Banyu biasanya tidak pernah menanggapi hal ini. Namun, hari ini dia tampak berbeda. Katanya, "Aku hanya khawatir Ibu nggak suka dengan pilihanku."Arjuna melirik Banyu sekilas.Sartika menimpali, "Asalkan latar belakang keluarganya jelas, Ibu pasti suka."Banyu bukan pewaris utama Keluarga Raja Kawiswara. Dia juga bukan putra sulung. Urusan pernikahannya lebih bebas.Banyu berpikir untuk beberapa saat, lalu menyahut, "Kita bahas lagi nanti."Sartika sangat mengenal putranya sendiri. Jika bisa dibahas, dia pasti sudah membahasnya. Banyu terlihat begitu ragu. Sepertinya wanita yang disukainya memiliki status khusus, atau mungkin pernah dijodohkan dengan Arjuna.Namun, Sartika bukan orang yang kolot. Meskipun pernah dijodohkan, bukan berarti pernah saling mencintai. Nanti setelah menikah, Banyu akan memiliki tempat tinggal sendiri. Dia tidak akan sering bertemu dengan Arjuna.Sartika diam-diam menduga bahwa wanita itu adalah Eliska.Talita tidak menyukai Eliska, melainkan lebih menyukai A
Sebenarnya Eliska sudah lama memikirkan soal ini. Talita memang tidak menyukainya. Jadi jika ramuan itu berasal dari Eliska, dia jelas tidak akan mau menceritakannya kepada orang lain karena khawatir Keluarga Raja Kawiswara akan dikaitkan dengan Keluarga Adipati Madaharsa.Namun kalau yang memberikan ramuan itu adalah seseorang yang Talita sayangi dan kasihi, dia pasti akan merasa bangga dan dengan senang hati menceritakannya kepada orang lain.Sebab, perasaan para orang tua umumnya tidak jauh berbeda. Mereka selalu senang jika anak-anak perhatian pada mereka dan suka sekali membagikan cerita tentang itu.Sekarang karena Nindia mempunyai prasangka padanya, Eliska berpikir satu-satunya jalan adalah memulainya lewat Adelia.Eliska memberi tahu, "Buat ramuan ini dalam bentuk pil, lalu beri nama yang terdengar cantik dan menarik. Kemudian, cari cara agar Kak Adelia yang menyerahkannya kepada Ratu Kawiswara.""Kalau sudah begitu, Ratu Kawiswara pasti akan bercerita pada teman-temannya tenta
Ruang rahasia itu sunyi dan dingin. Tangan dan kaki Eliska terasa kaku dan nyaris mati rasa, tetapi dia tetap berdiri di sana tanpa bergerak sedikit pun. Hanya matanya yang memerah, sementara air mata yang hampir tumpah dia tahan paksa agar tidak jatuh.Arjuna hanya menatapnya dengan dingin. Pandangannya sama sekali tidak berbeda seperti saat melihat seekor burung atau sebatang pohon. Itu sungguh tatapan yang datar dan dingin, seperti memandang benda mati yang tak ada artinya.Keduanya saling berhadapan, tetapi sebenarnya Eliska tak punya sedikit pun kekuatan untuk menandingi auranya."Aku nggak berniat mengetahui rahasia apa pun milik Putra Bangsawan Arjuna." Akhirnya, Eliska yang lebih dulu mengalah. Bukan karena takut pada Arjuna. Hanya saja dalam situasi seperti ini, melawan dengan emosi sama sekali tidak ada gunanya.Akan tetapi, Arjuna malah membalas, "Tapi, aku justru sangat tertarik pada rahasia milik Nona Eliska."Angin sepoi-sepoi bertiup pelan. Lembaran kertas tipis di atas
Arjuna hanya menimpali, "Nggak masalah, cepat atau lambat kamu memang harus tahu."Kalimat ini jelas-jelas menunjukkan bahwa Arjuna berniat menyeret Eliska lebih jauh ke dalam urusannya. Kemungkinan besar urusan yang harus dia bantu selesaikan ke depan pun, tidak akan hanya berhenti pada satu perkara ini saja.Hati Eliska terasa makin berat, tetapi di wajahnya tetap tidak terlihat perubahan. Dia hanya menunduk, lalu berkata dengan tenang, "Aku bisa bantu Putra Bangsawan Arjuna mengurus masalah ini. Hanya saja, aku harap kelak Putra Bangsawan Arjuna juga bisa bermurah hati pada urusan ayahku."Arjuna menjawab, "Mengenai urusan Perdana Menteri Sutopo, suruh ayahmu nggak perlu repot-repot datang ke istana untuk memohon ampun baginya."Jawaban itu membuat Eliska terkejut. Sesaat kemudian, dia teringat pada kunjungannya ke Kediaman Bramantya beberapa waktu lalu.Saat itu, Pradipta sempat menyebutkan bahwa dia baru pulang dari Langari. Sekarang Eliska menduga, sepertinya dia sedang menyelidi
Eliska adalah seorang gadis yang rajin dan tekun. Dalam perjalanan menuju akademi, sebagian besar waktunya tidak pernah dihabiskan dengan sia-sia.Kalau tidak sedang membaca buku, Eliska pasti akan menghafal isi "Kitab Ode". Melihat kakaknya begitu giat, Rumi pun tidak berani bermalas-malasan."Kak Eliska, pakaian yang kamu kenakan hari ini cantik sekali," puji Rumi yang sejak tadi sulit berkonsentrasi membaca buku dan malah terus-menerus memperhatikan Eliska.Di antara semua gadis-gadis di ibu kota, Eliska memang yang paling pandai dalam urusan berpakaian. Rumi selalu merasa iri pada Eliska yang memiliki seorang ibu yang hebat dan sangat menyayanginya.Dwiana merawat Eliska dengan begitu baik. Mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki, tak ada satu pun bagian yang tidak memancarkan kecantikan. Bahkan, rambutnya pun hitam pekat, lebat, dan halus seperti sutra mahal.Berbeda dengan Verani yang hanya memikirkan bagaimana caranya bisa melahirkan seorang putra dan tak pernah benar-benar pe
Berhubung terus memikirkan soal kedai, Eliska merasa waktu berjalan begitu lambat. Untungnya, dia tidak perlu menunggu terlalu lama. Dengan dalih mengundangnya pergi melihat salju, Kendhis akhirnya kembali mengatur pertemuan dengannya.Puncak Gunung Hasri memang merupakan tempat yang paling pas untuk menikmati pemandangan salju. Namun, harga tiket masuk ke sana sangat mahal dan bahkan harus memesan jauh-jauh hari sebelumnya.Kesempatan untuk bisa mendapatkan satu hari di sana sungguh sangat langka. Akibat alasan itulah, para gadis biasanya akan saling mengajak satu sama lain.Kali ini, mereka bisa berkunjung pun karena menumpang hubungan baik Adelia dan Nindia. Berkat dua orang itulah, mereka mendapat kesempatan untuk menyaksikan hamparan salju putih yang seakan tak berujung, bak kain sutra putih raksasa.Sepanjang perjalanan mendaki gunung, seluruh pemandangan dipenuhi oleh salju putih bersih. Bahkan, bulu angsa pun seakan-akan kalah putih dibandingkan salju di sana.Suasana seperti i
Gadis dalam mimpi Arjuna dengan cepat menyerah dan memeluk lehernya tanpa daya. Tubuhnya melembut sehingga terlihat menggoda sekaligus memikat.Eliska memang mengaku lelah, tetapi dia tetap enggan melepaskannya. Jelas sekali bahwa dia sangat menyukainya. Wajahnya memerah, tetapi justru terlihat begitu polos. Hujan deras turun mendadak. Suara desahan manja Eliska yang lembut membuat siapa pun tak tega berpaling."Kalau tahu sejak awal Putra Bangsawan Arjuna sehebat ini, pasti sudah sejak dulu aku membujukmu kembali padaku," bisik Eliska sambil bersandar di bahunya. Wajahnya penuh rona bahagia ketika menambahkan, "Aku sungguh nggak bisa membayangkan, siapa lagi yang bisa lebih baik daripada kamu."Saat tersadar dari lamunannya, Arjuna kembali menunjukkan ekspresi tenang seolah tak terjadi apa-apa. Mimpi seperti ini sudah dua kali menghampirinya. Tentu saja rasanya agak janggal.Di luar jendela, pegunungan berselimut salju terlihat seperti lautan giok putih yang tak berujung. Pepohonan ya
Eliska coba menebak nada bicaranya. Dalam ucapan itu, tidak ada maksud untuk menyalahkan. Setelah berpikir sejenak, dia memberanikan diri untuk berkata, "Putra Bangsawan Arjuna mengingatkanku agar berhati-hati pada Perdana Menteri Sutopo.""Di satu sisi, itu bisa menjadi bentuk kebaikan pribadi untukku. Tapi di sisi lain, juga bisa digunakan sebagai kesempatan untuk menekan ayahku. Kalau aku memilih agar ayahku mengutamakan keselamatan dan bersikap bijaksana, itu tentu saja akan sangat menguntungkanmu," tambah Eliska.Raditya bekerja sebagai menteri kepegawaian yang bertanggung jawab atas urusan administrasi dan pengangkatan pejabat. Dia tentu mempunyai cukup banyak koneksi. Meskipun mungkin tidak sampai menjadi ancaman, dia pasti akan mendapatkan masalah kalau ikut campur dalam urusan ini.Meski Arjuna dan Raditya tidak termasuk dalam faksi yang sama, target urusan kali ini bukanlah Raditya. Itu sebabnya daripada membuatnya ikut terseret, lebih baik sejak awal merancang siasat agar Ra
Nindia mengingat sejenak. Selain para selir, hari ini Adelia memakai tusuk konde bunga dahlia dan Eliska memakai tusuk konde bunga anggrek."Apa Kak Banyu merasa hari ini tusuk konde yang dipakai Kak Eliska sangat cantik?" tanya Nindia. Hari ini dia juga tertarik pada tusuk konde yang dipakai Eliska. Tusuk kondenya sangat mungil. Gaya sanggul Eliska juga sederhana, tetapi unik.Kalau bukan karena Nindia merasa canggung saat berbicara dengan Eliska, dia pasti bertanya kepada Eliska kedai mana yang membuat tusuk konde bunga itu.Sementara itu, sekarang Banyu benar-benar merasa canggung. Dia tidak mungkin memperhatikan dandanan orang lain, menurutnya sama saja. Itulah sebabnya dia memakai Winka sebagai alasan."Kenapa Kak Banyu nggak langsung bilang saja kalau merasa tusuk konde Kak Eliska cantik? Ini bukan hal yang nggak sopan," komentar Nindia.Saat ini, Nindia tidak curiga. Bagaimanapun, Arjuna sudah menolak Eliska. Jadi, Nindia menganggap anggota Keluarga Raja Kawiswara tidak akan ber
Eliska tidak menunggu Arjuna menanggapi perkataannya. Dia langsung menambahkan sambil mengernyit, "Apa ke depannya aku harus membiarkan Putra Bangsawan Arjuna menyeleksi dulu waktu memilih suami? Jadi, aku baru bisa menikah setelah mendapatkan persetujuan Putra Bangsawan Arjuna?"Nada bicara Eliska sangat lembut, tetapi sindiran Eliska lebih kentara dari ucapannya tadi. Biasanya Eliska bersedia menoleransi sikap Arjuna dan menerima semua perintahnya demi kepentingan keluarga adipati. Namun, Eliska tidak terima kalau Arjuna terlalu mencampuri urusannya.Arjuna memandangi Eliska. Ekspresi Eliska tetap terlihat ramah dan tidak berubah sedikit pun. Hanya saja, telinga Eliska yang memerah menunjukkan dia sedikit emosional. Sepertinya sekarang Eliska sedang kesal, jadi Arjuna membalas, "Aku bukan meremehkanmu."Eliska tidak berbicara. Arjuna menjelaskan pada Eliska, "Bibiku sudah memilih kandidat untuk menjadi istri Yanuar. Lagi pula, Yanuar itu pria buaya darat. Biarpun sekarang dia menyuka
"Kalian main saja, aku mau masuk untuk menyalakan perapian," ujar Winka. Dia tidak ingin main lagi setelah kembang apinya padam. Winka kedinginan, jadi dia buru-buru masuk ke dalam istana.Eliska berpura-pura santai saat bertanya, "Kudengar Tuan Banyu mau pergi ke Surtara setelah tahun baru, ya?"Banyu menjawab, "Iya. Aku bertanggung jawab mengantar gaji prajurit dan pangan. Aku akan berangkat setelah tahun baru hari kelima. Butuh waktu 2 bulan sebelum aku kembali."Eliska berkata seraya menunduk, "Beberapa hari yang lalu, aku bermimpi Tuan Banyu diserang orang dari Suka Surtara secara diam-diam waktu dalam perjalanan mengantar pangan. Kamu terluka parah. Jadi, Tuan Banyu harus hati-hati waktu melakukan perjalanan sendiri."Banyu memang tidak terlalu mahir dalam urusan asmara, tetapi dia bukan orang yang bodoh. Banyu tahu Eliska mengkhawatirkannya. Sepertinya hari ini Eliska mengajak Winka bermain kembang api demi membicarakan hal ini dengan Banyu.Seketika Banyu merasa Eliska sangat l
Eliska tanpa sadar mencari Arjuna. Selama ini, Arjuna ingin menikahi Adelia. Namun, sepertinya ini bukan hal yang mudah karena saingannya adalah Taraka. Jika Arjuna kehilangan wanita yang dicintainya lagi, entah siapa yang akan dinikahinya di kehidupan ini.Arjuna melirik Eliska sekilas, lalu tidak melihatnya lagi. Banyu yang berdiri di samping Arjuna tetap menunjukkan ekspresi serius seperti biasanya.Menurut Eliska, Banyu termasuk pria baik. Dia bukan pria yang bisa mengkhianati istrinya dan tertarik pada wanita lain. Sudah jelas, Banyu adalah pria yang jujur dan bertanggung jawab.Sementara itu, Eliska tidak bisa menilai Arjuna adalah pria yang baik atau jahat. Arjuna hanya fokus memikirkan kepentingan Keluarga Raja Kawiswara.Dalam urusan percintaan, Arjuna bukan pria yang setia. Arjuna bisa tertarik pada wanita lain, tetapi biasanya wanita yang tergoda dengannya. Jadi, Arjuna tidak pernah rugi.Eliska teringat masalah di kehidupan sebelumnya saat melihat Banyu. Setelah melewati ta
Ucapan Arjuna membuat Banyu lebih tenang. Sekarang mereka berada di istana, bukan di kediaman raja. Jadi, mereka harus tahu batasan. Banyu tetap menunjukkan ekspresi datar, tetapi dia tidak minum arak lagi.Jyena menoleh setelah mendengar suara mereka berdua. Dia berkomentar sembari tersenyum saat melihat ekspresi Banyu, "Kualitas Arak Batari sangat bagus. Kalau Banyu suka, jangan larang dia minum."Zuhair menimpali, "Semua yang merayakan tahun baru di sini keluarga. Nggak masalah kalau mabuk. Apa istana yang besar ini kekurangan tempat untuk istirahat?"Banyu membalas, "Maaf sudah membuat Paman dan Bibi repot."Zuhair memandang Eliska lagi, lalu bercanda dengannya, "Eli, apa kamu mau mencoba arak ini? Aku ingat kamu juga suka minum arak."Yang dimaksud Zuhair adalah kejadian Eliska mabuk saat perburuan musim gugur. Eliska menyahut dengan ekspresi malu, "Setelah pulang ke kediaman, Ibu menceramahiku. Sejak saat itu, aku nggak berniat minum arak lagi. Kalau nggak, Ibu pasti nggak akan m
Eliska memberi hormat dan berucap, "Selir Agung Jyena, aku nggak pantas terima pujian seperti itu."Zuhair berkomentar, "Kamu sangat perhatian. Ini pertama kalinya kamu masuk istana, tapi kamu memperhatikan semua selirku."Zuhair melihat burung bayan putih di dalam kandang yang lebih kurus dibandingkan sebelumnya. Burung bayan itu terlihat lemas. Zuhair menambahkan, "Kenapa kamu memelihara burung bayan hingga menjadi seperti ini?"Eliska bersujud. Dia yang malu mengakui kesalahannya, "Paman Zuhair, Paman Sadali sudah bantu aku cari pelatih burung demi memelihara burung bayan ini. Tapi, aku benar-benar nggak mampu memelihara burung. Jadi, aku bawa burung bayan ini ke istana biar Paman Zuhair bisa bantu aku cari cara."Meskipun Yanuar yang menyuruh Eliska membawa burung bayan ke istana, sekarang Eliska tidak boleh mengungkitnya.Zuhair menceletuk, "Yang pandai memelihara burung cuma Yanuar. Biar dia yang bantu kamu pelihara saja."Yanuar memberi hormat sambil menyahut, "Oke, Ayah."Elisk
Gayatri berucap sambil mengernyit, "Apa bedanya anak selir atau anak sah? Semuanya tetap cucuku. Lihatlah, Rumi berdandan dengan begitu rapi. Dia juga gadis cantik kok. Kesehariannya pun perlu lebih banyak diawasi dan dibimbing. Kalau saja aku nggak minta orang untuk mengukur badannya, mungkin pakaian baru yang dipakainya hari ini pun nggak akan ada."Sebenarnya, Rumi menuruti ucapan Eliska tempo hari. Itulah sebabnya dia dengan inisiatif mendekati Gayatri beberapa kali dan mengatakan bahwa dirinya kekurangan pakaian. Mendengar itu, Gayatri merasa iba dan langsung memerintahkan pelayan menyiapkan pakaian baru untuknya.Mendengar Gayatri kembali membelanya di hadapan banyak orang hari ini, Rumi tidak kuasa menahan air mata. Dia buru-buru mengangkat tangan dan mengusapnya perlahan.Di sisi lain, Ulfa hanya bisa mencibir dalam hati. Dia merasa Verani benar-benar bodoh, bahkan anak sendiri pun tidak dibela. Namun dia senang melihat kebodohan itu terus berlanjut, jadi dia hanya tersenyum ti
"Aku sangat sadar kalau Keluarga Bramantya nggak punya latar belakang yang kuat. Wanita yang kusukai belum tentu juga akan menyukaiku. Sekalipun dia menyukaiku, aku pun nggak mau dia harus hidup menanggung perasaan terpaksa atau teraniaya." Pradipta menatap Eliska dengan serius. Kata-katanya terdengar begitu tulus.Eliska tidak tahu apakah wanita yang dia maksud itu adalah dirinya, tetapi jantungnya tetap saja berdegup makin cepat.Eliska perlahan mendongak dan menatap pria di hadapannya. Wajahnya memiliki garis-garis yang tegas dan rupawan.Meskipun hanya mengenakan pakaian sederhana berwarna hitam, ketampanannya sama sekali tak kalah dibanding pemuda-pemuda dari keluarga terhormat lainnya. Pradipta ibarat secangkir teh harum yang pekat. Makin lama dipandang, makin terasa dalam pesonanya."Semoga apa yang diinginkan Tuan Pradipta bisa segera terwujud," ucap Eliska pelan sambil menundukkan pandangannya.Pradipta melihat telinganya yang memerah. Dia tak kuasa menahan senyum, lalu berkat
Menjelang pergantian tahun, barulah Eliska mengerti maksud dari kalimat "lain kali kalau masuk istana" yang pernah diucapkan oleh Yanuar.Zuhair adalah seseorang yang paling tidak menyukai suasana sepi. Setiap malam tahun baru, dia selalu mengundang para wanita dan pemuda yang dekat dengan keluarga kekaisaran untuk masuk istana dan menemaninya merayakan malam pergantian tahun.Tahun-tahun sebelumnya, Eliska tentu saja tidak pernah mendapatkan kehormatan seperti itu. Namun tahun ini, dia sempat menjadi pusat perhatian di hadapan Zuhair. Jadi, sang kaisar pun langsung teringat padanya.Yanuar kemungkinan besar sudah lebih dulu mendengar kabar ini, makanya lebih awal mengisyaratkan hal tersebut pada dirinya.Sepanjang hidupnya, bahkan dihitung dari dua kehidupan sekalipun, kesempatan Eliska untuk masuk istana tak pernah lebih dari sepuluh kali. Jadi meskipun bersikap tenang, tetap saja hatinya terasa sedikit gugup.Bisa mendapatkan perhatian dari Zuhair adalah sebuah kehormatan besar bagi