Olivia berhasil mendorong orang yang berusaha untuk membekapnya. Dia pun melihat wanita terjatuh di atas lantai karena dia mendorongnya cukup kuat. Dia berdiri dan melihat jika wanita itu adalah Paula. “Kamu sungguh gila! Apakah kamu ingin menghabisku di sini?” tanya Olivia pada Paula yang baru saja berdiri. “Iya. Aku sudah gila karena kamu!” “Apa aku sudah membuat kesalahan padamu? Sehingga kamu seperti ini?” “Kamu sudah merebut Nolan dariku. Aku tidak akan membiarkanmu selalu ada di dekatnya. Olivia menatap wanita itu yang terus bicara mengenai semua hal yang meluapkan semua rasa kesalnya. Dia tersenyum tipis saat mendengar jika wanita itu mengatakan jika dirinya sangat mencintai Nolan. “Apa kamu yakin dia juga mencintaimu?” potong Olivia. Yang sudah merasa kesal dengan apa yang dikatakan oleh Paula. “Aku yakin! Andai saja tidak ada kamu mungkin sekarang aku sudah menikah dengannya.” “Sungguh?” tanya Adel yang baru saja ke luar dari dalam kamar mandi. Dan dia mengenakan jub
Nolan masih menunggu jawaban wanita yang ada di depannya itu. Dia sudah tidak sabar untuk mengetahui jawabannya. Akan tetapi, Olivia hanya terus memandanginya. “Lama sekali!” Nolan kembali berkata. Lalu dia menggendong Olivia dan berjalan menuju mobilnya. “Nolan, apa yang kamu lakukan? Cepat turunkan aku!” Nolan tidak menimpali Olivia. Dia terus berjalan hingga akhirnya dia ada di dekat mobilnya dan mendudukkannya di dalam. Dia pun masuk ke dalam mobil dan menyuruh sopir yang sudah siap untuk segera pergi. “Kamu mau membawaku ke mana?” tanya Olivia. Setelah sang sopir menjalankan mobilnya. “Diam dan jangan banyak bicara!” “Kenapa kamu begitu menyebalkan? Mengapa orang yang ada di dekatku selalu membuatku kesal!” Olivia terus menggerutu dan dia sama sekali tidak peduli jika Nolan juga kesal kepadanya. Dia juga tidak memedulikan jika suaranya mengganggu sang sopir yang sedang fokus ke jalanan. Dia berhenti bicara saat melihat Nolan tersenyum lalu dia bertanya, “Mengapa kamu
Olivia tidak sengaja menyenggol gelas yang ada di atas gelas sehingga terjatuh dan pecah. Itu membuatnya menarik bibirnya dan tertawa saat melihat wajah Nolan. “Tetap duduk di sana!” perintah Nolan pada Olivia. Yang hendak berdiri dan memungut pecahan gelas yang ada di lantai. Olivia menuruti perintah Nolan. Dia tetap duduk di kursinya dan melihat pria itu dengan cekatan membersihkan pecahan gelas yang ada di atas lantai. Dia terus menatapnya sembari tersenyum lembut. Lantai pun sudah bersiah dan dia melihat Nolan yang mendekat ke arahnya. Pria itu tersenyum padanya lalu menggendongnya dan berjalan menuju sofa yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini. “Manis sekali,” Olivia berkata pada Nolan dengan nada lirih sembari mengalungkan kedua tangannya ke leher pria itu. “Aku bisa melakukan yang lebih manis lagi dari ini.” Olivia tersenyum saat mendengar perkataan Nolan. Hatinya terasa hangat dan baru kali ini dirinya merasakan itu dari Nolan. Dia terus memandangi pria itu hingga
“Kamu ada di sini?” tanya Olivia pada orang yang barusan memanggil namanya. “Iya. Apakah kita bisa bicara sebentar?” jawab orang itu lalu dia balik bertanya pada Olivia. “Apa yang mau kamu bicarakan, Angel?!” tanya Nolan dengan sedikit nada menekan. Olivia memegang tangan Nolan. Dia meminta pria itu untuk memberikan waktu untuknya bicara dengan Angel. Sebab dia juga ingin tahu apa yang ingin dibicarakan oleh wanita itu. Nolan pun mengangguk dan dia masuk ke dalam mobilnya. Meski di dalam benaknya ada rasa ingin tahu juga dengan pembicaraan yang mereka berdua lakukan. Dia pun terus memperhatikan Olivia yang saat ini sedang berbicara dengan Angel. “Apa yang dibicarakan oleh mereka berdua?” gumam Nolan. Dia mengambil ponselnya yang bergetar dari saku celananya. Dia melihat nomor yang tertera dan langsung mengangkatnya. Karena yang menghubunginya adalah Ian. Nolan mendengarkan semua informasi yang dikatakan oleh Ian. Akan tetapi, matanya masih belum bisa beralih dari Olivia dan
“Jadi itu alasannya,” ucap Olivia setelah dia mendengarkan penjelasan Adel yang bersedia untuk menjadi mata-mata Nolan. “Iya. Aku sengaja menerimanya karena alasan itu,” sambung Adel. Sembari memegang area perutnya. “Apakah masih sakit? Kalau begitu kamu pergilah ke kamarmu!” Olivia berkata pada Adel. Setelah dia melihat wanita itu terlihat tidak nyaman. “Bailah.” Olivia pun melihat Adel pergi dari kamarnya. Dia masih berdiri di balkon. Dia memikirkan kembali penjelasan yang diberikan oleh Adel dan sekarang semuanya sudah jelas. “Aku tidak mengira pernah menyelamatkannya. Namun, mengapa aku tidak pernah mengingat akan hal itu,” gumam Olivia lalu dia berbalik masuk ke dalam kamarnya. Dia mendekat ke arah meja lalu mengambil tasnya. Dia pun ke luar dari kamar hotel. Dia sudah ada janji untuk bertemu dengan Angel karena tadi pembicaraannya belum selesai. Olivia mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada Angel. Dan tidak berselang lama dia mendapatkan pesan balasan dari Angel
"Tunggu, Angel!” ujar Olivia setelah dia berada di dekat Angel. Dia melihat Angel berhenti melangkah dan membalikkan tubuhnya. Olivia pun menatap wanita itu dengan saksama. Di dalam benaknya dia tidak ingin jika wanita itu menikah dengan Dean. “Aku mohon padamu. Hentikan rencanamu untuk menikah dengannya. Bukankah kamu tahu jika dia adalah orang yang sangat percaya dengan, Miranda.” Olivia pun mengatakan beberapa hal yang membuatnya tidak percaya sepenuhnya pada Dean. Dia yakin jika pria itu memiliki rencana lainnya setelah Angel dan Dean menikah. “Percayalah padaku.” “Sudah cukup! Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Kamu tidak perlu memikirkan aku lagi. Aku tidak peduli jika dia masih dekat dengan Miranda dan juga memiliki rencana buruk padaku,” jelas Angel. “Aku tidak ingin kamu semakin menderita.” “Menderita ... aku sudah menderita. Sekarang apa lagi yang aku harapkan dengan hidupku ini? Mungkin inilah salah satu jalan untukku tetap hidup,” sambung Angel lalu dia meninggal
Olivia merasakan Nolan yang menghela napas panjang. Sehingga membuatnya semakin yakin pria itu tahu sesuatu tentang rencana ibu tirinya bersama dengan Dean. “Olivia, apakah ayahmu menghubungimu dan mengatakan jika ibu tirimu kecelakaan?” tanya Nolan pada Olivia. Yang masih penasaran dengan rencana Miranda dan Dean. “Apakah itu salah satu rencana, Miranda?” “Dia memang kecelakaan tetapi aku tidak tahu apakah semua itu rencananya atau memang benar-benar kecelakaan.” Olivia terdiam sejenak setelah mendengar jawaban Nolan. Dia masih memikirkan semua hal yang sudah dikatakan ayahnya dan juga semua hal yang dilakukan oleh Miranda. “Sudahlah jangan memikirkan masalah Miranda dan yang lainnya. Bagaimana jika kita menikmati malam ini dengan tenang?” ucap Nolan sembari memegang tangan Olivia. “Kamu benar.” Olivia pun tersenyum dan dia menikmati suasana malam ini. Dia melihat sepasang kekasih yang berhenti di depannya. Dia sedikit terkejut melihat apa yang dilakukan oleh sepasang kekasih
Olivia menempelkan tubuhnya di pintu dan mendorongnya. Sembari terus berbicara dengan Nolan yang ada di ujung telepon. Orang yang ada di balik pintu terus berusaha untuk membuka pintu kamarnya. “Baiklah. Aku tidak akan membukanya,” Olivia berkata pada Nolan lalu menutup sambungan teleponnya. Tidak berselang lama terdengar suara keributan dari luar. Dia pun melihat ke luar dari lubang kecil di pintu. Dia melihat beberapa orang yang sedang berkelahi. Dia berpikir jika Nolan sudah tiba bersama orang-orangnya. Dia pun membuka pintu kamar. Dia terus melihat empat orang pria berkelahi tetapi dirinya tidak melihat Nolan atau Ian. Ada sesuatu yang aneh dengan perkelahian mereka. “Akhirnya dia keluar juga,” ucap seorang pria sembari menyeringai. Olivia hendak masuk kembali ke dalam kamar. Akan tetapi, seorang pria membekapnya dari belakang. Dia berusaha untuk melepaskan diri tetapi tenaga pria itu sangat kuat. Dia tidak melawan lagi dan berusaha untuk tenang. Akhirnya dia menginjak k
Olivia berdiri di balkon apartemennya. Dia hanya diam sembari melihat langit biru yang cerah. Wajahnya terpancar kesedihan dan rasa kesepian karena selama dua bulan ini dirinya tidak bertemu dengan Nolan. “Sampai kapan kamu akan terus berada di dalam apartemenmu ini?” tanya Adel yang baru saja berdiri di sampingnya. “Malam ini aku akan berada di apartemen ini. Setelah itu aku akan kembali ke rumahku.”“Apakah kamu masih belum mau menemui, Nolan?” “Dia sudah bahagia bersama dengan wanita itu.”“Kamu salah.”“Aku tidak salah.”Olivia melihat ke arah Adel dan wanita itu menggelengkan kepalanya. Dia tidak paham mengapa Adel masih saja membela Nolan yang sudah memutuskan untuk bersama dengan wanita itu bukannya menemuinya. “Olivia, malam itu dia memang menemui Miranda. Namun, setelah itu dia pergi dan langsung menuju ke Paris. Ada rekan bisnisnya yang mengalami penyerangan.”“Kalau itu aku tidak tahu. Ceritakan lagi padaku yang sebenarnya terjadi!” “Makannya kalau dia menghu
Sudah satu minggu Olivia belum mendapatkan kabar tentang Nolan. Rasa khawatir semakin bergelayut di dalam hatinya. Akan tetapi, dia selalu berusaha untuk bersikap tenang. Sebab dia yakin jika Nolan akan kembali ke sisinya. Di saat kepergian Nolan semua rencananya berjalan dengan lancar. Dia berhasil merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. Dia juga berhasil membuat Miranda mundur beberapa langkah dari rencana yang sudah dibuat. “Apa kamu sudah puas, Olivia?! Kamu sudah mengambil semuanya. Sekarang biarkan aku bersama dengan ayah dari bayi yang aku kandung ini,” tanya Miranda dengan nada kesal. “Puas? Aku sama sekali tidak puas karena kamu sudah membuat hidupku hancur. Apakah kamu sempat berpikir yang kamu lakukan itu adalah hal buruk?” “Aku tidak peduli akan hal buruk atau baik. Karena aku hanya ingin memiliki apa yang seharusnya menjadi milik aku!” Olivia tersenyum kecut saat mendengar perkataan Miranda. Dia tidak habis pikir semua yang dimilikinya mengapa bisa seh
Olivia terkejut dengan apa yang dikatakan oleh wanita yang ada di depannya. Akan tetapi, dia tidak bisa mempercayai semua perkataan yang diucapkan oleh wanita itu tentang Nolan. “Jangan asal bicara! Sebaiknya jangan mencari masalah di sini!” tukas Nolan. Yang kesal dengan apa yang dilakukan oleh wanita yang ada di depannya yang tidak lain adalah Miranda. “Jangan membuangku begitu saja Nolan! Kamu harus bertanggung jawab! Ini adalah bayimu dan aku tidak ingin bayi ini lahir tanpa seorang ayah.” Miranda terus saja mengatakan jika dirinya tengah hamil. Dia pun menunjukkan buktinya. Dia begitu percaya diri jika dirinya sedang hamil anak dari Nolan dan tidak lama lagi pria itu akan menjadi miliknya. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang sudah dilakukan Nolan dengan semua bisnisnya. Olivia hanya diam mendengar semua perkataan yang dilayangkan oleh Miranda. Dia mengingat kembali kedekatan Nolan bersama Miranda selama satu tahun terakhir ini. Dan itu memungkinkan terjadinya hal i
“Kamu akan tahu sebentar lagi,” Nolan menjawab pertanyaan yang barusan dilayangkan oleh Olivia kepadanya. Olivia pun kembali melihat ke arah Tom setelah mendengar jawaban Nolan. Dia melihat Tom yang juga menatap ke arah Nolan dengan tatapan penuh rasa kesal. Dan pria itu memutuskan sambungan teleponnya. “Mengapa kamu melakukan semua ini?!” tanya Tom dengan nada tinggi pada Nolan. “Sudah aku katakan bukan padamu. Jika aku tidak akan melepaskan siapa saja yang ada kaitannya dengan kecelakaan itu.” “Aku yang menyelamatkannya. Jika tidak ada aku maka dia akan mati.” “Sungguh? Kamu begitu yakin.” Olivia masih merasa bingung dengan perdebatan mereka berdua. Dia pun mulai berpikir apakah kecelakaan yang sedang mereka bicarakan adalah kecelakaan yang menimpanya satu tahun yang lalu di Bali. “Yang aku tahu jika kamu memang melakukan semua itu hanya ingin membuat Olivia berada di sisimu,” Nolan kembali berkata pada Tom. “Apa tujuannya melakukan semua ini?” Olivia akhirnya bertanya p
Olivia masih mendengar pintu apartemennya diketuk. Dia akhirnya kembali melihat siapa orang yang ada di balik pintu. Dia melihat seseorang yang dikenalnya. Sehingga membuatnya bernapas lega. Lalu membuka pintu apartemennya. “Mengapa lama sekali membukanya?” tanya orang itu. Setelah Olvia membuka pintu apartemennya. “Aku pikir bukan kamu.” “Lantas siapa?” “Tadi ada yang mengetuk pintu tetapi sewaktu aku melihat di layar tidak ada siapa-siapa,” jelas Olivia. Sembari memutuskan sambungan teleponnya. Dia merasa sedikit tenang karena yang ada di hadapannya saat ini adalah Tom. Dia berpikir jika pria itu masih ada di luar negeri ternyata sudah ada di Jakarta. “Kapan kamu kembali? Mengapa kamu tidak mengatakan jika kamu sudah ada di Jakarta?” Olivia bertanya pada Tom. “Dua jam yang lalu. Dan aku langsung ke sini karena ada yang harus aku bicarakan denganmu.” Olivia melihat Tom berjalan menuju sofa. Dia pun mengikuti pria itu dan duduk tepat di hadapannya. Dia menunggu apa yang ingi
Karyawan wanita itu menjerit karena terkejut dan itu membuat Angel yang ada di ruangannya ke luar. Dia langsung menuju suara jeritan itu dan akhirnya dia melihat seorang wanita yang sedang membungkukkan tubuhnya ke arah karyawannya. “Siapa kamu?” tanya Angel pada wanita yang terlihat sedang mengancam karyawannya. Olivia langsung mengubah posisi tubuhnya dan dia melihat ke arah Angel. Dia memberikan senyumannya dan mendekat ke arah wanita yang sudah membantunya selama ini dan bahkan sempat bermusuhan juga dengannya. “Olivia ...,” ucap Angel saat melihat wajah wanita yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. “Apa kamu juga akan takut melihat aku?” tanya Olivia pada Angel. Setelah dia ada di hadapannya. “Aku sama sekali tidak takut meski kamu adalah hantunya sekalipun,” timpal Angel. Karena dia memang sudah melihat Olivia saat bertemu dengan Nolan. “Baguslah kalau begitu.” Setelah mengatakan itu Olivia pun berjalan kembali dan melewati Angel. Dia mulai memperhatikan satu per
"Sayang, mengapa kamu begitu manis hari ini? Dan kamu memintanya duluan,” ucap Miranda. Dengan nada sedikit menggoda. Tanpa banyak bicara lagi. Nolan beranjak dan berjalan ke luar dari dalam ruangan. Begitu juga dengan Miranda yang berdiri dan menatap ke arah Olivia. “Kamu dengar barusan bukan? Jika dia menginginkan aku dan bukan kamu. Aku tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan kemarin di Bali bersama dengannya. Sebab kamu hanya wanita saat saja baginya.” Miranda pun berjalan ke luar setelah mengatakan itu. Dia tersenyum puas dan penuh kemenangan. Dia tidak mengira juga jika Nolan menginginkannya dan mengatakannya di depan wanita yang sangat mirip dengan putri tirinya. Olivia tersenyum miring. Dia pun melihat kepergian Miranda. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang akan mereka berdua lakukan. Tidak begitu lama ada sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkannya pesan singkat. “Untuk apa lagi dia mengirimkan aku pesan? Buka
“Terima kasih karena kamu sudah mengantarnya,” ucap Olivia pada karyawan wanita yang ada di depannya. “Nona, apakah ada yang perlu saya bantu?” Karyawan wanita itu bertanya pada nona yang ada di depannya. “Tidak ada. Kamu boleh kembali ke posisimu.” Olivia melihat karyawan wanita itu mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan ruangan. Lalu menutup pintu ruang kerjanya dengan rapat. Sekarang dia menatap orang yang ada di depannya yang juga sedang memandanginya. Dia sama sekali tidak bicara karena dia ingin orang itu yang lebih dahulu mengatakan maksud kedatangannya. “Mengapa? Mengapa kamu tidak begitu lemah?” tanya orang itu pada Olivia. “Lemah? Apakah aku selama ini kamu anggap seperti wanita lemah?” Olivia sedikit geram dengan pertanyaan yang dilayangkan oleh orang yang ada di depannya. Padahal selama ini dirinya berusaha untuk menjadi wanita yang lebih kuat untuk menghadapi ibu tirinya. “Kalau begitu mengapa kamu memutuskan untuk menjauh dariku?” “Nolan Raymond, bukan
Nolan menunggu jawaban dari pertanyaan yang baru saja dilayangkan olehnya pada Olivia. Dia tidak paham mengapa Olivia mengatakan jika kali ini adalah yang terakhir. Dia sama sekali tidak mendapatkan jawaban dari Olivia. Dan wanita itu beranjak dari atas ranjang lalu berjalan menuju ke kamar mandi. “Sebenarnya apa yang akan dilakukan olehnya?” gumam Nolan. Sembari mengambil ponselnya yang ada di atas lantai. Dia melihat ke layar ponselnya dan melihat nama Miranda. Dia mengabaikan panggilan dari wanita itu. Sebab dia sudah merasa muak dengan Miranda yang tidak henti membuat masalah. Padahal dia sudah memberikan kesempatan pada wanita itu. Nolan mengabaikan panggilan telepon dari Miranda. Dia sedang tidak ingin bicara dengannya. Dia masih memikirkan apa yang barusan diucapkan oleh Olivia. Tidak berselang lama Olivia ke luar dari dalam kamar mandi. Dia masih melihat Nolan yang duduk di atas ranjang. Dia mengabaikan pria itu dan merapikan barang-barang miliknya karena dia akan kemb