"Tidak pernah aku sangka hari ini datang juga," gumam Ale pelan.Ale berdiri sembari menopangkan dagunya di pagar balkon. Menatap kota Granada dari balkon kamarnya. Seorang diri sembari mendengarkan lagu favoritnya."Ale! Belum tidur?" Sasmaya datang membawakan sebotol air mineral."Seperti yang kau lihat," sahutnya dan mengambil botol air mineral di tangan Sasmaya."Kenapa? Ada sesuatu yang menganggumu?" Sasmaya bertanya dengan hati-hati dan duduk di bangku kayu yang ada di sudut balkon."Tidak ada, hanya merasa sedikit terbawa suasana. Tanpa terasa waktu telah berlalu dan aku harus mengakhiri karirku di lapangan hijau." Ale tersenyum tipis dan turut duduk di sebelahnya."Iya, ini bukan hal yang aneh dan pasti terjadi. Dua puluh atau dua puluh satu tahun lalu saat aku pertama melihatmu di tim nasional U20, aku sudah tahu kau akan menjadi bintang hingga di abad milenial." Sasmaya menoleh dan menatapnya lekat-lekat."Sungguhkah? Kau ini cenayang rupanya, karena dugaanmu itu benar adanya
"Halo Senora Mireya!" Sasmaya menyapa wanita cantik yang sudah menunggunya untuk sarapan bersama."Halo Senora Sasmaya. Wah, anda sungguh jauh berbeda dari kemarin saat kita bertemu di Madrid." Mireya tersenyum dan menatapnya dengan kagum."Anda sungguh pandai bercanda," sahut Sasmaya, tertawa lepas."Silakan duduk Senora!" Mireya pun tertawa dan mempersilakannya untuk duduk.Sasmaya duduk dan menatap Mireya sekilas. Dia wanita dengan kecantikan khas kaum Hispanik. Rambut hitam bergelombang dan kulit agak kecoklatan dan garis wajah yang mirip dengan sang sepupu, Alejandro Castillo."Sebenarnya saya ingin memesankan kopi untuk Anda tetapi Ale berpesan agar memesankan minuman yang lain, apakah Anda tidak keberatan?" Mireya berbicara dengan hati-hati."Tentu saja tidak. Sepertinya saya harus mengurangi konsumsi kopi karena itu sudah cenderung kepada kecanduan daripada sekadar menyukai," keluhnya dengan nada suram."Saya mengerti, bagaimana dengan Horchata?" Mireya bertanya kembali."Saya
"Aku sudah bertemu dengan Sasmaya!" Mireya memberikan beberapa berkas pada Ale."Bagaimana hasilnya?" Ale mengambil berkas-berkas itu dan membukanya sembari memperbaiki posisi duduknya."Bagus! Dia menawarkan proposal untuk pengembangan wisata dan properti di Asia! Kau baca dahulu, setelah selesai urusanmu di klub kita diskusikan bersama!" Mireya menerima cangkir kopi yang disodorkan Alena padanya."Aku kira mengenai E-sport saja ternyata merambah ke bisnis yang lain." Alena terkekeh pelan dan duduk di sebuah sofa di sudut jendela."Kapan pertandingan perpisahanmu?" Mireya kembali bertanya sementara tatapannya jatuh pada anak-anak dan Alicia yang tengah bermain di teras samping."Minggu depan, kenapa?" Ale melirik Mireya dan tatapan matanya pun mengikuti kemana wanita itu memandang."Alena persiapkan perjalanan ke Asia akhir bulan ini. Satu hal lagi pastikan Alicia tidak mengunggah segala sesuatu yang mengundang kontroversi dengan unggahannya di media sosial." Mireya menatap Alena yang
"Toni, aku mau keluar sebentar!" Ale meraih kunci mobilnya."Baik Senor!" Antonio segera bersiap hendak mengawalnya."Tidak usah. Aku ingin sendiri!" Ale membuka pintu mobil."Tetapi Senor...." Antonio menatapnya heran."Hei tenang saja! Aku tidak akan tersesat, ini kota kelahiranku, aku hapal setiap sudutnya." Ale tersenyum dan mengedipkan matanya pada pria bertubuh tinggi besar itu.Antonio tidak membantah lagi dan membiarkan sang bintang keluar dari mansion mengendarai mobilnya."Eh! Mobil biasa?" gumamnya sembari menggaruk kepalanya yang tidak ditumbuhi sehelai rambut pun."Kemana Senor pergi?" Tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya."Mikaila? Kau mengejutkanku!" Antonio menoleh dan mempelototi gadis cantik yang berdiri di sebelahnya dengan santai."Apa perlunya kau ingin tahu kemana Senor Ale pergi? Apa Senora Alicia memintamu untuk memata-matainya?" Antonio menatap Mikaila dari ujung rambut hingga ujung kaki."Tidak, hanya heran saja dia tidak memakai mobil mewahnya," sahut gadis
"Mpus! Oyen!" Sasmaya berseru memanggil Oyen, kucing kecil peliharaannya saat membuka pintu rumah."Meow!" Kucing itu mengeong sembari berlari menghampirinya."Oyen hari ini tidak nakal kan?" Sasmaya menutup pintu dan menguncinya kembali. Sementara Oyen mengikutinya."Sudah makan?" Sasmaya menuju dapur yang ada di bagian belakang rumah, melewati ruang utama dan ruang makan."Pinter!" pujinya pada kucing kecil yang kini duduk manis menatapnya.Sasmaya mengambil alat-alat yang digunakannya untuk memberi makan dan minum Oyen. Meletakkannya di wastafel dan menyiramnya dengan air kran."Hari ini mami tak begitu sibuk jadi bisa pulang sorean," ucapnya seorang diri seakan-akan mengajak berbicara kucing kecil yang kembali mengikutinya masuk ke ruang utama.Sasmaya meletakkan tasnya dan berkas-berkas yang dibawanya di atas meja konsol. Melepaskan gelang dan juga antingnya serta membuka kancing lengan kemejanya kemudian masuk ke dalam kamar."Meow! Meow!" Oyen mengikutinya dan naik ke tempat tid
Ale menatap lorong di depannya. Tulisan yang ada di dinding atas lorong membuatnya merasa kembali ke masa lalu."Empat belas tahun lalu pertama kalinya aku berdiri di sini. Suara gemuruh sorak sorai orai suporter terdengar dan membuatku dipenuhi semangat" gumamnya seorang diri.Ditundukannya kepalanya, menatap Jersey yang dikenakannya. Logo klub yang dibelanya selama empat belas tahun ini menjadi kebanggaan dirinya. Di klub ini dia menuai banyak prestasi baik individu maupun tim."Aku menjadi legenda di sini, di klub kesayanganku semenjak kecil, di klub yang berdiri di kota kelahiranku," bisiknya lirih sembari mengusap logo klub di dadanya dengan pelan."Ale!" Mateo, rekannya yang juga memutuskan untuk pensiun seperti dirinya, menepuk bahunya."Lorong yang kita lalui selama empat belas tahun di setiap pertandingan kandang kita. Tak pernah terbayangkan hari ini akan menjadi hari terakhir kita melintasinya sebagai pemain." Pria berambut panjang dan selalu mengikatnya dengan rapi itu men
Alejandro Castillo melambaikan tangannya sembari mengedarkan tatapannya ke setiap sudut stadion."Tahun-tahun terbaikku bersama kalian akan segera berakhir namun juga akan selalu dikenang sepanjang masa!" ucapnya dengan tenang."Aku dilahirkan di kota ini dan berakhir sebagai bagian dari klub kebanggaan kita!" Kali ini dia menoleh, menatap jajaran petinggi klub.Daniela Ortis menundukkan kepalanya, menahan air mata yang setiap saat tumpah dari mata sebening kelereng itu. Begitupun dengan sang kakak."Hari ini aku mengucapkan terima kasih kepada klub, manajemen, teman-teman dan kalian semua. Hari ini Alejandro Castillo akan menjadi kenangan dan legenda baru akan datang untuk membawa klub kesayangan kita melambung lebih tinggi lagi!" ucapan terakhirnya diiringi Isak tangis para fans dan juga rekan-rekannya.Mereka berpelukan saling mengucapkan salam perpisahan. Mungkin terkesan berlebihan, tetapi di manapun sebuah perpisahan, dalam suasana
"Senor!" Mikaila memanggilnya saat Ale baru saja selesai mengancingkan lengan kemejanya."Iya!"sahutnya sembari mengenakan jasnya."Senora Mireya meminta saya untuk mendampingi Anda." Mikaila mendekat tetapi hanya berdiri di dekatnya."Di mana Alena?" Ale bertanya dan mengambil laptop seta berkas-berkas di atas mejanya memberikannya pada Mikaila."Dia sedang mempersiapkan pertemuan pagi ini. Hari ini merupakan perkenalan Anda secara resmi, Senor!" Mikaila menjawab dengan tenang.Gadis cantik itu memasukkan semua berkas dan laptop milik Ale ke dalam sebuah tas. Ale memperhatikannya dengan seksama, sementara dia mengikat dasinya dengan hati-hati."Mi amor!" Tiba-tiba saja pintu kamar di buka dengan kasar. Teriakan Alicia mengejutkan mereka berdua."Ada apa Alicia?" Ale bertanya dengan santai dan memeluk wanita itu mengecup bibirnya sekilas."Jika Mikaila bersamamu, siapa yang akan membantuku?" keluhnya dengan manja."Kau bisa mencari asisten baru atau aku akan meminta Mireya untuk menca
"Buenos días!" Sasmaya menyapa Ale begitu memasuki kamar. Dia membawa nampan berisi sarapan untuk mereka berdua, sedangkan Paloma di belakangnya menggendong Isabella."Buenos días, mi amor!" Ale menegakkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya meraih Isabella ke pelukannya.Paloma menyerahkan bocah perempuan itu pada Ayahnya. " Pergilah, sarapan dahulu bersama yang lain." Sasmaya tersenyum padanya dan memintanya untuk meninggalkan mereka.Paloma mengangguk dan melambaikan tangan pada Isabella. Bocah itu menjerit, tertawa memamerkan giginya yang belum lengkap."Sarapan dulu!" Sasmaya meletakkan nampan di atas tempat tidur.Seperti kebiasaan orang Spanyol pada umumnya, tapaz selalu tersedia sebagai menu sarapan mereka. Kali ini Bibi Martha menyiapkan bocadillode huevos, sandwich ala Spanyol yang terbuat dari roti khas Spanyol yang mirip baguette dan bertekstur lembut, berisi scrambled egg.Selain itu ada bocadillo de queso, sandwich berisi keju dan bocadillo de calamares yang berisi cumi g
[Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez mengumumkan perpisahan mereka secara resmi melalui juru bicara mereka masing-masing]Mikaila menatap smartphone-nya dan melirik Sasmaya yang tengah sibuk dengan laptopnya. Sementara Isabella bermain-main dengan Paloma."Apakah benar dia tidak mengetahui berita yang tengah hangat dan memenuhi hampir seluruh tajuk utama media hiburan dan olahraga?" Mikaila bertanya-tanya dalam hati.Berita mengenai perpisahan Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez memang tengah menjadi bahan pembicaraan netizen dan media. Berbagai spekulasi mengenai penyebab perpisahan mereka bergulir liar tetapi sayangnya baik Ale maupun Alicia tidak mengeluarkan pernyataan selain sudah tidak ada lagi kecocokan di antara mereka berdua."Ada apa?" Sasmaya tiba-tiba saja menegurnya. Mikaila tergagap dan menjadi salah tingkah.Sasmaya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah asisten pribadinya itu. Mikaila terkadang
"Kita perlu bicara!" Ale menatap Alicia yang tengah duduk memunggunginya, menghadap kaca rias. Dia hanya mendesah pelan dan menatap bayang Ale yang terpantul di cermin.Wajah tampan, tubuh kokoh dan atletis, dua hal yang membuatnya menggandrungi pria yang waktu itu masih berjaya di lapangan hijau. Pria yang juga menghujaninya dengan cinta dan tentu saja kemewahan yang kemudian membuatnya jatuh cinta dalam arti sebenarnya."Ada apa?" Alicia bertanya tanpa menoleh. Enggan untuk saling bersitatap dengan tatapan Ale yang terkadang membuatnya gugup, seperti saat pertama mereka bertemu.Gugup, canggung, tidak percaya diri sekaligus ragu saat dia menyadari Alejandro Castillo, sang bintang lapangan hijau, menatapnya tak berkedip. Waktu itu mereka menghadiri sebuah acara di kota Madrid."Apakah kau begitu sibuk hingga tidak memiliki waktu lagi untuk menemani Maria dan Julio?" Ale masih berdiri kaku di belakangnya.Tanpa berniat untuk mendekatinya, kemudian memegang bahunya dan menghujaninya de
"Di mana Alicia?" Ale bertanya pada gadis pengasuh yang kewalahan menenangkan tangisan Maria.Putri bungsunya dengan Alicia sedari tadi menangis dan rewel. Membuatnya khawatir sekaligus marah. Karena tidak biasanya anak-anak rewel dan mudah marah."Saya tidak tahu Senor." Gadis itu menjawab dengan takut-takut.Dia pengasuh baru yang dipekerjakan setelah kesibukan Alicia semakin tak terkendali. Biasanya cukup Bibi Luisa dan semua kerewelan anak-anak akan tertangani."Maria sayang." Ale yang telah berpakaian rapi dan bersiap hendak ke kantornya terpaksa turun tangan membujuk sang putri."Papa!" Gadis kecil berusia dua setengah tahun itu berlari menghambur ke pelukannya."Ada apa?" Dengan lembut Ale bertanya kemudian menggendongnya. Membawanya ke ruang makan mencari Alicia."Mau Mama." Gadis kecil itu menyahut di sela tangisnya dengan ucapan yang masih kurang jelas."Ah baiklah! Ayo kita cari Mama." Ale tersenyum dan mengecup pipi gembulnya.Sementara sang pengasuh mengikuti mereka berdu
[Film perdana Alicia Dominguez menjadi Box office dalam beberapa pekan ini di berbagai negara]Tajuk berita di salah satu media sosial menarik perhatian Sasmaya. Perlahan jarinya menyentuh layar smartphone-nya dan bergerak turun untuk membuka berita selengkapnya."Wah filmnya sukses," gumamnya pelan.Selama ini Sasmaya hampir tidak pernah mengikuti perkembangan berita mengenai Alicia Dominguez. Dia memiliki alasan tersendiri atas sikapnya itu."Semakin kau tahu mengenai dirinya itu akan semakin membuatmu sakit hati." Itu salah satu nasehat dari Tante Clarissa saat dia selalu memantau media sosial sang kakak yang tak hentinya mengumbar kedekatannya dengan suaminya waktu itu.Menuruti nasehat wanita yang telah melahirkan sosok pengusaha ternama di negeri Singa, Andrew Kim itu, Sasmaya semenjak awal menjalin kedekatan dengan Ale hampir tidak pernah mengikuti berita mengenai Alicia Dominguez."Hebat! Dia wanita pekerja keras," gumamnya lagi seraya menatap foto-foto Alicia yang kini terpamp
"Wah selamat ya!" Chloe tertawa dan memeluk Alicia. Kedua model cantik itu saling berpelukan dan tertawa riang."Aku tak mengira akhirnya mimpiku menjadi nyata!" Alicia tersenyum semringah, setelah duduk bersama Chloe."Kau sungguh beruntung. Banyak artis menginginkan peran itu dan kaulah yang mendapatkannya." Chloe mengacungkan jempolnya."Iya, ini loncatan besar dalam karirku." Alicia terlihat begitu bahagia. Senyum tak lepas dari bibir seksinya."Bagaimana dengan Ale?" Tiba-tiba Chloe teringat akan kekasih Alicia. Mantan pesepakbola yang kini menjadi pemilik klub yang juga tengah naik daun itu bisa saja keberatan jika sang kekasih terlalu sibuk dengan karirnya di dunia hiburan."Aku rasa dia akan mengerti selama aku masih memiliki waktu untuk keluarga." Alicia terlihat begitu percaya diri saat berkata demikian."Semoga saja begitu. Ini adalah sebuah kesempatan yang bagus dan akan sangat berpengaruh untuk kelanjutan karirmu di masa depan." Chloe kembali tersenyum cerah.Dia turut ba
"Bagaimana liburanmu di Maldives?" Ale menatap Sasmaya yang tengah membujuk Isabella agar mau membuka mulutnya."Menyenangkan. Gracias Ale untuk liburan yang tenang dan tentu saja lebih hangat." Sasmaya tersenyum seraya menyuapkan pure labu ke mulut mungil putrinya."Aku senang jika kau dan Isabella senang." Ale membelai kepala sang putri yang kini mengambil sendok dan mengacungkannya padanya."Ini untuk Papa?" Ale mengalihkan perhatiannya pada sang buah hati dan mengajaknya berbicara."Kyaaa!" Hanya serentetan ucapan tak bermakna yang diserukan dengan kegirangan oleh bayi cantik itu seakan-akan membalas ucapan sang ayah."Ah, baiklah!" Ale tertawa dan membuka mulutnya membiarkan Isabella menyuapkan sendoknya ke mulut ayahnya.Sasmaya tertawa tergelak melihat tingkah ayah dan anak itu. Kini Ale yang menyuapi Isabella dan kali ini bayi mungil itu tidak menolaknya."Oh, Isabella ternyata mau disuapi Papa ya." Sasmaya meletakkan mangkok berisi pure labu di meja dan membiarkan Ale mengamb
"Apa? Kau tidak berada di Maldives sekarang?" Chloe berteriak kesal dan hampir saja melemparkan smartphone miliknya."Bukankah kau dan anak-anak berlibur di Maldives?" Chloe kembali bertanya, mempertegas pernyataan Alicia, lawan bicaranya di telepon."Ah baiklah," sahutnya dengan lemah setelah cukup lama mendengarkan dengan serius penjelasan Alicia."Ah ada-ada saja," keluh wanita cantik berambut gelap itu seraya meletakkan smartphone mahal miliknya ke atas meja dan meraih gelas coktail-nya."Tetapi aku juga salah. Seharusnya aku bertanya lagi padanya sebelum memutuskan untuk berlibur di sini." Chloe melanjutkan keluh kesahnya di dalam hati.Sebelumnya dia dan Alicia telah sepakat untuk menghabiskan liburan tahun baru mereka bersama-sama di Maldives seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun tidak seperti biasanya, kali ini terjadi kesalahpahaman yang cukup fatal dan membuat berantakan rencana liburan mereka."Ah sudahlah! Maldives juga tempat yang indah untuk berlibur dan menenangkan diri
"Ke Barcelona lagi?" Alicia mendongakkan kepalanya, menatap Calista. Gadis itu mengangguk dan kembali menundukkan kepalanya.Alicia mendesah pelan. Akhir-akhir ini dia sering mendapatkan laporan dari asistennya jika Ale lebih sering mengunjungi Barcelona dan tinggal di sana lebih lama."Ada apa di Barcelona?" gumamnya pelan seraya menggigit kukunya. Hatinya kembali dirambati rasa gelisah sekaligus khawatir."Apa ada yang kau ketahui selain itu?" tanyanya pada Calista. Gadis itu menggelengkan kepalanya."Saya hanya tahu Senor Ale kerap berkunjung ke Barcelona. Saya tidak dapat mencari informasi aktivitas beliau di sana." Calista menjelaskan dengan hati-hati.Alicia kembali mendesah. Perlahan dipalingkannya tatapannya ke pemandangan di luar jendela kamarnya. Salju memutih di mana-mana, musim dingin kali ini terasa lebih dingin baginya."Sebentar lagi natal dan tahun baru. Apakah kau sudah mendengar sesuatu hal tentang itu?" Alicia kembali bertanya pada asisten pribadinya."Menurut Senor