Share

Beken 58

Penulis: Amih Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-07 20:46:43

*Happy Reading*

"Reyn pergi? Ke mana?" Tanya itu pun langsung saja hadir. Saat hari ini tidak menemukan Reyn di sekitarku, dan malah terganti oleh Tylor, anak buah Ammar.

"Tuan Reyn sedang ada acara keluarga," jawab Tylor dengan sopan.

"Acara keluarga apa?"

Bukannya aku kepo atau ingin mencampuri kehidupan Reyn. Hanya saja, bukannya sekarang aku adalah majikan Reyn. Jadi, wajar kan kalau aku ingin tahu. Lagipula, kenapa Reyn tidak pamit, sih? Ijin gitu. Atau setidaknya basa basi sebelum tiba-tiba menghilang begini. Kan, aku jadi nyariin--Eh, maksud aku. Kalau si Duda sableng itu datang lagi, gimana?

Nah, jangan salah paham ya, gaes!

"Maaf, tapi saya kurang tahu, nona." Jawaban Tylor tidak membantu sama sekali. Yang ada malah aku jadinya makin kepo, ya kan?

Apa ... jangan-jangan Reyn mau tunangan? Atau ... nikah? Atau .... haish! Ngapa jadi mikirnya ke situ sih? Ada apa sebenarnya dengan diriku? Kenapa aku malah jadi perduli gini tentang ke beradaan Reyn? Aneh!

"Kurang tahu, atau me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
miss calla
Apa lagi ulah si duda sableng? Aku mau nya devia sama si mata hijau deh gak mau lagi sama si papah. Dari awal juga gak jujur dlm banyak hal.
goodnovel comment avatar
Nurul Aini
aku kok gak rela ya kalo si papah sama nur lagi. biar nur sama reyn atau sama siapa gitu yang bener bener tulus suka sama nur
goodnovel comment avatar
Rafita zaini
si papah kembali beraksi gaiss artis bukan, yutuber bukan, selebgram juga bukan.. tapi kok cari sensasi mulu,, sebelum dpt pawang asli mesti hatinya gak tenang, y kan?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 59

    Beken 59*Happy Reading*Aku Muak!Sungguh!Perasaan, Malvino Alexander yang aku kenal itu seorang pengusaha. Bukan selebgram, Influencer, Tiktoker, apalagi aktor Film. Tetapi, kenapa sukanya bikin sensasi, sih?Heran aku! Gak habis pikir dan ... aneh! Parahnya, setiap sensasi yang dia buat selalu membawa serta aku. Membuat aku makin Virall dan mulai dikenal sebagai enemy publik. Padahal, salahku apa? Justru aku di sini korban, kan? Kenapa sih, malah aku yang dihujat sana-sini? Pengen nangis aku, loh. Kalau gak inget udah gede. Pasti aku udah goser-goser di lantai rumah sakit.Lebay? Biarin! Namanya juga lagi sedih. Jadi ya, tolong dimaklumin."Jadi, bagaimana tanggapan kamu soal berita terbaru dari pengusaha Aksa Malvino. Benarkah dia membatalkan pernikahannya karena lebih memilih kamu daripada calon istrinya."Menahan geram di hati akan pertanyaan si wartawan cantik, yang tidak sesuai rencana awal. Aku mencoba tetap tersenyum dan menjawab. "Aduh! Kalau itu saya gak tahu, ya? Saya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 60

    *Happy Reading*"Bagaimana Devia, apa penjelasan kamu tentang chat ancaman ini?"Mengatur napas agar tetap tenang, aku pun berusaha mempertahankan senyum, seraya memutar otak mencari alasan tepat sebagai jawaban. Okeh! Maybe this time.Menarik napas panjang sejenak. Aku mulai menatap si wartawan dengan sendu. Ekspresi wajah sengaja aku buat selelah mungkin. Seakan aku punya beban yang teramat di pundakku. "Seperti yang aku bilang di awal. Aku tuh lelah di sangkut pautkan dengan sensasi yang di timbulkan Pak Aksa. Karena apa? Karena hujatan dan ancaman bukan cuma aku dapatkan dari pesan di medsos. Tapi sampai ke pribadi. Entah dari mana mereka mendapat nomor ponselku. Jujur saja, itu sangat mengganggu. Padahal aku butuh ketenangan dalam pengobatan yang akan dijalani. Tapi kalau begini terus, apa bisa aku tenang? Mental aku bisa ikutan down lama-lama." Menarik napas panjang sekali, dan membuangnya secara perlahan. Benar-benar seperti orang yang sudah sangat lelah jiwa dan raga. Terny

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 61

    *Happy Reading*"Don't like me. You will definitely get hurt."Eh? Apa aku baru saja ditolak?Satu detikDua detikTiga detik, dan ...."Ekhem!" Aku berdehem refleks demi menghilangkan hening yang tiba-tiba menyapa. "Reyn, kamu baik-baik saja di sana?""Maksudnya?" Reyn bertanya balik. "Ya ... gitu, kamu tadi lagi ngomong sama siapa?""Tentu saja kamu, Devia. Siapa lagi? Bukankah kita sedang bertelepon?" Reyn bertanya setelah beberapa saat terdiam."Aku?!" Pura-pura terkesiap. "Wah, kalau gitu fix. Di sini bukan cuma aku yang tidak fokus, tapi kamu juga!""Maksudnya?" Reyn bertanya cepat."Ya, gitu. Kamu lagi gak fokus juga, ya? Soalnya omongan kamu gak nyambung."Tidak ada jawaban dari seberang sana. Hanya hening saja. Sepertinya, Reyn sedang berpikir dan mencerna ucapanku. Karena itulah, aku memilih melanjutkan ucapanku. "Padahal tadi kita lagi ngomongin nomor telepon si pengirim ancaman, loh. Kok, kamu malah tiba-tiba bilang 'Don't like me'. Kan gak nyambung, Reyn. Apalagi, kamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 62

    *Happy Reading*Pada akhirnya. Meski aku sudah merajuk, merayu, bahkan menangis kejer seperti anak kecil, tapi gak pake goser-goser di lantai karena masih sakit punggung. Aku tetap ditinggalkan di tempat terpencil ini. Memang sih, tidak sendirian seperti dalam bayanganku sebelumnya. Ada beberapa pelayan dan penjaga berbaju serba hitam yang menemani. Juga ... Lika sebagai teman dan asisten khususku. Ya. Entah bagaimana ceritanya hingga Lika bisa di rekrut lagi jadi asisten aku di sini. Kata gadis itu sih, Reyn sendiri yang menelpon dan meminta tolong. Nah, kalau gitu ... ngapain juga kemarenan aku mewek-mewek pisahan sama dia, kalau ujung-ujungnya ketemu lagi. Ih, mubajir dah air mataku. Untung aku bukan duyung. Kalau duyung, lebih rugi lagi. Bisa buat beli kapal pesiar air mataku kemarenan."Huh dasar medusa kang drama. Muka lo bokis banget. Playing victimnya gak natural. Belajar ekting lagi sono!"Aku hanya melirik malas pada Lika, yang saat ini mengomeli ponselnya sendiri. Gak usa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-14
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 63

    *Happy Reading*"Bisakah kamu ketuk pintu?" Reyn terdengar datar menyahuti si Nurbaeti di sana. "Ngapain? Pintunya udah kebuka ini. Lo juga ... ck! Iya-iya."Hening sesaat, lalu ....Tok ... tok ... tok ...."Tuh, udah. Jan delik kek gitu lagi. Kayak lo kurang serem aja."Astaga! Aku bisa membayangkan bagaimana menyebalkannya Nurbaeti di sana. Memang anak Mak Kanjeng dia tuh. Asli! Tak perlu diragukan lagi. Namun, aku sebenarnya lumayan salut sih sama Nurbaeti. Karena meski Reyn ini seram dan kadang galak. Nurbaeti bisa berinteraksi sesantai itu pada pria kutub tersebut. "Ada apa?" Reyn terdengar datar menanggapi Nurbaeti."Kok ada apa? Lo budek apa kek mana? Pan tadi udah gue bilang. Lo udah ditungguin di bawah. Buruan!""I see. Pergilah. Aku akan menyusul."Aku memilih menyimak saja. "Ck, barengan aja bisa, gak? Gue males nanti di suruh naik lagi manggil lo! Dikira gak capek aja turun naik di rumah nih.""Aku sedang menelepon orang.""Siapa?""Bukan urusanmu. Pergi.""Ck, pelit.

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 64

    *Happy Reading* "Apa, Lik?! Lo gila, ya? Suami lo gimana, Anjir?!" Setelah sepanjang perjalanan Lika membungkam mulut dan hanya memberikanku senyum penuh arti, tiap kutanya apa yang terjadi antara dirinya dan Tylor. Akhirnya, Lika buka cerita saat kami sudah berada di tempat baru. Kali ini bukan mansion besar seperti sebelumnya. Tetapi rumah minimalis dengan lingkungan yang tetap asri. Tahu rumahnya Bella di film twiligt. Nah, rumahnya mirip itu. Okeh, mari kita skip pembahasan tentang rumah. Karena aku tidak berminat jadi sales property. Mari kembali pada Lika yang baru saja mengaku sudah melakukan ONS dengan Tylor. "Suami gue juga selingkuh kalau lo lupa." Lika menjawab acuh. "Dan gue, otw jadi janda," tambah Lika dengan jumawa. Seakan status janda itu sangat membanggakan. Mentang sekarang banyak hastag di media 'Janda makin di depan' dan 'Janda lebih menggoda'. Jadinya si Lika ini malah terinspirasi buat cepat jadi janda. Ah, jaman emang udah uedan! "Ya kan gak harus dib

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 65

    *Happy Reading*Author pov"Bos." Reyn disambut beberapa anak buahnya saat tiba landasan hellypad Rumah sakit Setiawan Healthy. Mengangguk sejenak demi membalas sapaan sang anak buah. Reyn pun segera turun dari hellypad yang mengantarnya pulang, kemudian mengulurkan tangan untuk membantu Shabina turun. Tidak ada penolakan dari Shabina. Gadis itu menurut saja, bahkan ketika Reyn langsung menariknya masuk ke dalam rumah sakit dengan terburu-buru. Meski sampai tergopoh-gopoh mengejar langkah panjang Reyn, Shabina tetap mengunci mulutnya untuk tidak mengeluarkan protes. Setelah menuruni tiga lantai dari arah rooftop. Reyn membawa Shabina keluar lift, kemudian menuju ruang ICU. Kehadiran Reyn di sana tentu saja membuat Tylor dan Lika yang menunghuggu di depan ruangan, gusar seketika. "Jelaskan apa yang terjadi?" Reyn melepaskan tautan tangannya pada Shabina, dan mendekati Tylor dengan langkah tegap seperti seorang pemburu. "Maaf tuan Reyn. Saya lalai dalam menjalankan tugas." Tylor la

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 66

    *Happy Reading*Arjuna memijat pelan keningnya yang tiba-tiba pening, dan membuang napas berat syarat akan kelelahan. Lelah mengurusi dua anak muda bar-bar, yang suka sekali bermain dengan nyawa orang. Beruntung tadi ada Kenneth, salah satu putra kembarnya hadir tepat waktu menghalau kegilaan Sella. Kalau tidak, sudah bisa dipastikan rumah sakitnya ini akan mendapat masalah dari ulah Sella. Bukannya mau sok suci dan baik hati ingin memaafkan penghianatan Tylor. Tetapi ... ya gak bunuh orang di sini juga, astaga! Ugh ... benar-benar dua remaja itu, ya? Memang paling jago bikin orang tua sepertinya sakit kepala. Kini, Kenneth dan Frans sudah berhasil mengamankan Tylor dan Sella. Membawa kedua orang, bertiga dengan selingkuhannya itu menjauh dari sini. Arjuna memang menyuruh Ken membawa Sella ke ruangan Karina. Arjuna yakin, Karina pasti bisa menenangkan gadis emosian berpikiran pendek mirip bapaknya itu. Sementara Tylor dan selingkuhannya, Arjuna percayakan pada Frans. Bagaimana pun

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-18

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 4

    *Happy Reading*"Ada elu, Nur? Kapan pulang? Betah banget lo di negeri orang? Eh, gue ngomong begini lo masih ngarti, kagak?" celoteh Mak Kanjeng, saat menemukan aku di Rumah Nurbaeti. Nanti sore akan ada acara perayaan ulang tahun Arshaka, anaknya Nurbaeti. Makanya aku ceritanya sedang bantu-bantu di sini, gaes. Mumpung aku sedang di Indonesia. Mendengar celotehan Mak Kanjeng. Aku nyengir saja. Lalu menghampirinya dan mencium punggung tangannya dengan hormat. "Ngerti dong, Mak. Bahasa betawi kan udah mendarah daging di Nur. Yee kan? Lagian Nur kan nikahnya sama orang Indo juga. Jadi sekalipun tinggal di luar negeri. Kami tetep menggunakan bahasa Indonesia dalam keseharian.""Owh ... gitu." Mak Kanjeng bergumam. "Syukur dah kalau gitu. Jadi gue gak usah buka kamus kalau ngomong sama lo. Soalnya gue pan gak ngerti bahas bule. Taunya yess sama no, doang. Eh, sama money dah gue juga tahu."Dasar Mak Kanjeng. Kalau soal cuan aja. Mau pake bahasa apa pun ngerti aja. Dasar emak-emak. "I

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   extra part 3

    *Happy Reading*"Bang, kayaknya kamu harus mulai miara tuyul, deh.""Tuyul? Buat apa?""Buat tambah-tambah penghasilan biar bisa beli pabrik celana dalam. Aku capek loh beli banyak bisa seminggu sekali. Kamu robekin terus," omelku, seraya memungut kain segitiga yang tadi Aaron robek saat percintaan. Menunjukannya pada pria itu yang kini malah tertawa terbahak di tempatnya."Maaf, Sayang." Aaron menarik pinggangku posesif. "Habisnya tadi udah gak tahan." Dia mencium pipiku dengan mesra. Hilih! Alesan saja. Perasaan mau slow motion atau grasak-grusuk motion pun. Tetap aja memang dia mah sukanya robekin celana aku. Bikin aku keabisan semvak mulu!"Turunin CD gak sampai dua jam loh, Bang.""Tetep lama buat aku, Sayang. Namanya udah gak tahan gimana, sih? Aku gak mau buang satu detik pun buat merasakan kamu, sayang.""Hih! Otakmu itu emang isinya nana nina mulu kalau sama aku." Aku mencibirnya dengan kesal."Emang!" Aaron tak menampik. "Kalau liat kamu, otak aku emang auto pengen ngungkep

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 2

    *Happy Reading*"Ya! Cukup untuk hari ini. Terima kasih dan see u tomorrow."Akhirnya hari ini berakhir. Aku mendesah lega kemudian segera merenggangkan tubuh sejenak demi untuk meredakan lelah yang menggelayuti tubuh. "Dev?" Celine, asistenku menghampiri seraya menyerahkan ponselku. "Aaron sejak tadi menghubungi," beritahunya, kemudian membuka botol kemasan yang dibawanya untukku. Senyumku pun langsung terurai lebar."Thanks, Celine." Aku menerima minuman darinya dengan senang hati, seraya mengecek ponsel. Ada lima panggilan tak terjawab dari Aaron. Sepuluh chat dari orang yang sama. Sisanya spam operator dan chat-chat dari sahabat, keluarga, dan beberapa nomor baru yang ingin memakai jasaku untuk produk mereka. Ya! Sebulan setelah menikah. Aku memang sudah kembali ke depan kamera. Menjadi model seperti sebelumnya, sekaligus menjadi Brand ambasador prodak kecantikan milik Aika. Mengabaikan nomor-nomor yang mencoba menjalin bisnis, yang pastinya sudah mendapat auto replay untuk

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 1

    *Happy Reading*"Ya ampun. Beneran gak bisa berenti nangis, ya? Udahan kenapa, Yang? Kasian loh mata kamu." Aaron kembali memberikanku sehelai tissu kering, saat lagi-lagi air mataku mengalir tanpa bisa ku tahan. "Aku juga maunya berenti, Bang. Capek tahu, nangis kayak gini terus. Capek juga benerin riasannya. Tapi ... tapi ... mau gimana lagi. Aku masih gak percaya sama semua yang terjadi. Aku terharu parah. Kamu sih, ngasih kejutannya gak kira-kira! Kan aku ... aku ....""Nah? Nah? Kan? Minum dulu, minum dulu." Aaron lalu memberikan aku sebuah minum di botol. "Udah tahu suara hampir ilang. Masih aja ngomel," tambahnya disela kegiatan membantu aku minum lewat sedotan. "Aku gak ngomel, Abang!" Aku melayangkan protes dengan suara yang sebenarnya udah sengau. Kebanyakan nangis tadi bersama Intan dan Nurbaeti. "Lalu?""Menyuarakan kekesalan sama Abang aja.""Lah? Jadi, gak suka nih sama kejutan dari aku?" tuduh Aaron."Sukalah! Ya kali!" Aku menyahut cepat."Terus?""Gak ada terus-ter

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 106

    *Happy Reading*Aku sudah siap! Sudah cantik sekali dengan gaun mahal yang Aika bawa, serta riasan sempurna hasil tangan MUA profesional yang juga Aika bawa. Pokoknya, aku sudah siap muncul menghipnotis semua tamu undangan malam ini. Akan tetapi, sayang mempelaiku tak kunjung datang menjemput. Meski ini sudah tiga jam berlalu sejak kepergiannya. Sang mempelai pria masih belum diketahui rimbanya. Membuat aku harus menunggu dengan hati gusar luar biasa. "Ck, ke mana, sih? Perasaan tadi bilangnya gak nyampe dua jam. Tapi ini kok malah gak muncul-muncul? Mana sekarang gak ada yang aktif lagi nomor-nomornya. Minta diuleg emang nih para pria berbiji."Lihat saja! Bahkan Aika yang awalnya santai, kini mulai emosi dan ngomel-ngomel pada ponselnya. Pun Papa yang sudah tidak bisa duduk tenang di tempatnya. Sementara para ibu-ibu, terlihat saling merangkul untuk saling menguatkan.Tolong jangan ditanya bagaimana kondisiku. Karena meski tampilanku sudah cetar membahana mengalahkan ratu sejagad.

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 105

    *Happy Reading*Seperti yang sudah-sudah. Setelah puas menangis, aku tertidur. Akan tetapi tidak lama. Karena tiga puluh menit kemudian, bunda membangunkanku dan menyuruh bersiap untuk resepsi pernikahan yang akan segera di mulai. Entahlah. Aku gak tahu lagi harus bilang apa sekarang. Aku bingung harus sedih atau senang menerima pernikahan ini. Di satu sisi, tentu saja aku senang. Akhirnya bisa menikah dan melepas masa lajangku dengan pria sebaik Aaron. Akan tetapi di sisi lainnya. Aku juga sedih karena harus menikah secepat ini, tanpa kehadiran sahabat-sahabatku, juga merasakan euforia pranikah seperti mereka. Dari mulai lamaran, menunggu ijab kabul, dan pusing mengurusi pesta pernikahan. Aku kehilangan semua momen itu. Bagaimana tidak. Seingatku aku hanya pingsan seharian, pas bangun semua udah jadi aja. Rasanya kayak ... gimana, ya? Pokoknya aku gak merasakan euforia apa pun dalam pernikahan ini. Meski aku tahu dan mengerti pasti kenapa harus begini jalannya. Tetap saja, rasanya

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 104

    *Happy Reading*Saat mendengar suara Malvino. Aku refleks mencari pegangan dan meremas tangan Bunda yang kutemukan di pangkuan. Aku takut! Takut sekali!"Coba saja kalau bisa. Gue tunggu!" Berbeda denganku. Sepertinya ancaman Malvino tidak berpengaruh apa pun untuk Aaron. Pria itu menjawab lugas tanpa rasa takut sedikit pun. "Kamu? Siapa kamu? Kenapa ponsel Devia ada pada kamu?" Malvino yang mendengar sahutan ternyata bukan dariku. Tentu saja langsung bertanya dengan penasaran. "Gue suaminya Devia." Aaron masih menjawab dengan santainya. Sementara aku makin gusar di tempatku. Bunda bahkan sampai harus merangkul dan membisikan kata tenang berkali-kali. Karena tanpa sadar tubuhku sudah bergetar hebat mendengar percakapan itu. Sepertinya Malvino sudah membuat aku trauma parah. Bahkan hanya mendengar suaranya saja, aku sudah ketakutan seperti ini. Kepalaku mulai pusing lagi jadinya. "Suami? Jangan bermimpi kamu! Devia itu milik saya! Selamanya akan jadi milik saya!"Tuhan ... pria it

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 103

    *Happy Reading*"Memang itu tujuannya," sahut Aaron tanpa beban."Eh?"A-apa maksud kamu?" Aku bertanya dengan terbata. Sayangnya, bukannya menjelaskan. Aaron malah tersenyum manis dan mengangkat bahu dengan acuh. Membuat aku kesal sekali. Apa-apaan sih dia. "Ron, jangan becanda. Ini bukan hal yang bisa kami jadikan lelucon!" Tak ayal aku pun langsung menghardiknya. "Siapa juga yang sedang becanda? Aku serius, kok.""Lalu, kenapa--""Serahin aja semuanya sama aku. Aku punya cara sendiri buat ngadepin pria brengsek itu."Sayangnya, jawaban Aaron barusan. Meski disuarakan dengan sungguh-sungguh. Tetap saja tidak bisa membuat aku tenang. Karena Aaron tidak tahu seberapa gila si duda sableng itu. "Serahin semuanya sama kamu? Jangan gila, Ron! Kamu gak tahu seberapa nekadnya dia. Khanza, anaknya dan Tita sudah menjadi korbannya. Aku gak mau kamu juga ... ikut jadi korbannya, Ron. Aku ... gak mau." Aku mencoba menyuarakan kekhawatiranku. Tanpa sadar air mataku menetes lagi. Membayangkan

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 102

    *Happy Reading*"Eugh ..." Aku melenguh pelan. Saat ingin membuka mata, tetapi tersita oleh denyut nyeri yang berasal dari kepalaku. Sakit dan pusing sekali. Rasanya benar-benar tidak nyaman. Tak lama, aku merasa sebuah tangan memijat-mijat kepalaku. Menghantarkan rasa hangat yang membuat nyaman.Setelah cukup lama. Aku pun bisa membuka mataku. Bunda lah yang pertama aku lihat dengan senyumnya yang sehangat mentari. Namun, matanya membengkak khas orang baru nangis. Kenapa? Ada apa?"Alhamdulilah, Nur. Akhirnya kamu bangun juga," ucap Bunda. Bangun? Aku emang kenapa? Aku melirik sekitarku, dan baru sadar jika ini bukan di kamarku yang ada di rumah Papa. Ini ... kayaknya di kamar rumah sakit. Lah? Kenapa aku di sini? "Bun, akh--ekhem!" Baru saja aku ingin menyuarakan rasa penasaran dalam diri. Tiba-tiba aku tercekat. Tenggorokanku sakit sekali. Seperti kekeringan dan butuh air segera. Seakan mengerti, bunda dengan cepat meraih gelas berisi air putih di nakas, dan membantuku minum

DMCA.com Protection Status