Ye Chenfei merasa kata-kata itu seperti pesan terakhir, membuat hatinya terasa sedikit sedih.
Sebenarnya, jika dipikir-pikir, apa yang dikatakan Gu Yuanzhou memang masuk akal. Sebagai kakak tertua, dia hanya ingin keluarganya hidup rukun. Namun, jika keharmonisan tidak bisa dicapai, maka perpisahan memang jalan terbaik.
Setelah ragu beberapa saat, Ye Chenfei dengan sedikit canggung memanggil, “Ayah!”
Panggilan itu, yang sudah lama ditunggu oleh Gu Yuanzhou, membuatnya terkejut sejenak.
Ketika sadar, dia segera menjawab, “Ya!”
Sekejap itu, air mata mengalir deras di wajahnya. Bahkan Paman Mo yang berada di sampingnya juga terharu dan matanya memerah.
Ye Chenfei tidak menyangka bahwa satu panggilan “Ayah” darinya bisa membuat mereka begitu tersentuh.
Dia kemudian berkata dengan serius, “Ayah, aku mengerti maksudmu. Aku dan Xingyan tidak akan pernah berselisih, jadi Anda tidak perlu khawatir tent
"Kakak, Kakak...." "Kakak, cepat bangun." "Kakak, Ibu sudah meninggalkan kita, kakak juga mau meninggalkan kita...huhuhu...." "Kakak, huhuhu...." Jiang Xi digoyang-goyangkan sampai kepala sakit, dengan berat membuka mata. Empat orang anak kecil dengan tinggi yang berbeda, tubuh kotor serta wajah yang penuh dengan air mata dan ingus, menangis sejadi-jadinya. Dia kaget, dengan otomatis mengeserkan tubuhnya dan tidak sengaja memegang sesuatu yang dingin dan kering, langsung membuatnya terduduk. Kenapa di sini ada jenazah? Sebuah tangan hitam memegangnya, dengan menangis tersedu-sedu berkata: "Kakak....untung kakak masih hidup....huhuhu..." Jiang Xi lansung menarik kembali tangannya. Baru menyadari tangannya tidak seperti tangannya, baju juga bukan bajunya. Langung memegang wajah yang kurus kering, jelas bukan wajahnya. Tatapan mata melihat ke sekujur tubuh. Baju yang sudah tidak terlihat warna aslinya, membuat suasana hati menjadi buruk. Membuat sekujur tubuhnya merinding.
Bibi ketiga karena Ibu Jiang Zhaodi meninggal sudah merasa bersalah, lalu mendengar perkataan yang mengangkatnya, jadi tidak enak menyalahkan Jiang Zhaodi di depan orang banyak. Dia pura-pura menghapus air matanya, "Kamu ngomong apa, ini kakak ipar saya. Saya berlutut di sini wajar, cepat kalian juga berlutut dan memberikan hormat." Jiang Xi dan empat anak lainnya berlutut satu baris. Empat anak tidak mengerti mengapa harus memberi hormat, tetapi tahu ini adalah perpisahan mereka dengan Ibu. Adik kedua Yuanbao memberi sujud sampai jidatnya merah. Adik ketiga Mibao menempelkan satu wajahnya ke tanah sehingga wajahnya penuh dengan tanah. Adik keempat Maimiao dengan tubuh lemas dan wajah yang pucat. Xiaoshitou yang terus memberikan hormat tanpa henti, ditahan oleh Jiang Xi. Jiang Xi lalu mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang membantu, merekapun mulai meninggalkan tempat. Pacar bibi mengulur waktu agar untuk pergi, dengan sengaja mengatakan, "Kita harus kembali melanjutkan
Setelah nenek mendengar permintaan bertambah sedikit, langsung menyetujuinya. Selanjutnya, Jiang Xi diskusi dengan nenek langkah selanjutnya, baru kembali ke gerbang desa. Bibi ketiga melihat dia tidak membawa orang untuk membantu, langsung bertanya: "Tidak menemukan orang untuk membantu?" Jiang Xi menjawab sambil mengigit bibir bawahnya, "Ada yang mau membantu, tapi mereka melihat saya anak kecil, tidak ada yang percaya." Bibi ketiga mengerutkan kening, "Lalu bagaimana?" Jiang Xi berpikir sebentar dan berkata: "Bagaimana kalau bibi pergi bersama saya. Jika ada bibi, mereka akan percaya. Yuanbao mereka pasti sudah lapar juga, beberapa hari tidak makan. Saya lihat keluarga itu baru selesai masak, bakpaonya lebih besar dari tinju paman, kita pergi minta beberapa." Bibi ketiga melihat pacarnya, lalu pacarnya menganggukan kepala. Yuanbao mengedip mata dan bertanya: "Kakak, benar ada makanan?" Jiang Xi menganggukan kepala, "Iya, keluarga itu membuat 1 panci besar! "Kalau begitu, b
Sebenarnya Jiang Zhaodi sekolah sampai tingkat SMP.Pada masa itu, bisa sekolah sampai tingkat SMP sangat tidak gampang.Yuanbao baru berusia 8 tahun, baru sampai pada usia untuk masuk sekolah, namun sudah harus berpindah rumah.Adik-adik lain yang baru berusia 5 tahun, baru belajar untuk mengurusi diri sendiri, tentunya belum bersekolah juga.Dia bercerita dengan penuh perasaan, empat adik juga mendengar dengan semangat, tanpa disadari semuanya tertidur lelap. Tertidur beralaskan tanah dan berselimutkan langit.Saat itu sudah masuk ke akhir musim semi, namun angin yang berhembus masih terasa dingin. Jiang Xi meraba-raba ke dalam tas bawaan, yang ditemukan hanya sebuah baju saja. Tidak tahu punya siapa dan bentuknya seperti apa, tanpa berpikir panjang, dia langsung menyelimuti adik-adik yang kedinginan.Dia sendiri sangat lelah dan mengantuk. Sambil memeluk adik-adiknya, diapun tertidur.Keesokan harinya, dia terbangun karena kedinginan. Di hutan belantara, penuh dengan rumput liar. D
Perkebunan dan perternakan nenek menggunakan teknologi paling cangih.Memiliki tanah seluas 100 hektar lebih, 20 hektar untuk menanam gandum, 15 hektar untuk menanam buah-buahan, 20 hektar untuk menanam sayur-sayuran, 15 hektar untuk menanam kedelai, 15 hektar untuk menanam rapa, 15 hektar untuk menanam kacang tanah, semua menggunakan teknologi cangih dalam menanam dan memanen.Selain itu masih ada 15 hektar untuk perternakan ikan dengan kolam alami, penuh dengan tanaman air. Ikan, udang dan kepiting semua ada, siap untuk dipanen.Di samping kolam ikan memelihara bebek, terlihat banyak telur bebek berserakan.Di dalam perternakan terdapat 1000 ekor kambing, 1000 ekor sapi, 2000 ekor babi, 5000 ekor ayam potong, 6000 ekor ayam telur, 1000 kotak lebah madu, semua dipelihara oleh mesin otomatis.Daging kambing, daging sapi, daging babi, daging ayam, telur ayam, minyak sayur, minyak kacang, madu, semuanya dijual secara segar.Juga terdapat sumur 200 meter, air sumur yang segar dan mempuny
Walaupun kondisi lingkungan di sini kurang bagus, namun telur matang tetap bisa membuat perut terasa kenyang.Bukannya tidak mau memberikan bakpao kepada adik-adiknya, tetapi telur akan terlihat lebih masuk akal daripada bakpao. Masih bisa menjelaskan bahwa telur yang ditemukan adalah telur ayam liar, tapi kalau bakpao tidak tahu bagaimana memberikan penjelasannya.Di hutan belantara yang hanya ada tumbuhan dan hewan liar, bagaimana jika empat adiknya bertanya darimana bakpao ini, dia tidak bisa menjelaskan.Jika suatu hari mereka tidak sengaja memberitahukan kepada orang lain, mungkin dia akan ditangkap untuk dijadikan objek penelitian.Rahasia yang hanya diketahui satu orang baru dapat disebut sebagai rahasia.Memanggang telur juga ada tekniknya, kalau tidak, telurnya bisa meledak. Dia mengambil tanah liat di samping sungai, lalu membungkus telur dengan tanah liat, selanjutnya meminta empat adik untuk mencari ranting kering untuk dibakar. Ini adalah cara memanggang telur saat berkem
Mendengar dia bertanya seperti itu, He Chunhua baru sadar akan sikapnya, dia buru-buru berkata: "Tidak kenal, hanya saja banyak yang bernama Zhaodi, membuatku teringat gadis lain yang bernama Zhaodi juga.""Benar, Zhaodi, Zhaodi, berharap mempunyai banyak adik!" Jiang Xi tersenyum getir.Menurut pengalamannya membaca novel online selama bertahun-tahun, kebanyakan yang bernama Zhaodi adalah pemeran figuran atau pemeran pendamping.He Chunhua kembali bertanya tentang nama keempat adiknya, lalu memperkenalkan anak-anaknya kepada Jiang Xi.Dua anaknya bernama Zhaoyang dan Xuyang, dua-duanya bermakna matahari baru terbit. Anak pertama berusia 12 tahun, anak kedua berusia 8 tahun.Karena berasal dari ibukota, mereka merasa memiliki derajat lebih tinggi. Dengan acuh tak acuh, mereka mengabaikan Jiang Xi dan adik-adiknya yang berpenampilan sederhana dengan baju penuh tambalan.He Chunhua merasa agak canggung, ini karena didikan dari pemilik asli tubuhnya.Cerita dalam novel ini, pemilik asli
Awalnya dia sudah kehilangan harapan, tetapi sekaranf diberikan kejutan yang besar, sehingga membuatnya sangat bahagia melebihi memenangkan undian.Baginya, tidak ada perbedaan antara menyimpan barang di tempat Jiang Xi atau di tempatnya sendiri.Namun, karena adanya beberapa anak di sampingnya, dia tidak bisa menunjukkan rasa gembira yang berlebihan itu.Tentang adanya ruang ajaib, harus dijaga kerahasiaannya. Pada tahun 60an, kehidupan tidak hanya sulit, tetapi juga banyak mata-mata yang menyamar sebagai masyarakat.Daripada dianggap sebagai mata-mata atau monster, keduanya bisa membahayakan hidup seseorang.Oleh karena itu, dia segera memberikan peringatan kepada Jiang Xi.Pemikiran Jiang Xi sejalan dengan pemikiran He Chunhua.Barang-barang di dalam ruang ajaib tidak boleh dikeluarkan secara terang-terangan. Anak-anak mudah dikelabui, tetapi orang dewasa tidak.Setelah berdiskusi, mereka memutuskan Zhaoyang, Xuyang dan Yuanbao untuk menunggu di depan gerbang desa. Sementara merek
Ye Chenfei merasa kata-kata itu seperti pesan terakhir, membuat hatinya terasa sedikit sedih.Sebenarnya, jika dipikir-pikir, apa yang dikatakan Gu Yuanzhou memang masuk akal. Sebagai kakak tertua, dia hanya ingin keluarganya hidup rukun. Namun, jika keharmonisan tidak bisa dicapai, maka perpisahan memang jalan terbaik.Setelah ragu beberapa saat, Ye Chenfei dengan sedikit canggung memanggil, “Ayah!”Panggilan itu, yang sudah lama ditunggu oleh Gu Yuanzhou, membuatnya terkejut sejenak.Ketika sadar, dia segera menjawab, “Ya!”Sekejap itu, air mata mengalir deras di wajahnya. Bahkan Paman Mo yang berada di sampingnya juga terharu dan matanya memerah.Ye Chenfei tidak menyangka bahwa satu panggilan “Ayah” darinya bisa membuat mereka begitu tersentuh.Dia kemudian berkata dengan serius, “Ayah, aku mengerti maksudmu. Aku dan Xingyan tidak akan pernah berselisih, jadi Anda tidak perlu khawatir tent
“Kakak, dia...” Gu Yuanlang mencoba membela Shan Dandan, tetapi tidak menemukan alasan apa pun yang masuk akal, dan akhirnya tak sanggup berkata apa-apa.Sepanjang hidup bermain elang, akhirnya malah dimakan elang!Ini bukan hanya soal kehilangan muka, tetapi jauh lebih memalukan dari itu.Gu Yuanzhou tidak memberinya kesempatan untuk beralasan. Dengan ekspresi dingin, dia membentak, “Keluar!”Gu Yuanlang tak punya pilihan selain pergi dengan wajah muram.Jiang Xi paham bahwa Gu Yuanlang saat ini tidak akan berani terang-terangan menentang Gu Yuanzhou. Sebaliknya, dia akan memilih bermain kotor di belakang layar.Melihat jam, sudah waktunya jam pulang kantor. Jiang Xi segera pergi ke toko di dekat kantor untuk membeli bakpao susu, bakpao char siu, dan kue-kue.Di Hongkong, membeli barang tidak memerlukan kupon, jadi dia membeli lebih banyak untuk disimpan di ruangannya. Setelah itu, dia baru pergi mencari Ye Ch
Di Longgang Hotel, Jiang Xi langsung menuju meja resepsionis. Saat resepsionis sedang memeriksa catatan, dia dengan cepat menemukan informasi kamar yang didaftarkan Shan Dandan dan Gu Hongwen.Entah kebetulan atau takdir, kamar yang didaftarkan atas nama Gu Xueyi ternyata tepat di seberang kamar 1608, tempat Shan Dandan dan Gu Hongwen berada.Jiang Xi mengetuk pintu kamar Gu Xueyi untuk memastikan bahwa dia dan Gu Yuanlang ada di dalam. Setelah yakin, dia menyelinap masuk, meletakkan foto-foto yang baru saja diambil dan kunci cadangan yang diambil dari meja resepsionis di atas tempat tidur. Dia juga menyisipkan secarik kertas kecil di sana.Dia sengaja meletakkannya di tempat tidur, mengantisipasi bahwa pasangan itu mungkin langsung terlarut dalam suasana hingga tak sempat memeriksa tempat lain.Di dalam kamar, Gu Yuanlang sedang mendesak Gu Xueyi yang masih di kamar mandi agar segera selesai. Sambil menunggu, dia melepas pakaian dan langsung naik ke temp
Ye Chenfei dan Jiang Xi sama sekali tidak tahu siapa perempuan yang dimaksud, tapi mereka kompak menggelengkan kepala.Namun, Gu Yuanzhou justru semakin yakin dengan dugaannya.Ia menghela napas panjang, lalu berkata, “Xingyan memang anak yang keras kepala. Tapi Kexin tidak akan kembali lagi, kenapa dia tidak bisa mengerti itu.”Jiang Xi bingung. “Sebenarnya ada apa?”Gu Yuanzhou memijat pelipisnya. “Ketika Xingyan pertama kali menyelinap ke Hongkong, dia bertemu dengan seorang gadis dari keluarga Liang, namanya Liang Kexin. Gadis itu sangat tulus padanya, membantunya mendapatkan identitas di Hongkong, bahkan membantu dia membangun pijakan di sana. Tapi dia sama sekali tidak menaruh hati pada gadis itu. Lama-kelamaan, dia malah benar-benar menyakiti perasaan Kexin. Ketika Xingyan akhirnya sadar akan arti Kexin untuk dirinya, semuanya sudah terlambat. Kexin pergi dari rumah dan selama dua tahun tidak ada kabar.”J
Namun, sang sopir ragu sejenak sebelum akhirnya menyadari bahwa Gu Yuanzhou tidak memberikan keberatan. Ia pun memperlambat mobil dan mengganti arah.Di sisi lain, Jiang Xi dan yang lainnya tidak langsung pergi ke perusahaan. Sebelum itu, Xiao Liu mengajak mereka berkeliling untuk melihat seluruh bagian rumah, baik di dalam maupun di luar.Ia memperkenalkan semua yang ada di vila itu secara rinci, termasuk jumlah pelayan, jumlah penjaga, bahkan berapa banyak anjing yang dimiliki keluarga itu.Karena vila tersebut berada di tepi laut, mereka bisa mencium aroma angin laut dari halaman. Xiao Liu bahkan membawa mereka untuk melihat pemandangan laut yang luas.Tanpa terasa, pagi sudah berlalu. Setelah itu, mereka kembali ke rumah untuk makan siang.Kali ini, Ye Chenfei benar-benar makan sampai kenyang! Semua hidangan yang disajikan adalah makanan favoritnya, dan porsinya juga besar.Melihat Ye Chenfei makan dengan lahap, Gu Yuanzhou pun ikut mena
"Tuan Huang tidak mungkin!" Ye Chenfei menjawab dengan tegas. "Tuan Huang adalah orang yang sangat setia. Meskipun dia belum lama berhubungan dengan Paman, dia tetap memperhatikan kita. Itu sudah cukup membuktikan kalau dia memiliki integritas."Xiao Liu: "....."Jiang Xi juga yakin bahwa Tuan Huang bukanlah pelakunya!Karena dia tahu alasan sebenarnya, alasan yang tidak mungkin bisa dia ungkapkan. Bahkan jika dia mengatakannya, tidak akan ada yang percaya.Tak disangka, Shan Dandan ternyata cukup cerdas kali ini. Dia sudah mulai merencanakan untuk menguasai perusahaan dan harta keluarga Gu.Jiang Xi pun angkat bicara: "Menurutku, kita tidak perlu terlalu memusingkan masalah ini. Dia tahu atau tidak, itu tidak penting. Selama kamu tidak mengakui, dan yang lain juga tidak mengakui, siapa yang bisa membuktikan dengan pasti bahwa kamu adalah Xiao Liu?Lagi pula, jenazah Xiao Liu sudah lama dimakamkan. Bahkan Ayah angkat dan Paman Li pun tidak p
Jiang Xi nyaris menyemburkan air yang baru saja diminumnya!Panggilan "Bibi Kedua" barusan benar-benar seperti petir di siang bolong!Shan Dandan menikahi pria seusia ayahnya hanya agar mereka bisa memanggilnya "Bibi Kedua"?Sudut bibir Ye Chenfei juga berkedut dua kali. Dia mungkin tidak mengenali wajah wanita itu, tapi suaranya begitu akrab.Terutama karena setiap kali wanita itu berbicara, dia langsung teringat pada perilaku liar wanita itu di hari sebelumnya.Wanita seperti itu menikah ke keluarga Gu, benar-benar memalukan. Belum lagi Paman Kedua yang sudah tua tapi masih tidak tahu malu. Benar-benar membuat muak!Keduanya sudah melampiaskan kekesalan di hati masing-masing, lalu menoleh ke arah Xiao Liu. Xiao Liu terlihat santai, tapi matanya menyiratkan makna yang tak mudah ditebak.Dengan senyum sinis, dia berkata, "Statusmu belum diakui oleh keluarga Gu. Sebelum berbicara, lebih baik kamu tahu dulu posisimu!"Shan Dandan
"Pembantu tidak perlu!" Ye Chenfei menolak dengan tegas. "Kami punya tangan dan kaki, tidak butuh orang lain untuk melayani."Namun, Gu Yuanzhou tetap bersikeras. "Sejak Xingyan pulang, aku sudah meminta Paman Mo melatih para pembantu ini, semuanya dipersiapkan untuk kalian."Ye Chenfei: "….."Ye Chenfei tidak ingin berdebat lebih jauh, tetapi dia merasa segala sesuatu di rumah ini benar-benar membuatnya tidak nyaman.Akhirnya, dia mengganti topik. "Selama ini, bagaimana kalian hidup?"Gu Yuanzhou menunjuk sofa, mengisyaratkan agar mereka duduk. "Ceritanya panjang, duduklah, aku akan menceritakannya pelan-pelan…".....Jiang Xi mendengar beberapa detail yang tidak disebutkan dalam naskah. Setelah ibu Ye Chenfei dan Xiao Liu, Tang Wan, meninggal dunia, Gu Yuanzhou tidak pernah menikah lagi.Setiap kali dia menyebut Tang Wan, dia selalu punya banyak cerita untuk disampaikan. Semua detail kecil tentang mereka tersimp
Wanita-wanita yang duduk di sana semuanya mengenakan perhiasan mewah, dengan wajah angkuh dan dagu terangkat, seolah mereka adalah makhluk paling mulia.Begitu mereka melihat penampilan Jiang Xi dan Ye Chenfei, ekspresi mereka berubah menjadi jijik.Mereka tidak tahu bahwa Ye Chenfei adalah putra Gu Yuanzhou; yang mereka tahu hanyalah rasa hina yang mereka rasakan."Paman Mo, apa Anda sudah pikun? Orang seperti ini dibawa ke rumah?""Pakaian pembantu di rumah kita saja lebih bagus daripada mereka. Jangan-jangan mereka datang untuk bersih-bersih toilet?""Dari daratan Tiongkok ya? Apa baunya tidak busuk?""Cepat usir mereka, bikin suasana minum teh sore jadi terganggu!""Selera dan mood saya sudah rusak. Paman Mo, kenapa Anda masih diam saja?""….."Ye Chenfei mengepalkan tangan, urat di dahinya mulai terlihat. Tadi mereka masuk dengan lancar, pikirnya keluarga Gu akan menyambut dengan ramah.Namun, ternyata