Dari informasi yang diberikan Zaidan kepadanya, Nikken, Jehan, dan Renoa adalah sahabat Yesha Altezza. Sayangnya pemilik tubuh tidak menyadari bahwa ketiga sahabatnya itu hanya memanfaatkan keroyalannya saja. Terbukti tidak ada satu pun dari mereka yang menghubunginya sekadar bertanya keadaannya setelah percobaan bunuh dirinya yang terakhir kali. Karena sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya—yang kedua, Yesha Altezza sempat menghubungi sahabat-sahabatnya itu, tetapi tidak ada dari mereka yang memedulikannya. Mereka beralasan sedang sibuk saat itu. Benar-benar tidak ada satu pun dari mereka yang peduli atau berada di sisi Yesha Altezza ketika wanita itu berada dalam masa sulitnya. Padahal selama ini pemilik tubuh sering membelikan apapun yang diinginkan oleh mereka bertiga hanya dengan bermodalkan kata-kata manis. Atau mungkin pemilik tubuh sudah tahu, tetapi tutup mata karena memang hanya mereka bertigalah orang yang dekat dengannya. Dalam ingatan Yesha Altezza, tidak ada yang
Sesampainya di rumah, setelah makan siang bersama anak-anak dan memintanya istirahat, Yesha berdiam diri di kamarnya. Ia mencari berita mengenai Alfan di internet. Dan benar saja, banyak berita mengenai pria itu beredar di internet. Ia benar-benar masih belum bisa percaya dengan apa yang baru saja ia baca mengenai Alfan. Bisa-bisanya mereka merahasiakan hal ini selama ini dari dirinya. Entah kenapa Yesha merasa seperti telah dikhianati, meski di artikel itu Alfan mengatakan bahwa mereka melakukan itu untuk menghindari dari kejahatan Deska—paman mereka. Yesha mengambil ponselnya dan menghubungi Alfan yang langsung diangkat oleh pria itu. Yesha mengatakan bahwa dirinya ingin bertemu dengn pria itu besok pagi pukul 08.00 di kafe tempat biasa mereka bertemu. Tepat setelah ia selesai menghubungi Alfan, Andra datang menemuinya. “Nona, saya sudah mendapatkan siapa dalang di balik beredarnya rumor mengenai Anda di internet.” Mata Yesha melebar. “Benarkah? Siapa dia?” tanyanya antusias. An
“Aku memintamu untuk bertemu hari ini karena ingin mendengar langsung dari mulutmu. Jadi berhentilah berpura-pura yang membuatku semakin seperti orang bodoh,” lanjut Yesha sedikit geram karena Alfan yang masih bisa berpura-pura di hadapannya. “Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.” Alfan berkata pelan, ia yakin Yesha pasti akan terpukul dan sedih jika mengetahui kenyataan ini, karena itulah ia tidak berani mengatakannya secara langsung saat mereka bertemu sebelumnya. Ia tidak mampu melihat kesedihan di mata saudaranya. “Jadi itulah kenapa ayah membawamu ke rumah. Itu karena kamu adalah saudaraku dan juga putra ayah?” Dada Yesha sesak mengetahui kenyataan itu. Tidak menyangka bahwa orang tuanya telah menyembunyikan hal sebesar ini darinya. Lima belas tahun mereka bersama dan ia justru menjadikan saudaranya sendiri seperti pelayan yang selalu ia suruh-suruh. “Ini bukan salahmu.” Alfan meraih tangan Yesha dan menggenggamnya. “Ayah terpaksa melakukan itu. Ini
Yesha berlari untuk menyambut kedatangan Rezvan yang baru pulang. Ia menerjang tubuh Rezvan dan memeluknya dengan sangat erat. Rezvan yang terkejut dengan tindakan Yesha pun refleks membalas pelukan wanita itu sembari menstabilkan tubuhnya supaya tidak jatuh. Dalam dekapan Rezvan, Yesha merasakan ketenangan. Beban pikiran yang ia alami hari ini sedikit terangkat. Sepulang dari menjemput anak-anak tadi, Yesha terus menyalahkan dirinya sendiri setiap kali mengingat ucapan Alfan. Kedatangan Rezvan benar-benar membuatnya merasa tenang dan damai. “Lepas!” Rezvan mencoba untuk melepaskan Yesha dari tubuhnya, sayangnya Yesha terus menempel seperti lintah. Yesha benar-benar tidak ingin melepaskan Rezvan. Ia ingin lebih lama memeluk tubuh orang yang dicintainya. Rezvan yang geram karena tubuhnya merasa gerah dan juga lengket, menyuruh Damar yang berada di belakangnya dengan koper di tangan, untuk membantunya melepaskan Yesha yang tidak mau melepaskan pelukannya. Mengetahui hal itu, Yesha d
Sesuai janjinya dengan orang tua Yesha, Rezvan membawa istri dan ke tiga anaknya menginap di kediaman Elden, mertuanya. Awalnya si kembar menolak, tetapi Rezvan memberikan pengertian kepada mereka. Cukup lama ia membujuk sebelum akhirnya mereka berdua mau menginap. Selama ini Raka dan Revan memang tidak pernah menginap di rumah orang lain, termasuk di kediaman utama Wibisana. Rivania menyambut hangat kedatangan mereka. Walau sebelumnya ia sangat marah kepada putrinya, tetapi bagaimanapun Yesha tetap putrinya. Kemarahannya berangsur-angsur hilang. Berdasarkan saran dari Dhimani, kini mereka mulai berani membalas orang yang masih mencemooh keluarga mereka secara halus. Cukup hanya menyebut nama Rezvan Wibisana, orang-orang yang mencemooh mereka itu akan langsung diam. Keluarga Wibisana merupakan keluarga yang memiliki perusahaan besar di Indonesia yang sudah lama berdiri. Hampir semua pengusaha mengenal keluarga Wibisana. Pengaruh keluarga Wibisana sangat besar dalam keluarga pebisnis
Yesha meremat ponsel dan kembali menghubungi nomor Arian untuk yang keempat kalinya. Duduknya semakin gelisah, takut terjadi apa-apa dengan Arian karena tidak mengangkat panggilan teleponnya. Lagi, panggilan teleponnya masih tidak dijawab oleh Arian. Dan akhirnya Yesha pun memutuskan untuk pergi ke rumah kekasihnya itu. “Nona, Anda mau ke mana?” tanya Alfan ketika melihat Yesha berjalan keluar rumah dengan langkah tergesa-gesa. “Aku ingin menemui Arian.” Yesha berjalan menuju garasi dengan Alfan yang mengikuti di belakangnya. “Sudah tiga hari ia tidak datang ke rumah. Bahkan panggilanku pun tidak dijawab olehnya. Aku mengkhawatirkan dirinya.” Sudah tiga hari Arian tidak datang ke rumahnya tanpa memberinya kabar. Dan setiap ditelepon pun tidak pernah dijawab. Benar-benar membuat dirinya khawatir dengan pemuda itu. Berbeda dengan tiga hari sebelumnya, di mana Arian selalu menemani dan menghibur dirinya selama seharian penuh, dari pagi hingga pukul sembilan malam. “Biar saya antar.” A
Pukul sembilan malam mereka tiba di rumah. Yesha segera mengantar anak-anaknya ke kamar mereka dan meminta mereka menggosok gigi dan mencuci kaki sebelum tidur karena besok mereka harus sekolah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada anak-anaknya, barulah ia kembali ke kamarnya. Sementara Rezvan sendiri langsung menuju ke ruang kerjanya sesampainya mereka di rumah. Sebenarnya Rezvan mengajak mereka pulang pada sore hari, tetapi Rivania meminta mereka untuk tinggal sampai makan malam, membuat Rezvan terpaksa mengiakan permintaan Rivania. Tentu saja mereka tidak langsung pulang, melainkan mengobrol sebentar sebagai bentuk sopan santun sebelum pulang. Tok ... tok ... tok ... “Nyonya.” Ketukan pintu disusul suara Hanna memanggilnya, membuat Yesha yang bersiap hendak merebahkan diri di tempat tidur pun membatalkan niatnya. Hanna melangkah masuk setelah ia mempersilakan masuk. “Hanna, ada apa?” tanyanya penasaran dengan kedatangan Hanna malam-malam ke kamarnya. Biasanya wanita itu han
Walaupun masih pagi, suasana kafe sudah ramai ketika Yesha tiba. Kakinya melangkah menuju meja yang berada di bagian pojok kafe, dekat dengan dinding kaca, tempat favorit mereka karena bisa menikmati lalu-lalang kendaraan serta pejalan kaki. Di sana, Alfan sudah menunggu kedatangannya. Mereka berbasa-basi sembari menunggu pesanan mereka. “Kurasa, tujuan Febrina membuat rumor perselingkuhanmu dengan Raefal bukan hanya semata-mata untuk menjauhkanmu dari Raefal, tetapi tujuan sebenarnya adalah untuk menjatuhkan Rezvan,” ucap Alfan memulai percakapan setelah pelayan yang membawa pesanan mereka berlalu pergi. “Sebab berita itu beredar beberapa hari sebelum Rezvan melakukan tanda tangan kontrak kerja sama dengan perusahaan konstruksi. Dan karena berita itu, pihak lain membatalkan kerja sama mereka.” Yesha terkejut, benar-benar tidak menyangka bahwa beredarnya rumor perselingkuhannya ini berdampak besar. Tidak hanya kepada anak-anak, tetapi juga terhadap perusahaan suaminya. Pantas saja sa
Yesha membuka mata secara perlahan ketika indra pendengarannya menangkap banyak suara di ruang rawat inapnya. Untuk sesaat pandangannya pudar sebelum berubah menjadi jelas. Betapa terkejutnya ia ketika netranya menatap sosok keluarga Altezza tengah mengelilingi boks di mana putrinya berada. “Papa! Mama!” pekik Yesha dengan suara parau. Dengan sedikit kesulitan Yesha mencoba untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Mereka semua mengalihkan perhatian dari boks ke arah Yesha. Trisa dengan tanggap menghampiri Yesha dan membantunya untuk duduk. “Pelan-pelan.” “Mama.” Yesha menggenggam lengan Trisa dengan kuat, takut bahwa apa yang dilihatnya saat ini hanyalah halusinasinya saja karena dirinya yang sangat merindukan mereka. Trisa tersenyum lebar. Dibawanya Yesha ke dalam pelukan. “Iya, ini mama, Sayang.” Trisa mengelus lembut kepala putrinya yang hampir tiga bulan tidak bertemu. Yesha memeluk erat. Air mata mengalir membasahi wajahnya. “Jangan tinggalkan aku lagi, Ma.” “Kami tidak akan
Rivania dan Gevarel tidak terbiasa menjalani kehidupan sederhana yang jauh dari kemewahan. Karena itulah mereka menyewa rumah yang lumayan bagus dengan biaya sewa lima belas juta pertahun. Untuk biaya hidup, Gevarel mencoba untuk melamar pekerjaan, tetapi karena pemberitaan mengenai keluarganya, membuat namanya pun ikut terseret. Beberapa artikel menulis tentang keburukannya selama ini. Hal itu benar-benar berdampak besar pada citranya, membuat Gevarel kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya ia hanya bisa bekerja sebagai kasir di sebuah mini market kecil. Sementara Rivania sendiri mencoba menemui beberapa kenalan lamanya dulu, berharap mereka mau membantunya. Bagaimanapun dirinya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja di perusahaan. Dan untuk pekerjaan kasar, dirinya belum pernah melakukannya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Elivia. Wanita itu menyewa seseorang untuk membuntuti Rivania dan memotretnya, dan mengirimkannya kepada Dhimani. Tentu saja pria itu sangat marah
Keesokan harinya, pukul delapan pagi di sebuah restoran, Yesha memesan ruang pribadi untuk mereka. Ia tidak ingin pembicaraan mereka dicuri dengar oleh orang lain. Pasalnya berita mengenai Tuan Rahandika yang menjual perusahaannya pun sudah berada di televisi dan juga media cetak. Mengalahkan pemberitaan mengenai Dhimani yang diketahui memalsukan surat-surat kepemilikan perusahaan. Bagaimanapun para wartawan itu masih sedikit meragukan alasan Tuan Rahandika menjual perusahaan. Mereka meyakini bahwa pasti ada alasan lain yang membuat Tuan Rahandika sampai harus menjual perusahaan. “Ya, aku yang melakukannya.” Alfan mengakui. “Anggap saja ini hadiah untuk ayah dan bunda.” “Jangan bilang kalau sejak awal kamu memang sudah menargetkan mereka.” “Untuk membeli perusahaan, aku tidak merencanakannya. Itu muncul ketika Tuan Rahandika mengumumkan akan menjual perusahannya. Tapi sebelumnya aku memang sudah menargetkan mereka, lebih tepatnya aku menargetkan Arian.” Alfan pun menceritakan semu
Elivia benar-benar tidak menyangka bahwa polisi akan menindak laporannya dengan cepat. Bahkan kasusnya langsung masuk ke pengadilan setelah satu minggu dilakukan penyelidikan. Karena pihak terdakwa tidak memiliki pengacara untuk membela, sidang itu berjalan dengan lancar dan hukuman untuk Dhimani diputuskan pada sidang kedua yang dilakukan tiga hari berikutnya. Walaupun ia ingin Dhimani dihukum lebih, tetapi melihat kondisi Dhimani yang lumpuh, dirinya cukup puas dengan putusan hakim. “Ini adalah saham yang sudah kita sepakati.” Elivia meletakkan map di hadapan Yesha. “Totalnya tiga puluh persen seperti yang kamu minta.” Dua minggu lalu, setelah sidang putusan kasus pemalsuan Dhimani dijatuhkan, Elivia segera pergi ke perusahaan dengan asisten pribadi yang sengaja Rezvan berikan kepada wanita itu untuk membantunya belajar mengelola bisnis. Para pemegang saham memang sempat dibuat terkejut dengan kedatangan Elivia. Namun karena perusahaan yang berada dalam masalah finansial yang ser
Arian menatap Yesha dengan sedikit kebencian di matanya. “Kakak tahu kalau perusahaan ini adalah satu-satunya untuk kami bertahan hidup. Jika kakak tidak ingin menghancurkan keluargaku, seharusnya kakak memilih ayahku untuk tetap menjadi presdir. Jika posisi ayahku digantikan orang lain, kami tidak bisa bekerja di tempat lain karena orang sudah menilai buruk reputasi keluarga kami. Apalagi setelah berita di internet mengenai kehamilan Vania di luar nikah. Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya bekerja.” Di luar, keluarga Rahandika terlihat baik-baik saja. Namun pada kenyataannya, keluarga mereka saat ini sangat kacau. Mereka tidak memiliki apa-apa lagi selain perusahaan itu. Karena itulah Tuan Rahandika berusaha keras membujuk beberapa pemegang saham untuk tetap mempertahankan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. “Dengar, Arian. Ini adalah dunia bisnis, seharusnya kamu tahu apa yang diinginkan oleh seorang pebisnis. Tidak ada orang yang ingin membuat perusahaannya semakin terpuru
“Ketika aku menemanimu check up dan kita bertemu dengan Rivania. Aku tidak sengaja melihatmu tersenyum kecil ketika melihat Dhimani terbaring di rumah sakit. Karena merasa sedikit aneh, jadi aku meminta Damar untuk menyelidikinya.” Awalnya ia tidak curiga ketika Rivania mengatakan bahwa Dhimani mengalami kecelakaan tunggal ketika pulang dari perjalanan bisnis ke luar kota. Namun ketika ia melihat ekspresi dan senyum Yesha yang penuh kepuasan, ia yakin istrinya pasti telah melakukan sesuatu di belakangnya. Karena itulah ia meminta Damar untuk menyelidikinya. Dan dugaannya terbukti benar, bahwa semua itu adalah ulah istrinya. Walau begitu Rezvan tidak mengatakan apa-apa. Apalagi Yesha sendiri pun tidak mengatakan apa-apa. Meski sedikit marah karena Yesha tidak memberitahunya, tetapi ia mencoba untuk menghargai privasi istrinya. Yesha menghela napas pelan. “Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.” Tampaknya memang sulit untuk menyembunyikan apa pun dari Rezvan. Padahal Yes
Dada Rivania berdetak sangat cepat. Tanpa sadar, tangannya terkepal erat. Bagaimana mungkin Yesha bisa tahu rahasia terdalamnya bahwa Gevarel adalah anak Dhimani dan bukan anak Ardhani? Yesha menatap Rivania penuh dengan senyum mencemooh. “Mama tidak perlu menyembunyikannya lagi.” “Omong kosong apa yang kamu katakan!” Apa pun yang terjadi, Rivania tidak akan mengakuinya. Tidak dapat ia bayangkan jika sampai rahasia ini terungkap ke publik. Tidak hanya dirinya, semua anggota keluarganya pasti akan mendapatkan hinaan dan celaan dari semua orang, terutama dari kalangan pengusaha. “Omong kosong?” Yesha tertawa pelan. “Aku yakin mama pasti lebih tahu dibandingkan aku. Atau, mama mau aku mengatakannya secara langsung?” “Dengar, Yesha. Kalau kamu memang tidak ingin meminjami mama uang, tidak apa-apa. Tidak perlu mengatakan omong kosong yang tidak masuk akal dan mengatakan hal-hal yang tidak ada buktinya.” “Kalau mama mau bukti, kita bisa melakukan tes DNA kepada mereka berdua.” “Kau! D
Polisi benar-benar sigap menerima laporan yang diajukan oleh Elivia. Dalam dua hari setelah laporan masuk, polisi langsung menyelidiki Dhimani. Tentu saja hal itu membuat Rivania dan Gevarel terkejut ketika tiba-tiba ada beberapa polisi yang datang ke rumah mereka. Rivania semakin terkejut dengan keterangan polisi yang mengatakan bahwa ada yang menggugat Dhimani atas pemalsuan hak milik atas perusahaan milik mereka. Saat itu juga Rivania mencari pengacara untuk mendampingi Dhimani dalam manangani kasus ini. Rahasia yang selama ini terpendam erat pun akhirnya terkuak. Demi mempertahankan perusahaan yang sudah puluhan tahun, Rivania mengakui semuanya kepada kuasa hukumnya. Mengetahui bahwa pihak kliennya memang bersalah, sang kuasa hukum meminta bayaran lebih jika memang ingin memenangkan kasus ini. Sayangnya saat ini uang tabungan mereka sudah sangat menipis karena beberapa bulan terakhir ini pengeluaran mereka memang banyak. Namun pengeluaran mereka yang paling banyak adalah biaya un
Arian dan ayahnya sangat terkejut ketika melihat daftar pemegang saham terbaru mereka. Mereka tidak menyangka bahwa saat itu pemegang saham terbesar mereka adalah Yesha Altezza. Mereka berdua pun memutuskan untuk menemui Yesha sebelum rapat pemegang saham itu berlangsung. Meminta wanita itu untuk tidak setuju jika ada pemilihan pemimpin baru. Arian pun tidak menolak ketika ayahnya meminta dirinya menemui Yesha ketika wanita itu datang ke perusahaan untuk mengikuti rapat. Mereka memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tinggi bahwa Yesha pasti akan setuju atas permintaan mereka, mengingat hubungan Arian dan Yesha saat ini adalah saudara ipar. Sementara untuk para pemegang saham yang memiliki jumlah saham sedikit, Arian dan ayahnya sudah mendatangi mereka dan meminta mereka untuk menolak usulan penggantian pemimpin perusahaan pada saat rapat. Tentu saja dengan imbalan masing-masing mendapatkan saham sebesar satu persen. “Jika memang ada sesuatu hal yang penting yang ingin kamu bicaraka