Share

Mau Meniduriku?

Penulis: Nona Ekha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-04 22:44:18

Hari ini adalah hari yang begitu membahagiakan bagi Rayna. Karena apa, hari ini adalah hari ulang tahunnya.

Tandanya dia akan menghabiskan waktu bersama Zidan, kekasihnya. Pria itu sudah berjanji akan mengajak Rayna ke suatu tempat. Katanya spesial, dan Rayna tidak boleh tahu, Zidan ingin Rayna melihat tempat itu dengan mata kepala wanita itu sendiri.

Rayna sudah bersiap-siap dandan, beberapa kali dia tampak menghapus make-upnya karena menurutnya kurang cocok. Bukan hanya make-up, tapi pakaian juga dia melakukan seperti itu.

Sekarang kamarnya tampak begitu berantakan karena tumpukan baju-baju itu, Rayna yang melihatnya hanya bisa meringis pelan.

"Gampanglah diberesin. Nanti habis pulang senang-senang baru aku rapihin kamar ini," gumamnya pelan.

Drrttt ... drrrtttt ...

Ponsel Rayna tiba-tiba bergetar, dia kembali tersenyum, dia menduga jika Zidanlah yang mengirimi dia pesan.

Terbukti, pesan itu memang dari Zidan, Rayna membaca pesan itu dengan teliti.

[Selamat ulang tahun, Sayang. Semoga dengan bertambahnya usia kamu, kamu semakin berpikir dewasa, semoga apa yang kamu impikan disegerakan, dan semoga cinta kamu selalu ada untukku, hehehehe. Rayna, hari ini adalah hari yang spesial untuk kamu dan juga untukku. Aku ingin menghabiskan waktu hanya berdua denganmu, aku sangat menginginkan hal itu. Hanya saja ... lagi-lagi aku tidak bisa mendampingimu, aku harus mengurus pekerjaanku karena banyak karyawan yang off. Maaf ya, Sayang. Aku akan mengganti hari ini dengan hari yang lain. Jangan marah ya, aku janji untuk kali ini pasti tidak akan gagal lagi.]

Mata Rayna seketika memanas, dia mencengkram ponsel itu dengan erat. Lagi-lagi Zidan mengabaikannya hanya demi pekerjaannya. Lagi-lagi Zidan menyakiti hati Rayna. Hati Rayna seketika patah.

Dia tersenyum miris, memandangi dirinya dari pantulan cermin, dia sudah bersusah payah berdandan, rela mengacak-acak lemarinya demi penampilan terbaiknya, akan tetapi hasilnya mengecewakan. Sungguh sangat mengecewakan.

Sudah beberapa kali Zidan memberikan harapan palsu, tapi untuk kali Zidan benar-benar keterlaluan.

Ponsel Rayna berdering, dia mengambil ponsel itu dengan cepat lalu mengangkatnya.

"Selamat ulang tahun, Sayang," sapa pria itu dari ujung sana.

Rayna tidak menjawab, dia mengepalkan tangannya erat.

"Halo, Sayang. Kamu dengar suaraku, kan?"

"Ngapain kamu menghubungiku?" tanya wanita itu dingin.

"Loh, emangnya aku nggak boleh nelepon, aku--"

"Aku apa? Bukannya kamu bilang lagi sibuk? Terus kenapa masih bisa nelepon?" tanya wanita itu sinis.

"Aku beneran sibuk, Sayang. Ini aja aku sempat-sempatin buat nelepon kamu. Beneran, aku nggak bohong."

Rayna tertawa sinis. "Kamu nggak bohong, tapi banyak alasan. Emang berat banget ya ada waktu buat aku walau cuma lima menit aja? Sebenarnya aku ini siapa kamu sih, kita itu perlahan kayak orang asing tau nggak."

"Kamu kok ngomongnya kayak gitu sih, aku minta maaf karena nggak bisa nepatin janji."

"Maaf, maaf, maaf aja terus. Tapi ujung-ujungnya diulang terus, aku capek lama-lama sama kamu, Zidan. Saat ini yang jadi prioritas kamu itu hanya uang, uang dan uang. Kenapa nggak pacaran sama uang aja?"

"Rayna, please. Jangan kayak gini."

"Aku nggak bakal kayak gini kalau kamu nggak mulai duluan. Udah, matiin aja teleponnya. Aku males ngomong sama kamu."

"Rayna--"

"Satu lagi, Zidan. Dengan sikap kamu yang terus-terusan kayak gini, aku semakin berpikir kalau kita sepertinya udah nggak ada kecocokan lagi. Aku butuh kamu, sedangkan kamu hanya membutuhkan uang, pikiran kita udah nggak sejalan lagi."

Setelah berkata seperti itu, Rayna mematikan sambungan teleponnya, disertai air mata yang mengalir begitu deras di pipinya.

"Sakit sekali," gumam wanita itu sambil memukul dadanya yang terasa sesak.

***

Tak tahu ke mana dia harus melangkah, Rayna memutuskan untuk berjalan ke arah gedung bernuansa lampu kerlap-kerlip.

Sebelumnya dia sama sekali tidak tahu itu tempat apa, karena dia tertarik dengan banyaknya lampu berwarna-warni, maka dari itu dia memutuskan untuk masuk ke sana. Hitung-hitung menghilangkan rasa galau, itulah pikirnya.

Rayna mengerutkan keningnya ketika semakin masuk ke ruangan itu, dia mendengar musik yang begitu memekakkan telinga disertai jedag-jedug, ditambah lagi sorotan lampu yang sangat menyakiti mata.

"Ini tempat apa sih, tapi kayaknya asik juga kalau ikut joget-joget di sana. Biar beban yang ada dipikiran ini hilang."

Rayna memperhatikan keadaan sekitar, banyak sekali manusia-manusia yang asyik tengah berjoget ria. Namun bukan itu yang menjadi fokus Rayna, dia memperhatikan ada seorang pria yang tengah memberikan minuman pada orang-orang. Karena kebetulan dia merasakan kerongkongannya kering, dia pun memutuskan untuk mendekati pria itu.

"Mas, saya pesan satu botol ya," pinta wanita itu.

"Oke." Pria itu pun menyodorkan satu botol minuman itu ke arah Rayna. "Sendiri aja, pasangannya ke mana?" tanya pria itu.

"Sibuk," jawab Rayna singkat. "Bisa minta tolong bukain?"

Pria itu mengangguk. "Kamu baru datang ke tempat ini?"

"Iya, emangnya ada yang salah?" tanya Rayna dengan dahi berkerut. "Baru pertama kali malah," lanjutnya.

"Nggak sih, cuma kayak asing aja sama wajahnya. Aku sudah hapal sama wajah orang-orang yang ada di ruangan ini," kata pria itu. "Nih, diminum."

"Terima kasih."

Rayna pun menenggak minuman itu, tiba-tiba saja dia mengerutkan dahinya karena merasa minuman itu rasanya sangat aneh.

"Ini minuman apa sih?" tanya wanita itu.

"Kamu nggak tahu?"

Rayna menggeleng cepat.

"Coba baca dengan teliti."

Rayna membaca tulisan yang ada di botol itu cukup lama, karena sejujurnya juga dia merasa asing dengan merk minuman itu.

"Aku nggak tahu, emangnya ini minuman apa sih, kok rasanya aneh."

"Bir," jawab pria itu singkat.

Seketika mata Rayna terbelalak. "Bir?" ulangnya.

'Aduh, mampus aku. Kenapa aku bisa berakhir di tempat ini sih,' gerutu Rayna dalam hati.

Rayna kembali memandang ke arah sekitar, dia tidak sengaja melihat ada sepasang manusia tengah bercumbu panas, membuat wanita itu menelan salivanya dengan susah payah.

'Aku benar-benar menyesal karena sudah masuk ke dalam sini, harusnya aku nyadar dari tadi. Gara-gara Zidan otakku sampai nggak bisa berpikir jernih.'

"Iya, harusnya kalau kamu mau ke sini bawa teman."

"Memangnya kenapa kalau sendiri?"

"Di sini tempat yang nggak aman, bahaya."

Rayna membenarkan ucapan pria itu, dia menatap botol itu yang saat ini tengah digenggamnya.

'Udah terlanjur juga, biar aja dah. Lagian minum sekali-kali juga nggak apa-apa. Yang penting nggak ada yang tahu.'

Rayna pun meminum bir itu sampai tersisa setengah. Sepertinya wanita itu sudah setengah mabuk, sesekali wanita itu meringis karena merasakan kepalanya terasa sakit.

"Wow, ada cewek cantik nih. Boleh kenalan nggak?"

Rayna menoleh ke samping, dia tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa wajah pria yang baru saja mengajaknya berkenalan. Dia ingin menjawab, tapi dia urungkan karena kepalanya terasa begitu sakit.

"Bro, gue bawa cewek ini ya, kasihan tuh sudah mulai teler," kata pria asing pada bartender itu. Namun bartender itu tak memberi jawaban.

Rayna mencoba melepaskan tangannya dari pegangan pria itu.

"Lepas," sentak wanita itu.

"Ayo ikut aku. Malam ini akan aku temani kamu sampai puas."

Rayna menggeleng, dia mencoba menolak akan tetapi pegangan tangan pria asing itu cukup erat.

"Berhenti! Siapa yang mengizinkan kamu menyentuh wanitaku!"

Pria asing itu terkejut dengan kedatangan Alden, dia langsung melepaskan tangan Rayna lalu cepat-cepat pergi dari sana.

Alden menatap bartender itu dengan tajam. "Dengan siapa dia datang ke sini?"

"Sendiri, Bos."

Alden menatap Rayna dengan kesal. Beruntung sekali dia datang tepat waktu, jika tidak dia tidak tahu harus berkata apa.

Alden membawa tubuh Rayna untuk keluar dari sana, membopong tubuh wanita itu dengan susah payah.

"Hai," bisik wanita itu lirih. "Kamu siapa?"

Alden menggeram tertahan karena Rayna menyentuh pipinya, apalagi gerakannya begitu sensual.

Cup.

Alden seketika berhenti melangkahkan kakinya, tubuhnya seketika menegang karena ciuman yang Rayna berikan.

"Hihihi, lucu sekali."

Lagi-lagi Alden menggeram. "Sialan! Kamu benar-benar menguji imanku, Rayna. Jangan salahkan aku jika aku memperlakukanmu di luar batas."

Setelah berkata demikian, Alden cepat-cepat membawa Rayna ke dalam mobilnya, menaruh wanita itu di kursi belakang, lalu Alden menindih tubuh wanita itu. Mencium bibir wanita itu dengan brutal.

Alden lupa siapa wanita yang saat ini berada di bawah tubuhnya. Hasratnya benar-benar telah membutakannya.

"Apa kamu mau meniduriku?"

Bab terkait

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Tawaran yang Menggiurkan

    Alden tersentak ketika mendengar ucapan Rayna. Buru-buru pria itu bangun dari tubuh Rayna.Alden mengusap wajahnya dengan kasar, sesekali menjambak rambutnya."Berengsek! Sialan! Apa yang kamu lakukan, Alden," geram pria itu.Pria itu melirik Rayna sebentar, wanita itu kini memejamkan matanya, sesekali meringis pelan.Alden terus menggeleng, dia benar-benar merutuki kebodohannya karena sudah berani mencium wanita itu, wanitanya Zidan, temannya sendiri. Bisa-bisanya Alden bertindak di luar batas? Sialnya sampai saat ini dia masih menginginkan wanita itu."Zidan," kata wanita itu lirih, tak lama kemudian Rayna terisak pelan.Alden terenyuh karena mendengar suara tangisan wanita itu, dia mendekati wanita itu lalu berbisik pelan. "Kamu kenapa?""Zidan.""Aku bukan Zidan, aku temannya," koreksi Alden."Ke mana dia?" tanyanya dengan mata terbuka.Alden terdiam cukup lama, lalu menghela napas berat. "Dia sedang mengadakan launching kafe barunya. Dia yang menyuruhku untuk temani kamu ketika di

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Bagaimana Kalau Aku Khilaf?

    Berkali-kali Alden membasuh wajahnya di wastafel tersebut. Wajah Rayna yang tengah mabuk itu selalu terbayang-bayang di dalam ingatannya."Sial! Lupakan Alden, lupakan. Dia bukan untuk dijadikan bahan fantasi, dia adalah tunangan temanmu. Ingat itu, Alden," ucapnya dalam memperingati dirinya sendiri.Alden masih ingat betul kejadian malam itu, ketika Rayna menggoda dirinya. Alden tahu jika Rayna baru pertama kalinya bertindak seperti itu, terbukti dari caranya yang begitu amatir. Kendati demikian, Alden begitu bergairah dengan sentuhan-sentuhan yang Rayna berikan."Argghhh!" Alden berteriak, dia frustrasi, mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Pikiran itu sangat mengganggunya.Drrttt ... drtttt ... drtttt ...Alden melirik ponsel yang ada di meja, dia langsung menyambar ponsel itu, dia melakukan seperti itu agar pikirannya tentang Rayna segera hilang.Zidan is calling.Alden tersenyum sinis. "Mau apa lagi nih orang, selalu menyusahkan diriku saja," gerutunya pelan."Halo, kenapa?" tany

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Penyakit Kesepian

    Rayna mendorong tubuh Alden sekuat tenaga."Maksud kamu apa, Alden?" tanya Rayna tak percaya, dia masih begitu syok dengan tindakan Alden barusan. Bukankah itu tindakan yang sangat kurang ajar? Alden telah melecehkan Rayna."A--aku hanya mencontohkan apa yang kamu lakukan padaku tadi malam," jawab pria itu gugup.Rayna menggeleng cepat, dia tidak mungkin percaya dengan ucapan yang pria itu berikan. Bukankah pria itu penjahat wanita? Bisa saja itu adalah sebuah trik agar Rayna jatuh dalam permainannya. Tapi sayangnya Rayna masih mempunyai akal sehat. Semarah-marahnya dia dengan Zidan, tidak mungkin segampang itu cintanya goyah."Kamu pikir aku percaya?" tanya Rayna sinis."Untuk apa aku berbohong padamu," kata Alden tak terima. "Nggak ada untungnya," lanjutnya kemudian."Bukankah seperti itu untuk menjerat wanita? Itu kan trik yang selalu kamu lakukan agar para wanita bertekuk lutut padamu?""Kamu nggak usah ngalihin pembicaraan, memang kenyataannya kamu memang seperti itu, mencoba mera

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-27
  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Kiss Me?

    Alden tersenyum tipis ketika melihat Rayna sudah terlihat mabuk, wanita itu juga beberapa kali cegukan serta mengoceh tidak jelas. Hal itu membuat Alden sangat gemas, tidak sabar ingin mengecup bibir wanita itu, sayangnya ada kamera, jadi Alden harus tahan untuk bertindak, biar Rayna dulu yang memulainya."Kamu tahu, sampai saat ini aku belum mabuk," celoteh wanita itu, diiringi tawa lirih."Oh ya?" tanya Alden."Iya, coba kamu lihat aku, aku masih waras, kan?"Mana berani Alden melakukannya, yang ada nanti malah dia hilang kendali."Kamu tidak berani menatapku? Atau jangan-jangan kamu duluan yang mabuk?" tanya Rayna sambil tertawa pelan.Alden tak menjawab, dia terus saja menatap wajah cantik Rayna, wanita itu saat ini benar-benar mabuk, dan bagi Alden wanita itu begitu sangat seksi. Dan tanpa dirinya duga, dia juga saat ini sudah setengah sadar."Kamu cantik," puji pria itu dengan tulus."Aku tahu itu, Zidan juga mengatakannya. Apa kamu tertarik juga denganku?"Alden mengangguk. "Ya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Akan Bertanggung Jawab

    Rayna meringis pelan ketika dia membuka matanya tiba-tiba saja merasakan pusing yang luar biasa."Ya Tuhan, ini kepalaku kenapa mendadak pusing kayak gini sih. Sejak kapan aku punya penyakit seperti ini," keluh wanita itu sambil memejamkan matanya.Tiba-tiba saja dia merasa jika tubuhnya terasa tertiup angin, hal itu membuat dahi wanita itu mengernyit."Masa iya aku mau sakit?" gumamnya pelan, pasalnya dia benar-benar merasakan kedinginan.Rayna membuka kedua matanya, ia mencoba untuk duduk, tiba-tiba saja dia memekik tertahan karena merasakan sekujur tubuhnya remuk redam, apalagi di daerah kewanitaannya, rasanya sakit sekali."Kenapa badanku pada sakit kayak gini? Kayak habis digebukin?"Rayna membuka selimut yang menutupi bagian tubuhnya itu, matanya membola ketika dia tidak memakai sehelai benang pun."Apa yang terjadi?" Wanita itu benar-benar syok dengan apa yang baru saja dilihatnya."Kamu sudah bangun?"Rayna langsung menoleh ke arah sumber suara, lagi-lagi matanya membulat keti

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Bertanggung Jawab Bukan Berarti Harus Menikah

    Semenjak kejadian itu, Rayna selalu menghindari Alden. Bahkan di tempat kerja pun seperti itu.Rayna masih belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Hubungannya dengan Zidan pun sama seperti biasa, tidak ada kemajuan atau semakin renggang. Hubungan mereka selalu jalan di tempat.Entah hubungan apa namanya, Rayna menamakannya hubungan nggak jelas. Mungkin setelah dia sudah bisa berdamai dengan dirinya sendiri, dia akan memutuskan hubungan pada pria itu, dia tidak ingin hidup penuh egois.Zidan pantas mendapatkan yang lebih baik dari dirinya, apalagi saat ini dirinya sudah kotor, sangat tidak pantas jika harus bersanding dengan pria sebaik Zidan."Rayna, dipanggil sama Pak Alden, kamu disuruh menghadap ke ruangannya," panggil temannya itu, Riska namanya.Rayna menghela napas berat. "Nggak deh kayaknya, aku lagi ... lagi sakit perut, bisa nggak kalau kamu yang gantiin aku?" pinta wanita itu.Riska tampak menimbang-nimbang jawaban, tak lama kemudian dia mengangguk mengiyakan."Iya deh,

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Kenapa Begitu Penasaran Denganku?

    Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan, menurut Rayna. Usai bertemu dengan Alden tadi, pikirannya mulai berkecamuk.Alden menunjukkan sisi lain dari kehidupannya, yang Rayna pikir jika Alden itu tipe pria penggoda, suka merayu sana-sini, penolong tapi pamrih. Namun tadi dia melihat sendiri bagaimana Alden sedang marah, hal itu sukses membuatnya merinding.Bagaimana kalau sampai ancamannya itu bukan hanya sekadar omongan belaka? Apa yang harus dia lakukan? Apakah Rayna akan tetap mengandung benih dari pria itu? Apa yang akan orang lain pikirkan tentangnya?Rayna bergidik ngeri. "Ngapain mikir yang jauh-jauh sih, belum tentu juga aku hamil, kan? Ngapain juga ancamannya terlalu dipikirin, mungkin itu hanya gertakan saja," gumam wanita itu."Ini udah waktunya pulang, kamu nggak pulang?"Rayna terlonjak kaget, dia melihat ke samping, dilihatnya Riska tengah menatapnya sambil nyengir."Ngagetin aja kamu itu!" seru Rayna."Hehehe, lagian dari tadi aku lihat kamu itu melamun terus. Mikir

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17
  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Kedatangan Zidan

    "Alden, jangan seperti ini. Nanti ada yang lihat," kata Rayna lirih.Saat ini posisi mereka begitu dekat. Entah apa yang Alden pikirkan, pria itu terus mendekati Rayna, dan Rayna sebisa mungkin menjauh dari pria itu, sayangnya saat ini dirinya malah terpojok, kini dia berada di kungkungan pria itu."Nggak ada orang, di sini sepi."Rayna mendorong pria itu, sayangnya tenaganya tidak terlalu kuat, Alden sama sekali tidak bergerak dengan dorongannya itu."Kenapa pertanyaanku tidak dijawab?""Pertanyaan apa? Lagian kamu itu salah paham. Aku cuma--""Cuma apa? Jelas-jelas aku dengar sendiri kalau kamu cari tahu tentang kehidupanku, tanya dengan siapa saja aku tidur, dan juga siapa saja wanita yang minta tanggung jawab padaku. Apa itu disebut salah paham, Rayna? Aku tidak tuli ya," dengkus pria itu."Maaf kalau kamu keberatan, aku tidak akan mengulanginya lagi.""Lagian kamu ngapain tanya seperti itu. Apa yang bikin kamu penasaran, kita sudah pernah melakukannya, kan? Aku rasa kamu menginga

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Malam Pertama? ( END )

    "Selamat, Bro. Akhirnya nikah juga," kata Zidan seraya memeluk temannya itu.Alden pun membalas pelukan pria itu. "Terima kasih, Zidan. Kalau bukan karena kamu, nggak mungkin aku bisa seperti ini, menikah dengan orang yang aku cintai. Semua ini berkat kamu, karena kamu yang bantu aku, dan juga merelakan rasa egomu hanya untukku. Maaf karena aku udah egois banget sama kamu, mengambil pacarmu tapi tidak memikirkan bagaimana perasaanmu."Zidan tersenyum getir. "Aku rela mengorbankan perasaanku karena aku kasihan sama kamu. Aku tidak pergi, aku hanya membatasi diri untuk tidak menggangu Rayna lagi. Jujur, sampai saat ini aku belum bisa melupakannya, aku masih mencintainya, tapi aku sadar kalau aku ini bukan pilihannya. Alden, jaga Raynaku baik-baik, sampai kapanpun itu. Hanya itu yang kupinta darimu," pinta pria itu."Apa kamu berniat ingin menghancurkan acara pernikahan ini?" tanya Alden dengan suara berat, kentara sekali kalau sedang menahan gejolak amarah."Nggak, aku cuma mau mengelua

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Pergi, Rayna. Pergilah dari Ingatanku

    Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari ini adalah hari pernikahan Alden dan juga Rayna.Zidan menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin seraya tersenyum tipis.Sebentar lagi dia akan datang ke tempat acara mereka berdua, lantas kenapa dia menjadi gugup seperti ini?"Dek, bagus nggak sih kalau pakai ini?" tanya Zidan.Zara geleng-geleng kepala seraya tersenyum tipis. "Mas udah ganti baju berapa kali sih? Coba lihat tuh, berantakan," ujar wanita itu seraya menunjuk ke arah pakaian Zidan.Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil nyengir lebar. "Aduh, maaf ya, Dek. Nanti aku bantuin rapihin deh, habisnya aku merasa pakai baju apa aja nggak ada yang cocok. Heran deh," keluh pria itu."Bukan pada nggak cocok, tapi Mas itu terlalu gugup. Yang Mas pakai saat ini udah bagus kok, cocok banget. Udah ya, nggak usah diganti lagi," pinta istrinya itu."Tapi aku kurang suka sama warna bajunya.""Terus Mas mau pakai baju yang mana? Biar aku bantu cariin deh," usul wanita itu

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Terima Kasih, Istriku

    Zidan menghela napas berkali-kali. Semenjak mendengar Alden dan Rayna akan menikah, pria itu tampak selalu menyendiri.Katakanlah kalau dia itu memang munafik, jika di depan Alden, pria itu terus ceria, seolah-olah berkata kalau dirinya sudah tak memiliki perasaan apapun lagi dengan Rayna, kenyataannya itu salah besar.Rasanya rumit kalau untuk dijelaskan, tapi ingin berteriak untuk hal yang dirasakan. Dari hati yang paling dalam, ada yang masih mengganjal di hati Zidan, entah itu apa.Kepala Zidan menengadah ke atas seraya memejamkan matanya."Pintu yang tidak dibukakan jangan diketuk lagi, itu namanya nggak sopan, Zidan. Lupakan saja, lupakan. Dia hanya masa lalu kamu, sementara kamu saat ini sudah mempunyai masa depan, yaitu istri kamu. Berhentilah menyakiti diri kamu sendiri dan juga orang yang ada di sampingmu, Zidan," gumam pria itu guna mengingatkan dirinya sendiri."Kenapa nggak masuk, Mas? Udara di luar tampak begitu dingin."Zidan tersentak, dia menoleh ke arah sumber suara

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Malam Pertama

    "Aku nggak mau, Alden. Kita nggak perlu rayain pesta yang begitu megah, seadanya aja udah cukup."Alden menggeleng. "Hari pernikahan kita harusnya kita rayakan dengan pesta besar-besaran, Rayna. Ingat, itu pernikahan kita loh, kita harus merayakannya hitung-hitung buat kenangan di hari tua kita kelak," bantah Alden."Kenapa kita harus capek-capek merayakan yang jelas-jelas pernikahan hanya di laksanakan hanya satu hari saja? Harusnya kita memikirkan bagaimana nantinya ketika kita sudah menikah, kita selamanya akan hidup berdua. Harusnya kita memikirkan hal itu, Alden," jelas Rayna."Gini, Sayang. Ya, aku tahu kalau hari pernikahan itu hanya sekali atau sehari, tapi itu, kan, hari yang sakral. Momen di mana tempat kita melepas lajang. Jadi--""Ya udah deh, terserah kamu aja. Aku ngikut aja," sela Rayna cepat."Nah, gitu dong. Wanita lain itu ketika ingin menikah, pasti minta pesta yang besar-besar, tapi kamu ini nggak mau, aneh banget. Aku senang loh kalau kamu minta ini minta itu, per

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Mau Buat Dedek, ya?

    "Thanks ya, karena kamu akhirnya Rayna mau diajak nikah."Zidan mendengkus pelan. "Cuma gitu aja, cuma bilang makasih aja? Ya kali, kasih hadiah kek, mobil atau apa gitu," cibir pria itu.Alden mendelik kesal. "Dikasih hati malah minta jantung. Kemarin pas kamu nikah, aku udah kasih kamu mobil ya, kira-kira dong kalau minta.""Halah! Kamu kasih hadiah mobil juga bukan karena hadiah pernikahanku, tapi karena aku berhasil suruh Rayna datang," kata Zidan tak terima.Alden tertawa keras. "Nah, anggap aja itu sama.""Nggak bisa gitu. Harusnya kamu kasih aku hadiah dobel. Hadiah karena berhasil membuat Rayna datang ke sini, hadiah untuk hari pernikahanku, dan yang terakhir, hadiah karena aku udah berhasil bujuk Rayna mau nikah sama kamu. Sekarang mana dong hadiahnya?" pinta Zidan sambil memberi kode ke arah Alden menggunakan tangannya."Nanti aku pikirin, kalau aku udah nikah sama Rayna. Sial! Harusnya aku yang dikasih hadiah, kenapa jadi aku yang kasih hadiah?" tanya pria itu seraya meliri

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Hanya Akting

    Setelah berbicara dengan Zidan, akhirnya pikiran Rayna pun mulai terbuka. Dia akan membuka hatinya untuk Alden walau hanya sedikit demi sedikit."Zidan nggak ngomong macam-macam, kan, sama kamu?" tanya Alden memastika.Rayna menggeleng. "Harusnya kamu bersyukur karena mempunyai teman sebaik dia."Alden mendengkus pelan. "Apa nih maksudnya? Kok tiba-tiba bicara kayak gitu?""Aku udah tahu semuanya kok. Tadi Zidan yang cerita sama aku, kalau selama ini kamu yang nyuruh Zidan buat ketemu sama aku. Padahal diam-diam kamu ngelihat aku dari kejauhan, kan?"Alden menghela napas berat. 'Sial! Kenapa tuh orang mulutnya bocor banget,' gerutu Alden dalam hati."Kenapa harus Zidan yang kamu suruh terus? Kasihan loh dia.""Kalau aku langsung temuin kamu, yang ada kamu langsung kabur. Makanya aku diam-diam perhatikan kamu dari kejauhan. Aku selalu mencari momen yang pas, agar kita bisa ketemu, tanpa ada paksaan sedikit pun. Dan menurutku waktu pernikahan Zidan memang momen yang begitu pas. Lagian Z

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Jatah Mantan

    "Aku mau ketemu sama Rayna sebentar saja.""Nggak boleh!" tolak Alden mentah-mentah.Zidan mendengkus keras. "Kamu ini kenapa? Kok mendadak jadi posesif begini?" tanya pria itu ketus."Gimana nggak posesif coba, Rayna aja baru aku temuin, kalau nggak kayak gitu nanti dia hilang lagi, pergi lagi," gerutu Alden."Ya tapi jangan dikurung juga kali, kasihan dia. Bukannya dia jatuh cinta sama kamu, yang ada malah dia jadi ilfil ngelihat tingkah kamu kayak gini. Lagian aku mau ketemu sama Rayna, aku mau ngomong serius sama dia."Alden berdecih pelan. "Nah, yang mau diomongin itu kira-kira apa. Kamu beneran mau jadikan Rayna istri kedua? Yang benar saja?""Hahahaha, masih aja dipikirin. Ya nggak lah, aku cuma mau yakinin dia aja kalau kamu itu serius sama dia. Kalau lihat pergerakan kamu yang kayak gini aja, mana mungkin Rayna luluh sama kamu. Pikiran kamu aja di ranjang melulu, coba sekali-kali kamu ajak dia itu bicara serius, dari hati ke hati, biar hasilnya tuh maksimal."Alden mengusap w

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Belah Duren

    "Kamu udah ketemu sama Rayna?"Alden mendengkus keras karena mendapat pertanyaan dari temannya itu, Zidan."Omong kosong macam apa itu? Bukannya kamu udah lihat sendiri waktu di acara pernikahanmu?" tanya pria itu sinis.Zidan tergelak kencang. "Yaelah, basa-basi doang aja kok. Terus sekarang Rayna ke mana ya? Kok aku hubungi nomornya nggak aktif-aktif?"Alden memicingkan kedua matanya, menatap temannya itu dengan curiga. "Kamu coba hubungi Rayna? Untuk apa? Kamu lupa kalau kamu itu udah nikah?" tanya Alden dengan tatapan tajam."Apaan, cuma mau tahu kabarnya aja. Waktu itu, kan, dia kamu bawa pergi entah ke mana. Makanya aku sedikit was-was, nggak usah mikir aneh gitu lah, lagian aku juga tahu batasan.""Aneh aja gitu loh, jangan-jangan kamu masih naruh perasaan lagi sama dia?" tebak Alden."Sembarangan, pikiranmu itu loh ke mana, Den. Mana mungkin aku seperti itu, kasihan sama istriku," dengkus Zidan."Siapa tahu aja, kan?""Nggak ada. Jadi waktu itu kamu bawa Rayna ke mana?" tanya

  • Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku   Sama Aku Aja

    Rayna berdecak kesal karena dikurung oleh Alden di dalam kamar. Wanita itu benar-benar bingung dengan apa yang terjadi, seingatnya ketika mereka habis bercinta, Rayna langsung tidur karena benar-benar kelelahan.Ya, Rayna dan Alden kembali mengulang kejadian waktu itu di tempat yang sama. Namun kali ini Aldenlah yang begitu bersemangat. Rayna meringis pelan ketika melihat Alden meminum obat kuat, entah dari mana asalnya pria itu bisa berpikir seperti itu, yang jelas Alden berkata jika pria itu akan membuat Rayna hamil.Mereka bercinta berkali-kali, sampai Rayna lemas dengan tenaga Alden yang tak kunjung reda, sialnya stamina pria itu malah semakin kuat. Kalau saja Rayna tak mengeluh lelah, sudah pasti Alden akan menyetubuhinya hingga pagi.Beruntungnya Alden mempunyai rasa kasihan pada Rayna, jelas saja membuat wanita itu bernapas lega. Rayna memutuskan untuk beristirahat, setelah itu akan pulang, sayangnya itu hanya rencana wanita itu saja. Ketika wanita itu membuka mata, dia sudah b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status