"Kak, jamunya diminum dulu," ujar Vina sambil menyodorkan segelas jamu yang sudah dicampur madu dan kuning telur ayam kampung.
"Jamu?" tanya Arya bingung. Selama ini dia tidak biasa minum jamu.
"Iya, biar tenagamu pulih kembali. Ini untuk meningkatkan vitalitas dan membuat tubuhmu lebih bugar," jawab Vina.
Arya tak mau membantah. Diikutinya saja perintah istrinya. Sejak pulang tadi siang, dia merasa tubuhnya agak lemas bahkan tak biasanya dia langsung tidur.
Ketika Arya pulang siang tadi, Vina bisa melihat suaminya tampak lelah. Dibiarkannya Arya langsung tidur. Vina menduga ada aktivitas ekstra yang dilakukan suaminya di Jakarta dan itu mungkin ada kaitannya dengan Nita.
Saat suaminya tidur, Inah dimintanya pergi membeli jamu dan madu untuk Arya. Kebetulan Inah pernah cerita tentang itu sebelumnya jadi urusannya lebih gampang. Menurut Inah, racikan jamu itu biasa diminum lelaki yang aktivitas seksualnya ekstra, misalnya pengantin baru atau yang me
Mela mulai melancarkan serangannya. Tangannya menyentuh dan mengelus-elus milik Arya yang masih terbungkus celananya. Mela merasa gemas dengan batang keras yang sudah terbayang rasanya kalau dimasukkan ke celah miliknya. Sensasi itu menambah lengkap serangan Arya yang gencar di buah dada montoknya. Kewanitaan Mela mulai berdenyut-denyut dan terasa basah.Arya menghentikan serangannya. Dibopongnya Mela ke kamar tamu yang tak jauh dari sana. Tempat yang sudah disiapkan Vina untuk Arya melakukan eksekusi menebus apa yang Mela minta. Tempat yang sudah disiapkan untuk mendokumentasikan perbuatan mereka berdua.Diletakkannya Mela di tempat tidur. Dilepasnya high heels Mela dari kedua kakinya. Mela dengan sukarela melepas blus berikut BH-nya yang masih menempel di tubuhnya. Dilepasnya juga rok mininya. Tinggallah celana dalamnya yang tersisa. Arya tak ingin berlama-lama. Dilucutinya pakaiannya sendiri sampai tak ada yang tersisa di tubuhnya.Mela terpana melihat batang
Langit tampak bersih. Hanya awan-awan tipis yang terlihat dari jendela pesawat. Visibilitas ke arah bawah tampak jelas. Pesawat sudah menurunkan ketinggian sejak beberapa saat sebelumnya. Saat itu bandara internasional Juanda sudah terlihat jelas. Tak lama berselang, pesawat mendarat dengan mulus.Arya menyebut nama salah satu hotel di sekitar daerah Tunjungan ketika sopir taksi membawanya dari bandara. Sepanjang perjalanan, Arya dan sopir itu ngobrol tentang Surabaya yang sudah banyak berubah dibandingkan saat Arya terakhir ke sana. Sudah cukup lama Arya tidak ke kota penuh kenangan itu. Pandangannya melihat-lihat ke kiri dan kanan jalan sambil berusaha mengingat-ingat tempat-tempat yang pernah dikunjunginya dulu."Maaf, Pak. Kita sudah hampir sampai di hotel," kata si sopir dengan sopan."Oh ... iya," jawab Arya sambil melihat-lihat ke kanan dan kiri mencari-cari gedung hotel yang dia tuju.Arya sengaja memesan kamar di hotel tersebut dan meminta kamar
Sepanjang perjalanan menuju ke rumahnya dari bandara, Arya mengenang masa lalu saat dia mulai mengenal Vina, seorang gadis yang memikat hatinya. Seorang mahasiswi semester tiga yang ramah dan disukai banyak orang karena keramahan dan kecantikannya.Banyak lelaki yang berusaha mendekatinya termasuk Arya. Saat itu Arya sudah mulai menyusun skripsi jadi pikirannya tidak benar-benar fokus mendekati Vina. Arya mengenal Vina dari salah seorang teman Vina. Arya kadang ngobrol dengannya kalau sedang ada kesempatan, tetapi belum pernah melakukan pendekatan meski Arya naksir dengannya.Teman-teman dekat Arya tahu kalau dia naksir Vina. Mereka greget karena Arya tidak melakukan pendekatan untuk menjadikan Vina pacarnya. Arya hanya mengungkapkan angan-angannya untuk memacari Vina, tetapi tak ada usaha mendekatinya secara khusus.Suatu malam, karena desakan teman-temannya, Arya datang ke rumah Vina untuk mengungkapkan perasaannya. Kebetulan Vina sedang ada di rumah saat itu.
Moge 300 cc berwarna hitam melaju dengan kecepatan sedang di sebuah jalan yang cukup sepi. Pengendaranya tampak gagah memakai jaket kulit hitam dengan celana jeans ketat dan sepatu boot. Meski wajahnya tersamar dibungkus helm flip up, tetapi bentuk tubuhnya menunjukkan jenis kelamin si pengendara.Bunyi nge-bass dari knalpot motor gede itu menderu dan terdengar jelas karena sedang berjalan sendiri di jalan sepi itu. Tak lama, deru motor berknalpot racing terdengar menyusul bahkan memepet di sisinya."Minggir..." ujar si pengendara motor bertipe sport 150 cc warna merah itu.Si pengendara moge bisa saja kabur memacu mogenya yang berkapasitas mesin dua kali lipat dari motor itu, tetapi dia memilih menepi. Diparkirkannya mogenya di tepi jalan sekitar tiga meter dari motor itu. Dia turun sambil membuka helm flip up yang dipakainya. Tampaklah wajah putih manis berhidung mancung si pengendara moge.Lelaki yang duduk di boncengan motor yang mencegatnya itu lalu
"Halo, Cecil?" Nita mengawali percakapan telepon."Iya. Ada apa nih?" jawab Cecilia di seberang sana."Ya ada akulah ...," ujar Nita sambil tertawa."Bukan gitu, maksudku ada kabar apa? Gitu loh," balas Cecil."Aku mau ngajak kamu hangout bareng kalo gakda kerjaan.""Ooh ... ayok! Aku lagi gakda kegiatan sih. Ke mana?""Cafe aja keknya yah? Ntar aku kirim lokasinya.""Oke deh. Jam berapa?" tanya Cecil."Dua jam lagi lah," jawab Nita."Sip. Sampe ketemu yak ...." Cecil menutup pembicaraan telepon.Nita melepas semua pakaian yang dipakainya, menarik handuk lalu masuk kamar mandi. Tinggal sendirian di rumah membuat Nita bebas melakukan apa saja termasuk hilir mudik dengan tubuh telanjang. Kadang dia hanya memakai celana boxer saat di rumah tanpa mengenakan apapun selain itu.Setelah mengeringkan tubuh dan rambutnya, disemprotnya ketiaknya dengan parfum beraroma musk yang maskulin. Ditariknya kemeja lengan pend
Arya sedang bercumbu dengan Vina di ruang tengah ketika bel rumahnya berbunyi. Vina membenahi pakaiannya yang terbuka akibat ulah Arya. Seperti biasa, hari Minggu hanya mereka berdua yang ada di rumah karena Inah libur."Eh ... Nita. Mari masuk!" ajak Vina ketika dia membuka pintu depan rumahnya.Nita hanya mengangguk lalu mengikuti Vina menuju ke ruang tengah. Dia mengangguk kepada Arya yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi. Ketika sampai di sana, Vina langsung membuka kaus yang dipakainya lalu melemparnya ke lantai. Sepasang buah dada montoknya tampak mencuat menantang. Dia langsung bersiap bercumbu dengan Arya."Ayo, gabung!" ajak Vina pada Nita.Nita lalu membuka jaket kulit yang dipakainya. Dia juga membuka sepatu kets yang dipakainya lalu duduk di sofa di samping Arya. Dilihatnya Vina mulai bernafsu berciuman dengan suaminya. Tangan Arya meremas-remas buah dada Vina yang montok.Vina sudah tak sabar ingin menikmati sodokan di kew
Melihat Vina yang sudah panas memainkan klitorisnya, Arya mencabut batangnya dari kewanitaan Nita. Ditidurkannya Vina di atas karpet di lantai. Arya memposisikan dirinya di antara selangkangan Vina. Dengan sigap, Vina melingkarkan kedua kakinya di pinggul suaminya yang tengah mencoblos kewanitaannya."Kak ... buruan masuki aku! Aku sudah hampir keluar nih ...," desak Vina.Arya serta merta menggenjot kewanitaan Vina yang sudah di ambang klimaksnya akibat masturbasinya barusan. Dengan semangat Vina menggoyangkan pinggulnya untuk menjelang orgasmenya yang hampir sampai. Sodokan-sodokan batang Arya yang digenjot dengan cepat membuat Vina segera mencapai klimaksnya. Arya menekan batangnya sedalam mungkin di rongga kewanitaan Vina. Dibiarkannya istrinya menikmati orgasmenya sampai tuntas.* * * * *Nita berjalan dengan kecepatan sedang dengan motornya. Bunyi motornya menderu membelah lalu lintas sore yang tak ramai. Tubuhnya masih terasa agak lemas akibat dua
Pertemuan siang itu dipimpin oleh Arya dan dibukanya pertemuan itu dengan penjelasan singkat tentang rencana meeting nanti malam. Arya minta Cecil yang menemaninya nanti malam untuk memaparkan rencana proyek tersebut. Tomo setuju karena memang semua persiapan paparan itu sejak awal ditangani oleh Cecil jadi dia yang paling paham tentang paparan itu.Cecil menampilkan slide demi slide yang akan dijelaskan Arya dalam paparan nanti malam. Arya membahas dengan semua yang hadir di sana garis besar apa yang akan dijelaskannya di setiap slide yang akan ditampilkan Cecil. Setelah sampai pada slide terakhir, Arya tidak minta koreksi apa pun karena apa yang sudah disiapkan Cecil sudah sesuai dengan yang sebelumnya sudah disampaikannya pada Nita. Urusan teknis seperti itu biasanya Nita yang mengatur semuanya dan membahasnya dengan tim multimedia untuk disiapkan paparan dan videonya.Pertemuan itu diakhiri setelah menonton tayangan video rancangan komplek cluster perumahan mewah y
Nita dan Vina berbaring bersisian. Tubuh mereka masih telanjang. Keduanya kelelahan setelah pergumulan mereka barusan.“Yuk ....” panggil Nita.“Hmmm ....” Vina membuka matanya. Menatap Nita yang ada di sisi kanannya.“Gimana hubungan Kak Arya dengan Ayuk belakangan ini?”Vina menghela napas panjang. “Entahlah, Nit. Kak Arya beberapa hari ini sibuk. Setiap hari pulang malam.”“Sibuk dengan kerjaan kantor?”“Aku gak tahu persis. Kadang, dia pulang sore, mandi, terus pergi lagi. Dia gak bilang mau ke mana persisnya. Aku pikir Kak Arya pergi kencan dengan Cecil.”“Kenapa bisa mikir gitu?” tanya Nita penasaran.“Naluri istri, Nit. Tiga hari lalu, Kak Arya pulang sore dan pergi lagi. Aku ikuti. Ternyata, dia ketemu Cecil di suatu tempat, lalu pergi bersama.”“Mungkin pergi ngurus kerjaan?”“Bukan kerjaan, t
Arya terdiam seribu bahasa. Apa yang dikatakan Nita seolah menamparnya dengan sangat keras. Mukanya memerah entah karena marah atau malu.“Putuskan Cecil! Bapak sudah melanggar kesepakatan dengan Bu Vina karena mencintai Cecil.”Arya menghela napasnya. “Kamu benar. Aku memang mencintai Cecil.”“Sekarang, Bapak silakan pergi. Jangan pernah menyentuhku lagi. Ini untuk terakhir kalinya.”“Maafkan aku,” ujar Arya. “Aku telah membuatmu jadi begini.”“Sudahlah. Kita lupakan yang pernah terjadi.”“Suruh Bu Vina kemari nanti sore,” pinta Nita. “Jangan bilang apa-apa tentang hal ini. Biar aku yang bicara padanya.”Bagaimanapun, bukan cuma Arya, Nita juga harus menyelesaikan apa yang telah dimulainya. Apa yang terjadi sudah menjadi lingkaran setan yang harus diputusnya. Semua harus kembali ke asalnya.Setelah Arya pergi, Nita mandi dan bersiap
Nita merasa batinnya lelah. Bangun dari tidur di pagi hari tidak membuatnya merasa segar. Dengan malas, diliriknya jam dinding. Hampir pukul setengah tujuh pagi. Andai dirinya tak mesti ke kantor.Otaknya terasa penuh. Setelah Vina pulang semalam, dia hampir tak bisa tidur memikirkan apa yang terjadi beberapa bulan belakangan. Mulai dari sentuhan pertama Arya di tubuhnya sampai dirinya terjebak dalam perilaku biseksual yang telah melenakannya.Ingatannya akan ibunya membuat dadanya terasa sesak. Nita sadar dirinya telah mengecewakan ibunya andai beliau tahu apa yang telah dilakukannya. Dia bahkan merasa jijik dengan dirinya sendiri. Jijik dengan perilakunya yang liar.Apa artinya marah dengan keadaan dan kesalahan orang lain dengan membuat kesalahan sendiri? Itu tak membuat dirinya lebih baik. Bahkan, lebih buruk. Marah dengan orang-orang yang dianggapnya bersalah, tetapi dirinya sendiri berkubang dalam kesalahan-kesalahan yang membuatnya semakin terbenam.
Nita sudah selesai mengikat tali sepatunya. Disandangnya ranselnya lalu mencium punggung tangan ibunya."Bu, aku pamit dulu.""Iya. Jaga dirimu baik-baik, Nit!" Mata ibunya tampak berkaca-kaca setelah mengurai pelukannya pada Nita."Iya, Bu. Ibu jangan khawatir." Nita menyambut uluran tangan Sisi yang akan mencium punggung tangannya. "Kamu baik-baik, ya, Sis!""Iya, Yuk," jawab Sisi sambil memeluk Nita.Di depan rumah, mobiltraveltelah menunggunya. Nita menyerahkan ranselnya pada sopir yang akan memasukkan ransel itu ke bagasi di bagian belakang mobil. Nita berbalik lalu melambaikan tangan pada ibu dan adiknya sebelum masuk ke mobil. Sesuai pesanannya, Nita duduk di barisan paling belakang.Kepulangannya kali ini memberi kesan lain dari biasanya. Menyadari adiknya yang akan segera menikah membuat Nita kembali mengenang kebersamaan mereka di masa kecil. Waktu seakan berjalan begitu cepat. Kini, adiknya sudah jadi perempua
Sementara itu, Rudi semakin bersemangat mencumbui sasarannya. Kombinasi permainan mulut dan lidahnya membuat lawannya tak berkutik dan hanya mengerang lembut. Erangan-erangan lembut itu membuatnya makin bersemangat untuk menaklukkan lawannya. Tak lama, lawannya mengejang dengan erangan panjang.Rudi merasa puas telah menaklukan lawannya. Dibiarkannya Nita merasakan sisa-sisa klimaksnya. Kepercayaan dirinya mencumbui perempuan meningkat. Dengan cepat dia telah mempelajari bagaimana menaklukkan tubuh perempuan.Nita tersengal dengan napas memburu dan degub jantung yang terpacu. Tubuhnya yang menegang perlahan mulai mereda kembali seperti semula. Saat kesadarannya baru pulih sebagian, Nita menyadari bahwa Rudi berusaha membebaskan tubuhnya dari dirinya. Sejenak Nita merasa rileks tertelungkup di kasur. Namun, keadaan itu tak berlangsung lama. Nita merasakan tangan Rudi telah menyeret tubuhnya ke pinggir tempat tidur. Nita hanya menurut ketika Rudi memposisikan tubuhnya be
Nita yang sudah dikuasai berahinya lalu mendorong tubuh Rudi hingga jatuh terlentang di tempat tidur. Dengan gaya erotis, dilucutinya celananya sendiri hingga kini tubuhnya telanjang bulat. Nita lalu naik ke tempat tidur dan menaiki tubuh Rudi yang terlentang.Cumbuan demi cumbuan dilakukan Nita pada Rudi. Lelaki itu memang kelihatan tak berpengalaman dan hanya menikmati perlakuan Nita. Rudi bahkan langsung ejakulasi ketika Nita menggesek-gesekkan selangkangannya ke batang kelamin Rudi.Sambil tersenyum, Nita meraih tisu dan mengelap cairan sperma Rudi yang tumpah di badannya sendiri. Setelah itu dengan lembut Nita mengarahkan batang Rudi ke bibir kewanitaannya, lalu menggesek-gesekkannya.Rudi seperti menahan napas. Jantungnya berdebar keras. Dia merasa antara takut dan ingin merasakan persetubuhan yang belum pernah dilakukannya sebelumnya.Perlahan Nita mendorong tubuhnya ke bawah yang membuat batang kejantanan Rudi terbenam seluruhnya dalam celah kewan
Rudi mengajak Nita untuk duduk bersamanya. Nita mengikuti Rudi yang berjalan di depannya. Pilihan Rudi jatuh pada sebuah meja di sisi kanan rumah makan itu. Tempat itu agak penuh oleh para pengunjung yang semuanya merupakan orang-orang yang sedang dalam perjalanan luar kota.Suasana rumah makan Padang dengan interior modern dan masakan yang enak membuat Nita merasa nyaman. Rudi tampaknya juga demikian. Sambil makan, mereka ngobrol ringan tentang makanan yang mereka santap.Setelah beristirahat sejenak dan perut yang kenyang, perjalanan pun dilanjutkan. Nita memandangi deretan pepohonan karet di kebun-kebun yang mereka lewati. Jarak antara jalur-jalur pepohonan tampak rapi membentuk lorong-lorong."Boleh minta nomor hapemu?" tanya Rudi sambil menyodorkan ponselnya."Boleh," balas Nita sambil mengambil ponsel Rudi dan membuat kontak baru berisi nama dan nomor ponselnya. "Ada WhatsApp-nya juga. Kamu kirim pesan ke aku ya biar sekalian aku simpen kontak kamu.
Jangan lupa kasih komentar dan bintangnya, ya!Bercinta di ruang tamu tak leluasa bagi Nita. Dia mengajak Arya ke kamar tidurnya agar leluasa bergumul di tempat tidurnya. Nita sudah membayangkan bagaimana pertarungan yang akan dimainkannya.Satu per satu pakaian yang terpasang ditubuhnya ditanggalkannya. Tubuh mulusnya kini telanjang dengan buah dada membusung menantang. Nita lalu memberi isyarat dengan jarinya agar Arya mendekati tubuh telanjangnya. Dengan gaya sensual, jemarinya bermain di dada Arya lalu melepaskan satu demi satu kancing kemeja Arya. Setelah kemeja itu terlepas dari tubuh Arya, dilemparnya kemeja itu ke atas lalu mendarat di lantai.Arya hanya diam memandangi gerakan-gerakan sensual Nita yang meloloskan satu demi satu pakaian yang dikenakan Arya. Ketika Nita yang duduk bertumpu pada dengkulnya itu memelorotkan celana dalamnya, milik Arya mencuat dalam keadaan sudah tegang. Dengan lembut, Nita mengelus-elus benda
Nita baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Memperbaharui kemajuan pekerjaan proyek adalah salah satu tugas Nita sebagai staf administrasi proyek. Menangani tiga proyek secara bersamaan tentu tak mudah dilakukan, harus bisa memilah permasalahan tiga proyek yang berbeda dan menanganinya dengan tepat.Diliriknya jam di sudut kanan atas laptopnya. Sudah jam setengah empat. Nita berniat menghadap Arya untuk meminta izin tidak masuk kerja. Tadi siang dia mendapatkan kabar kepastian acara lamaran adiknya, Sisi. Nita harus menghadiri acara itu. Kasihan sama ibunya dan Sisi kalau dia tak bisa datang di acara penting itu.Setelah mengetuk pintu ruang kerja Arya dan dipersilakan masuk, Nita masuk ke ruang kerja atasannya itu. Dia mengangguk hormat lalu duduk di hadapan Arya."Pak, saya mau minta izin gak masuk kerja besok. Adik saya mau dilamar besok malam.""Berapa hari?" tanya Arya."Dua hari, Pak.""Lah ... tanggung banget. Sekalian tiga harilah. Ka