Miana merasa bersyukur dia sudah tidak mencintai Henry. Jika tidak, mendengar kata-kata seperti itu akan sangat menyakitkan hatinya.Kevin melihat Miana melamun, lalu bertanya, "Kamu baik-baik saja?""Aku baik-baik saja, ayo kembali makan!" Miana tersenyum pada Kevin.Kevin mengangguk, dan mereka kembali ke ruang VIP mereka.Setelah mereka duduk kembali, Dina pun bertanya, "Melihatmu seperti ini, apakah ada kabar baik yang ingin kamu sembunyikan dari kami?"Ucapan Dina penuh dengan canda, tetapi membuat hati Miana berdebar. Dia menggelengkan kepalanya dengan tegas, seolah berkata pada dirinya sendiri bahwa dia tidak boleh mengatakan yang sebenarnya sekarang."Nggak ada. Bu Dina sudah salah paham," ujar Miana dengan tegas. Dia tahu bahwa dia akan terjebak dalam banyak masalah jika berita kehamilannya tersebar. Di dunia yang rumit seperti ini, lebih baik berhati-hati agar hidup lebih aman.Melihat sikap Miana, Dina tersenyum dan tidak bertanya lagi. Dia menepuk kursi di selebahnya, mengi
Janice mulai panik karena tidak mendengar jawaban.Dia tidak ingin mati.Dia ingin hidup.Karena itulah dia akan mengorbankan Miana."Kalian, kenapa nggak bicara? Apakah kalian nggak tahu rupanya? Aku punya fotonya di ponselku. Kalau kalian berikan ponselku, aku bisa menunjukkannya pada kalian!" seru Janice dengan suara yang terdengar agak cemas.Ini adalah kesempatan terakhirnya, dia harus memanfaatkannya dengan baik!Jika dia tidak bisa melarikan diri, dia akan menyeret Miana bersamanya.Jika dia bisa melarikan diri, dia akan membuat Miana mati di sini! Satu mayat, dua nyawa menghilang! Memikirkannya saja sudah membuatnya senang!Intinya, selama orang-orang ini bisa membawa Miana ke sini, dia bisa membuat Miana mati!Jika Miana mati, semua masalah yang menghalanginya akan otomatis terselesaikan."Oke! Kami hanya percaya padamu sekali! Lepaskan tangannya!" Mendengar akhirnya ada yang menjawabnya, Janice merasa sangat senang di dalam hatinya.Setelah ikatan di tangannya dilepas, dia me
Janice merasa orang-orang ini tampak sangat profesional ....'Apakah mereka juga akan begitu profesional saat membunuhku?'Saat memikirkan itu, tangannya sudah diikat kembali, dan kemudian matanya ditutup dengan kain.Pandangannya seketika menjadi gelap.Kepanikan kembali memenuhi hatinya.'Apakah orang-orang ini akan melakukan sesuatu padaku?'Pada saat ini, dia mendengar salah satu pria berbicara.Pria itu sedang mengingatkan yang lain, "Aku pergi dulu, kalian awasi dia baik-baik, jangan biarkan dia kabur."Janice berpikir bahwa dia tentu tidak akan kabur sebelum Miana datang.Dia ingin melihat Miana mati dengan mata kepalanya sendiri!Setelah itu, dia baru akan merasa tenang!....Setelah menutup telepon dari Janice, Miana pergi ke ruang kerjanya.Saat membuka brankas, dia melihat kotak yang diberikan oleh Kakek waktu itu.Kemudian, dia meletakkan kotak di tangannya ke dalam brankas.Ketika dua kotak itu diletakkan berdampingan, mereka tampak agak mirip.Menyadari hal itu, Miana ter
"Jangan menakut-nakuti dirimu sendiri! Tunggu aku datang." Suara Kevin terdengar cemas.Miana mengangguk patuk. "Oke!"Dia sebenarnya ingin mengatakan dirinya tidak takut.Namun, dia memang merasa takut!Jika orang di luar bukan gurunya, melainkan orang yang menyamar menjadi gurunya, apa tujuannya?"Jangan tutup telepon. Kalau ada apa-apa, panggil aku!" Kevin mengingatkan."Kak Kevin, kamu jangan mengebut!""Ya, aku tahu!"Miana dapat mendengar suara mesin mobil yang dinyalakan, dan rasa paniknya sudah berkurang sedikit.Kevin khawatir terjadi apa-apa dengan Miana, jadi dia mengemudi sangat cepat di sepanjang jalan.Miana melihat lagi ke layar monitor pintu, dan menemukan bahwa pria itu sudah tidak ada.Seketika itu juga dia merinding.Film-film horor yang pernah ditontonnya, meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, sekarang teringat sangat jelas.Miana agak kesal mengapa dia memiliki ingatannya yang begitu baik.Ketika Kevin tiba, dia memeriksa setiap sudut lantai, tetapi tidak menemuka
Miana mengedip-ngedipkan matanya.Hanya ada beberapa lampu kuning redup yang menerangi ruang besar dan kosong ini. Barang-barang berserakan di sekeliling, menciptakan bayangan yang berbeda-beda.Pada saat ini, Miana sudah melihat Janice.Janice berdiri di tengah gudang dan sosoknya tampak sangat kesepian dan dingin.Dia membelakangi Miana, dan sedang memainkan pisau tajam di tangannya. Bilah pisau itu berkilau di bawah cahaya redup. Setiap pisau itu bergerak, seolah-olah menandakan bencana akan segera datang.Mendengar suara langkah kaki, Janice membalikkan badannya. Dia tersenyum sinis, dan sorot matanya seakan bisa melihat ketakutan terdalam seseorang."Miana, akhirnya kamu datang." Suaranya penuh dengan ejekan. "Aku pikir mereka menipuku."Miana menekan kepanikan dan kemarahan di hatinya. Dia menatap Janice, dan setiap kata yang diucapkan seperti keluar dari sela-sela giginya, "Apa yang kamu inginkan?"Janice tersenyum dan berkata, "Tentu saja aku ingin mengirimmu menemani nenekmu!
Mata Miana berkilap sekilas, lalu dia mencibir, "Janice, Henry nggak mencintaimu! Aku mati pun, dia nggak akan melupakanku, apalagi menikahimu! Janice, akui saja, Henry nggak menganggapmu penting! Dia bersikap baik padamu hanya karena kamu seorang janda!"Sebutan "janda" berhasil menyulut kemarahan Janice. Dengan cepat, dia mengarahkan pisau ke arah jantung Miana. Sambil menyeringai gila, dia berkata, "Percaya atau nggak, kalau pisau ini masuk, tahun depan hari ini akan jadi hari peringatan kematianmu! Penyesalan terbesarku adalah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk menikah dengan Zeno yang ternyata hanya seorang pengecut!"Pisau itu sangat tajam dan bilahnya terasa dingin, membuat mulai agak ketakutan.Begitu Janice menggila sepenuhnya, nasibnya hanya satu, yaitu mati!Miana menenangkan dirinya dan bertanya, "Kamu sudah berteman dengan Henry sejak kecil, kenapa akhirnya memilih Zeno? Apakah kematian Zeno ada hubungannya denganmu?"Dia mendengar dari Felica bahwa kematian Zeno p
Miana tercengang.'Kebetulan macam apa yang bisa membuat Zeno terbunuh?'Janice tenggelam dalam ingatan tentang kejadian hari itu, tidak memperhatikan ekspresi Miana, dan melanjutkan ceritanya, "Kecelakaan mobil itu memang kebetulan. Pada saat itu, Zeno sadar dan mencoba merangkak keluar dari mobil. Aku mengambil ornamen yang dipajang di atas dashboard dan memukulnya hingga pingsan. Setelah aku keluar, mobil mulai terbakar. Pada akhirnya, Zeno terbakar hingga menjadi abu, sementara aku selamat! Itulah karma dari kejahatannya!" Janice terlihat sangat puas ketika mengingatnya kembali.Zeno di luar tampak lembut dan murah hati, tetapi di atas ranjang, dia adalah seorang psikopat, menggunakan berbagai alat untuk menyiksanya dan melarangnya menangis.Dia terbebas dari penderitaan itu setelah Zeno mati.Miana menatap wajah kejam Janice dengan tenang, sama sekali tidak bersimpati padanya.Zeno adalah suami yang Janice pilih sendiri. Jika Zeno adalah seorang psikopat, Janice bisa mengajukan pe
Miana sangat kaget dan ingin menghindar, tetapi sudah terlambat.Tepat pada saat ini, dia merasakan tubuhnya di dorong dengan kuat oleh seseorang.Kekuatan dorongan itu begitu besar hingga membuatnya terjatuh ke lantai."Jleb!"Suara pisau menusuk daging terdengar.Sekejap, udara dipenuhi bau darah yang menyengat.Miana segera mengangkat kepalanya dan melihat Giyan berdiri di sana, dengan pisau tertancap di dadanya. Janice berdiri di depannya dengan wajah penuh kebingungan."Kak ... Kak Giyan!"Saat memanggilnya, suara Miana bergetar hebat."Mia, cepat pergi!" teriak Giyan dengan panik.Janice sudah benar-benar gila, dia pasti tidak akan melepaskan Miana!Saat tersadar kembali, Janice menatap Giyan dengan matanya yang sangat merah. "Kamu tahu dia nggak mencintaimu, tapi kenapa kamu masih menyelamatkan dia? Sepadankah mengorbankan nyawamu sendiri?"Dia mencintai Henry, tetapi jika Henry dalam bahaya, dia pasti akan menolak untuk mengorbankan nyawanya!Baginya, hidup tentu saja lebih pen
Meskipun Henry dan Nevan terhubung oleh ikatan darah, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu. Nevan masih merasa bahwa Henry adalah sosok yang asing, jadi tidak ingin terlalu dekat dengannya."Aku membawamu bertemu dengan adik perempuanmu. Mulai sekarang, kamu akan tinggal bersama kami. Rumah kami adalah rumahmu juga." Henry membungkuk untuk menggendong Nevan. "Nevan, apakah kamu nggak ingin tinggal bersama ayah, ibu, dan adikmu?"Nevan menatap Henry dengan mata besarnya, berpikir sejenak. "Kalau aku bilang nggak, apa kamu akan membiarkanku pulang?""Nggak akan!" Henry menjawab tegas, tanpa sedikit pun keraguan."Kalau begitu, kamu ini seorang diktator! Kalau nggak ada pilihan, untuk apa menanyakan pendapatku?" keluh Nevan dengan wajah masam.Henry menyipitkan mata.'Anak nakal ini reaksinya cepat, dan pandai berbicara.''Sifat ini persis seperti Miana!'Saat Henry terdiam, hati Nevan diliputi rasa waswas.Bagaimanapun, mereka baru saja bertemu untuk pertama kalinya, dan dia khawati
"Henry, apa maksudmu membawa pergi anakku dari sekolah!" seru Miana dengan nada tinggi, tidak bisa menahan amarahnya lagi.Perilaku Henry yang seperti ini benar-benar membuat darahnya mendidih."Dia juga anakku. Apa salahku kalau membawanya pergi?" balas Henry dengan suara datar, namun tegas.Dalam perjalanannya dari taman kanak-kanak ke rumah sakit, dia sudah yakin bahwa Nevan adalah anaknya.Nevan sangat pintar.Cara berpikir Nevan juga cepat.Sama seperti dirinya!Keputusan Henry sudah bulat. Dia akan membawa anak itu ke sisinya terlebih dahulu. Dengan cara ini, dia bisa memastikan Miana akan kembali kepadanya."Aku sudah bilang, dia bukan anakmu!" seru Miana, dia mulai gelisah.Anak Henry atau bukan, melalui tes DNA, semua kebenaran akan terungkap.Jika Henry melakukannya sekarang, segala sesuatunya bisa berubah dalam sekejap.Dia menarik napas panjang, lalu berkata dengan nada yang lebih terkontrol, "Aku mau bicara dengan anakku. Kalau nggak, aku nggak akan tenang."Setelah itu, k
Miana menatap asisten itu. "Kita masuk ke kantor dulu," ujarnya dengan nada yang mencerminkan otoritas seorang pemimpin."Silakan masuk, Bu Miana," ujar Ariz, dengan gerakan tangan yang mempersilakannya masuk terlebih dahulu.Miana berjalan lurus ke depan dengan langkah mantap.Ariz mengikuti di belakang, menjaga jarak yang sopan.Begitu sampai di depan lift, dia dengan cekatan menekan tombolnya.Miana mengatupkan bibirnya.Dia mulai memahami alasan di balik rekomendasi Sherry.Ariz ternyata sangat cakap dalam pekerjaannya.Saat di kantor, dia melihat bahwa Ariz telah mengatur berkas-berkas dengan sangat rapi—mana yang mendesak untuk segera ditangani.Bahkan, dia menyelipkan catatan kecil berisi poin-poin penting untuk mempermudah pencarian informasi.Setelah menandatangani dua berkas yang mendesak, Miana meletakkan pena sambil memandang Ariz. "Apa ada yang kamu butuhkan? Kenaikan gaji, rumah, atau hal lainnya? Katakan saja, aku akan membantumu menyelesaikannya!"Dia sadar bahwa talent
Pria itu menunjukkan sisi gelapnya yang menakutkan, membuat selingkuhannya gemetar dalam ketakutan.Dia tidak pernah menyangka bahwa pria itu akan menimpakan seluruh tanggung jawab atas kejadian tersebut kepadanya."Karena kamu sudah menjadi istriku, bersikaplah seperti seharusnya! Kalau nggak, aku akan memberimu pelajaran!" Pria itu berbicara dengan nada dingin, memperlihatkan sisi kejamnya yang tidak lagi disembunyikan.Setelah menonton video itu, Miana menghela napas sambil mengusap keningnya. "Bukti lainnya sudah aku susun. Besok, aku akan ke pengadilan untuk menyelesaikan kasus ini."Pria itu sebenarnya memiliki pilihan untuk bercerai dengan istrinya secara damai, tetapi keserakahannya pada harta membuatnya memilih untuk membunuh istrinya.Sementara itu, selingkuhannya yang masih muda, yang seharusnya bisa menjalani hidup bahagia dengan seseorang seusianya, malah dengan angkuh menghancurkan keluarga orang lain dan bersekongkol untuk membunuh istri sahnya.Pasangan seperti ini tida
Kerumunan tercengang. 'Apa? Wanita ini menyelamatkan nyawa pria itu?''Tapi pena itu menusuk tubuhnya, bagaimana mungkin itu nggak membunuhnya?'"Cepat lepaskan dia! Apa kalian nggak dengar?" Dokter berteriak tegas kepada para pria yang memegang Miana.Dalam pikirannya, dia tidak habis pikir bagaimana orang-orang ini memperlakukan seseorang yang baru saja menyelamatkan nyawa orang dengan cara seperti ini.Miana menoleh dengan tenang, menatap beberapa pria itu. "Kalau kalian nggak tahu apa-apa, coba biasakan membaca buku, belajar lebih banyak. Jangan cuma buang waktu menonton video pendek yang nggak ada manfaatnya!"Keadaan berubah drastis. Orang-orang yang menonton akhirnya menyadari bahwa mereka telah diperdaya oleh wanita tadi.Ketika mereka mulai mencari Celine, dia sudah menghilang, melarikan diri secara diam-diam dan bersembunyi di tempat yang aman.Celine tidak habis pikir bagaimana Miana bisa memiliki kemampuan medis, bahkan tampaknya begitu ahli.Kali ini dia gagal, dan dia tid
Meskipun tuduhan terus berhamburan dari kerumunan, Miana tetap mempertahankan ketenangannya.Dia sadar sepenuhnya, tindakannya adalah berusaha menyelamatkan, bukan mengakhiri hidup seseorang."Kenapa kalian diam saja? Cepat tangkap dia sekarang juga dan bawa dia ke polisi!" Celine sengaja memanaskan suasana, mengarahkan kerumunan untuk bertindak sesuai kehendaknya.Sejak kecil, dia selalu berada di bawah bayang-bayang Miana.Miana yang cantik, cerdas, dan menawan selalu menjadi pusat perhatian, sementara dirinya dianggap tidak ada artinya.Kebencian dan kemarahan menguasai dirinya.Dia pernah merencanakan untuk menjual Miana, tetapi malah dirinya sendiri yang dijual orang.Seharusnya dia yang menikmati kemewahan sebagai putri keluarga Senora. Namun, kenyataannya dia malah dijual ke pegunungan dan harus menjalani hidup dalam penderitaan.Setelah melarikan diri, dia kembali hanya untuk menemukan bersinar seperti permata, sementara dirinya dianggap tidak lebih dari gadis desa yang kasar.
Miana merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah pena.'Nggak ada cara lain, aku hanya bisa menggunakan ini.'Saat dia bersiap memasukkan pena itu ke rongga pleura pasien, ada yang tiba-tiba menyentaknya, "Miana! Apa yang kamu lakukan!"Miana mengernyit, mengangkat pandangannya, dan mendapati Celine sedang menatapnya."Menyelamatkan nyawa lebih penting, aku nggak punya waktu untuk berbicara denganmu!"Miana menolak untuk membuang energi menanggapi Celine, terutama dalam situasi genting seperti ini."Menyelamatkan nyawa? Kamu seorang dokter? Kamu punya lisensi medis? Nggak, 'kan?" Celine menyeringai penuh ejekan. "Yang kamu lakukan ini bukan menyelamatkan, tapi membunuh!""Hentikan ocehanmu, Celine!" Miana menatapnya dengan dingin. "Kalau orang ini kehilangan nyawanya karena nggak segera ditangani, kamu nggak akan bisa menanggung akibatnya!"Saat Miana bersiap memberikan pertolongan, sebuah suara penuh kecemasan menghentikannya, "Berhenti! Jangan sentuh suamiku!"Seketika, suasana di sekit
Sherry menarik napas panjang, lalu mengangguk pelan. "Orang tua Farel nggak pernah menyukaiku dan selalu menentang hubungan kami. Selain itu, Farel sebenarnya sudah bertunangan dengan putri keluarga Sutara tiga tahun yang lalu. Orang tua Farel terus mendesak agar mereka segera menikah, tapi entah kenapa pernikahan itu terus tertunda. Sementara itu, hubunganku dengan Farel juga belum sepenuhnya ...."Dia tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi Miana mengerti maksudnya."Aku mengerti maksudmu," ujar Miana dengan nada serius sambil mengerutkan kening. "Aku sudah mengatur beberapa orang untuk berjaga di luar. Kejadian tadi nggak akan terjadi lagi. Jadi, selama waktu ini, fokuslah untuk beristirahat. Jangan berpikir yang macam-macam, oke? Kita pernah berjanji akan selalu bersama seumur hidup, jangan lupa itu."Kehilangan satu kaki membawa dampak besar bagi Sherry, bukan hanya masalah penampilan, tetapi juga dalam rutinitas sehari-hari.Miana khawatir, ketika sendirian, Sherry akan terlalu ba
'Mungkinkah Miana dan Nevan?'"Papi, bagaimana? Sudah dapat nomor kakak cantik itu?" Rania bertanya riang, seolah melupakan pembicaraan sebelumnya.Henry menggeleng pelan dengan ekspresi bersalah. "Belum, Rania."Dokter hebat itu sangat misterius, bahkan untuk mendapatkan kontaknya saja sangat sulit.Namun, ketika dipikirkan lagi, Henry merasa, jika kontak dokter itu mudah didapatkan, pasti akan kewalahan menghadapi orang-orang yang mencarinya setiap hari."Nggak apa-apa, aku nggak buru-buru!" ujar Rania dengan senyum penuh pengertian.Dia merasa ayahnya sudah melakukan yang terbaik, dan itu cukup untuknya.Miana baru saja menyelesaikan pemeriksaan untuk Sherry ketika ponselnya berdering."Bos, keluarga pasien kecil dengan masalah jantung berusia tiga tahun meminta nomor kontakmu, apakah boleh diberikan?""Nggak!" jawab Miana dengan tegas. 'Untuk apa Henry membutuhkan kontakku?''Apakah dia sudah tahu identitasku?'"Baik, aku akan segera memberi tahu mereka.""Untuk sementara, aku ngga