Attar menyandarkan kepala istrinya di dadanya. Tangannya mengusap-usap punggung istrinya. "Berdoa sayang," ucapnya.
Alisa mengangkat kepalanya saat mendengar ucapan suaminya. Alisa tahu suaminya pasti hanya berusaha untuk memberikan semangat kepadanya. Alisa menganggukkan kepalanya menyandarkan kepalanya di dada suaminya terasa begitu sangat nyaman baginya.
"Apa kamu capek?" Tanya Atar setelah lebih 1 jam mereka duduk di depan ruangan tersebut.
Alisa menggelengkan kepalanya. "Isa nggak capek Om, kalau Om capek Om istirahat aja. Isa tunggu mama di sini," ucapnya yang menundukkan kepalanya. Alisa tidak mampu memandang wajah suaminya. Setiap kali memandang wajah Suaminya, detak jantungnya semakin kuat.
"Saya akan temani kamu, kita menunggu berdua," ucap Attar yang tidak ingin meninggalkan istrinya.
"Terima kasih ya om," ucap Alisa.
Alisa tidak ada henti-hentinya tersenyum memandang mamanya yang sudah berada di atas tempat tidur pasien. Saat ini mamanya masih di dalam ruangan ICU untuk pemantauan Kondisinya lebih lanjut. Bila nanti mamanya sudah sadar dan kondisi detak jantung dan sebagainya sudah baik maka akan dipindahkan ke ruangan pasien. Alisa duduk di kursi yang diseret nya di samping tempat tidur mamanya. Tangannya tidak ada henti-hentinya memegang tangan mamanya dan mencium punggung tangan mamanya tersebut. "Nanti Saat Mama bangun pasti Mama akan merasa ada yang aneh. Tapi nanti Isa bakalan jelaskan semuanya ke mama, biar mama jangan kaget," ucapnya sambil tersenyum. "Sebenarnya ini semua seperti mimpi bagi Isa ma. Kehadirannya seperti seorang malaikat yang menyelamatkan hidup Isa dan juga mama," ucapnya yang menyebut suaminya. "Isa benar-benar nggak nyangka kalau mama masih ada untuk Isa," ucapnya.  
Attar hanya tersenyum tipis dan pergi meninggalkan istrinya. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi. Berada berdua dengan wanita yang baru saja menjadi istrinya, membuat pria itu cukup gugup, jantungnya berdetak dengan kencang. Disaat malam seperti ini, Attar memutuskan untuk berendam di dalam air dingin guna mendinginkan tubuhnya yang terasa panas saat berada berdua dengan istrinya. Selama ini ia selalu berfantasi dan berhalusinasi bisa berjumpa dengan gadis yang saat ini sudah menjadi istri. Saat memandang foto istrinya yang disimpannya diponselnya, ia selalu berharap bisa mengecap rasa manis bibir yang kecil dan tipis tersebut. Cukup lama ia berendam di dalam air dingin dan kemudian keluar dari dalam kamar setelah ritual mandinya selesai. Attar Melihat Istrinya yang masih duduk di atas tempat tidur. "Apa kamu tidak mandi?" tanya nya. "Iya om, Isa mau mandi. tapi Isa gak bawa baju ganti
"Suhu air panasnya sudah saya turunkan. Maaf tadi saya lupa. Apa Kamu terkena siraman air panasnya?" ucap Attar yang terlihat begitu sangat panik "Gak Om, Isa nggak jadi megang airnya waktu lihat asapnya banyak," ucap Alisa. Alisa sangat aku memberitahu suaminya bila tadi dirinya sempat menyentuh air panas tersebut. Attar tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa," ucapnya sambil dengan sengaja mengintip istrinya dari balik pintu yang menjadi tempat istrinya bersembunyi. "Om jangan genit, om jangan intip Isa,"' ucap istrinya yang mendorong pintu tersebut agar suaminya keluar. Attar tersenyum saat melihat pintu kamar mandi yang sudah ditutup rapat istrinya. Alisa membuka handuk yang dipakainya dan menggantung handuk tersebut. Alisa berdiri di bawah cucuran air sh
Attar memandang istrinya yang duduk di atas tempat tidur. "Kamu mau apa?" tanya Attar yang akan mengambil makan malam untuk istrinya. "Terserah aja Om," ucapnya. Attar mengambil steak daging dan meletakkannya di atas tempat tidur. “Apa kamu suka ini?" tanyanya. "Suka," jawab Alisa. Atar memotong-motong daging tersebut dan memberinya saus yang berwarna kuning kecoklatan. "Di sini yang menjadi chef, wajib memiliki sertifikat memasak tingkat dunia. Kamu boleh bebas merequest makanan apa saja yang kamu inginkan," ucapnya yang menusukkan daging dengan garpu dan mengarahkannya ke bibir istrinya. Alisa hanya menganggukkan kepalanya saat mendengar ucapan suaminya tersebut. Attar makan secara bergantian dengan istrinya. "Tadi masuk ke kamar ini, Isa lihat om pakai sidik jari." Alisa memandang suaminya. Alis
"by Isa tidur ya," ucapnya. Attar menganggukkan kepalanya. Alisa mengambil posisi paling pinggir dan membelakangi suaminya. Selimut yang dipakainya, ditariknya hingga ke atas menutupi kepalanya. Attar memandang istrinya yang sudah hilang di dalam selimut. Tangannya yang kekar menarik-narik selimut istrinya. "Isa ngantuk Om," ucap Alisa. Attar menarik turun selimut istrinya hingga kepala istrinya keluar dari dalam selimut. Pria itu menarik tangan istrinya agar tubuh istrinya menghadap ke arahnya. "jangan cium Isa lagi, bibir Isa sudah bengkak," Alisa menutup wajahnya dengan telapak tangannya. "Saya merasa bahwa kamu sangat suka saya cium, sehingga dengan sengaja kamu mengulangi k
Nurjanah membuka matanya secara perlahan-lahan. Matanya mulai menyapu setiap sudut ruangan yang berwarna putih yang merupakan ciri khas rumah sakit. Nur sudah tidak tahu, berapa lama ia tertidur. Bahkan saat ini dia masih mempertanyakan status dan keberadaannya. Apakah dia masih hidup atau sudah mati. Apakah ini surga? pikirnya saat melihat ruangan berwarna serba putih tersebut. "Alhamdulillah ibu sudah sadar," ucap perawat muda yang langsung mengecek kondisinya. Nur masih diam dan memandang ruangan tersebut. Ruangan yang saat ini ditempatinya jauh berbeda dengan kamar yang ditempatinya sebelumnya. Rasanya tidak mungkin putrinya mengambil dia kamar elit. "Kenapa ibu tidak memberi tahu kami bahwa ibu itu calon mertuanya pak Attar?" ucap perawat yang tersenyum ramah memandangnya. Nur masih diam tanpa menjawab. Wanita yang berwajah pucat itu masih mengumpulkan segala macam ingatan
Dengan malu-malu Alisa mencium pipi suaminya. Pria yang berwajah tampan itu tersenyum tipis saat bibir istrinya yang menempel di pipinya. Pria itu tidak akan puas bila tidak menjahili istrinya. "Sudah by," ucap Alisa ketika ia mencium pipi kiri suaminya. "Belum ini masih berat sebelah," ucapnya yang memberikan pipinya sebelah kanan. Alisa menelan air ludahnya dan kembali menjinjitkan kakinya untuk mencium pipi suaminya di sebelah kanan. "Sudah by," ucapnya lagi. Attar kembali menggelengkan kepalanya. "Ini belum," ucapnya menunjukkan keningnya. Pria itu sedikit membungkukkan tubuhnya yang tinggi agar istrinya tidak kesulitan untuk mencium keningnya. Dengan sangat patuh Alisa menuruti perintah suaminya. Alisa mencium kening suaminya dan berdo’a a
By, Isa mau bicara sama mama sebentar," ucap Alisa. Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Saya akan keruangan saya sebentar," ucapnya yang memandang istrinya. "Iya by,” jawab Alisa yang tersenyum memandang suaminya. "Nanti hubby akan menjelaskan dengan mama," ucapnya yang berbisik di telinga istrinya. "Iya," ucap Alisa yang sedikit tersenyum. Diciumnya kening istrinya cukup lama. Attar memandang wajah istrinya dan mengusap kepala Istrinya. Nur yang berbaring di atas tempat tidur hanya diam memandang putrinya bersama dengan pria asing yang sudah menjadi suami putrinya. Semua ini masih terasa asing baginya. Pria yang baru dilihatnya saat ini sudah menjadi menantunya. "Ma, saya tinggal dulu, nanti saya akan kembali ke sini," ucap Attar sambil menempelkan punggung tangan mertuanya di keningnya. &nb
"Mau gendong depan atau belakang?" Ferdi tersenyum memandang gadis kecil nan cantik tersebut."Depan," ucap Azahra.Ferdi menjongkok di depan Azahra dan mengembangkan tangannya.Azahra tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Ferdi. Gadis kecil itu begitu sangat senang ketika tubuhnya yang bulat terangkat oleh pria yang berubah tinggi tersebut."Rara gak sangka kalau Abang akan pulang," Azahra berkata dengan memandang wajah tampan pria tersebut.“Abang udah janji akan pulang ulang tahun adik. Jadi Abang harus tepati janji," Ferdi berucap dengan tersenyum.“Rara senang Abang pulang. Rara rindu Abang. Rindu rindu rindu serindu-rindunya." Azahra berkata dengan tersenyum lebar.“Mana bukti rindunya,” tanya Ferdi yang menarik hidung milik Azahra.Azahra memeluk Ferdi dengan sangat erat,
"Assalamu'alaikum," ucap Attar saat ia masuk ke dalam kamar."Wa’alaikumsalam." Alisa tersenyum saat melihat suaminya yang baru pulang dari kantor. "Tasnya hubby Isa bawain," ucap Alisa yang ingin mengambil tas milik suaminya."Gak usah sayang, hubby aja yang bawain. Baru lepas melahirkan, tuh gak boleh angkat yang berat-berat," ucapnya sambil mengusap pipi istrinya, dan meletakkan tas tersebut ke tempatnya."Kalau cuma tas Isa bisa, Isa kuat kok angkat tas," ucap Alisa yang memegang manja lengan suaminya."Jangan dulu sayang.""Hubby tangannya di cuci dulu," Alisa berucap saat melihat suaminya yang ingin mengambil putrinya.Attar membatalkan niatnya, pria itu menganggukkan kepalanya."Bajunya wajib ganti dulu, nggak boleh pakai baju yang dari luar langsung megang anak," ucap Alisa itu yang sudah mulai cerewet.
Alisa sudah berada di dalam kamarnya. Alisa tidak ada henti-hentinya menatap wajah bayi mungilnya. Wajah yang begitu sangat cantik dan juga imut imut.Attar duduk di samping bayinya itu, menatap wajah putrinya, dan kemudian berpindah ke wajah istrinya.“Dari tadi lihatin Isa, terus lihatin anak,” ucap Alisa.“Sama,” ucap Attar.“Hidungnya punya hubby,” ucap Alisa yang memandang hidung putrinya.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium kening putrinya, kemudian pipi putrinya kiri dan kanan. "Pipinya lembut sekali.” Attar merasakan betapa lembutnya pipi putrinya. Attar kemudian memandang istrinya, mencium kening istrinya, pipi istrinya kiri dan juga kanan, Ia juga mencium bibir istrinya.“Isa udah lupa by gimana rasa sakitnya melahirkan, rasa sakitnya hamil karena udah lihat muka
“Melahirkan normal memang seperti ini Pak Attar, jadi walaupun sakit tetap harus dibawa berjalan,” ucap dokter Sari berusaha menjelaskan.“Lakukan sesuatu," pria itu sangat marah ketika Dokter spesialis kandungan istrinya tidak melakukan apa-apa. "Istri saya sedang sakit dan saya disuruh melihat saja," Attar sangat marah terhadap dokter yang menangani istrinya. Attar memilih dokter Sari untuk menangani persalinan istrinya karena dokter Sari merupakan dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakitnya.Dokter Sari terlihat begitu sangat bingung untuk berkata. Gimana caranya dia menjelaskan kepada pria yang menjadi pemilik Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Berulang kali dokter Sari menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. “Kenapa kemarin tidak sarankan cara lain saja,” pikirnya.“Saya belum bisa memberikan bantuan apa-apa karena saat ini masih bukaan dua, d
“Assalamu’alaikum,” ucap Attar yang berdiri di pintu kamarnya. Pria itu tersenyum memandang istrinya yang sedang duduk ditemani dengan Ibu Aminah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa dan Aminah."Hubby sudah pulang?" tanya Alisa yang tersenyum.“Baru saja sampai. Ibu," Pria itu menyalami tangan Aminah dan menempelkan punggung tangan wanita itu di keningnya. Attar duduk di tepi tempat tidur di samping istrinya. Attar tersenyum ketika istrinya mencium punggung tangannya. Pria itu mencium kening istrinya. "Gimana apa sakit,” tanya Attar.“Iya by sakit, tapi kata Ibu enggak apa-apa, soalnya itu tanda bayinya lagi cari jalan,” Alisa berucap dengan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Ibu Aminah selalu menemani Alisa. Wanita Itu merawat Alisa seperti merawat putrinya sendiri. Saat Alisa mengatakan perutnya sakit, Ibu Aminah mengusap-usap pe
Attar tersenyum memandang istrinya yang duduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.“Baju hubby ini," Alisa menunjukkan pakaian suaminya yang sudah disiapkannya.Attar tersenyum ketika melihat setelan jas, baju kemeja, dasi, dan pakaian dalam, yang sudah disiapkan Istrinya. Istrinya tetap menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berangkat ke kantor seperti ini.Attar memakai pakaiannya duduk di atas tempat tidur, dengan menurunkan kakinya di lantai. Sedangkan istrinya akan duduk di atas pangkuannya, memasangkan dasi di lehernya. Melihat wajah istrinya yang sudah tampak menahan rasa sakit, membuat pria itu merasa sangat tidak tega. Namun Attar memang tidak mengerti apa-apa mengenai persalinan. Berulang kali dirinya meminta penjelasan dari dokter, namun terkadang apa yang diucapkan oleh dokter itu hanya memberikan rasa tenang sementara untuknya. Bila melihat istrinya mengatakan sakit, Attar sungguh
“Apa mau jalan pagi,” tanya Attar ketika ia selesai sholat subuh bersama dengan istrinya.Alisa menganggukkan kepalanya. “Sebenarnya Isa malas by jalan pagi,” ucap Alisa.“Kenapa,” tanya Attar.“Isa lebih suka tidur baring-baring,” ucap Alisa.“Mau melahirkan normal apa nggak,” tanya Attar yang mengusap perut besar milik istrinya.“Kata orang sebaiknya normal by. Kemarin Ibu Aminah juga bilang, kalau Isa melahirkan lebih bagus normal, terkecuali mamang saran dokter. Kak Indah, Kak Yanti, Kak Fitri, juga bilang gitu,” ucap Alisa yang memilih proses persalinan secara normal.“Kata Dokter kemarin apa?" tanya Attar.“Isa disuruh jalan pagi.”“Jadi sekarang mau jalan pagi atau enggak?" Attar bertanya dengan menarik hidung istrin
Attar merasakan tubuhnya yang digoyang goyang oleh istrinya. "Ada apa sayang?" pria itu bertanya dengan membuka matanya.“By, Isa nggak bisa tidur sejak tadi,” ucap Alisa kepada suaminya.Attar merubah posisi tidurnya dan memandang wajah istrinya. “Matanya di pejamkan sayang," Attar memeluk tubuh istrinya dan kembali memejamkan matanya.“By bangun, jangan tidur, temani Isa," pinta Alisa yang kembali menggoyang-goyang tubuh suaminya, Alisa narik-narik jenggot tipis di dagu suaminya.“Hubby ngantuk sayang,” ucap pria itu ketika istrinya membuka kelopak matanya dengan jarinya.“Hubby jangan tidur, Isa nggak bisa tidur,” Alisa tersenyum manja melihatkan deretan gigi putihnya."Kenapa nggak tidur?" tanya Attar.“Sejak tadi anak gerak terus, perut Isa sampai sakit,"
“Nanti pulang dari kantor kita ke coffee shop Lyra ya by," pinta Alisa yang duduk di atas pangkuan suaminya. Perutnya yang sudah besar membuat posisi duduknya menyamping, dan melingkarkan tangannya di leher suaminya.“Ngapain,” tanya Attar yang tersenyum memandang sikap istrinya yang begitu sangat manja. Istrinya melingkarkan tangan di lehernya dan menenggelamkan hidungnya ke lehernya.“Isa pengen duduk nyantai di coffee shop Lira," Alisa berucap dengan mengangkat kepalanya dan memandang wajah suaminya.“Rayu dulu Sayang," Attar berbisik di telinga istrinya.Alisa tersenyum dan mencium bibir suaminya dengan sangat lembut, namun balasan yang diberikan oleh suaminya membuat ciuman itu semakin memanas.Mereka seakan sama-sama ingin melepaskan hasratnya masing-masing.“Sayang, hubby ada rapat jam 3, dan sekarang e