Aura meremas kedua tangannya dengan gelisah. Kurang dari setengah jam lagi acara pernikahannya dengan Lionel akan dimulai, dimana pastur akan memberi khotbah dan memberkati pernikahannya dengan Lionel. Kegugupan Aura kian bertambah saat Lionel masuk ke dalam ruangan untuk menemuinya.Pria itu terlihat tampan dengan jas formal yang membalut tubuh atletisnya.‘Tetap saja tidak setampan Axel,’ batin Aura tanpa sadar.Aura menggeleng, sadar kalau pikirannya barusan tidak benar. Aura tidak boleh lagi memikirkan Axel. Hanya Lionel yang boleh Aura pikirkan sejak saat ini. Tidak boleh ada pria lain di dalam pikirannya. Aura tidak ingin hatinya terbagi. Well, sebenarnya bukan terbagi karena sejujurnya hati Aura hanya milik Axel, tapi tetap saja secara fisik Aura akan menjadi milik Lionel kan? “Apa kamu gugup?” tanya Lionel sambil mengulas senyum.“Sedikit.”“Tenang saja, semuanya akan berjalan dengan baik,” hibur Lionel.Lebih tepatnya Lionel sedang menghibur hatinya sendiri. Dirinya tidak bu
Papa Charles memejamkan mata, berharap Tuhan mendatangkan keajaiban di detik terakhir. Meski hanya dari kejauhan, tapi papa Charles sadar betapa sedihnya Axel, terlihat jelas dari punggung putranya yang tampak rapuh. Punggung yang memerlukan tempat untuk bersandar. Dan sandaran itu adalah Aura. Wanita yang sedang berdiri di depan altar dan sebentar lagi akan menyatakan kesediaannya untuk dinikahi pria lain!‘Aku memang telah berbuat kesalahan, Tuhan. Tapi tolong jangan limpahkan akibat dari kesalahanku kepada Axel. Aku mohon!’ pinta Charles dalam hati.Tapi sampai bosan Charles memohon, Tuhan seolah tidak mendengar. Terlebih setelah mendengar jawaban Aura, harapan Charles kian memudar. Kini dirinya bagaikan seorang pesakitan yang tinggal menunggu vonis dokter! Tidak ada lagi harapan untuk hidup, semua pintu hampir tertutup!Lionel memandang wajah Aura yang terlihat ragu. Mata wanita itu memandang ke satu titik. Axel. Lionel sudah menyiapkan hati untuk menerima kemungkinan terburuk,
Aura masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan campur aduk. Selama perjalanan pulang di dalam taksi hanya ada hening. Mama Erika tidak berani mengusik Aura, bahkan Aura juga mengabaikan raut heran yang tercetak jelas di wajah supir taksi. Mungkin supir mengira kalau Aura adalah pengantin yang hendak melarikan diri!Aura masuk ke dalam kamar, Mama Erika menyusul. Sadar kalau putrinya akan membutuhkan bantuan untuk melepas gaun pengantin.“Sini Mama bantu.”Tanpa kata Aura menurut, membiarkan mama Erika membuka resleting gaun pengantin yang dikenakannya. Aura bergegas membersihkan make up. Setengah jam lebih Aura berkutat membersihkan wajah dan tubuhnya. Meski begitu Aura menemukan mama Erika masih setia menunggunya di dalam kamar, memastikan keadaan Aura baik-baik saja.Aura duduk di atas ranjang empuk miliknya. Rambutnya tergerai membasahi seprei. Wajar, Aura langsung keramas! Wajahnya pun sudah polos tanpa make up.“Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa kamu marah pada Lionel?”Aura mena
Axel menggeleng takjub, tidak percaya kalau papa Charles akan melakukan hal itu. Membujuk Lionel maksudnya. Well, sebenarnya tidak bisa sepenuhnya dibilang membujuk karena setiap ucapannya terkesan ‘memaksa’ meski secara terselubung!“Itulah yang membuatku berubah pikiran. Ucapan papa Charles memang menyakitkan karena beliau dengan terang-terangan mengatakan Aura tidak mencintaiku, bahkan bisa dibilang menderita jika menikah denganku, tapi aku sadar kalau apa yang beliau ucapkan memang kenyataan. Sekeras apapun aku menyangkal, itulah yang akan terjadi jika aku tetap memaksakan pernikahan ini. Dan aku tidak ingin melihat Aura, wanita yang aku cintai hidup menderita setelah menikah denganku,” gumam Lionel pedih.“Mungkin aku memang tidak berjodoh dengan Aura, sekuat apapun aku berusaha. Sepertinya untuk saat ini Tuhan lebih menyayangimu daripada aku. Tidak heran Dia membuat hatiku lemah, tepat di detik terakhir! Padahal awalnya aku berusaha keras untuk menutup mata terhadap keengganan A
Mama Erika menghampiri sang suami yang sedang duduk bersantai di kursi taman, berdua dengan papa Charles, bagaikan kawan lama yang sudah lama tidak berjumpa. Padahal dulu, saat pertemuan pertama, mereka bertemu dalam keadaan kurang menyenangkan meski tidak bertengkar.“Bagaimana keadaan di rumah? Apa aman?”“Jangan khawatir. Semua baik-baik saja, setidaknya tidak akan ada pertumpahan darah!” kekeh mama Erika, merasa lega karena kabut yang selama beberapa waktu menghampiri kehidupan putrinya kini mulai pudar. Berganti cerah.“Syukurlah! Semoga mereka bisa menyelesaikan masalah yang ada dan hidup bahagia bersama,” desah papa Daniel penuh harap.Dalam hati papa Daniel berharap semoga kebahagiaan putrinya akan datang sebentar lagi. Tidak tega rasanya melihat wajah murung Aura terus menerus. Sebagai orangtua, wajarkan kalau dirinya berharap agar Aura bisa hidup bahagia dengan pria yang dicintainya? Berharap agar putrinya tidak lagi bersedih setiap waktu.“Ya. Semoga mereka bisa hidup bahag
Lionel keluar dari rumah Aura dengan perasaan campur aduk. Sedih, lega, menyesal dan masih banyak perasaan lain yang tersimpan di dalam hatinya.Sedih karena ini adalah akhir dari perjuangannya. Sekeras apapun Lionel berusaha, Aura tidak akan pernah bisa mencintainya. Perasaan Aura hanya untuk Axel, tidak ada ruang lagi bagi Lionel sekecil apapun. Meski Lionel bersedia menunggu, tapi dirinya sadar kalau Aura tidak akan pernah membuka hatinya untuk pria lain kecuali Axel!Lega karena akhirnya Lionel tidak lagi memaksakan keinginannya. Meski Lionel sangat menginginkan Aura, tapi dirinya juga tidak ingin membuat Aura menderita. Sekarang Lionel lega karena tidak perlu lagi khawatir Aura akan direbut darinya karena wanita itu memang tidak pernah menjadi miliknya. Sejak awal hati Aura hanya milik Axel.Menyesal karena jauh di dalam lubuk hati, Lionel masih merasakan setitik keinginan agar Aura menjadi miliknya. Namun Lionel sadar, tidak ada gunanya memaksakan cinta. Jika masih bersikeras, m
Clay bersiul nyaring. Hari ini dirinya sibuk menyelesaikan perintah dari papa Charles. Sepertinya misi dari keluarga Xavier saja sanggup untuk memenuhi kebutuhan hidup Clay selama beberapa bulan. Tidak heran, bayaran yang diterimanya, baik dari Axel maupun papa Charles, bukan nominal yang kecil! Setidaknya setelah ini Clay bisa kembali berlibur!Clay masih asyik dengan ponselnya saat benda kecil itu berdering nyaring membuatnya terlonjak kaget. Apalagi Clay hanya sendirian di apartemen ini karena Damian ikut Axel ke rumah Aura! Kurang ajar! Clay berdeham, memastikan suaranya terdengar professional.“Halo?”Kening Clay berkerut saat mendengar ucapan si penelepon di seberang sana, seolah sibuk menyerap segala informasi yang sedang disampaikan.“Jadi apa ada masalah dengan persiapannya?”“Tidak ada. Anda tenang saja, saya bisa mengurus semuanya dalam 1x24 jam, hanya saja saya rasa anda perlu tau progressnya,” balas seorang pria.Clay tersenyum, kembali tenang. Tidak ingin mengecewakan pa
Ji Hwan sedang bersiap menuju rumah Aura saat ponselnya berdering. Dari mama Erika. Cemas, Ji Hwan mengangkatnya dengan tergesa. Takut terjadi sesuatu pada Aura. Bukankah kemarin wanita itu baru mengalami hal yang kurang baik? Tidak heran kalau Ji Hwan langsung merasa cemas kan?Namun kecemasannya berganti dengan kekagetan saat mendengar ucapan mama Erika di seberang sana, bahkan saking kagetnya, Ji Hwan sampai meminta mama Erika mengulang ucapannya. Takut salah dengar! Tapi tidak, Ji Hwan tidak salah dengar. Pendengarannya masih bagus. Dan kabar yang diberikan mama Erika memang nyata!Aura akan menikah dengan Axel dalam minggu ini! Ya Tuhan! Bagaimana bisa kisah percintaan Aura serumit ini? Baru kemarin batal menikah dengan Lionel dan minggu ini akan langsung menikah dengan Axel? Sungguh keterlaluan! Aura memang memiliki pesona yang sulit ditolak oleh pria manapun!Tapi Ji Hwan tidak marah, hanya takjub. Sadar kalau Tuhan memiliki caranya sendiri dalam setiap hidup manusia. Mungkin A
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j