“Bagaimana kamu bisa masuk dengan mudah ke sini?!” tanya Olivia. Dengan nada dingin pada seorang pria yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. “Tidak sulit bagiku untuk masuk ke sini. Karena aku ingin bertemu dan bicara denganmu.” Pria itu memberikan senyumannya pada Olivia. Lalu dia duduk di kursi tepat di seberang Olivia yang masih terus memandanginya dengan sorot mata yang dingin. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh Olivia. Sebab dia hanya ingin bicara dengan wanita yang ada di depannya. “Dasar tidak tahu malu!” gumam Olivia. “Mengapa kamu tidak bisa melihat cinta di mataku? Apakah aku tidak pantas untukmu? Menurutku Nolan yang tidak pantas untukmu.” “Tuan Brian Alexander. Bisakah Anda tidak terus menghina kekasihku?” Olivia bertanya dengan nada menekan pada pria yang ada di depannya. “Aku tidak pernah menghinanya. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Dia adalah pria yang tidak pantas mendapatkan cinta darimu.” Brian pun mengeluarkan po
“Apa yang kamu katakan benar. Kita harus lebih berhati-hati dengan mereka berdua. Akan tetapi, kita tidak boleh lengah karena bukan mereka saja yang harus kita waspadai,” sambung Adel. “Apakah ada informasi yang belum aku ketahui?” tanya Olivia pada Adel. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh wanita yang ada di depannya. Olivia merasa jika ada sesuatu hal yang belum dikatakan oleh Adel kepadanya. Dia menatap wanita yang ada di depannya dengan sorot mata yang penuh dengan selidik. “Ada beberapa saingan bisnis Nolan yang mulai mencari tahu akan dirimu. Sebaiknya kamu jangan pergi tanpa memberi kabar baik padaku atau kekasihmu.” "Baiklah. Kalau begitu aku akan kembali ke rumah. Apakah kamu bisa menyelesaikan semuanya?” “Pulanglah dan hati-hati. Aku masih bisa menyelesaikannya karena sebagian sudah dibubuhi tanda tangan olehmu.” Olivia pun mengangguk. Dia mengambil tas dan ponselnya yang ada di atas meja. Setelah itu dia berjalan meninggalkan ruangannya dan langsung menuju ke
Rasa cemas di dalam hatinya semakin besar. Setelah mendengar berita yang dikatakan oleh Adel. Dia ingin sekali bertemu dengan Nolan dan melihat dengan kedua matanya sendiri keadaannya. “Kamu sudah ada luar?” tanya Olivia pada Adel. Yang ternyata sudah ada di depan rumahnya. Dia mengambil tasnya dan bergegas berjalan ke luar dari dalam kamarnya. Lalu memutuskan sambungan teleponnya. Dia menuruni anak tangga dan langsung ke luar dari rumahnya. Dia melihat mobil Adel yang sudah terparkir. Tanpa banyak bicara lagi dia masuk ke dalam mobil Adel.“Cepat bawa aku menemuinya!” perintah Olivia pada Adel. Sembari memasang sabuk pengamannya.Olivia melihat Adel mengangguk dan mobil pun berjalan meninggalkan rumah. Di dalam perjalanan Olivia hanya diam, dia masih sibuk dengan apa yang ada di dalam benaknya.Sehingga dia tidak memperhatikan jalanan yang dilewatinya. Dia hanya mengkhawatirkan keadaan Nolan. Dia melupakan rasa kesalnya pada pria itu karena sudah menemui Miranda semalam. “Ka
“Kamu mengapa begitu keras kepala? Sudah aku katakan jika dia masih mencintai aku,” ucap seorang wanita dengan nada angkuh. Dia tak lain adalah Miranda. “Aku pikir tidak akan melihatmu di sini,” sambung Olivia. Dengan tenangnya dan dia berhasil menghilangkan raut wajah terkejutnya saat melihat ibu tirinya itu. “Biasakan saja untuk bisa terus melihatku jika kamu masih belum mau melepaskan Nolan. Selamanya pria itu akan menjadi milik aku.” Miranda terus mengatakan jika Olivia tidak bisa bersatu dengan Nolan. Meski banyak hal yang bisa menyatukan mereka berdua. Akan tetapi, banyak hal juga yang bisa memisahkan mereka berdua. Olivia masih dengan santainya mendengarkan apa yang dikatakan Miranda. Dia sama sekali tidak peduli akan hal itu. Dia melihat ke arah belakang. Terlihat Ian yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. “Jangan bicara sembarangan! Kamu tahu jika semua yang kamu lakukan tidak akan pernah berhasil!” ujar Ian yang sudah ada di belakang Miranda. Dan dia mendengar p
Olivia berhenti di depan kamar Nolan. Dia mendengar suara seseorang yang sedang berdebat. Dia mengenali suaranya dan langsung membuka pintu kamar itu. Dia melihat beberapa orang yang langsung memandang ke arahnya. “Mengapa kamu belum puas mencari keributan?” tanya Olivia. Pada wanita yang ada di depannya. “Siapa yang memulainya? Tanyakan saja pada asistenmu itu!” timpal wanita itu dengan sombongnya. “Miranda, bukannya kamu yang memulainya dengan mengusir aku dari dalam kamar ini?” jawab Adel. Adel pun kembali melontarkan semua hal yang membuatnya sangat kesal pada wanita itu. Dia sebenarnya sudah merasa muak dengan Miranda dan ingin menariknya atau menyeretnya ke luar dari dalam kamar dan vila ini. Olivia kembali diam dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh Adel. Dia juga mendengarkan perkataan Miranda yang sama sekali tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Adel tentang dirinya. “Cukup! Pergi kalian semua!” teriak Nolan. Yang sudah merasa gerah dengan perdebatan para w
“Brian Alexander,” jawab Ian. Yang sudah yakin dengan semua informasi yang didapatnya. “Sudah aku duga. Dia adalah orangnya,” sambung Nolan. Nolan kembali melihat ke arah Olivia yang masih terlelap di atas sofa. Dia semakin khawatir jika tidak menyelesaikan semuanya dengan cepat. Maka Brian akan mengincar Olivia. Pria itu hanya menginginkan kehancurannya dan sama sekali tidak tertarik atau jatuh cinta pada Olivia. “Sekarang apa yang akan kamu lakukan padanya?” tanya Ian pada Nolan. Olivia terbangun karena mendengar ponselnya berdering. Dan itu juga membuat Nolan belum menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh Ian kepadanya. “Sejak kapan kalian ada di sini?” tanya Olivia. Setelah dia sadar jika di dalam kamar ada Adel dan Ian. “Tiga puluh menit yang lalu,” jawab Adel. Ponsel Olivia kembali berdering dan dia pun melihat siapa yang menghubunginya. Dia langsung mengangkatnya karena yang menghubunginya seseorang yang diperintahkan olehnya untuk mencari tahu siapa yang mengaca
“Masuk!” perintah Olivia. Saat dia mendengar suara seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. Pintu kamar pun terbuka. Dia melihat seorang wanita dan dia sama sekali belum pernah melihatnya. Dia pun terus memandanginya hingga akhirnya wanita itu ada di depannya. “Nona Olivia, Tuan Nolan sudah menunggu Anda di kamarnya,” ucap wanita itu. Setelah ada di hadapan Olivia. “Siapa kamu? Aku tidak melihatmu dari kemarin?” “Saya adalah pelayan vila ini. Dan saya baru saja tiba di sini tadi subuh.” Olivia pun beranjak dari atas sofa. Dia mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Setelah itu dia berjalan ke luar dari dalam kamarnya. Dia langsung menuju ke kamar Nolan. Dia berhenti saat sudah ada di depan pintu kamarnya. Dia mendengar suara seseorang yang sedang berbicara dengan Nolan. Dia enggan untuk masuk ke dalam kamar itu. Dan dia memutuskan untuk tetap berdiri di luar kamar. Sembari menunggu hingga orang yang ada di dalam kamar Nolan keluar. “Mengapa tidak masuk?” tanya Adel yang a
Olivia sudah ada di dalam vila. Dia melihat beberapa orang yang pernah dilihatnya beberapa kali. Saat dirinya melihat keadaan Paula dan saat terakhir pertemuannya dengan Dean. “Olivia Sander, ikutlah denganku! Ada yang ingin bertemu denganmu,” ucap seorang wanita. Dan wanita itu adalah wanita yang pernah mengobati luka Olivia. “Tunggu dulu! Mau kamu bawa ke mana dia?” tanya Nolan. Sembari memegang tangan Olivia. Seraya menghalangi Olivia untuk ikut dengan wanita itu. “Dia tidak akan melakukan hal yang bisa melukai aku,” sambung Olivia. Sembari melepaskan tangan Nolan. Setelah mengatakan itu Olivia pun berjalan dan wanita itu mengikutinya. Sedangkan Nolan merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Olivia. Sebab bisa saja akan ada jebakan lainnya yang sudah dibuat oleh mereka. “Tenanglah. Percayalah jika mereka semua tidak akan melakukan hal buruk pada Olivia,” ucap Adel. Yang merasa jika mereka tidak berniat untuk melukai Olivia. “Mengapa kamu begitu yakin? Apakah ada sesua