"Cucunya Kakek dan Nenek ganteng banget sih?" tanya Meysha seraya menggendong bayi laki-laki milik Shenina. Sementara Shen masih terbaring di brankar dan baru dua jam melahirkan dengan normal. Meskipun ia hanya ditemani oleh sang Ayah ketika lahiran. Sementara Reyzain sedang pingsan melihat darah. Hal itu membuat Shenina sedikit dongkol. Seharusnya ia ditemani oleh sang suami. Kini Wajah Rey nampak bersalah sehingga hanya menunduk kepala saja.Meysha pun jengah dengan kelakuan menantunya dan menyindir, "apakah kau tidak mau menggendong putramu sendiri, Rey?"Rey mendongak dan berucap, "A-aku takut Ma. Dia masih sangat kecil. Aku takut menjatuhkannya."Shenina memutar kedua bola matanya saking kesalnya. Suaminya memang agak lain dari suami umumnya. Biasanya para suami begitu senang melihat buah hatinya lahir kedua. Bahkan menggendong meskipun masih kaku. Sementara Reyzain justru kebalikannya."Setidaknya cium atau apa kek sama bayimu. Kau tidak penasaran dengan wajahnya?" Marah Shen.
"Kenapa diam? Tidak bisa menjawab, bukan?" Cibir Cherry. Shenina menatap ke arah sang suami yang sedang mengelus pipi putranya.Rey menyahut, "Aku justru penasaran. Lelaki mana yang sudah berhasil mencuri hatimu dari Gladwin?""Ah, lupakan. Aku bisa membersihkan putriku seorang diri. Bukankah selama kehamilan aku bisa melaluinya?"Shenina mengalah, ia merebahkan diri di kasur seraya menyusui putranya. "Terserah kau saja, Cher. Kami tidak keberatan bila lelaki itu tinggal di sini. Karena kami bisa terus mengawasinya untuk bertindak yang tidak-tidak. Kurasa ada kesalahpahaman di sini."Cherry pun turut serta meletakkan bayinya di kasur. Melihat ada Rey di sana. Membuat sang istri memberikan isyarat untuk keluar dari kamar. Meskipun tidak rela, Papa muda itu akhirnya keluar dari kamarnya."Diusir dari kamar sendiri itu menyedihkan. Pokoknya lelaki itu harus tinggal di sini supaya aku tidak tidur sendirian. Enak saja!" Seru Rey kesal dan memilih untuk tidur di kamar tamu, bersebelahan den
Rona bahagia terpancar dari wajah Shenina beserta Reyzain yang sedang berpose seraya menggendong bayi Alvin. Keluarga kecil tersebut kompak mengenakan pakaian serba ungu yang dikombinasi warna abu. Para lelaki mengenakan setelan jas abu-abu, sementara perempuan mengenakan dress selutut warna ungu.Malam ini kediaman Mansion milik Barata ramai oleh para tamu undangan yang menghadiri acara pesta untuk dua bayi yang lahir disaat bersamaan. Dekorasi pesta terlihat glamor dengan adanya hiasan lampu, bunga warna ungu, ornamen kupu-kupu, serta balon. Adapun nama dua bayi yang tertera di dinding yang ditempel dengan kain abu-abu. Sementara Cherry juga tampak bahagia karena bisa berfoto bersama sang suami, Glen dan juga putrinya.Kebahagiaan tersebut sangat penting baginya karena ia khawatir bahwa papa mertuanya tidak menyukai Glen karena wajah yang begitu persis dengan Gladwin."Terimakasih banyak kepada para hadirin yang sudah datang dalam acara pesta cucu-cucu saya. Semoga, keduanya selalu
Pria berpakaian serba hitam itu menyeret tubuh Rey ke halaman belakang rumah. Ada sebuah gedung tua yang tidak pernah digunakan. Pria itu mengikat tubuh Reyzain pada tiang dan menyumpal mulutnya dengan kain agar tidak berteriak.Pria berpakaian serba hitam tersebut segera keluar dari gudang dan menuju toilet untuk melepaskan masker. Netra hitamnya berbinar tatkala melihat wajahnya di depan cermin."Vallenzuela, meskipun kau sudah pernah melahirkan. Namun aku akan tetap mencintaimu."Ia segera keluar dari toilet dan memberikan sebuah kado untuk wanita yang dicintainya."Vallen?" Shenina yang mendengar suara yang begitu familiar segera menoleh ke arah kiri. Mata kelabunya berkaca-kaca saat tahu siapa yang datang."Ezraaa! Ya ampun sudah lama sekali ya aku tidak melihatmu. Apa kabar?"Ezra tersenyum dan menyahut, "Tentu saja aku baik. Oh ya, dapat salam dari ibu panti dan anak-anak. Maaf baru tahu jika kau mengadakan pesta.""Tidak masalah, Ez. Sebaiknya kita duduk dulu," ajak Shenina s
Ezra membaringkan bayi mungil itu dengan hati-hati. Shen bernafas lega dan mengucapkan terima kasih."Jika begitu aku turun dulu ya, takutnya Rey tiba-tiba datang dan malah salah paham. Tahu sendiri gimana posesifnya si Rey. Dulu saja kami menyukai wanita yang sama.""Oh, tidak masalah bila dahulu ia mencintai wanita lain. Sekarang kan aku sudah menjadi istrinya yang dicintainya," sahut Shen bangga."Aku juga turut bahagia. Oh ya selamat malam, Len. Bila butuh bantuan kau bisa turun memanggilku."Shen hanya merespon dengan anggukan. Ezra segera menutup pintu diiringi seringai yang menakutkan."Bila kau tak bisa kudapatkan dengan cara halus, masih ada cara lainnya untuk membuat kalian berdua salah paham."***Tengah malam ketika semua orang terlelap, Ezra diam-diam mengendap untuk ke ruang belakang rumah yang tak terawat. Dengan menggunakan masker, otomatis ia tidak akan ketahuan. Sebuah cairan dioleskan sapu tangan. Membuka pintu yang gelap. Rey pun memicingkan mata guna melihat siapa
Mendengar perkataan Ken, orang-orang yang berada di ruang makan menghentikan aksi sarapan. Shen terhenyak. Padahal niatnya adalah untuk menjodohkan Ezra dengan Giska."Gis, kalian berdua sudah saling mencintai ya setelah Ken menjemput ke Indonesia? Wah, padahal baru seminggu yang lalu, lho," goda Shen membuat Giska kikuk.Wanita asal Indonesia itu berkata, "Hahaha, sepertinya Mas Ken salah makan obat Mbak Bule, makanya pagi-pagi begini melawak. Kan Giska pengen melanjutkan pendidikan dulu, baru nikah."Ken sungguh kecewa, artinya dia sedang ditolak sekarang? Jadi ia pergi begitu saja dari ruangan tanpa sepatah katapun."Ken marah sepertinya, ayo segera bujuk dia." Giska berupaya tersenyum, "Biarkan saja Mbak Bule, mungkin mas Ken pengen sendiri."Ezra pun ikut berkomentar, "jadi, Ken itu siapanya kamu, Gis?"Giska menjawab kaku. "Bukan siapa-siapa Mas Ezra.""Kalian berdua sudah saling mengenal?" tanya Shen penasaran. "Dulu, Giska sempat bekerja di rumahku yang ada di Jakarta. Terny
"Kenapa papa bilang begitu, aku yakin Rey tidak akan mungkin menghianatiku. Aku tahu siapa suamiku, pa. aku mohon jangan pisahkan kami," mohon Shen seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.Barata masih saja keukeuh meminta sang anak untuk berpisah. "Jika kau tidak mau berpisah dengan Rey. Maka jangan harap bisa menemui putramu lagi!"Bara mengambil paksa bayi yang ada di box dan membawa pergi entah kemana. Shen hanya bisa meruang sejadi-jadinya. rinai hujan di pipinya begitu deras. Monik juga tidak menduga bahwa sahabatnya tega memisahkan ibu dan anak. "Apakah Bara itu sudah tidak waras! Memisahkan Shenina dengan bayinya. Benar-benar tidak masuk akal! Dasar kakek tua gila" umpat Monik dengan amarah yang begitu kentara. Ia segera membantu menantunya untuk berdiri. Memeluknya serta mengelus punggung Shenina guna menenangkan. "Shen, jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting. Mama percaya bahwa Bara tidak akan menyakiti cucunya sendiri. Mengenai Rey, mama meminta maaf. Karena
"Mas, sebaiknya katakan apa rencanamu," sergah Meysha yang membuka pintu perpustakaan secara kasar. Barata segera mengganti layar laptop menjadi grafik pendapatan rumah sakit dan hotel guna membandingkan profit. "Memangnya apa yang aku lakukan, Mey?" "Sikap Mas Bara begitu berbeda hari ini, pasti Mas menyembunyikan sesuatu," tuduh sang istri dan Bara tak menanggapi. Hal itu membuat Meysha sangat kesal. "Oke, jika tidak ingin berkata jujur, malam ini tidurlah sendiri dan jangan coba merengek!""Iya, Mas rencananya mau lembur," jawab Barata santai, membuat sang istri gregetan dan menghentakkan kakinya sebab sangat kesal. Jadi ia memilih menengok cucunya. "Shen, boleh gendong baby Alvin?" tanya Meysha ketika memasuki kamar anaknya. Shenina yang duduk di pinggiran ranjang, sedang menyusui anaknya pun semakin erat mendekap baby Al. Ia begitu takut sebab sang ayah tadi sudah memisahkan keduanya. Shenina menggelengkan kepalanya. "Jangan ambil anakku, Ma. Jangan pisahkan kami," jawab Sh
Rey mengelus leher belakangnya dan menyahut, "Hanya sekedar kenalan saja, Ken.""Selama sebulan ini, Tuan Rey kemana?" tanya Ken. "Aku sedang ada urusan bisnis Ken," Balas pemilik netra elang sekadarnya. Sang ajudan menimpali, "Tuan Yakin tidak sedang berbohong? Urusan penting apa itu? Sebab kesibukkan bisnis Tuan sudah diambil alih papa tuan. Tuan Darwin dan nyonya Monik kembali terjun ke perusahaan yang Tuan Rey kelola.""Aku, berbohong? Apakah wajah tampanku ini seperti orang penipu, Ken?" Rey terlihat marah membuat Ken tersenyum. "Tuan tidak bisa berbohong padaku. Pasti sebuah rahasia besar yang kini menimpa Tuan hingga tak pernah pulang. Benarkan?""Hah, kau sok tahu."Ken kemudian melanjutkan. "Aku sangat mengenal siapa tuan Reyzain. Nona Shen bahkan menghilang dari rumah tuan Barata karena melihat foto tuan bersama perempuan lain yang sedang sama-sama polos berada di dalam selimut yang sama.""Apaaa?!" teriak Rey terkejut dengan suara lantang. Lalu buru-buru membungkam mulut
Ken ingin berucap, namun Barata mengusir dengan gerakan tangan. Membuat ajudan menantunya hanya bisa menurut dengan perasaan yang tak terduga. Ken segera membopong Meysha dan meminta calon istrinya untuk membukakan pintu rumah dan mobil. "Kita bawa nyonya ke rumah sakit saja, Gis," ujar Ken dan diberikan anggukan oleh Giska. Reyzain yang melihat dari teropong pun segera turun dari Villa guna memasuki Mansion Barata. "Ayah mertua, ayah!" teriak Rezain berang. Ia kesal sedari tadi diabaikan. Apalagi tidak nampak tanda-tanda Shenina dan Alvin. Padahal ia sangat merindukan keduanya. "Ayah. Dimana kau sembunyikan istri dan anakku!" seru Reyzain lagi kemudian menaiki tangga guna mencarinya di kamar. Namun, tak ada siapa-siapa. Kakinya ia ayunkan menuju ruang baca sebab hanya ruangan itu yang tak bisa dijangkau oleh penglihatannya lewat teropong. Ia langsung saja masuk sebab pintu sudah terbuka. Rey yang sedang tersulut amarah pun bertanya, "Ayah, kenapa ayah berbohong padaku, hah? Buk
"Apakah kau sudah memikirkannya Shen? Tinggal di panti bersama bayi Al?" tanya Ezra sekali lagi. Shenina mengangguk mantap. "Benar Ez. Aku tumbuh besar di sana. Lagipula ibu panti sudah sangat tua. Jika bukan karena kau yang memberikan donatur tetap mungkin panti itu sudah lama dirobohkan. Jadi, bantu aku ya, please?"Shenina sampai menyatukan kedua tangannya di depan dada sebagai tanda permohonan. Ezra sangat mencintai wanita di hadapannya. Ia berpikir jika bisa menuruti Shen bisa merebutnya dari Rey secara halus. "Akan aku pertimbangkan. Sebab ada beberapa resiko yang nantinya akan kau tanggung. Sekarang sarapanlah, kasihan bayimu bila tidak sarapan.""Oke. Aku akan meminjam dapur, dan kau jaga Alvin sebentar ya," kata Shen seraya bangkit dari duduk. Ezra hanya tersenyum saja sebagai jawaban. "Hai baby Al. Panggil aku ayah nanti ya? Sebab sebentar lagi kita akan menjadi pasangan anak dan ayah yang sempurna," kelakar Ezra berbicara pada Al yang sedang memejamkan mata disertai isap
"Mas, sebaiknya katakan apa rencanamu," sergah Meysha yang membuka pintu perpustakaan secara kasar. Barata segera mengganti layar laptop menjadi grafik pendapatan rumah sakit dan hotel guna membandingkan profit. "Memangnya apa yang aku lakukan, Mey?" "Sikap Mas Bara begitu berbeda hari ini, pasti Mas menyembunyikan sesuatu," tuduh sang istri dan Bara tak menanggapi. Hal itu membuat Meysha sangat kesal. "Oke, jika tidak ingin berkata jujur, malam ini tidurlah sendiri dan jangan coba merengek!""Iya, Mas rencananya mau lembur," jawab Barata santai, membuat sang istri gregetan dan menghentakkan kakinya sebab sangat kesal. Jadi ia memilih menengok cucunya. "Shen, boleh gendong baby Alvin?" tanya Meysha ketika memasuki kamar anaknya. Shenina yang duduk di pinggiran ranjang, sedang menyusui anaknya pun semakin erat mendekap baby Al. Ia begitu takut sebab sang ayah tadi sudah memisahkan keduanya. Shenina menggelengkan kepalanya. "Jangan ambil anakku, Ma. Jangan pisahkan kami," jawab Sh
"Kenapa papa bilang begitu, aku yakin Rey tidak akan mungkin menghianatiku. Aku tahu siapa suamiku, pa. aku mohon jangan pisahkan kami," mohon Shen seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.Barata masih saja keukeuh meminta sang anak untuk berpisah. "Jika kau tidak mau berpisah dengan Rey. Maka jangan harap bisa menemui putramu lagi!"Bara mengambil paksa bayi yang ada di box dan membawa pergi entah kemana. Shen hanya bisa meruang sejadi-jadinya. rinai hujan di pipinya begitu deras. Monik juga tidak menduga bahwa sahabatnya tega memisahkan ibu dan anak. "Apakah Bara itu sudah tidak waras! Memisahkan Shenina dengan bayinya. Benar-benar tidak masuk akal! Dasar kakek tua gila" umpat Monik dengan amarah yang begitu kentara. Ia segera membantu menantunya untuk berdiri. Memeluknya serta mengelus punggung Shenina guna menenangkan. "Shen, jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting. Mama percaya bahwa Bara tidak akan menyakiti cucunya sendiri. Mengenai Rey, mama meminta maaf. Karena
Mendengar perkataan Ken, orang-orang yang berada di ruang makan menghentikan aksi sarapan. Shen terhenyak. Padahal niatnya adalah untuk menjodohkan Ezra dengan Giska."Gis, kalian berdua sudah saling mencintai ya setelah Ken menjemput ke Indonesia? Wah, padahal baru seminggu yang lalu, lho," goda Shen membuat Giska kikuk.Wanita asal Indonesia itu berkata, "Hahaha, sepertinya Mas Ken salah makan obat Mbak Bule, makanya pagi-pagi begini melawak. Kan Giska pengen melanjutkan pendidikan dulu, baru nikah."Ken sungguh kecewa, artinya dia sedang ditolak sekarang? Jadi ia pergi begitu saja dari ruangan tanpa sepatah katapun."Ken marah sepertinya, ayo segera bujuk dia." Giska berupaya tersenyum, "Biarkan saja Mbak Bule, mungkin mas Ken pengen sendiri."Ezra pun ikut berkomentar, "jadi, Ken itu siapanya kamu, Gis?"Giska menjawab kaku. "Bukan siapa-siapa Mas Ezra.""Kalian berdua sudah saling mengenal?" tanya Shen penasaran. "Dulu, Giska sempat bekerja di rumahku yang ada di Jakarta. Terny
Ezra membaringkan bayi mungil itu dengan hati-hati. Shen bernafas lega dan mengucapkan terima kasih."Jika begitu aku turun dulu ya, takutnya Rey tiba-tiba datang dan malah salah paham. Tahu sendiri gimana posesifnya si Rey. Dulu saja kami menyukai wanita yang sama.""Oh, tidak masalah bila dahulu ia mencintai wanita lain. Sekarang kan aku sudah menjadi istrinya yang dicintainya," sahut Shen bangga."Aku juga turut bahagia. Oh ya selamat malam, Len. Bila butuh bantuan kau bisa turun memanggilku."Shen hanya merespon dengan anggukan. Ezra segera menutup pintu diiringi seringai yang menakutkan."Bila kau tak bisa kudapatkan dengan cara halus, masih ada cara lainnya untuk membuat kalian berdua salah paham."***Tengah malam ketika semua orang terlelap, Ezra diam-diam mengendap untuk ke ruang belakang rumah yang tak terawat. Dengan menggunakan masker, otomatis ia tidak akan ketahuan. Sebuah cairan dioleskan sapu tangan. Membuka pintu yang gelap. Rey pun memicingkan mata guna melihat siapa
Pria berpakaian serba hitam itu menyeret tubuh Rey ke halaman belakang rumah. Ada sebuah gedung tua yang tidak pernah digunakan. Pria itu mengikat tubuh Reyzain pada tiang dan menyumpal mulutnya dengan kain agar tidak berteriak.Pria berpakaian serba hitam tersebut segera keluar dari gudang dan menuju toilet untuk melepaskan masker. Netra hitamnya berbinar tatkala melihat wajahnya di depan cermin."Vallenzuela, meskipun kau sudah pernah melahirkan. Namun aku akan tetap mencintaimu."Ia segera keluar dari toilet dan memberikan sebuah kado untuk wanita yang dicintainya."Vallen?" Shenina yang mendengar suara yang begitu familiar segera menoleh ke arah kiri. Mata kelabunya berkaca-kaca saat tahu siapa yang datang."Ezraaa! Ya ampun sudah lama sekali ya aku tidak melihatmu. Apa kabar?"Ezra tersenyum dan menyahut, "Tentu saja aku baik. Oh ya, dapat salam dari ibu panti dan anak-anak. Maaf baru tahu jika kau mengadakan pesta.""Tidak masalah, Ez. Sebaiknya kita duduk dulu," ajak Shenina s
Rona bahagia terpancar dari wajah Shenina beserta Reyzain yang sedang berpose seraya menggendong bayi Alvin. Keluarga kecil tersebut kompak mengenakan pakaian serba ungu yang dikombinasi warna abu. Para lelaki mengenakan setelan jas abu-abu, sementara perempuan mengenakan dress selutut warna ungu.Malam ini kediaman Mansion milik Barata ramai oleh para tamu undangan yang menghadiri acara pesta untuk dua bayi yang lahir disaat bersamaan. Dekorasi pesta terlihat glamor dengan adanya hiasan lampu, bunga warna ungu, ornamen kupu-kupu, serta balon. Adapun nama dua bayi yang tertera di dinding yang ditempel dengan kain abu-abu. Sementara Cherry juga tampak bahagia karena bisa berfoto bersama sang suami, Glen dan juga putrinya.Kebahagiaan tersebut sangat penting baginya karena ia khawatir bahwa papa mertuanya tidak menyukai Glen karena wajah yang begitu persis dengan Gladwin."Terimakasih banyak kepada para hadirin yang sudah datang dalam acara pesta cucu-cucu saya. Semoga, keduanya selalu