Suara ombak berdebur keras di langit malam. Berulang kali Harger menarik napas, membiarkan udara keluar dari celah bibirnya; dan dia akan terpaku kemudian di bibir pantai. Perasaan buruk mengguncang menyebabkan Harger gagal ketika mencoba untuk tidur. Dia tidak tahu apa yang coba mendesak ke dalam dirinya. Tetapi sebuah bayangan mengenai satu orang seolah membuat Harger takut. Bertanya – tanya apa yang Deu lakukan sekarang, meski egonya melarang untuk mengambil tindakan peduli.
Deu pria dewasa. Akan baik – baik saja kalaupun Harger tidak ada di sana, Roma ... Venice ... ntahlah, dia tidak mau memikirkan terlalu jauh. Cukup rasanya bahwa pria itu selalu mengambil peran, meski Harger yakin dia berada di tempat yang tepat. Berjuang untuk satu kebutuhan di kehidupan yang akan datang.Napas Harger berembus. Masih dengan tatapan setengah kosong ke depan. Dia membiarkan sulur – sulur angin di langit malam menyapu di sekitar tubuhnya. Derap langkah seseorang segera membuat Harger ta“Sudah waktunya beristirahat, Harger.”Napas Harger terengah menyelesaikan bagian terakhir dari sesi latihan yang belakangan telah Howard ajarkan kepadanya. Dia tersenyum ke arah Serah, wanita dengan sepiring cemilan kue di tangan, memberi gestur supaya Harger menepi—mengambil langkah yang sama menuju rumah berbasis pondok.Harger tidak keberatan. Memastikan sendiri bahwa mereka duduk berdua; menikmati pemandangan sore di pantai sementara suara anak – anak sedang bermain terkadang akan menyeruak ke udara. Tampaknya Selena, Adik perempuan Howard, menyerah menghadapi Jane dan Jennifer yang begitu antusias. Wanita muda itu segera melangkah dan menculik Ose—membawa anak laki – laki itu untuk terlibat ke dalam percakapan Harger dan Serah, yang bahkan sama sekali belum dimulai.“Aku dengar Howard akan pulang malam ini, apa itu benar, Serah?” tanya Selena lambat. Napas wanita itu masih diliputi desakan menggebu setelah duduk di antara mereka. Serah tersenyum, kemudian mengangguk setuju.Harg
Howard yang tengah sibuk menyiapkan kebutuhan untuk pulang, menghentikan tindakannya sejenak saat merasakan sesuatu tidak beres seperti sedang mengintai di belakang. Dengan gerakan tentatif wajah Howard berpaling, mencoba memastikan tidak satu pun orang di sekitar ruangan, tetapi itu menjadi perkara mustahil.“Shit ....”Bibir Howard begumam tanpa sadar menemukan Deu sedang menjulang tinggi di hadapannya. Penampilan pria yang nyaris tidak bisa disebut baik – baik saja mulai memberi Howard peringatan. Dia seharusnya melakukan persiapan ketika tiba – tiba Deu akan menyerang dengan cara yang mengejutkan.“Apa yang kau lakukan di sini, Don?” tanya Howard, suaranya terdengar tercekat berusaha menyingkirkan keberadaan Deu yang menindih kuat di tubuhnya.“Di mana kau menyembunyikan Harger?”Sudah Howard duga akan terjadi. Dia berusaha menyingkirkan tubuh yang menekan. Namun, butuh usaha lebih keras untuk melakukan pergolakan serius.“Aku tidak tahu apa yang kau maks
“Daisy ....”Tidak butuh waktu yang lama untuk tiba di pedesaan. Deu melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar di mana seorang wanita tua sedang terbaring bersama Miley yang dengan lembut menyuapinya. Langkah Deu tentatif ketika mendapati Daisy sedang menatap lamat. Ada pergolakan di mata tua wanita itu. Sebuah keengganan bertemu, tetapi Deu tidak peduli jika hanya dengan cara seperti ini dia bisa meraih tangan Daisy yang terasa dingin.Miley segera menyingkir ketika Deu bersimpuh. Memperhatikan wanita yang begitu pucat. Tubuh Daisy lemah sekali meskipun tampak berusaha mengatakan sesuatu.“Apa yang kau lakukan di sini?”Pertanyaan pertama terucap begitu lirih. Deu menggeleng memastikan supaya Daisy tidak banyak mengeluarkan tenaga dengan berkata – kata. Dia menatap Miley; menunjukkan gestur agar wanita itu kembali memberi suapan bubur berikutnya.“Makanlah dulu, Daisy.”Cukup lega menyaksikan Daisy tidak menolak sesendok bubur yang di dekatkan di bibirnya.
“Kau memukulku terlalu keras, Lil’H.”Kedua mata Harger membola besar setelah sesaat merespons kata – kata Howard sebagai upaya melenguh. Pria itu baru saja mendapat pukulan mantap di bagian perut. Harger bahkan tidak sadar telah melakukan hal itu, karena sebenarnya—dia lebih sering memikirkan sang hakim lewat perasaan – perasaan paling menyedihkan.Rasanya sulit sekali melupakan satu orang yang telah menciptakan sebuah kejahatan, baginya. Harger mencoba mengenyahkan bayangan wajah sang hakim, tetapi sering kali dia menghadapi kegagalan besar.Semakin deras usaha ingin membuang kisah di masa – masa sulit itu, semakin besar pula Harger disergap oleh suatu desakan yang begitu memilukan. Dia tak ingin ini terus terjadi—membayangkan bagaimana akhirnya dia harus memusnahkan segala perasaan kejam yang nyata.“Apa sakit?” tanya Harger sedikit khawatir. Perlahan dia melangkahkan kaki; mengikuti Howard yang menyingkir ke rumah pondok untuk sebentar saja, mungkin, sekadar meng
Perasaan absurd berakhir deras di benak Harger ketika dia dan Howard mendapat dua amplop kiriman, yang seharusnya hanya satu seperti waktu – waktu terdahulu. Barangkali menambahkan sedikit perbedaan ....Itulah yang sedang Harger pikirkan. Dia mengerjap tidak sabar ketika jari – jari tangan Howard mulai merobek perekat kertas dengan agak terburu. Pria itu langsung mengeluarkan beberapa lembar berkas untuk kemudian dibaca saksama.“Bagaiamana?” tanya Harger gugup. Dia sudah mendapat penolakan berkali – kali, rasanya tidak sanggup jika akan menerima hal yang sama. Betapa debaran jantung Harger begitu keras; golakan tidak tenang bagai desiran ombak di bibir pantai. Harger berusaha menenangkan benaknya, mengirim kata – kata persuasif kepada diri sendiri, tetapi ntahlah ... raut putus asa Howard meninggalkan pelbagai rasa takut yang harus dia hadapi. Harger menunduk. Sudah tahu apa yang Howard katakan berikutnya. Pria itu akan menggeleng, memberikan pelukan hangat, lalu
“Sudah siap bertemu Pak Sekretaris?” Harger mendengkus. Lagi – lagi Howard menggodanya. Lagi – lagi pria itu sengaja membiarkan ujung telunjuk menekan di pipi, dan dia berusaha keras menghindari apa pun yang akan terjadi, lalu menatap Howard tajam. Harger mendesis sinis saat pria itu akan tertawa. Masalahnya, dia yakin Howard juga tahu bahwa mereka akan menghadapi pertemuan khusus. Berada di sebuah gedung yang nyaris tidak pernah Harger bayangkan rasanya benar – benar suatu mimpi nyata. Dia harus meredakan debaran yang masih bertalu – talu di dada. Bertemu Pak Sekretaris untuk kali pertama ... kekhawatiran itu sudah Harger terima jauh sebelum mereka berada di Amerika.Kemudian di sini ....Suara derap kaki seseorang terdengar menggema penuh di sekitar ruangan. Harger mendadak tegang, melirik Howard sesekali supaya pria itu bersikap serius. Namun sepertinya Harger mengambil keputusan yang salah. Setelah Howard hanya menatap lurus ke depan; golakan tak berujung di be
[Apa Hargerie Warrance terdengar familiar bagimu?]Sebelah alis Deu terangkat tinggi, mencoba mempertimbangkan hal aneh apa yang dikatakan Pak Sekretaris ketika pria paruh baya itu secara tiba – tiba menghubunginya, bahkan melibatkan Harger yang Deu sendiri tahu persis bahwa Pak Sekretaris tidak pernah mendengar berita pernikahannya, tidak peduli siapa mereka saat kesepakatan untuk tidak terlihat mencolok masih menjadi pertimbangan besar.“Apa yang kau tahu tentang nama itu?” tanya Deu, masih sama sibuknya mengurus beberapa berkas di pengadilan. Seminggu lalu dia memvonis seorang perampok yang telah merenggut nyawa seorang wanita dengan hukuman penjara seumur hidup—kemudian menjatuhkan denda dalam nominal besar, meski hal tersebut tidak menjadi alasan mengapa dia tetap akan diliputi kesibukkan.Deu masih menunggu Pak Sekretaris menjawab dengan suara yang tegas.[Yang aku tahu dia sedang menghindarimu.] Secara naluri lengan Deu berhenti bergerak. Sesuatu mendesak
Sejauh ini, rencana mereka sudah berjalan 50 persen sebagai tiket awal masuk ke dalam gedung putih Moskow (Bely Dom) dengan menyamar sebagai tamu luar negeri—yang akan berhadapan langsung bersama Perdana Menteri Rusia, meski itu tidak akan pernah terjadi. Datang diliputi atribut lengkap—Warne secara keseluruhan telah mengubah penampilan persis seperti menteri luar negeri; masker topeng yang luar biasa membuat penampilan Warne tidak dicurigai, sementara Harger menerima porsi sebagai asisten Warne. Mereka segera berpencar setelah berhasil berjalan sampai di pertengahan gedung. Howard menginterupsi dari balik suara di kepala—sebuah alat pendengar yang berada di telinga sebelah kanan mereka. Pria itu telah mengatur sisanya. Mengacaukan perhatian beberapa orang di pemerintahan Rusia supaya Harger bisa masuk ke dalam satu ruang khusus yang menyimpan berkas mengenai kode peluncuran nuklir, begitu juga dengan Warne.Napas Harger berembus pelan ketika sudah melangkahkan kaki masuk k
Tidak. Harger tidak ingin mengambil risiko tersebut dengan mengabaikan kebutuhan sekarang. Langsung menerobos masuk hingga sebuah pemandangan tak terduga, sungguh, seolah ingin menyeretnya melangkah mundur. Dia menyaksikan sendiri sebentuk tubuh sang hakim sedang menduduki tubuh seseorang. Tangan pria itu membentuk kepala mantap, yang berulang kali dilayangkan ke wajah pria malang—terkapar—dengan keseluruhan dilimuri darah. “Deu.” Harger tidak mungkin membiarkan suaminya terlarut lama ke dalam angkara murka yang mengerikan. Berlari secepatnya hanya untuk menghentikan pria itu lewat tindakan membabi buka. Deu tidak bisa mengambil tindakan tersebut di saat – saat seperti ini, meskipun bukan hal mudah memisahkan pria yang sungguh telah meledakkan seluruh hal terpendam dalam emosi yang selama ini tertunda. “Sudah, Deu, hentikan.” Napas Harger tak kalah menggebu saat dia harus benar – benar menarik tubuh sang hakim. Untunglah setelah melewati pelbagai kesulitan, dia perlahan men
Harger mungkin menikmati masakan dari suaminya yang telah bersedia meluangkan waktu berkutat lama di dapur, tetapi dia tetap merasa ganjil ketika pria itu menolak ajakan makan bersama. Alih – alih setuju, justru Harger mendapati sang hakim berpamitan pergi—ntah akan ke mana. Dia mencoba menemukan petunjuk. Tanpa sepengetahuan sang hakim, Harger telah melakukan sesuatu tepat saat di mana pria itu beranjak ke kamar. Dia tidak bisa membiarkan rasa ingin tahu yang membludak, terus membara seperti benar – benar ingin membakarnya. Tidak akan sanggup bertahan lebih lama. Itu benar. Secara naluriah tangan Harger meletakkan garpu untuk bersinggungan di atas piring. Bisa menikmati lasagna belakangan waktu. Sekarang dia harus melakukan satu hal pas. Merogoh ponsel di saku celana. Howard. Ya, saat – saat seperti ini Harger akan sangat membutuhkan kemampuan Howard. [Ada apa menghubungiku, Lil’H?] Suara pria itu mencu
“Apa yang kau lihat, Deu?” Mereka sedang berbelanja, tetapi baru saja sang hakim membuatnya seperti bicara kepada patung. Harger tidak mengerti apa terjadi dan mengapa dia harus mendapati Deu terlihat berbeda dari mula – mula mereka memasuki pusat pembelanjaan. Ditambah kenyataan harus menatap cengkeraman tangan yang mengetat di troli bayi, itu makin meninggalkan perasaan ganjil tak tertahan. Nyaris lima bulan setelah masa – masa indah menjadi orang tua, Harger tidak pernah menyaksikan sang hakim menunjukkan sikap tak terbantahkan. Mata gelap itu mendelik tajam. Seperti sembunyi – sembunyi menyimpan sesuatu. Namun, dia sama sekali tak sanggup menggapai satu pun terhadap apa yang sedang suaminya pikirkan. Hanya sekelebat menatap ke mana arah pandang pria itu. Pun ... Harger tidak menemukan sesuatu secara spesifik, selain bahu seseorang yang telah meninggalkan tempat di mana beberapa orang berjalan keluar masuk. Tak tahan. Dia memutuskan untuk menyentuh lengan sang hakim. Pria itu
Harger meletakkan bayi kecil yang baru saja dimandikan ke keranjang. Di rumah sedang kedatangan banyak tamu. Pak Sekretaris bersama seluruh keluarga. Ada Daisy dan Mr. Thamlin. Benar – benar ramai mengagumkan. Harger tidak tahu harus berkata seperti apa bahwa dia sungguh diterima dengan sangat baik. Ada ibu mertua, saudari ipar, dan hal – hal yang sering sekali mereka perhatikan. Rasanya dia nyaris tidak diperbolehkan melakukan apa pun, bahkan meski hanya mengerjakan sesuatu di dapur, yang lagipula sang hakim akan mengajukan diri—menyelesaikan semua, kemudian mereka akan berbincang – bincang, hampir seperti berbisik agar bayi tidak terbangun. Satu hal yang tidak Harger lupakan. Charlene dan Deminti juga sudah mendatanginya, mereka tiba di Italia tanpa sepengetahuan Harger, kecuali sang hakim. Ajaibnya pria itu setuju untuk merahasiakan kenyataan tersebut sesuai permintaan Charlene, bahkan menyiapkan kejutan untuknya. Harger bahagia bahwa semua orang yang dia kenal sangat dekat,
Hari ini .... Tiba pada momen yang menegangkan. Harger tidak tahu bagaimana dia akan menghadapi proses melahirkan yang sudah berada di depan mata. Dimintai untuk berjalan – jalan lebih sering dan melakukan apa pun supaya menghadapi persalinan dengan mudah. Tetapi Harger merasa beruntung memiliki suami seperti sang hakim. Pria itu dengan sabar menemani dia berjalan ke mana pun di taman rumah sakit. Mengerjakan apa saja yang Harger sudah tak bisa lakukan setelah menghadapi perutnya yang membesar. Seperti sekarang terjadi. Harger menahan napas ketika tanpa sengaja menjatuhkan sapu tangan, kemudian sang hakim segera membungkuk, meraih benda tersebut dan menyerahkannya kembali. “Terima kasih, Yang Mulia. Aku mencintaimu.” Saat – saat seperti ini memang dibutuhkan keromantisan. Harger berpengangan erat di lengan suaminya. Mereka berjalan sangat pelan menyusuri jalan yang dibeton, tetapi Harger sedang bertelanjang kaki. Pada beberapa momen tertentu sang hakim
Senyum Harger lagi – lagi melebar saat mengamati sesuatu yang terasa indah.Garis dua ....Tadi pagi hampir tanpa sadar dia melompat girang. Melakukan tes, lalu mendapati bahwa dirinya positif hamil, itu merupakan momen tak terlupakan setelah harus menghadapi pelbagai desakan tidak nyaman belakangan ini. Keinginan untuk muntah, golakan mual, dan semua yang menghantam Harger sebagai satu kesatuan paling mengerikan—sebuah alasan serius mengapa kebutuhan – kebutuhan tersebut akhirnya meninggalkan perasaan curiga. Dia telah mengambil keputusan yang tepat dengan mengetahui kebenaran terlalu dini.Langkah Harger tentatif mendekat ke lemari pakaian. Ada sesuatu yang perlu dia lakukan sebelum memberitahu informasi ini kepada suaminya. Ya, meletakkan benda pipih di tanganya ke dalam kotak persegi panjang, lalu pelan – pelan membongkar lipatan kain di dalam rak demi mengambil sesuatu di sana. Pakaian rajut bayi buatan tangan Daisy, yang masih tersimpan utuh di sana, untuk kemudian
“Jika kau tidak pernah siap, kita tidak akan turun, Harger.”Harger mengerjap setelah beberapa saat jatuh ke dalam pemikiran usang di benaknya. Semua sudah saling memaafkan. Sesuatu yang mengikuti di belakang bahunya kan selalu mengingatkan bahwa Laea sudah tenang di mana pun wanita itu berada. Tidak ada yang akan Harger katakan. Dia menatap sang hakim dengan sudut bibir melekuk tipis. Mereka memang memutuskan untuk berziarah ke makam Laea. Banyak yang ingin Harger curahkan, meski dia mungkin tak mengeluarkan suara ke permukaan sementara sang hakim ada di sampingnya. Hanya menatap setengah kosong pada undakan tanah yang indah—terawat begitu baik, dengan rumput – rumput terpotong begitu rapi merata.Ujung tangan Harger terulur meletakkan buket mawar, kemudian menyentuh nisan atas nama saudari perempuannya. Sedikit rasa sesak seperti berusaha menumbuk jantung Harger. Berulang kali dia berusaha menarik napas pelan, dan mengembuskan ke udara, tetapi kadang – kadang matanya
“Apa yang kau pikirkan, Deu?” Harger bertanya sarat nada lambat. Hati – hati dia menyentuh punggung tangan sang hakim. Perlahan menautkan jari – jari tangan mereka, lalu meremasnya lembut. “Kau kepikiran soal adikmu? Apa yang benar – benar sudah kalian bicarakan? Aku hanya dengar beberapa, tapi yakin kau tidak akan seperti ini jika bukan karena sesuatu. Sekarang ceritakan padaku?'" Tadinya, Harger memang tak berniat mencampuri lebih banyak. Merasa tidak berhak. Namun, jika pada akhirnya Deu akan terus – terusan terpengaruh, dia tidak akan bisa menahan diri. Tidak tahu kapan sang hakim akan selesai dengan perselisihan batin yang terlihat luar biasa mencolok. Harger akan menunggu. Semenit, dua menit, hingga waktu yang berjalan seperkian saat. Cukup lama ... lalu embusan napas sang hakim terdengar kasar. “Astoria menolak perintahku untuk meninggalkan bajingan itu.” “Dengan mengakui bahwa Orion tidak pernah tahu dia hamil, aku rasa bukan
“Aku bingung bagaimana alat peledak bisa berada di kepala Orion. Memangnya seberapa kecil ukuran alat peledak itu?”Harger bicara sayup – sayup di dapur sambil memegangi senter untuk menerangi pemandangan di sekitar suaminya. Sang hakim sibuk menyiapkan lasagna menjadi potongan sama rata setelah tadi ... menyalakan kembali ke api oven, dan mereka menunggu beberapa saat.Wajah tampan itu benar – benar begitu serius. Harger mengembuskan napas cukup kasar ... ntah kapan sang hakim akan menjawab pertanyaannya.“Deu.”Harger tidak akan tahan ketika sang hakim hanya diam. Masing – masing potongan lasagna diletakkan di atas piring, yang kemudian disusun di atas nampan—akan siap dibawa ke ruang tamu. Tetapi sebelum itu, iris gelap sang hakim mendadak fokus menatap lurus ke depan, seolah sedang memikirkan sesuatu, atau mungkin telah berniat memberi Harger tanggapan.“Ukurannya sebesar kapsul obat, yang dimasukkan melalui rongga hidung dengan cara ditembak.”Seharusnya