Aura menepuk kedua pipinya yang terasa panas. Ucapan Axel masih terngiang jelas di benaknya meski pria itu sudah kembali ke apartemennya sejak tadi. Ucapan yang bagaikan mantra dan enggan pergi dari otak Aura.‘Kamu hanyalah milikku seorang, Aura!’Itulah ucapan Axel tadi. Ucapan yang membuat Aura langsung panas dingin dan salah tingkah! Si-al! Kenapa Axel sering sekali membuat Aura salah tingkah seperti anak remaja yang baru mengalami cinta monyet?! Apa pria itu memang memiliki keahlian khusus untuk membuat wanita bertekuk lutut di hadapannya? Tidak! Aura tidak boleh terlena!“Sadar, Aura! Mungkin benar Axel serius dengan ucapannya, tapi sampai kapan rasa cinta itu akan bertahan? Apalagi kalian belum mengenal karakter satu sama lain!” gumam Aura.Aura masih sibuk menenangkan hatinya saat ponselnya berdering. Dari mama Erika.“Halo, Ma?”“Bagaimana keadaan kamu hari ini? Apa kamu masih merasa mual?”Aura tertegun mendengar pertanyaan mama Erika. Mual? Aura baru sadar kalau hari ini dir
Hari sudah larut tapi mata Aura masih belum bisa terpejam. Otaknya sejak tadi selalu memutar ulang ucapan Axel bagaikan kaset rusak! Gawat! Aura bolak balik gelisah di atas ranjang sampai akhirnya menyerah dan memutuskan keluar kamar. Mungkin menghirup udara segar di taman belakang bisa membuat hatinya lebih tenang!Aura menyusuri jalan setapak, hendak menuju gazebo. Meski malam sudah larut, tapi Aura sama sekali tidak takut karena di taman belakang dan area gazebo tidaklah gelap. Sejak awal membeli rumah ini, Aura langsung menyerahkannya kepada design interior ternama yang bisa membantu merealisasikan konsep yang diinginkannya. Konsep modern minimalis yang disukainya.Aura duduk di gazebo sambil merapatkan jaketnya. Udara malam terasa dingin, memang tidak terlalu baik untuk ibu hamil sepertinya, tapi saat ini Aura butuh udara segar untuk menenangkan hatinya yang sumpek. Beban pikiran Aura sudah begitu penuh sekarang, padahal masalah ini baru terjadi selama beberapa hari, tapi rasanya
“Jangan bercanda kamu!” ketus Aura untuk menutupi rasa malunya. Lagipula Aura juga sadar kalau pertanyaannya barusan memang bodoh!“Siapa tau aku tertidur di bath up!” elak Axel membuat Aura mendengus, tidak menjawab. Jika dijawab Aura yakin kalau Axel akan semakin ngaco!Axel terkekeh dan masuk ke dalam kamar mandi. Kehadiran Aura membuat rasa mabuk Axel perlahan mereda, apalagi tubuh Axel memang sebenarnya tidak selemah itu! Aura sendiri turun ke lantai bawah dimana terdapat minimarket, membeli obat pengar. Meski Axel terlihat baik, tapi tetap saja pria itu habis minum alkohol!Axel keluar dari kamar mandi dan menemukan kamarnya kosong. Dimana Aura?“Aura?” panggil Axel. Tidak ada jawaban. Axel keluar kamar, mencari ke ruang tamu, dapur, toilet, tapi nihil! Aura tidak ada dimanapun! Kemana wanita itu? Apa Aura pulang? Meninggalkannya begitu saja? Kejam sekali wanitanya! Apa Aura tidak khawatir pada Axel? Meski tubuhnya kuat menghadapi alkohol dan bisa sadar dalam hitungan kurang d
Min Young baru saja masuk ke ruangannya saat Angela menyusulnya. “Bagaimana?” tanya Angela tanpa basa basi membuat kekesalan Min Young kian memuncak. Hari masih pagi tapi Angela sudah berhasil membuat moodnya hancur! Meski ingin mengumpat, tapi Min Young berusaha menahannya. Tidak ingin memperkeruh suasana. Tidak di saat Angela masih memiliki bukti yang bisa menghancurkannya!“Datanglah ke alamat ini besok siang. Aku sudah merekomendasikanmu pada seorang sutradara yang bernama Philip Wu, tapi setelah ini kamu harus berusaha sendiri. Setidaknya kamu harus memastikan kalau kamu memiliki akting yang berkualitas! Jika lolos casting, kamu baru bisa tampil di film yang akan disutradarainya pertengahan tahun ini,” jelas Min Young separuh menyindir.“Tenang saja, aku pasti berhasil mendapatkan peran utama di film itu. Dengan cara apapun!” balas Angela sambil mengedip genit, sengaja menggoda Min Young.“Aku sudah menepati janjiku, sekarang hapus rekaman itu!” pinta Min Young, berharap dapat me
Axel baru hendak membuat sarapan, namun sayang rencananya tertunda karena bel apartemennya berbunyi, pria itu hanya bisa berdecak kesal. Siapa yang datang? Apa Clay? Jika benar Clay, rasanya Axel harus mengurungkan niat untuk memberi bonus! Tapi ternyata yang datang adalah kedua informan curiannya! Siap memberi informasi yang menurut mereka sangat penting!Terpaksa, Axel menerima kedatangan Jung Goo dan Tae Pyung meski Aura masih berada di apartemennya. Pasti wanita itu akan bertanya-tanya apa yang Axel lakukan, dan dugaan Axel memang tidak meleset!“Sebenarnya apa yang kamu lakukan tanpa sepengetahuanku, Axel?” tanya Aura sambil duduk di samping Axel dengan kedua pria itu berdiri di hadapan mereka.“Aku hanya mencari informasi mengenai Min Young.”“Lalu?”“Dan aku mulai mendapatkan bukti meski belum terlalu banyak. Apalagi aku baru memulai penyelidikan,” ucap Axel separuh berdusta.“Axel…”“Aku tidak akan pernah melepaskan Min Young meski kamu memintaku melakukannya, Aura!” tegas Axel
Ji Hwan memijat kepalanya yang berdenyut pusing. Masalah Aura benar-benar membuatnya tidak bisa istirahat barang sedetik pun! Bukan hanya karena wartawan, tapi juga karena CEO menyebalkan yang lebih mementingkan harga saham yang menurun drastis akibat skandal Aura! Kwon Su Ho breng-sek!Hampir setiap waktu Su Ho menanyakan perkembangan kabar Aura, seolah tidak sabar ingin mendepak artis asuhannya karena terlibat skandal. Padahal dulu Aura adalah sumber uang yang bisa membuat CEO kurang ajar itu kaya raya! Tapi sekarang malah ingin membuang Aura dan menggantinya dengan artis lain! Kurang ajar!Serius, Ji Hwan emosi jika mengingat kelakuan Su Ho! Jujur saja Ji Hwan tidak bisa menyalahkan Aura sepenuhnya, apa yang terjadi sekarang bukanlah salah Aura. Orang yang merencanakan hal inilah yang bersalah! Dan ini semua ulah Seo Min Young! Breng-sek! Lagi, kata makian itu terucap meski hanya dalam hati.Tangan Ji Hwan terkepal erat, amarah kian merasukinya. Ingin segera membalas dendam pada Mi
Setelah pembicaraan serius berakhir, Axel memutuskan untuk kembali ke apartemen, tidak ingin menyita waktu Aura lebih banyak lagi. Dirinya sadar kalau Aura perlu waktu untuk bermanja dengan orangtua yang sudah berbulan-bulan tidak ditemuinya. Jadi meski berat, Axel memutuskan untuk tidak mengganggu Aura dan orangtuanya.Malam harinya…Aura menggigit bibir dengan gelisah saat bibi Choi memberitahunya mengenai kedatangan papa Charles. Papa Daniel yang melihat kegelisahan Aura hanya menggenggam erat tangan putrinya dan berkata pelan,“Kami akan mendampingimu, Aura. Jangan takut.”Papa Charles menatap Aura yang didampingi oleh orangtuanya. “Kebetulan ada kalian di sini. Saya rasa kalian harus tau apa yang akan saya bicarakan dengan Aura,” prolog papa Charles.“Silahkan, setidaknya Aura sudah memberitahu kami kalau anda tidak setuju dengan hubungan mereka,” tandas papa Daniel.Ya, tadi sepeninggalan Axel, Aura sudah menceritakan semuanya. Tidak ingin menutupi apapun lagi. Orangtuanya layak
Aura menutup ponselnya dengan lemah. Ji Hwan baru saja menghubunginya, memberi kabar mengenai waktu konferensi pers. Sudah ditetapkan yaitu tiga hari lagi. Aura memiliki waktu untuk mempersiapkan diri selama tiga hari. Setelah itu dirinya harus bersiap menerima kemungkinan terburuk yang akan terjadi saat konferensi pers. Aura tidak bisa berharap banyak. Rasanya mustahil jika dirinya berharap bisa mendapatkan pengampunan dari para fansnya. Apalagi Aura sadar kalau hujatan dan caci maki yang menghampirinya bukannya semakin berkurang tapi semakin banyak! Efek karena setiap orang berspekulasi liar sendiri tanpa mencari tau kebenarannya lebih dulu.“Telepon dari siapa, Aura?” tanya mama Erika menyadarkan Aura dari lamunannya.“Dari Ji Hwan, Ma. Memberitahu waktu untuk konferensi pers. Tiga hari lagi,” desah Aura.Mama Erika yang melihat kecemasan terpancar jelas di wajah Aura hanya bisa memeluk sang putri, berusaha menyalurkan ketenangan dan kehangatan seorang ibu.“Semua akan baik-baik sa
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j