Axel menatap kantong plastik di tangannya dengan senyum sumringah, senang karena memiliki alasan untuk melihat Aura. Di dalam hati Axel berharap Aura sudah tidak marah lagi padanya. Axel tidak tau bagaimana cara menghadapi amukan Aura jika wanita itu masih merajuk atau kesal padanya.“Hadapi saja, Axel! Kamu harus sabar dan maklum dengan kondisi ibu hamil yang labil!” gumam Axel lirih, menyemangati dirinya sendiri.Axel menarik nafas dalam dan mengetuk pintu kamar Aura perlahan, tidak ingin mengagetkan wanita itu, siapa tau Aura sudah terlelap kan? Tapi untungnya saja tidak karena wanita itu masih berteriak nyaring, bahkan suaranya tidak terdengar seperti orang yang sudah terlelap atau mengantuk, tanda kalau Aura belum tidur sejak tadi. Apakah wanita itu belum tidur karena lapar? Tidak heran kalau Aura minta dibelikan cemilan!“Masuk aja, Bi! Pintunya tidak dikunci!”Lagi, Axel menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, mempersiapkan diri.‘Jangan terlalu khawatir, Axel!’ Axel masu
Min Young mengernyit, matahari sudah bersinar terang membuat tidur lelapnya terganggu. Min Young menatap sekeliling dan menyadari kalau dirinya tidak berada di apartemennya sendiri, melainkan di hotel.Min Young menoleh ke samping, tidak ada siapapun. Hah! Pria yang membayarnya semalam ternyata sudah pergi lebih dulu! Min Young menguap lebar dan memijat keningnya yang terasa berputar. Pusing.“Kenapa aku bisa mabuk begini? Apa aku minum terlalu banyak semalam?” keluh Min Young tanpa menyadari apa yang sudah terjadi. Kebiasaan buruknya memang seperti itu, dirinya akan mengalami amnesia saat bangun dan belum tentu dapat mengingat apa yang dilakukannya saat mabuk! ‘Bukankah aku hanya minum sedikit?’ batin Min Young tanpa menyadari kalau wine yang disodorkan Clay memiliki kadar alkohol yang jauh lebih tinggi daripada biasanya. Belum lagi ditambah obat perang-sang yang membuat Min Young tidak sadar akan kelakuannya sendiri! Tidak heran kalau pagi ini Min Young seperti orang amnesia!Min
Axel membuka pintu gudang dan melihat Jung Goo sedang duduk terikat di kursi, terlihat menyedihkan. Tidak bisa melakukan apapun, hanya saat makan saja anak buahnya melepaskan ikatan tangan Jung Goo, setelah itu kembali mengikatnya. Oh! Dan tentunya saat ada panggilan alam yang mendesak! Lagipula Axel juga tidak berniat membunuh Jung Goo, itu akan menyulitkannya nanti, lebih baik membujuk pria lak-nat ini agar beralih haluan dan membantunya, seperti yang dilakukan Lee Tae Pyung! Itu lebih baik, tidak ada yang dirugikan!Ahh salah! Hanya Min Young yang dirugikan karena sebentar lagi Axel akan menghancurkan wanita itu melalui orang kepercayaan yang pernah dibayarnya! Axel akan membalas semua perbuatan jahat Min Young pada Aura!“Ternyata yang mengurungku di sini adalah bodyguard yang memiliki hubungan khusus dengan Park Ae Ra?” cemooh Jung Goo sambil meludah, tidak sadar situasi.Axel menggeleng pelan, mengagumi keberanian Jung Goo. Tapi lihat saja, sampai berapa lama keberanian itu akan
Axel keluar dari gudang setelah mengorek seluruh informasi yang diperlukan dari Jung Goo. Rencana untuk mengambil alih semua anak buah Min Young sudah tercapai, sekarang Axel tinggal memantapkan langkah selanjutnya. Pria itu menatap jam di pergelangan tangan kirinya. Axel mengeluarkan ponsel dan menghubungi Damian.“Bagaimana?”“Saya masih mengikuti wanita itu, Tuan.”“Okay. Lakukan seperti yang aku perintahkan.”“Baik, Tuan.”Axel menutup telepon dan mondar mandir gelisah di ruang tamu membuat Clay yang sedang asyik menonton TV menjadi terganggu dengan tingkah Axel.“Lo ngapain bolak balik kayak setrikaan sih?” gerutu Clay. Serius, tingkah Axel sekarang seperti pria yang sedang menunggu istrinya melahirkan! Padahal Aura baru hamil, belum waktunya melahirkan! Masih jauh! “Gue cemas sama Aura. Dia perlu sesuatu nggak ya?” cetus Axel membuat Clay mendengus, merasa geli dengan kelakuan Axel. Ternyata cinta memang membuat siapapun jadi berubah drastis, termasuk Axel yang awalnya sangat
Aura menggigit bibir, bibirnya seolah terkunci rapat. Rasanya sangat sulit mengucapkan kalimat itu jika harus menatap wajah Axel! Apalagi Aura sadar kalau dirinya sudah jatuh hati pada Axel! Entah sejak kapan, Aura bahkan tidak pernah menyadarinya! “Kenapa? Tidak bisa mengucapkannya? Itu berarti kamu berbohong saat mengatakan hal tadi!” cibir Axel, merasa lega karena dugaannya tidak sepenuhnya meleset.Mungkinkah Aura sama seperti dirinya yang baru menyadari perasaannya sendiri? Tidak heran kalau Aura masih ragu dan malu-malu kucing!“Dasar geer!” sungut Aura dengan wajah merona, tidak bisa mengelak dan tidak dapat memenuhi keinginan Axel juga. Axel tersenyum tipis, genggaman tangannya semakin erat seolah enggan melepaskan Aura.“Jujur awalnya aku juga tidak yakin dengan perasaanku padamu, terlebih lagi kamu tau sendiri kalau pertemuan pertama kita tidak terlalu baik. Tapi lambat laun aku sadar kalau perasaanku padamu mulai berubah, tidak heran saat melihat kamu berdekatan dengan Lion
“Aura?” panggil Axel lembut saat Aura tetap terdiam, tidak menjawab pertanyaannya. Tidak tahukah wanita itu kalau Axel sudah panas dingin menanti jawabannya?“Aku tidak tau!” jawab Aura pada akhirnya, cari aman. Lagipula Aura perlu meyakinkan hatinya sendiri. Aura tidak ingin bertindak gegabah, apalagi sekarang masalah yang ada sudah begitu pelik dan membuatnya sakit kepala!“Tidak tau?” ulang Axel lunglai, pupus sudah harapannya. Bagai prajurit yang kalah di medan perang!“Hmm… aku tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal seperti itu saat ini. Kamu tau sendiri kalau masalahku sekarang sudah cukup banyak. Aku tidak ingin lagi memikirkan hal yang bisa membuat sakit kepalaku bertambah sering!” elak Aura.Axel menghembuskan nafas berat, tidak ingin memaksa.“Baiklah, aku paham dan tidak akan mendesakmu. Tapi tolong pikirkan ucapanku tadi, okay? Aku serius dengan perasaanku, jadi aku harap kamu bisa memberiku jawaban meski bukan hari ini,” pinta Axel dengan wajah berharap membuat Aura me
Min Young menyusuri salah satu bar eksklusif yang biasa di datanginya, langsung menuju ruang VIP dimana seorang pria paruh baya sudah menanti kedatangannya. “Halo cantik!” “Hey, apa kamu sudah menunggu lama?”Tanpa malu Min Young maju memeluk pria tersebut dan mengecup bibirnya sekilas. Begitu mesra meski perbedaan usia di antara mereka terlihat jelas cukup mencolok. Siapapun akan tau kalau usia pria itu mungkin hampir dua kali lipat dari usia Min Young.Philip Wu, itulah namanya, seorang pria yang berprofesi sebagai sutradara dan berhasil mengerjakan berbagai proyek drama, bahkan menjadikan drama tersebut booming hingga diingat oleh pecinta drama Korea saat ini. Pria yang sudah memiliki istri namun tetap meminta Min Young berada di sisinya. Hal yang tidak mungkin Min Young tolak karena Philip bisa menjamin masa depannya di bidang perfilman. Min Young sadar kalau dirinya harus memiliki backingan kuat yang bisa diandalkan agar tidak terusir dari dunia entertainment yang penuh dengan
Beberapa saat sebelumnya…Axel sedang dalam perjalanan menuju rumah Aura saat ponselnya berdenting. Pesan dari Damian yang hari ini ditugaskan Axel untuk melacak dan mengintai kegiatan Min Young. Axel tidak bisa menunda rencana balas dendamnya lebih lama lagi, jadi Axel harus bergegas mengumpulkan semua informasi mengenai kelemahan Min Young secepatnya!‘Saya sudah memasang kamera di kamar yang mereka tempati, Boss!’ lapor Damian.‘Good!’ Senyum Axel terkembang lebar. Ternyata Min Young memang benar-benar pe-la-cur sejati! Baru kemarin melayani Clay, tapi hari ini sudah bertemu dengan pria lain. Astaga! Apa Min Young setiap hari melakukan hal itu? Sungguh gila! Axel saja tidak segila itu!Damian yang berjaga tidak jauh dari asisten Philip mendengar perbincangan sang asisten dengan jelas. Memudahkan rencananya. Sepertinya Tuhan memang membantunya!‘Kamar anda di 1212, Boss.’Itulah yang Damian dengar dan tanpa menunda sedetikpun, Damian langsung beraksi. Menyergap Ha In Seok, anak buah
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j