkejut dan juga heran dari mana Yesha tahu bahwa dirinya bukanlah anak kandung orang tuanya. Padahal selama ini mereka selalu menutup rapat tentang hal ini. “Apakah kamu sudah mengetahuinya sejak pertama kali ayah memberitahumu bahwa kamu anak kandungnya?” Yesha tidak menjawab pertanyaan Alfan, tetapi justru memberi pertanyaan lain kepada Alfan. “Katakan kepadaku, siapa yang mengatakan omong kosong seperti itu kepadamu?” Alfan mencoba untuk menutupinya. Ia sudah berjanji kepada ke dua orang tuanya untuk selalu menjaga
Yesha duduk di ruang keluarga menunggu kepulangan Rezvan. Entah kenapa pria itu belum pulang dari tadi. Saat ia menelepon, Rezvan tidak mengangkat panggilannya, begitu pula dengan pesan singkat yang ia kirimkan, tidak ada balasan. Ia merasa cemas karena ini pertama kalinya—sejak ia berpindah ke raga Yesha Altezza—Rezvan tidak pulang hingga hampir tengah malam tanpa ada kabar. Begitu pula dengan Damar yang tidak mengangkat panggilan telepon darinya. Ia bergegas bangkit dari duduknya ketika mendengar suara pintu rumah dibuka. “Ada apa dengannya?” Yesha menghampiri mereka, berdiri di hadapan Rezvan yang terlihat mabuk berat. Bulu kuduk Yesha meremang ketika mata Rezvan yang merah dan sayu itu tiba-tiba menatap tajam ke arahnya. “Malam, Nyonya.” Damar menatap Yesha. “Tadi siang teman tuan datang ke kantor dan mengajak tuan untuk minum bersama setelah pulang kerja.” “Biarkan aku saja yang mengurusnya, kamu pasti lelah, jadi beristirahatlah.” Yesha mengambil alih untuk memapah Rezvan.
“Untuk apa kau ke sini?” tanyanya dingin ketika Yesha mengikutinya memasuki ruang kerjanya tanpa menatap wanita itu. Yesha mengabaikan ucapan Rezvan dan duduk di kursi meja kerja yang berhadapan dengan Rezvan. “Aku tidak tahu apa salahku, tapi jika benar aku bersalah atau melakukan kesalahan, kamu bisa mengatakannya kepadaku supaya aku tahu kesalahanku,” ucap Yesha tanpa berbasa-basi. Ia lelah harus menebak apa yang ada dipikiran suaminya itu. “Aku serius. Aku benar-benar tidak tahu di mana kesalahanku sehingga kamu begitu sangat marah kepadaku.” “Rasanya aku tidak perlu mengatakannya, kau pasti tahu dengan sangat jelas apa yang sudah kau lakukan,” Rezvan masih berkata tanpa memandang Yesha. Ia justru menyalakan komputernya. Yesha menghela napas pelan. Ia benar-benar lelah harus bermain tebak-tebakan dengan Rezvan. “Rezvan, kita bukan lagi anak kecil yang harus bermain tebak-tebakan untuk menyelesaikan masalah.” Yesha berkata pelan, ia benar-benar lelah secara fisik dan mental unt
Untuk mendapatkan kepercayaan Rezvan kembali, Yesha memutuskan untuk ikut mengantar anak-anak ke sekolah bersama Rezvan. Bahkan ia pun rela tidak mengunjungi makam pasangan Giyatsa dan memilih ikut Rezvan ke perusahaan setelah mengantar anak-anak. Meski sangat membosankan karena tidak bisa melakukan apa-apa, tetapi Yesha mencoba untuk menikmatinya. Terkadang ia jalan-jalan di perusahan Rezvan untuk melihat-lihat. Sementara Rezvan sendiri, sudah tidak terhitung berapa kali ia melarang Yesha untuk ikut ke kantor. Ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan Yesha di ruang kerjanya. Apalagi ketika wanita itu selalu menatapnya lekat-lekat. Namun Yesha tidak mengindahkan ucapannya, membuat Rezvan hanya bisa membiarkan saja wanita itu bertindak sesuka hatinya. “Rezvan, ayo kita jemput Ravindra.” Yesha yang baru saja jalan-jalan di lantai lima bersama Rayka, memasuki ruang kerja Rezvan. Rezvan pun mengakhiri pekerjaannya. Tanpa kata, ia bangkit dari duduknya, meninggalkan ruang kerjanya diikut
Wajah Andra berubah merah. Tangannya terkepal erat hingga buku tangannya memutih. Dengan menahan amarah, ia berkata dengan suara tertahan, “Bukankah waktu itu sudah diberi tiga puluh juta? Apa itu masih kurang untuk kalian?” “Tentu saja! Apa kamu pikir uang segitu cukup? Kami memiliki banyak keperluan,” sahut Alina yang diangguki oleh Sandria. Sebenarnya tujuan mereka datang meminta uang karena mereka ingin berbelanja. Uang tiga puluh juta dari Yesha kemarin sudah habis seminggu yang lalu. Mereka menggunakannya untuk berfoya-foya. Mereka juga meminta orang untuk mencari tahu alamat Andra karena mereka tidak tahu di mana Andra tinggal. Mereka tidak akan menyia-nyiakan tambang emas mereka ketika mengetahui bahwa Andra tinggal di perumahan elit. Karena itulah saat ini mereka berada di rumah Rezvan dengan tujuan untuk meminta uang kembali. “Tidak! Aku tidak akan memberikannya,” tolak Andra tegas, selain itu, ia juga tidak memiliki uang sebanyak itu. Sementara Yesha langsung mentransfer
Yesha membuka mata secara perlahan ketika indra pendengarannya menangkap banyak suara di ruang rawat inapnya. Untuk sesaat pandangannya pudar sebelum berubah menjadi jelas. Betapa terkejutnya ia ketika netranya menatap sosok keluarga Altezza tengah mengelilingi boks di mana putrinya berada. “Papa! Mama!” pekik Yesha dengan suara parau. Dengan sedikit kesulitan Yesha mencoba untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Mereka semua mengalihkan perhatian dari boks ke arah Yesha. Trisa dengan tanggap menghampiri Yesha dan membantunya untuk duduk. “Pelan-pelan.” “Mama.” Yesha menggenggam lengan Trisa dengan kuat, takut bahwa apa yang dilihatnya saat ini hanyalah halusinasinya saja karena dirinya yang sangat merindukan mereka. Trisa tersenyum lebar. Dibawanya Yesha ke dalam pelukan. “Iya, ini mama, Sayang.” Trisa mengelus lembut kepala putrinya yang hampir tiga bulan tidak bertemu. Yesha memeluk erat. Air mata mengalir membasahi wajahnya. “Jangan tinggalkan aku lagi, Ma.” “Kami tidak akan
Rivania dan Gevarel tidak terbiasa menjalani kehidupan sederhana yang jauh dari kemewahan. Karena itulah mereka menyewa rumah yang lumayan bagus dengan biaya sewa lima belas juta pertahun. Untuk biaya hidup, Gevarel mencoba untuk melamar pekerjaan, tetapi karena pemberitaan mengenai keluarganya, membuat namanya pun ikut terseret. Beberapa artikel menulis tentang keburukannya selama ini. Hal itu benar-benar berdampak besar pada citranya, membuat Gevarel kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya ia hanya bisa bekerja sebagai kasir di sebuah mini market kecil. Sementara Rivania sendiri mencoba menemui beberapa kenalan lamanya dulu, berharap mereka mau membantunya. Bagaimanapun dirinya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja di perusahaan. Dan untuk pekerjaan kasar, dirinya belum pernah melakukannya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Elivia. Wanita itu menyewa seseorang untuk membuntuti Rivania dan memotretnya, dan mengirimkannya kepada Dhimani. Tentu saja pria itu sangat marah
Keesokan harinya, pukul delapan pagi di sebuah restoran, Yesha memesan ruang pribadi untuk mereka. Ia tidak ingin pembicaraan mereka dicuri dengar oleh orang lain. Pasalnya berita mengenai Tuan Rahandika yang menjual perusahaannya pun sudah berada di televisi dan juga media cetak. Mengalahkan pemberitaan mengenai Dhimani yang diketahui memalsukan surat-surat kepemilikan perusahaan. Bagaimanapun para wartawan itu masih sedikit meragukan alasan Tuan Rahandika menjual perusahaan. Mereka meyakini bahwa pasti ada alasan lain yang membuat Tuan Rahandika sampai harus menjual perusahaan. “Ya, aku yang melakukannya.” Alfan mengakui. “Anggap saja ini hadiah untuk ayah dan bunda.” “Jangan bilang kalau sejak awal kamu memang sudah menargetkan mereka.” “Untuk membeli perusahaan, aku tidak merencanakannya. Itu muncul ketika Tuan Rahandika mengumumkan akan menjual perusahannya. Tapi sebelumnya aku memang sudah menargetkan mereka, lebih tepatnya aku menargetkan Arian.” Alfan pun menceritakan semu
Elivia benar-benar tidak menyangka bahwa polisi akan menindak laporannya dengan cepat. Bahkan kasusnya langsung masuk ke pengadilan setelah satu minggu dilakukan penyelidikan. Karena pihak terdakwa tidak memiliki pengacara untuk membela, sidang itu berjalan dengan lancar dan hukuman untuk Dhimani diputuskan pada sidang kedua yang dilakukan tiga hari berikutnya. Walaupun ia ingin Dhimani dihukum lebih, tetapi melihat kondisi Dhimani yang lumpuh, dirinya cukup puas dengan putusan hakim. “Ini adalah saham yang sudah kita sepakati.” Elivia meletakkan map di hadapan Yesha. “Totalnya tiga puluh persen seperti yang kamu minta.” Dua minggu lalu, setelah sidang putusan kasus pemalsuan Dhimani dijatuhkan, Elivia segera pergi ke perusahaan dengan asisten pribadi yang sengaja Rezvan berikan kepada wanita itu untuk membantunya belajar mengelola bisnis. Para pemegang saham memang sempat dibuat terkejut dengan kedatangan Elivia. Namun karena perusahaan yang berada dalam masalah finansial yang ser
Arian menatap Yesha dengan sedikit kebencian di matanya. “Kakak tahu kalau perusahaan ini adalah satu-satunya untuk kami bertahan hidup. Jika kakak tidak ingin menghancurkan keluargaku, seharusnya kakak memilih ayahku untuk tetap menjadi presdir. Jika posisi ayahku digantikan orang lain, kami tidak bisa bekerja di tempat lain karena orang sudah menilai buruk reputasi keluarga kami. Apalagi setelah berita di internet mengenai kehamilan Vania di luar nikah. Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya bekerja.” Di luar, keluarga Rahandika terlihat baik-baik saja. Namun pada kenyataannya, keluarga mereka saat ini sangat kacau. Mereka tidak memiliki apa-apa lagi selain perusahaan itu. Karena itulah Tuan Rahandika berusaha keras membujuk beberapa pemegang saham untuk tetap mempertahankan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. “Dengar, Arian. Ini adalah dunia bisnis, seharusnya kamu tahu apa yang diinginkan oleh seorang pebisnis. Tidak ada orang yang ingin membuat perusahaannya semakin terpuru
“Ketika aku menemanimu check up dan kita bertemu dengan Rivania. Aku tidak sengaja melihatmu tersenyum kecil ketika melihat Dhimani terbaring di rumah sakit. Karena merasa sedikit aneh, jadi aku meminta Damar untuk menyelidikinya.” Awalnya ia tidak curiga ketika Rivania mengatakan bahwa Dhimani mengalami kecelakaan tunggal ketika pulang dari perjalanan bisnis ke luar kota. Namun ketika ia melihat ekspresi dan senyum Yesha yang penuh kepuasan, ia yakin istrinya pasti telah melakukan sesuatu di belakangnya. Karena itulah ia meminta Damar untuk menyelidikinya. Dan dugaannya terbukti benar, bahwa semua itu adalah ulah istrinya. Walau begitu Rezvan tidak mengatakan apa-apa. Apalagi Yesha sendiri pun tidak mengatakan apa-apa. Meski sedikit marah karena Yesha tidak memberitahunya, tetapi ia mencoba untuk menghargai privasi istrinya. Yesha menghela napas pelan. “Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.” Tampaknya memang sulit untuk menyembunyikan apa pun dari Rezvan. Padahal Yes
Dada Rivania berdetak sangat cepat. Tanpa sadar, tangannya terkepal erat. Bagaimana mungkin Yesha bisa tahu rahasia terdalamnya bahwa Gevarel adalah anak Dhimani dan bukan anak Ardhani? Yesha menatap Rivania penuh dengan senyum mencemooh. “Mama tidak perlu menyembunyikannya lagi.” “Omong kosong apa yang kamu katakan!” Apa pun yang terjadi, Rivania tidak akan mengakuinya. Tidak dapat ia bayangkan jika sampai rahasia ini terungkap ke publik. Tidak hanya dirinya, semua anggota keluarganya pasti akan mendapatkan hinaan dan celaan dari semua orang, terutama dari kalangan pengusaha. “Omong kosong?” Yesha tertawa pelan. “Aku yakin mama pasti lebih tahu dibandingkan aku. Atau, mama mau aku mengatakannya secara langsung?” “Dengar, Yesha. Kalau kamu memang tidak ingin meminjami mama uang, tidak apa-apa. Tidak perlu mengatakan omong kosong yang tidak masuk akal dan mengatakan hal-hal yang tidak ada buktinya.” “Kalau mama mau bukti, kita bisa melakukan tes DNA kepada mereka berdua.” “Kau! D
Polisi benar-benar sigap menerima laporan yang diajukan oleh Elivia. Dalam dua hari setelah laporan masuk, polisi langsung menyelidiki Dhimani. Tentu saja hal itu membuat Rivania dan Gevarel terkejut ketika tiba-tiba ada beberapa polisi yang datang ke rumah mereka. Rivania semakin terkejut dengan keterangan polisi yang mengatakan bahwa ada yang menggugat Dhimani atas pemalsuan hak milik atas perusahaan milik mereka. Saat itu juga Rivania mencari pengacara untuk mendampingi Dhimani dalam manangani kasus ini. Rahasia yang selama ini terpendam erat pun akhirnya terkuak. Demi mempertahankan perusahaan yang sudah puluhan tahun, Rivania mengakui semuanya kepada kuasa hukumnya. Mengetahui bahwa pihak kliennya memang bersalah, sang kuasa hukum meminta bayaran lebih jika memang ingin memenangkan kasus ini. Sayangnya saat ini uang tabungan mereka sudah sangat menipis karena beberapa bulan terakhir ini pengeluaran mereka memang banyak. Namun pengeluaran mereka yang paling banyak adalah biaya un
Arian dan ayahnya sangat terkejut ketika melihat daftar pemegang saham terbaru mereka. Mereka tidak menyangka bahwa saat itu pemegang saham terbesar mereka adalah Yesha Altezza. Mereka berdua pun memutuskan untuk menemui Yesha sebelum rapat pemegang saham itu berlangsung. Meminta wanita itu untuk tidak setuju jika ada pemilihan pemimpin baru. Arian pun tidak menolak ketika ayahnya meminta dirinya menemui Yesha ketika wanita itu datang ke perusahaan untuk mengikuti rapat. Mereka memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tinggi bahwa Yesha pasti akan setuju atas permintaan mereka, mengingat hubungan Arian dan Yesha saat ini adalah saudara ipar. Sementara untuk para pemegang saham yang memiliki jumlah saham sedikit, Arian dan ayahnya sudah mendatangi mereka dan meminta mereka untuk menolak usulan penggantian pemimpin perusahaan pada saat rapat. Tentu saja dengan imbalan masing-masing mendapatkan saham sebesar satu persen. “Jika memang ada sesuatu hal yang penting yang ingin kamu bicaraka