"Sherry, coba katakan itu lagi!" teriak Farel dengan wajah yang tampak garang.Setelah mengatup-ngatupkan bibirnya, Sherry menatapnya dengan ketidakpedulian dan berkata, "Aku nggak kenal kamu, pergilah!"Sejak Farel menjalin hubungan dengan Rika, Sherry dengan tegas meminta putus. Namun, selama bertahun-tahun, Farel tetap bersikeras tidak mau putus.Kesabaran Sherry terhadap Farel sudah habis.Saat ini, dia hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik."Sherry, kenapa kamu bisa sekejam itu!" Wajah Farel tampak sangat masam, dan amarah memenuhi matanya. "Kamu masuk mobil sendiri atau aku yang akan menggendongmu?"Farel memberinya pilihan."Aku nggak akan pergi bersamamu!" seru Sherry, lalu berbalik dan berlari.Dia tidak ingin melihat Farel.Sambil melihat punggung Sherry menjauh, tubuh Farel memancarkan aura dingin yang menakutkan.'Dia melarikan diri.''Sebegitunya nggak ingin melihatku?'Tiba-tiba, cahaya yang menyilaukan muncul, lalu disusul oleh suara jeritan.Saat tersadar kembali,
"Aku juga nggak tahu, kamu coba tanyakan padanya," ujar Miana sambil merapikan bajunya dan hendak mengeluarkan sepatu.Giyan bergerak dengan cepat, mengambil sepatunya, berjongkok, dan menaruhnya di depan. "Angkat kakimu."Nevan adalah anak yang punya pendirian kuat. Jika dia tidak mau bicara, bertanya pun tidak akan ada gunanya."Aku pergi dulu. Kalau aku terlambat pulang, berarti situasi Sherry gawat. Jangan tunggu aku, tidurlah lebih awal dengan Nevan." Dengan bantuan Giyan, Miana mengenakan sepatunya sambil berhati-hati memberikan instruksi.Giyan berdiri, menatap lembut dan tersenyum pada Miana. "Oke, aku mengerti. Kamu hati-hati."Miana meraih baju Giyan, berjinjit, dan bibir kecilnya menyentuh bibir Giyan. "Aku ingat semuanya yang kamu katakan!"Setiap kali keluar rumah, Giyan selalu mengingatkannya seperti itu.Miana merasa diperlakukan seperti anak kecil, tetapi itu membuat hatinya terasa hangat.Diperhatikan oleh seseorang sepanjang waktu membuatnya merasa bahagia.Dengan ref
Sherry yang sangat peduli pada penampilan, bagaimana mungkin bisa menerima kenyataan bahwa dia kehilangan satu kakinya.Dengan wajah dingin, Miana mengikuti petugas medis masuk ke kamar perawatan.Setelah memastikan segala sesuatunya, barulah Miana merasa tenang meninggalkan Sherry pada petugas medis.Dia memandang Farel dengan tatapan dingin, lalu berkata dengan ketus, "Ikut aku ke luar, ada sesuatu yang mau kutanyakan padamu!"Farel mendekati sisi ranjang, lalu membungkuk untuk melihat Sherry yang terbaring di sana.Melihat kondisi Sherry yang begitu lemah saat ini, Farel merasa seakan-akan Sherry bisa menghilang kapan pun dari hadapannya.Dengan ekspresi yang tetap dingin, Miana menatap Farel dan berkata, "Kamu nggak bisa melindunginya, nggak ada gunanya kamu menyesal dan bersedih sekarang! Keluar! Ada yang mau kutanyakan padamu!"Farel terpaksa mengalihkan pandangannya, dan mengikuti Miana keluar dari kamar perawatan."Kenapa kamu ada di sana? Apa yang terjadi saat itu?" tanya Mian
Mobil itu sengaja tidak dipasang pelat nomor.'Heh, mereka kira tanpa pelat nomor, pemilik mobil itu nggak akan bisa dilacak?'Mobil penghuni kompleks ini sudah terdaftar, sementara mobil orang luar yang ingin masuk harus menunjukkan KTP dan dicatat kedatangannya. Oleh karena itu, baik penghuni maupun bukan, biasanya informasi pemilik mobil sudah tercatat dan dapat dilacak.Namun, karena niat orang ini menabrak Sherry, dia mungkin menggunakan informasi palsu.Ada juga kemungkinan bahwa pemilik rumah di kompleks ini telah memberi tahu penjaga sehingga mobil bisa langsung masuk.Apa pun situasinya, Miana akan menemukan informasi pemilik mobil dalam waktu singkat.Saat Miana bersiap melanjutkan penyelidikannya, terdengar ketukan di pintu.Dia menutup laptopnya dan menyahut, "Ya, sebentar!"Dia berdiri dan berjalan menuju pintu.Setelah membuka pintu, dia melihat pria berwajah lembut yang membuatnya merasa tenang."Masaknya sudah selesai? Cepat sekali! Ayo, kita turun makan," ujar Miana sa
Giyan berjalan ke sofa dan duduk di samping Miana.Dia merasa senang dan seluruh tubuhnya rileks.Ada perasaan bahagia yang mendalam saat Miana berada di sisinya.Pagi-pagi sekali keesokan harinya, Miana membuka mata, secara refleks mengulurkan tangan untuk meregangkan tubuhnya, lalu tersadar bahwa dia memukul seseorang.Dia tertegun."Sudah bangun?"Detik berikutnya, matanya bertemu dengan sepasang mata yang penuh cinta."Giyan, kenapa kamu ada di tempat tidurku?" Dia ingat berbaring di sofa semalam dan tertidur.Setelah itu, dia tidak ingat apa-apa lagi."Kamu ketiduran di sofa, jadi aku menggendongmu ke kamar. Saat menaruhmu di tempat tidur, kamu memeluk pinggangku dan nggak mau melepaskannya, jadi aku akhirnya tidur di sini," jelas Giyan dengan suara lembut. "Kamu tidur larut sekali, jadi tidurlah sebentar lagi. Aku akan bangun dulu untuk menyiapkan sarapan. Nanti, kalau sudah siap, aku akan membangunkanmu."Baru saja Miana hendak berbicara, ponselnya berdering.Dia cepat-cepat mer
"Apa kamu bilang?" tanya Miana terkejut.Amanda mengambil napas panjang, kemudian berkata dengan tegas, "Henry meminta aku menjadi pengacaranya untuk memenangkan Nevan!"Miana sekarang mendengar dengan jelas dan menyadari situasinya. Wajah dinginnya menegang seketika. "Bilang padanya untuk mencari pengacara lain untuk merebut anakku. Dia pengadilan nanti, aku akan meminta sidang disiarkan secara langsung, dan lihat bagaimana aku mempermalukannya di depan seluruh penduduk Kota Jirya!"Henry berani sekali mencoba merebut anaknya!"Aku sudah menolaknya, tapi dia mengancam akan menghancurkan karirku di dunia hukum di Kota Jirya!" Amanda sekarang adalah seorang pengacara terkenal dengan penghasilan besar, jadi dia tidak takut pada Henry.Dengan Miana sebagai pendukungnya, apa yang perlu dia takutkan?"Beritahu dia, silakan lakukan itu! Lihat bagaimana aku akan mempermalukannya!" Miana berbicara dengan dingin. "Kalau dia masih mencarimu, suruh dia datang langsung padaku!"Miana ingin melihat
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut
"Apa kamu bilang?" tanya Miana terkejut.Amanda mengambil napas panjang, kemudian berkata dengan tegas, "Henry meminta aku menjadi pengacaranya untuk memenangkan Nevan!"Miana sekarang mendengar dengan jelas dan menyadari situasinya. Wajah dinginnya menegang seketika. "Bilang padanya untuk mencari pengacara lain untuk merebut anakku. Dia pengadilan nanti, aku akan meminta sidang disiarkan secara langsung, dan lihat bagaimana aku mempermalukannya di depan seluruh penduduk Kota Jirya!"Henry berani sekali mencoba merebut anaknya!"Aku sudah menolaknya, tapi dia mengancam akan menghancurkan karirku di dunia hukum di Kota Jirya!" Amanda sekarang adalah seorang pengacara terkenal dengan penghasilan besar, jadi dia tidak takut pada Henry.Dengan Miana sebagai pendukungnya, apa yang perlu dia takutkan?"Beritahu dia, silakan lakukan itu! Lihat bagaimana aku akan mempermalukannya!" Miana berbicara dengan dingin. "Kalau dia masih mencarimu, suruh dia datang langsung padaku!"Miana ingin melihat
Giyan berjalan ke sofa dan duduk di samping Miana.Dia merasa senang dan seluruh tubuhnya rileks.Ada perasaan bahagia yang mendalam saat Miana berada di sisinya.Pagi-pagi sekali keesokan harinya, Miana membuka mata, secara refleks mengulurkan tangan untuk meregangkan tubuhnya, lalu tersadar bahwa dia memukul seseorang.Dia tertegun."Sudah bangun?"Detik berikutnya, matanya bertemu dengan sepasang mata yang penuh cinta."Giyan, kenapa kamu ada di tempat tidurku?" Dia ingat berbaring di sofa semalam dan tertidur.Setelah itu, dia tidak ingat apa-apa lagi."Kamu ketiduran di sofa, jadi aku menggendongmu ke kamar. Saat menaruhmu di tempat tidur, kamu memeluk pinggangku dan nggak mau melepaskannya, jadi aku akhirnya tidur di sini," jelas Giyan dengan suara lembut. "Kamu tidur larut sekali, jadi tidurlah sebentar lagi. Aku akan bangun dulu untuk menyiapkan sarapan. Nanti, kalau sudah siap, aku akan membangunkanmu."Baru saja Miana hendak berbicara, ponselnya berdering.Dia cepat-cepat mer