Untuk sesaat Rezvan terkejut dengan permintaan Yesha yang tiba-tiba dan tak terduga. “Aku sibuk. Kenapa kau tidak mengatakannya langsung sendiri ke dia? Bukankah dia kekasihmu?” ucapnya sarkas. Yesha menghela napas pelan. Ia sedikit mempererat pelukannya. “Bukankah sudah berulang kali kukatakan bahwa aku hanya mencintaimu? Jadi berhentilah cemburu kepadanya. Dia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan denganmu.” Rezvan hanya mendengus mengejek dengan rayuan Yesha. Ia tidak mempercayai sedikit pun apa yang dikatakan Yesha. Baginya ucapan Yesha itu hanyalah sebuah omong kosong belaka. “Ya, kuakui bahwa dulu aku memang mencintai dia, tetapi sekarang aku sudah memutus hubungan dengannya. Hanya saja dia tidak terima dan terus menggangguku. Jadi jika kamu tidak ingin terus cemburu kepadanya, maka bicaralah kepadanya supaya berhenti menggangguku. Apalagi kamu adalah suamiku, dan bukankah sudah seharusnya kamu membantuku supaya tidak diganggu oleh laki-laki lain?” “Apakah aku sepenganggura
Yesha mengikuti langkah Rezvan memasuki kediaman Wibisana. Saat sarapan tadi, Rezvan memberitahu dirinya bahwa malam tadi Andaru menelepon pria itu dan meminta mereka untuk datang ke kediaman Wibisana pagi ini juga. Jadi setelah sarapan dan mengantar anak-anak, mereka langsung pergi ke kediaman Wibisana. Bahkan Rezvan harus membatalkan semua jadwalnya pagi ini hanya untuk memenuhi panggilan ayahnya. Tanpa Rezvan beritahu, Yesha sudah dapat menebak tujuan mertuanya itu memanggil mereka. Di ruang keluarga, sudah ada orang tua Rezvan dan Raefal yang duduk di sofa—yang berada di samping orang tuanya—dengan kepala tertunduk. Andaru langsung menatap kedatangan mereka dengan sorot mata tajam. Dari ekspresi wajahnya yang keras, dapat dipastikan bahwa saat ini Andaru sangat marah sekali. Begitu pula dengan Febrina yang tidak ada niat untuk menyembunyikan kemarahan serta kebenciannya kepada mereka. “Apa kalian sadar dengan apa yang sudah kalian perbuat?!” marah Andaru tepat setelah mereka dudu
Rezvan yang merasa ada gelagat aneh dari Hanna pun mengurungkan niatnya untuk langsung berangkat ke kantor dan memutuskan ikut masuk ke rumah. Ingin mengetahui siapa yang datang berkunjung hingga membuat Hanna begitu gelisah. “Mama.” Untuk sesaat Rezvan terkejut dengan kedatangan ibu mertuanya, tetapi ia kembali bersikap biasa. Niat dari kunjungan Rivania ke rumahnya di hari yang masih sangat pagi ini sudah dapat Rezvan tebak. Justru sangat aneh jika Rivania tidak bertindak setelah membaca artikel itu. Begitu pula dengan Yesha, ia pun terkejut mendengar suara Rezvan dan refleks berbalik. Tidak menyangka bahwa pria itu akan ikut menyusul dirinya. Rezvan berjalan menghampiri dan berdiri di sampingnya. “Rezvan, kamu tidak berangkat kerja?” “Ada barang yang tertinggal,” bohong Rezvan secara asal. Tidak mungkin ia akan mengatakan bahwa dirinya khawatir kepada wanita itu, apalagi di hadapan ibu mertuanya. Sementara Rivania terpaksa menelan kembali kata-kata makian di mulutnya. Tidak mu
“Bagaimana? Apa kamu sudah menemukan siapa dalang di balik beredarnya video dan artikel itu?” Yesha menatap Andra yang berdiri di depannya. Mungkin kemarin siang—saat Hanna memberitahu dirinya mengenai artikel serta video pertengkarannya di sosial media—ia sangat bingung dan hanya memikirkan kemarahan Rezvan kepadanya, sehingga ia tidak bisa berpikir tenang. Namun setelah ia mendengar ucapan Rezvan dan mencermatinya dengan saksama, ia merasakan ada keganjalan dengan beredarnya video dan artikel itu. Entah kenapa firasatnya mengatakan bahwa artikel itu dirilis bukan untuk mengungkapkan hubungan asmara pemilik tubuh atau menghancurkan rumah tangganya, tetapi memiliki tujuan lain. Sayangnya Yesha tidak bisa menerka tujuan dari orang itu. Jikapun tujuannya untuk mengungkap perselingkuhan serta membuat rumah tangganya hancur, seharusnya artikel itu sudah dirilis sejak lama. Di mana pemilik tubuh dan Raefal sering memamerkan kemesraan mereka di tempat umum. Anehnya kenapa justru artikel i
Mendapati tatapan tajam serta aura membunuh dari sosok Yesha, membuat Vania gugup. Pasalnya selama ini Yesha tidak pernah menatapnya seperti itu. Yesha yang ia tahu adalah wanita lemah lembut, meski ia sering membuat marah wanita itu, tetapi Yesha tidak pernah membalasnya ataupun menatap tajam dirinya. Justru wanita itu yang meminta maaf kepadanya setiap kali ia marah untuk membuatnya berhenti marah. “Pokoknya kamu harus menjauhi Raefal.” Rivania berkata tegas, membuat Yesha mengalihkan pandangan kepadanya. “Dengar, Yesha, ini adalah pertama dan terakhirnya kau membuat skandal seperti ini. Jika kau melakukannya lagi, aku tidak akan menganggapmu putriku lagi. Aku tidak sudi memiliki putri yang hanya bisa membuat malu keluarga.” “Bukankah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya?” alis Yesha terangkat satu dengan senyum miring, mengejek. Yesha tidak peduli apakah dirinya akan dikeluarkan dari keluarga ini atau tidak. Lagi pula ia memang bukanlah anggota keluarga ini meski raganya adalah da
Pukul sembilan pagi, Yesha meninggalkan rumah untuk mengunjungi makam orang tuanya sekaligus menjemput Ravindra pulang. Di makam ke dua orang tuanya, ia mencurahkan semua isi hatinya, semua masalah yang ia hadapi akhir-akhir ini. Meskipun curahan hatinya tidak mendapati tanggapan, itu sudah cukup bagi Yesha untuk menambah kekuatannya dalam menghadapi hari ini dan seterusnya. Orang-orang pun semakin gencar mencemooh dirinya. Bahkan sindiran dengan suara keras mereka lontarkan dengan tujuan supaya Yesha mendengarnya. Namun Yesha mengabaikan semua itu. Ia tahu rumah tangganya saat ini sedang diuji. Yesha hanya berdoa semoga saja keluarganya diberikan kekuatan secara fisik dan mental, terutama anak-anaknya yang masih kecil. Hari ini Yesha tidak mengajak Ravindra jalan-jalan seperti biasanya, tetapi langsung pulang ke rumah dan membuatkan kue yang enak untuk anak-anaknya. Pukul 11.15, Yesha menyelesaikan masakannya. Ia memberikan kepada Ravindra dan meletakkan sisanya di kulkas sebelum be
Rezvan menghentikan mobil di tepi jalan ketika ponselnya berdering. Sebelum mengangkat panggilan telepon dari Zanan, ia menyerahkan sebuah botol air mineral yang isinya tinggal setengah kepada Yesha. “Cuci mukamu. Aku tidak mau orang-orang menganggapku telah menganiayamu dan menjadi berita baru lagi.” Yesha menerima itu dengan senyum lebar. Ia keluar dari mobil dan segera mencuci wajahnya, lalu mengelap wajahnya dengan tisu. Saat ia kembali masuk ke mobil, Rezvan sudah selesai menelepon dan langsung menjalankan kendaraannya menuju ke sekolah si kembar dengan kecepatan sedang. “Ayo kita keluar, mereka pasti senang jika tahu kamu ikut menjemput mereka,” ajak Yesha sebelum keluar dari mobil. Dengan enggan Rezvan pun ikut keluar dan berdiri di samping Yesha. Ia dapat merasakan tatapan tajam dan mencemooh yang di arahkan kepada mereka, lebih tepatnya ke arah Yesha. Tanpa berpikir panjang, Rezvan mendekatkan dirinya lebih dekat ke tubuh Yesha dan melingkarkan tangannya di pinggang wanita
Dari informasi yang diberikan Zaidan kepadanya, Nikken, Jehan, dan Renoa adalah sahabat Yesha Altezza. Sayangnya pemilik tubuh tidak menyadari bahwa ketiga sahabatnya itu hanya memanfaatkan keroyalannya saja. Terbukti tidak ada satu pun dari mereka yang menghubunginya sekadar bertanya keadaannya setelah percobaan bunuh dirinya yang terakhir kali. Karena sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya—yang kedua, Yesha Altezza sempat menghubungi sahabat-sahabatnya itu, tetapi tidak ada dari mereka yang memedulikannya. Mereka beralasan sedang sibuk saat itu. Benar-benar tidak ada satu pun dari mereka yang peduli atau berada di sisi Yesha Altezza ketika wanita itu berada dalam masa sulitnya. Padahal selama ini pemilik tubuh sering membelikan apapun yang diinginkan oleh mereka bertiga hanya dengan bermodalkan kata-kata manis. Atau mungkin pemilik tubuh sudah tahu, tetapi tutup mata karena memang hanya mereka bertigalah orang yang dekat dengannya. Dalam ingatan Yesha Altezza, tidak ada yang
Yesha membuka mata secara perlahan ketika indra pendengarannya menangkap banyak suara di ruang rawat inapnya. Untuk sesaat pandangannya pudar sebelum berubah menjadi jelas. Betapa terkejutnya ia ketika netranya menatap sosok keluarga Altezza tengah mengelilingi boks di mana putrinya berada. “Papa! Mama!” pekik Yesha dengan suara parau. Dengan sedikit kesulitan Yesha mencoba untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Mereka semua mengalihkan perhatian dari boks ke arah Yesha. Trisa dengan tanggap menghampiri Yesha dan membantunya untuk duduk. “Pelan-pelan.” “Mama.” Yesha menggenggam lengan Trisa dengan kuat, takut bahwa apa yang dilihatnya saat ini hanyalah halusinasinya saja karena dirinya yang sangat merindukan mereka. Trisa tersenyum lebar. Dibawanya Yesha ke dalam pelukan. “Iya, ini mama, Sayang.” Trisa mengelus lembut kepala putrinya yang hampir tiga bulan tidak bertemu. Yesha memeluk erat. Air mata mengalir membasahi wajahnya. “Jangan tinggalkan aku lagi, Ma.” “Kami tidak akan
Rivania dan Gevarel tidak terbiasa menjalani kehidupan sederhana yang jauh dari kemewahan. Karena itulah mereka menyewa rumah yang lumayan bagus dengan biaya sewa lima belas juta pertahun. Untuk biaya hidup, Gevarel mencoba untuk melamar pekerjaan, tetapi karena pemberitaan mengenai keluarganya, membuat namanya pun ikut terseret. Beberapa artikel menulis tentang keburukannya selama ini. Hal itu benar-benar berdampak besar pada citranya, membuat Gevarel kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya ia hanya bisa bekerja sebagai kasir di sebuah mini market kecil. Sementara Rivania sendiri mencoba menemui beberapa kenalan lamanya dulu, berharap mereka mau membantunya. Bagaimanapun dirinya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja di perusahaan. Dan untuk pekerjaan kasar, dirinya belum pernah melakukannya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Elivia. Wanita itu menyewa seseorang untuk membuntuti Rivania dan memotretnya, dan mengirimkannya kepada Dhimani. Tentu saja pria itu sangat marah
Keesokan harinya, pukul delapan pagi di sebuah restoran, Yesha memesan ruang pribadi untuk mereka. Ia tidak ingin pembicaraan mereka dicuri dengar oleh orang lain. Pasalnya berita mengenai Tuan Rahandika yang menjual perusahaannya pun sudah berada di televisi dan juga media cetak. Mengalahkan pemberitaan mengenai Dhimani yang diketahui memalsukan surat-surat kepemilikan perusahaan. Bagaimanapun para wartawan itu masih sedikit meragukan alasan Tuan Rahandika menjual perusahaan. Mereka meyakini bahwa pasti ada alasan lain yang membuat Tuan Rahandika sampai harus menjual perusahaan. “Ya, aku yang melakukannya.” Alfan mengakui. “Anggap saja ini hadiah untuk ayah dan bunda.” “Jangan bilang kalau sejak awal kamu memang sudah menargetkan mereka.” “Untuk membeli perusahaan, aku tidak merencanakannya. Itu muncul ketika Tuan Rahandika mengumumkan akan menjual perusahannya. Tapi sebelumnya aku memang sudah menargetkan mereka, lebih tepatnya aku menargetkan Arian.” Alfan pun menceritakan semu
Elivia benar-benar tidak menyangka bahwa polisi akan menindak laporannya dengan cepat. Bahkan kasusnya langsung masuk ke pengadilan setelah satu minggu dilakukan penyelidikan. Karena pihak terdakwa tidak memiliki pengacara untuk membela, sidang itu berjalan dengan lancar dan hukuman untuk Dhimani diputuskan pada sidang kedua yang dilakukan tiga hari berikutnya. Walaupun ia ingin Dhimani dihukum lebih, tetapi melihat kondisi Dhimani yang lumpuh, dirinya cukup puas dengan putusan hakim. “Ini adalah saham yang sudah kita sepakati.” Elivia meletakkan map di hadapan Yesha. “Totalnya tiga puluh persen seperti yang kamu minta.” Dua minggu lalu, setelah sidang putusan kasus pemalsuan Dhimani dijatuhkan, Elivia segera pergi ke perusahaan dengan asisten pribadi yang sengaja Rezvan berikan kepada wanita itu untuk membantunya belajar mengelola bisnis. Para pemegang saham memang sempat dibuat terkejut dengan kedatangan Elivia. Namun karena perusahaan yang berada dalam masalah finansial yang ser
Arian menatap Yesha dengan sedikit kebencian di matanya. “Kakak tahu kalau perusahaan ini adalah satu-satunya untuk kami bertahan hidup. Jika kakak tidak ingin menghancurkan keluargaku, seharusnya kakak memilih ayahku untuk tetap menjadi presdir. Jika posisi ayahku digantikan orang lain, kami tidak bisa bekerja di tempat lain karena orang sudah menilai buruk reputasi keluarga kami. Apalagi setelah berita di internet mengenai kehamilan Vania di luar nikah. Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya bekerja.” Di luar, keluarga Rahandika terlihat baik-baik saja. Namun pada kenyataannya, keluarga mereka saat ini sangat kacau. Mereka tidak memiliki apa-apa lagi selain perusahaan itu. Karena itulah Tuan Rahandika berusaha keras membujuk beberapa pemegang saham untuk tetap mempertahankan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. “Dengar, Arian. Ini adalah dunia bisnis, seharusnya kamu tahu apa yang diinginkan oleh seorang pebisnis. Tidak ada orang yang ingin membuat perusahaannya semakin terpuru
“Ketika aku menemanimu check up dan kita bertemu dengan Rivania. Aku tidak sengaja melihatmu tersenyum kecil ketika melihat Dhimani terbaring di rumah sakit. Karena merasa sedikit aneh, jadi aku meminta Damar untuk menyelidikinya.” Awalnya ia tidak curiga ketika Rivania mengatakan bahwa Dhimani mengalami kecelakaan tunggal ketika pulang dari perjalanan bisnis ke luar kota. Namun ketika ia melihat ekspresi dan senyum Yesha yang penuh kepuasan, ia yakin istrinya pasti telah melakukan sesuatu di belakangnya. Karena itulah ia meminta Damar untuk menyelidikinya. Dan dugaannya terbukti benar, bahwa semua itu adalah ulah istrinya. Walau begitu Rezvan tidak mengatakan apa-apa. Apalagi Yesha sendiri pun tidak mengatakan apa-apa. Meski sedikit marah karena Yesha tidak memberitahunya, tetapi ia mencoba untuk menghargai privasi istrinya. Yesha menghela napas pelan. “Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.” Tampaknya memang sulit untuk menyembunyikan apa pun dari Rezvan. Padahal Yes
Dada Rivania berdetak sangat cepat. Tanpa sadar, tangannya terkepal erat. Bagaimana mungkin Yesha bisa tahu rahasia terdalamnya bahwa Gevarel adalah anak Dhimani dan bukan anak Ardhani? Yesha menatap Rivania penuh dengan senyum mencemooh. “Mama tidak perlu menyembunyikannya lagi.” “Omong kosong apa yang kamu katakan!” Apa pun yang terjadi, Rivania tidak akan mengakuinya. Tidak dapat ia bayangkan jika sampai rahasia ini terungkap ke publik. Tidak hanya dirinya, semua anggota keluarganya pasti akan mendapatkan hinaan dan celaan dari semua orang, terutama dari kalangan pengusaha. “Omong kosong?” Yesha tertawa pelan. “Aku yakin mama pasti lebih tahu dibandingkan aku. Atau, mama mau aku mengatakannya secara langsung?” “Dengar, Yesha. Kalau kamu memang tidak ingin meminjami mama uang, tidak apa-apa. Tidak perlu mengatakan omong kosong yang tidak masuk akal dan mengatakan hal-hal yang tidak ada buktinya.” “Kalau mama mau bukti, kita bisa melakukan tes DNA kepada mereka berdua.” “Kau! D
Polisi benar-benar sigap menerima laporan yang diajukan oleh Elivia. Dalam dua hari setelah laporan masuk, polisi langsung menyelidiki Dhimani. Tentu saja hal itu membuat Rivania dan Gevarel terkejut ketika tiba-tiba ada beberapa polisi yang datang ke rumah mereka. Rivania semakin terkejut dengan keterangan polisi yang mengatakan bahwa ada yang menggugat Dhimani atas pemalsuan hak milik atas perusahaan milik mereka. Saat itu juga Rivania mencari pengacara untuk mendampingi Dhimani dalam manangani kasus ini. Rahasia yang selama ini terpendam erat pun akhirnya terkuak. Demi mempertahankan perusahaan yang sudah puluhan tahun, Rivania mengakui semuanya kepada kuasa hukumnya. Mengetahui bahwa pihak kliennya memang bersalah, sang kuasa hukum meminta bayaran lebih jika memang ingin memenangkan kasus ini. Sayangnya saat ini uang tabungan mereka sudah sangat menipis karena beberapa bulan terakhir ini pengeluaran mereka memang banyak. Namun pengeluaran mereka yang paling banyak adalah biaya un
Arian dan ayahnya sangat terkejut ketika melihat daftar pemegang saham terbaru mereka. Mereka tidak menyangka bahwa saat itu pemegang saham terbesar mereka adalah Yesha Altezza. Mereka berdua pun memutuskan untuk menemui Yesha sebelum rapat pemegang saham itu berlangsung. Meminta wanita itu untuk tidak setuju jika ada pemilihan pemimpin baru. Arian pun tidak menolak ketika ayahnya meminta dirinya menemui Yesha ketika wanita itu datang ke perusahaan untuk mengikuti rapat. Mereka memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tinggi bahwa Yesha pasti akan setuju atas permintaan mereka, mengingat hubungan Arian dan Yesha saat ini adalah saudara ipar. Sementara untuk para pemegang saham yang memiliki jumlah saham sedikit, Arian dan ayahnya sudah mendatangi mereka dan meminta mereka untuk menolak usulan penggantian pemimpin perusahaan pada saat rapat. Tentu saja dengan imbalan masing-masing mendapatkan saham sebesar satu persen. “Jika memang ada sesuatu hal yang penting yang ingin kamu bicaraka