Share

20. Kehangatan Keluarga

Penulis: L Liana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Revan sangat senang mendapat pesan dari Dara, hal yang membahagiakan bagi Revan adalah ketika rasa sukanya dibalas. Revan sudah mandi di rumah sakit, kini pria itu memakai kemeja barunya dan mematut dirinya di cermin, pun dengan dia yang menata rambutnya berkali-kali, padahal dalam keadaan apapun pria itu cukup tampan.

“Ekhem.” Suara deheman membuat Revan menatap ke sumber suara. Arhan yang sejak tadi duduk tidak jauh darinya sudah tidak dianggap Revan, tetapi cowok itu malah caper.

“Dokter Arhan sudah waktunya pulang?” tanya Revan yang akhirnya tanya.

“Iya,” jawab Arhan.

“Sekalian bareng saya pulang mau? Kayaknya kita searah, soalnya saya mau ke rumah Dara juga,” ujar Revan membuat Arhan segera berdiri.

“Ke rumah Dara?” tanya Arhan.

“Iya, ke rumah calon istri. Oh iya, saya lupa memberi undangan pada Dokter. Ini undangannya,” ucap Revan mengambil undangan di tasnya dan memberikan pada Arhan. Arhan menerima undangan itu dengan tangan yang bergetar, dia sudah lama menginginkan Dar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   21. Kemarahan Selin

    Malam ini Revan merenung di kamarnya yang ada di rumah ibunya, besok dirinya akan menikah dan ibunya memaksanya datang ke sini. Banyak pikiran yang berkecamuk di otak Revan. Perasaannya mendadak tidak enak karena takut pernikahan besok akan gagal mengingat ibunya tidak setuju dengan Dara. Revan sudah lama menyukai perempuan itu, andai Dara mudah diajak kerja sama sejak lama, Revan juga tidak akan melecehkan perempuan itu. Namun, Revan tidak peduli, mau bagaimana cara dia menikah dengan Dara, yang penting dia bersama perempuan itu. “Revan, keluar sebentar!” pinta Selin membuat Revan tersentak. Revan segera berdiri dan menuju pintu kamarnya, saat pria itu membukanya, ia melihat Selin yang menatapnya dengan lekat. “Ada apa?” tanya Revan. “Pikirkan sekali lagi pilihanmu!” titah Selin. “Apa yang membuat Ibu tidak yakin dengan Dara?” tanya Revan balik. “Sudah ibu bilang kalau kalian tidak setara, itu hanya membuat kamu susah nantinya, Revan. Latar pendidikan, latar keluarga sudah beda

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   22. Pengantin Pengganti

    Hari pernikahan yang Revan tunggu-tunggu pun tiba. Revan tampak menawan dengan tuxedo berwarna grey yang dia kenakan, pria itu menunggu kedatangan calon istri ke tempat pernikahan. Semalam Revan menginap di depan rumah Dara, baru jam tiga dini hari dia harus pergi karena masih ada urusan, sedangkan Dara masih berdandan di rumah karena Revan sudah mengirim beberapa orang untuk membuat istrinya tampak cantik. “Kakak, gimana perasaan Kakak? Senang kan? Atau deg-degan?” tanya Risya menghampiri Kakaknya dengan senyum sumringah yang menghiasi wajahnya. Revan hanya tersenyum tipis karena dalam hatinya pun juga sangat deg-degan. Pernikahan akan diadakan pukul sembilan pagi, tetapi sudah jam setengah sembilan Dara tidak kunjung datang. “Risya, sudah menelfon orang yang Kakak suruh mendandani Dara?” tanya Revan. “Sudah, katanya sebentar lagi,” jawab Risya. “Revan, Dara tidak akan datang. Sedangkan tamu sudah ada di sini,” ucap Selin menghampiri anaknya. Revan tidak menanggapi orang tuanya,

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   23. Cemburu?

    Pernikahan besar-besaran dilakukan Revan dengan mengundang banyak orang. Kini tamu undangan berbondong menghampiri Revan untuk memberi pria itu selamat. Pun dengan Revan yang menyambut mereka dengan senang. Sedangkan Dara celingak-celinguk untuk mencari adik dan Ayahnya karena takut keduanya hilang di antara banyaknya orang di sana. “Hei, fokus padaku saja!” titah Revan pada sang istri. “Aku takut Ayah dan adikku hilang,” jawab Dara. “Tenang saja, mereka pasti baik-baik saja,” ujar Revan. Meski Revan mengatakan demikian, tetapi Dara tidak bisa tenang karena tadi saja saat berangkat ke sini dia dihadang oleh orang suruhan Selin. Revan mengusap tangan Dara untuk menenangkan istrinya. Kalau dalam mode seperti ini, Revan dan Dara tidak seperti menikah atas perjanjian, melainkan atas dasar suka sama suka. Dokter Arhan mendekati Dara dan Revan seraya mengusung senyumnya. Ada dua pengantin di sana, tetapi yang disenyumin Arhan hanya pengantin perempuan. Saat melihat Arhan, di otak Revan

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   24. Ribut Terus

    Suara tangisan anak kecil terdengar memilukan sampai wajahnya banjir air mata. Bocah itu juga mendorong-dorong tubuh Revan dengan sekuat tenaga dengan tangan mungilnya. “Huwaa … hiks hiks hiks … jangan bawa kakakku, hiks hiks … huwa … Kak Dokter jahat!” teriak Kaivan kencang seraya menangis sampai bahunya bergetar. Bocah itu meraung, merengek dan membuka lebar-lebar bibirnya untuk menangis agar Revan tidak membawa Kakaknya. “Kaivan, kita pulang dulu. Nanti ketemu lagi sama Kak Dara,” ujar Sahrul menenangkan anaknya. “Gak mau … gak mau, aku mau sama Kak Dara,” jawab Kaivan terus mendorong Revan agar tidak mendekati Kakaknya. Dara menatap adiknya dengan mata berkaca-kaca, dia pun tidak tega meninggalkan adiknya yang di rumah bersama ayahnya saja. Sejak kecil adiknya tidak merasakan punya ibu, dan sekarang saat usia adiknya masih lima tahun, dia juga menikah. Saat ini mereka masih berada di gedung pernikahan, tetapi tamu sudah pulang dan tinggallah keluarga inti. Revan “Sudah ibu bi

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   25. Perhatian

    Pagi ini Revan dan Kaivan duduk saling berdampingan di meja makan. Tidak ada yang membuka suara sedikit pun, hanya lirikan tajam Revan pada Kaivan, pun dengan sebaliknya. Semalam Revan menurunkan paksa Kaivan di kamar bocah itu dan menguncinya dari luar, baru dibuka Revan pagi ini. Hal itu membuat Kaivan marah. “Kak Dara, meski rumah ini bagus. Lebih baik kita di rumah kita yang lama,” ucap Kaivan membuat Dara yang tengah memasak pun menoleh. Dara melihat Revan dan Kaivan saling melirik tajam. “Dimana-mana lebih enak rumah bagus,” sambar Revan. “Kak Dara, makanan apapun aku suka. Aku gak rewel. Kakak gak usah masak banyak-banyak, nanti Kakak capek,” oceh Kaivan. “Makanan apapun aku juga suka, kalau capek nanti aku pijitin. Aku yang perhatian sampai melakukan tindakan, tidak hanya perkataan saja,” sambar Revan yang tidak mau mengalah dengan Kaivan. Usia boleh beda jauh, tapi mereka berebut perhatian Dara sama-sama. “Sudahlah jangan bertengkar!” pinta Dara yang kini menata makanan

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   26. Ungkapan Hati Revan

    Satu minggu sudah Dara dan Revan menikah, tidak ada kegiatan yang berarti untuk pengantin baru itu kecuali bercinta. Dara juga terlihat sedikit dingin dengan suaminya meski suaminya mencukupi semua kebutuhannya, pun dengan Kaivan yang tidak mencari gara-gara dengan Revan lagi. Malam ini Revan duduk di ruang tengah seraya menyalakan televisi, tetapi tatapan matanya kosong ke arah sana. Entah kenapa Revan seperti memiliki salah kepada Dara, padahal harusnya apapun yang dia lakukan pada Dara, Dara tidak berhak protes karena dia sudah membeli seluruh hidup Dara. “Ini gajah, aku kalau besar pengen jadi gajah,” ucap Kaivan yang tengah belajar tidak jauh dari Revan. Meski Kaivan belum sekolah, tetapi Dara mengajari adiknya agar kalau sekolah bisa mengimbangi teman-temannya. “Hustt, jangan kenceng-kenceng!” bisik Dara. “Kakak, kenapa kakak kelihatan takut sama Kak Revan? Kenapa kita tidak pulang ke rumah saja? Daripada di sini ada orang jahat,” tanya Kaivan setengah mengeraskan suaranya u

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   27. Setan Gentayangan

    Malam ini terasa mencekam bagi Dara, pasalnya saat ini adiknya berada di ruang ICU dengan berbagai alat yang terpasang di tubuh kecilnya. Usia adiknya masih sangat kecil, tetapi sudah mendapatkan penderitaan yang sangat banyak. Dara tidak diperkenankan masuk, perempuan itu hanya bisa menangis sembari melihat di kaca. Keadaan adiknya yang seperti ini membuat hati Dara sanga sakit, kalau bisa dia ingin menggantikan adiknya saja.“Dara, ayo duduk!” ajak Revan pada Dara. “Kenapa tidak langsung melakukan transplantasi tulang belakang? Kamu sudah bilang kalau akan melakukannya. Kenapa lama sekali?” tanya Dara bertubi-tubi. “Dara, sesuai prosedur sebelum transplantasi harus dilakukan regimen conditioning selama tujuh sampai sepuluh hari, tidak bisa langsung melakukan tindakan,” jelas Revan, “Tapi adikku sudah seperti ini, Revan. Aku tidak ingin adikku kenapa-napa. Kamu periksa sumsung tulang belakangku, ambil saja kalau cocok untuk adikku!” pinta Dara bertubi-tubi “Dara, tidak bisa semba

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   28. Butuh Ungkapan

    Revan mengelus wajah Dara yang tampak pucat, pria itu terpaksa memukul leher belakang Dara agar Dara istirahat. Dengan perlahan Revan mencium kening istrinya, hal yang sangat jarang Revan lakukan karena pria itu lebih sering mencium bibir Dara dengan brutal. Suara bel berbunyi terdengar, Revan tidak menanggapi karena malas menerima tamu. Namun, semakin lama bel berbunyi semakin kencang. Dara menggeliat dalam tidurnya, Revan menepuk-nepuk pipi Dara dengan pelan agar Dara kembali nyenyak. “Dasar sialan,” maki Revan yang kini berlalu pergi dari kamarnya untuk membukakan pintu sang tamu.Saat membuka pintu, Revan memutar bola matanya jengah karena melihat Devano yang kini menatapnya memelas. “Revan, bagaimana ini?” tanya Devano yang mendesak masuk. Namun Revan mendorong Devano. “Tidak usah masuk. Katakan saja di sini!” titah Revan yang kejam sekali. Namun, Devano tetap punya akal hingga bisa masuk ke rumah Revan, pria itu mendudukkan dirinya di sofa.“Katakan apa urusanmu!” titah Rev

Bab terbaru

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   61. Menunggu Jawaban

    Hari ini Dara kesal setengah mati karena suaminya tidak bilang-bilang saat menjemput adiknya, sedangkan dia sudah jalan kaki ke sekolah capek-capek. Sampai pukul dua belas siang, Revan tidak membawa adiknya pulang membuat Dara bingung mau ngapain. Kalau ada Kaivan, Dara bisa bermain dengan adiknya. Dara berusaha menghubungi Revan, tetapi nomor pria itu tetap tidak aktif. Hingga mata Dara memicing saat mengingat ucapan adiknya kalau Revan pernah ditatap oleh Putri tanpa berkedip. Dara mondar-mandir di ruang tamu rumahnya, sesekali perempuan itu melihat hp yang dia genggam. Hingga suara mobil masuk ke halaman rumahnya terdengar. Buru-buru Dara berdiri di depan pintu yang masih tertutup rapat. Suara langkah kaki dan celotehan terdengar, hingga pintu terbuka menampilkan wajah Revan yang kini menatapnya. “Kakak, aku tadi ikut Kak Revan ke rumah sakit. Di sana susternya cantik-cantik. Kenapa pas aku sakit dulu susternya bukan suster itu?” tanya Kaivan. “Masih kecil sudah genit, sana ga

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   60. Memaafkan

    “Aku tidak mau melihatmu lagi. Pergi dari sini!” titah Revan mendesis. “Revan, kedatangan ibu ke sini membawakan buah untuk istri kamu. Ini ibu beli banyak, ada makanan juga untuk Kai,” jawab Selin. “Istriku tidak butuh! Lagipula tidak ada yang menjamin apa buah dan makanan itu bebas dari racun. Aku bisa menjamin kehidupan istri dan adikku sendiri!” desis Revan. Sebenarnya Revan tidak tega mengatakan demikian, tetapi kekecewaan Revan pada ibunya sudah di ujung tanduk. Karena ibunya, hubungannya dan Dara sempat renggang. Revan tidak mau mengambil resiko lagi. “Revan, ibu mengaku salah yang kemarin. Tapi kali ini ibu memang membelikan buah dan makanan untuk kalian tanpa ada niat apapun. Ibu—” “Pergi dari sini!” bentak Revan membuat Selin kaget. Tidak hanya perempuan itu, tetapi juga Kaivan yang kini sangat takut. Dara yang mendengar keributan pun segera keluar, “Revan, kenapa kamu teriak-teriak?” tanya Dara. Dara melihat Selin yang di tangannya memegang kantong plastik dan bebera

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   59. Bersaing

    Revan merasa kehidupannya yang sekarang sangat menyenangkan. Dimana ada istri di sisinya, ada juga adik iparnya yang menyebalkan. Saat ini Revan tengah sibuk membuatkan susu ibu hamil untuk istrinya, sedangkan istrinya sibuk dengan pakaian baru Kaivan. Hari ini pertama kali Kaivan masuk sekolah, bocah itu sangat antusias karena ini yang dia inginkan“Sudah siap pakaiannya, kamu ganteng banget pakai seragam ini,” puji Dara pada adiknya. “Dara, susunya sudah siap. Diminum gih!” pinta Revan pada istrinya. “Iya, sebentar,” jawab Dara. “Kakak, ini tuh dasinya gak gini. Ini masih miring,” rengek Kaivan karena dasi yang dipakaikan kakaknya miring. Dengan sigap Dara membenarkan dasi adiknya. Revan yang melihat itu segera melepas kancing kemejanya dan mengacak sedikit kerahnya. “Sayang, bajuku berantakan,” rengek Revan bagai anak kecil. Dara menatap ke kerah baju Revan. “Tadi aku lihat sudah rapi, kenapa sekarang kayak gitu?” tanya Dara pada suaminya. “Entahlah,” jawab Revan. Dara meng

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   58. Obat Nyamuk

    “Kaivan, makan yang banyak biar cepet gede!” pinta Devano berusaha menyuapi Kaivan, tetapi Kaivan tetap lari-larian. Malam ini Devano dan Risya mengajak Kaivan ke time zone, Devano ingin Risya melihatnya sebagai pria yang sayang anak-anak agar Risya cepat mengatakan kalau mau menikah dengannya. Namun, Kaivan sangat sulit diajak kerja sama, bocah itu terus lari-larian saking senangnya. Kaivan tidak pernah diajak ke sini oleh kakaknya. “Kaivan, cepet makan!” titah Devano mendekati Kaivan lagi. “Om, tadi Kak Revan kasih aku uang, aku mau main game lempar bola itu,” ujar Kaivan mengeluarkan uang dari sakunya. Devano mengembalikan uang itu lagi ke saku Kaivan. “Om punya banyak uang, jadi Om saja yang bayar. Yang penting kamu makan!” desis Devano terus berusaha menyuapi Kaivan. Risya tertawa geli karena Kaivan tidak mau disuapi, “Makannya jadi orang yang lemah lembut biar anak-anak menyukai. Anak-anak itu jujur, kalau dia tidak mau disuapi tandanya kamu bukan orang yang baik,” oceh Ris

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   57. Gigitan Dara

    Saat ini Dara tengah menundukkan kepalanya di ruang tamu rumahnya dan Revan, perempuan itu tidak berani menatap suaminya yang kini berdiri di depannya. Melalui ekor matanya Dara melihat sang suami tengah mondar-mandir seraya bersedekap dada. Saat Dara akan melihat lebih jelas, buru-buru Dara menunduk lagi. “Sudah puas kaburnya?” tanya Revan menatap istrinya. “Hem,” jawab Dara. “Sekarang kenapa menemuiku? Apa sudah bosan kabur terus atau sudah—”“Karena aku mendengarmu tengah sama wanita lain, makanya aku datang lagi,” jawab Dara yang kini berdiri dari duduknya. Perempuan yang tadinya malu menatap wajah suaminya kini menjadi berani dan mendorong tubuh Revan hingga Revan menubruk tembok belakangnya. Brak!Dara memukul tembok tepat di sebelah kepala Revan membuat pria itu kaget. “Aku hanya kabur, tidak bercerai denganmu. Saat aku mengatakan pisah, kamu juga tidak melayangkan perceraian padaku. Jadi aku dan kamu masih suami istri. Saat aku mendengarmu sama perempuan lain, jelas aku ke

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   56. Bersama Lagi

    Dara merasa terancam dengan keberadaan perempuan lain di hidup Revan. Revan bilang hanya menyukainya, tetapi Revan malah sama yang lainnya. Saat ini Dara pulang tanpa membawa barang apapun, juga Dara tidak memberitahu Ayahnya. Sesampainya di rumah Revan, Satpam bilang kalau Revan tidak ada di rumah, alhasil Dara tidak jadi masuk karena tidak berani. “Nyonya, kenapa tidak masuk?” tanya penjaga keamanan itu pada Dara. Sedangkan Dara hanya menggeleng pelan. “Biasanya Pak Revan kalau keluar malam, pulangnya juga larut,” ujar pak Satpam membuat Dara mengangguk. Dara bersiap pergi, tetapi kembali lagi, “Pak, kalau boleh tau dimana perginya Revan?” tanya Dara. “Biasanya kalau malam sih di bar,” jawab pria di depan Dara itu. Dara membelalakkan matanya, ternyata Revan masih sering keluar masuk bar. Perempuan itu menuju ke taksi yang menantinya. Di sisi lain Revan tengah bersama rekan-rekan bisnisnya, pria itu sudah banyak minum, tetapi tidak membuatnya mabuk, sedangkan teman-temannya sud

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   55. Pamer Kakak

    “Kak Revan, aku kangen Kak Dara,” rengek Kaivan yang saat ini duduk di mobil Revan. Revan yang sudah menjalankan mobilnya pun menatap ke arah Kaivan. Sumpah demi apapun mengurus anak kecil sangat menyebalkan, ini rewel itu rewel. Minta sekolah sudah Revan wujudukan, sekarang malah merindukan Dara. “Aku mau telfon sama Kak Dara, Kak. Kangen banget, kangennya sudah segini,” oceh Kaivan menunjukkan bulatan besar tanda kangennya. “Kalau tau gak bisa jauh-jauh sama Kak Dara, kenapa kamu malah kabur?” tanya Revan. “Kalau aku sama Kak Revan, nanti Kak Dara nyariin, akhirnya kalian ketemu lagi deh,” jawab Kaivan. Revan menggeleng pelan mendengar ucapan Kaivan, masih kecil tapi bisa-bisanya punya rencana untuk menyatukan orang dewasa. “Ini telfon kakakmu, tapi bilang kalau kak Revan gak ada di samping kamu!” titah Revan memberikan hpnya pada Kaivan, pun dengan Kaivan yang menerima hp kakaknya. Bocah itu langsung menghubungi nomor kakaknya yang ternyata disematkan oleh Kak Revan. Di sisi

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   54. Perhatian Selin

    Sudah beberapa hari Selin mengurus menantunya yang hamil, perempuan itu ikut tinggal menemani Dara meski Dara selalu menolaknya. Sama halnya pagi ini untuk pertama kalinya Selin masak lagi setelah sekian lama selalu mengandalkan asisten rumah tangga. Selin sibuk di dapur, terkadang barang-barang jatuh karena perempuan itu tidak becus sama halnya dengan Revan.Dara berjalan sempoyongan menuju dapur karena haus, sesampainya di sana Dara malah melihat mertuanya bertingkah. Menggoreng telur saja jaraknya lebih dari dua meter.Selin yang melihat Dara pun tersenyum, “Dara, kamu duduk saja di situ, biar Ibu yang menyiapkan sarapan,” ujar Selin.“Sebenarnya apa maumu? Kenapa kamu tidak pulang-pulang?” tanya Dara pada Selin.“Dara, Ibu tau ibu pernah salah, tapi ibu di sini untuk mengurus kamu yang sedang hamil. Ayahmu kerja, kalau sampai ada apa-apa sama kamu bagaimana? Pada siapa kamu meminta tolong?” tanya Selin.Dara memutar bola matanya malas mendengar ucapan Selin. Sedangkan selin memega

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   53. Mengurus Dara

    “Dokter, ini Kaivan minta ketemu,” ucap Alvian memasuki rumah Revan yang terbuka lebar. Revan yang tengah merapikan bajunya siap pergi pun langsung menghentikan langkahnya. Kaivan berlari menghampiri Revan. “Kak Revan, aku kangen hiks hiks hiks … aku mau sama Kak Revan,” rengek Kaivan yang saat ini menangis sesenggukan sambil memegang kaki Revan. Revan menatap Kaivan yang memeluk kakinya dengan erat, pria itu juga merindukan Kaivan, terakhir kali bertemu dengan Kaivan, bocah itu sudah mulai gembul, tetapi sekarang Kaivan kurus lagi. “Kaivan, kamu tidak banyak makan selama ini?” tanya Revan mengangkat tubuh Kaivan dan menggendongnya. “Aku gak mau makan, aku mau ketemu sama Kak Revan,” jawab Kaivan yang kini memeluk erat leher Revan saat sudah digendong. “Kenapa tidak mau makan?” tanya Revan. Kaivan hanya diam saja dan menyandarkan kepalanya ke pundak Kakak iparnya. “Kak Revan, aku mau di sini. Meski aku disuruh kerja pun aku mau, aku bisa beres-beres, aku juga gak pilih-pilih mak

DMCA.com Protection Status